Anda di halaman 1dari 34

1

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Asuhan Keperawatan Pasien Ansietas

2.1.1.1 Pengkajian

Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan

perilaku melalui gejala atau mekanisme koping sebagai

pertahanan terhadap kecemasan. Data fokus yang perlu dikaji

pada klien yang mengalami ansietas adalah sebagai berikut

Menurut (Stuart & Sundeen, 2007) :

a. Perilaku

Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui

perubahan fisiologisdan perilaku secara tidak langsung

melaluitimbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai

upaya untuk melawan ansietas.

1) Faktor Predisposisi

2) Faktor Presipitasi

3) Stresor Pencetus

a) Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi disabilitas

fisiologis yang akan terjadi atau penurunan

kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

b) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan

identitas, harga diri dan fungsi sosial.


2

b. Penilaian Stresor

Penilaian stresor mendorong pengkajian perilaku dan

persepsi klien dalam mengembangkan intervensi yang tepat.

Sehingga pemahaman ansietas memerlukan integrasi banyak

faktor seperti pengetahuan dari perspektif psikoanalisis,

interpersonal, perilaku, genetik dan biologis.

c. Sumber Koping

Memanfaatkan dan menggerakan sumber koping yang ada

disekitar lingkingan dapat mengatasi stres dan ansietas yang

dialami oleh individu. Sumber koping tersebut berupa modal

ekonomi, kemampuan menyelelesaikan masalah, dukungan

sosial dan keyakinan budaya.

d. Mekanisme Koping

Ketidakmampuan mengatasi ansietas sacara konstruktif

merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis.

Pola mekanisme koping yang biasa digunakan untuk

mengatasi ansietas ringan cenderung tetap meskipun ketika

ansietas menjadi lebih intens.ansietas ringan lebih sering

ditangani tanpa sadar. Ansietas sedang dan berat

menimbulkan dua jenis mekanisme koping :

e. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang

disadari dan berorientasi pada tindakan untukmemenuhi

tuntutan stres secara realistis.


3

1) Perilaku menyerang digunakan untuk menghilangkan

atau mengatasi hambatan pemunuhan kebutuhan.

2) Perilaku menarik diri digunakan utntuk menjauhkan diri

dari sumber ancaman, baik secara fisik maupun

psikologis.

3) Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara

yang biasanya dipakai individu, mengganti tujuan atau

mengorbankan kebutuhan personal.

f. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas

ringan dan sedang. Tetapi karena respon tersebut bersifat

relatif pada tingkat tidak sadar dan mencakup penipuan diri

dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat menjadi

respon maladaptif terhadap stres.

2.1.1.2 Diagnosa Keperawatan

Kategori: psikologis

Subkategori: integritas ego

Definisi

Kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap

objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang

memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi

ancaman.

Penyebab

1. Krisis situasional

2. Kebutuhan tidak terpenuhi


4

3. Krisis maturasional

4. Ancaman terhadap konsep diri

5. Ancaman terhadap kematian

6. Kekhawatiran mengalami kegagalan

7. Disfungsi system keluarga

8. Hubungan orang tua-anak tidak memuaskan

9. Faktor keturunan (tempramin mudah teragitasi sejak lahir

10. penyalahgunaan zat

11. Terpapar bahaya lingkungan (mis. Toksin, polutan, dan lain-

lain

Kurang terpapar informasi

Gejala dan tanda mayor

Subyektif

1. Merasa bingung

2. Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yg dihadapi

Sulit berkonsentrasi

Objektif

1. Tampak gelisah

2. Tampak tegang

3. Sulit tidur

Gejala dan tanda minor

Subjektif

1. Mengeluh pusing

2. Anoreksia
5

3. Palpitasi

Merasa tidak berdaya

Objektif

1. Frekuensi napas meningkat

2. Frekuensi nadi meningkat

3. Tekanan darah meningkat

4. Diaforesis

5. Tremor

6. Muka tampak pucat

7. Suara bergetar

8. Kontak mata buruk

9. Sering berkemih

Berorientasi pada mnasalala

Kondisi klinis terkait

1. Penyakit kronis progresif (mis. Kanker, penyakit autoimun)

2. Penyakit akut

3. Hospitalisasi

4. Rencana operasi

5. Kondisi diagnosis penyakit belum jelas

6. Penyakit neurologis

7. Tahap tumbuh kembang


6

3.1.1.3 Intervensi Keperawatan

Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

keperawata

n
Ansietas Setelah dilakukan tindakan Definisi

keperawatan …x 24 jam Mengunakan mainan atau media

pasien tidak mengalami untuk memfasilitasi anak dalam

ansietas. mengkomunikasikan persepsi,

a. Pasien tidak cemas pengetahuan dan penguasaan anak

b. Pasien tidak gelisah terhadap lingkungannya.

Tindakan

Observasi

-identifikasi perasaan anak yang di

ungkapkan selama bermain

-monitor penggunaan peralatan

bermain anak

-monitor respons anak terhadap

terapi

-monitor tingkat kecemasan anak

selama terapi terapeutik

-ciptakan lingkungan yang aman

dan nyaman

-sediakan waktu yang cukup untuk

memungkinkan sesi bermain

efektif
7

-atur sesi bermain untuk

memfasilitasi hasil yang diinginkan

-tetapkan batasan untuk sesi latihan

terapeutik

-sediakan peralatan bermain yang

aman, sesuai, kreatif, tepa guna,

peralatan yang merangsang

perkembangan anak, yang dapat

mendorong ekspresi pengetahuan

dan perasaan anak

- motivasi anak untuk berbagi

perasaan, pengetahuan, dan

persepsi

-komunikasikan penerimaan

perasaan, baik positif maupun

negatif, yang di ungkapkan melalui

permainan

-lanjutkan sesi bermain secara

teratur untuk membangun

kepercayaan dan mengurangi rasa

takut akan peralatan atau

perawatan yang tidak dikenal

-dokumentasikan pengamatan yang

dilakukan selama sesi bermain


8

Edukasi

-jelaskan tujuan bermain bagi anak

dan orang tua

-jelaskan prosedur bermain kepada

anak dan/ atau orang tua dengan

bahasa yang mudah dipahami

3.1.1.4 Implementasi

Perawat memberikan dan memonitor intervensi yang

dianjurkann oleh pemberi pelayanan kesehatan primer untuk

mengurangi nyeri dan secara mandiri menggunakan tindakan

untuk mengurangi nyeri yang melengkapi apa yang sudah

dianjurkan oleh pemberi layanan kesehatan primer. Secara umum

perawat mencoba tindakan invasif sebagai pilihan terakhir atau

terapi pertama yang paling aman bersamaan dengan pengobatan

sebelumnya yang klien lakukan dan berhasil (Potter & Perry,

2014)

3.1.1.5 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkpai

proses keperawatn yang menandakan seberapa jauh diagnose

keperawatn, rencana tindakan, da pelaksanaannya sudah berhasil

di capai.

Definisi
9

Kondisi emosi dan pengalam subyektif terhadap objekn yang tidak jelas

dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu

melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.

Kriteria hasil Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun

meningkat menurun
Verbalisasi 1 2 3 4 5

kebingungan

Verbalisasi 1 2 3 4 5

khawatir akibat

kondisi yang

dihadapi

Perilaku gelisah 1 2 3 4 5

Perilaku tegang 1 2 3 4 5

Keluhan pusing 1 2 3 4 5

Anoreksia 1 2 3 4 5

Palpitasi 1 2 3 4 5

Diaphoresis 1 2 3 4 5

Tremor 1 2 3 4 5

Pucat 1 2 3 4 5

Kriteria Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik

hasil memburuk membaik


Konsentras 1 2 3 4 5

i 1 2 3 4 5

Pola tidur 1 2 3 4 5

Frekuensi
10

pernafasan 1 2 3 4 5

Frekuensi

nadi 1 2 3 4 5

Tekanan

darah 1 2 3 4 5

Kontak

mata 1 2 3 4 5

Pola

berkemih 1 2 3 4 5

Orientasi

2.2 Konsep Ansietas

2.2.1 Pengertian

Ansietas adalah kekhawatiran atau keadaan emosional yang tidak

jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan

tidak berdaya, tidak memiliki objek yang spesifik, dialami secara

subjektif serta dikomunikasikan secara intrapersonal (Stuart, 2016).

Ansietas adalah suatu kekhawatiran yang berlebihan dan dihayati

disertai berbagai gejala sumatif, yang menyebabkan gangguan

bermakna dalam fungsi sosial atau pekerjaan atau penderitaan yang

jelas bagi pasien (Mansjoer, 2008).

Tingkatan Ansietas :

a. Ansietas Ringan
11

Berhubungan dengan ketergantungan dalam kehidupan

sehari-hari. menyebabkan individu menjadi lebih waspada dan

meningkatkan lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi

belajar dan menghasilakn pertumbuhan serta kreativitas.

b. Ansietas Sedang

Memungkinkan individu unutk berfokus pada hal yang

penting dan mengesampingkan hal yang lain. Mempersempit

lapang persepsi individu. Sehingga individu mengalami tidak

perhatian yang selektif namun dapat lebih berfokus pasda area jika

diarahkan untuk melakukannya.

c. Ansietas Berat

Sangat mengurangi lapang persepsi individu, cenderung

berfokus ada sesuatu yang rinci dan spesifik sehingga tidak

memikirkan hal yang lain. Semua perilaku ditujukkan untuk

mengurangi ketegangan. Individu memerlukan banyak arahan

untuk berfokus pada hal lain.

d. Tingkat Panik dari Ansietas

Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Individu

yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu meskipun

dengan arahan, karena mengalami kehilangan kendali.

Rentang respon ansietas :


12

2.2.2 Penyebab

Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun

gangguan keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan

ansietas pada diri seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang

dapat menimbulkan gangguan ini.

Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi

situasi, masalah dan tujuan hidup (Videbeck, 2011). Setiap individu

menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda, seseorang dapat tumbuh

dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres berat pada orang lain.

2.2.2.1 Faktor Predisposisi

a. Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik

emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, id dan

superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif,

sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan

oleh norma budaya.

b. Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan

takut terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal.


13

c. Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk

frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan

individu untuk mencapai tujuan.

d. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas

biasanya terjadi dalam keluarga. Gangguan ansietas juga

tumpang tindih dengan depresi.

e. Sedangkan kajian biologis menunjukkan bahwa otak

megandung reseptor khususuntuk benzodiasepin, obat-obatan

yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam-asam gama-

aminobutirat (GABA), yang berperan penting dalam mekanisme

biologis yang berhubungan dengan ansietas.

2.2.2.2.Faktor Presipitasi

Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam

kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan

(Suliswati, 2014). Stresor presipitasi kecemasan dikelompokkan

menjadi dua bagian, yaitu :

a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang

mengancam integritas fisik yang meliputi :

1) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis

sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis

normal (misalnya : hamil).

2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus

dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan

nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.


14

b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan

eksternal.

1) Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan

interpersonal di rumah dan tempat kerja, penyesuaian

terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas

fisik juga dapat mengancam harga diri.

2) Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai,

perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok,

sosial budaya.

2.2.3 Tanda dan Gejala

Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami

ansietas (Hawari, 2013), antara lain sebagai berikut :

a. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah

tersinggung.

b. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.

c. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.

d. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.

e. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.

f. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,

pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas,

gangguan pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan

sebagainya. 

2.2.4 Psikopatologi
15

Setiap faktor yang mengganggu kebutuhan dasar manusia akan makanan,

air, kenyamanan, dan keamanan.

2.2.4.1 Situasional

Berhubungan dengan ancaman aktual atau yang dirasakan terhadap

konsep diri :

a. Kehilangan benda-benda yang dimiliki

b. Kegagalan (atau keberhasilan)

c. Perubahan dalam status atau prestise

d. Kurang penghargaan dari orang lain

e. Dilema etik

2.2.4.2 Berhubungan dengan kehilangan orang terdekat (aktual atau

risti) :

a. Kematian

b. Perceraian

c. Tekanan budaya

d. Perpindahan

e. Perpisahan sementara atau permanen

2.2.4.3 Berhubungan dengan ancaman integritas biologis (aktual atau

risti):

a. Menjelang kematian

b. Serangan

c. Penyakit

d. Prosedur invasif
16

2.2.4.4 Berhubungan dengan perubahan dalam lingkungan (aktual

atau risti) :

a. Perawatan rumah sakit

b. Perpindahan

c. Pensiun

d. Bahaya terhadap keamanan

e. Polutan lingkungan

2.2.4.5 Berhubungan dengan perubahan status sosioekonomi (aktual

atau risti) :

a. Pengangguran

b. Pekerjaan baru

c. Promosi

d. Berhubungan dengan transmisi ansietas orang lain terhadap

individu.

e. Maturasional

f. Bayi/anak

g. Berhubungan dengan perpisahan

h. Berhubungan dengan lingkungan atau orang asing

i. Berhubungan dengan perubahan hubungan sebaya

j. Remaja

2.2.4.6 Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri :

a. Perkembangan seksual

b. Perubahan hubungan dengan teman sebaya

c. Dewasa
17

d. Berhubungan dengan konsep diri :

e. Kehamilan

f. Menjadi orang tua

g. Perubahan karir

h. Efek penuaan

i. Lansia

2.2.4.7 Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri :

a. Kehilangan sensori

b. Kehilangan motorik

c. Masalah finansial

d. Perubahan pension

2.2.5 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan

suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik

(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius

(Hawari, 2013) selengkapnya seperti pada uraian berikut :

a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :

1) Makan makan yang bergizi dan seimbang.

2) Tidur yang cukup.

3) Cukup olahraga.

4) Tidak merokok.

5) Tidak meminum minuman keras.

b. Terapi psikofarmaka
18

Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan

memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan

neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak

(limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat

anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam,

bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan

alprazolam.

c. Terapi somatic

Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala

ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk

menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan

obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.

d. Psikoterapi

Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :

1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan

dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa

dan diberi keyakinan serta percaya diri.

2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi

bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.

3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki

kembali (re-konstruksi) kepribadian yang telah mengalami

goncangan akibat stressor.


19

4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien,

yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan

daya ingat.

5) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan

proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa

seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga

mengalami kecemasan.

6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan,

agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor

keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.

e. Terapi psikoreligius

Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya

dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem

kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

2.3 Penerapan Prosedur Bermain Terapeutik

2.3.1 Pengertian

Bermain adalah cerminan kemampuan fisik, intelektual,

emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik

untuk belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-kata,

belajar menyesuaikan diri dengan lingkungan, melakukan apa yang

dapat dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara.  (Wong,

2008). Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara

sukarela untuk memperoleh kesenangan. Bermain merupakan

cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional, dan sosial.


20

Bermain adalah kegiatan yang dilakukan sesuai dengan

keinginanya sendiri dan memperoleh kesenangan.

Terapi bermain merupakan teknik penyembuhan terhadap

anak dengan menggunakan media berbagai macam bentuk

permainan, baik tanpa, maupun menggunakan alat yang tidak

membahayakan diri anak dan dapat dilaksanakan di alam terbuka

sepanjang membantu program pembelajaran (Julay, 2015).

2.3.2 SYARAT TERAPI BERMAIN

Permainan harus menimbulkan :

a. Kesenangan

b. Kenikmatan

c. Tidak ada unsur paksaan (Julay, 2015).

2.3.3 Hal-Hal Yang Diperlukan Dalam Terapi Bermain

a. Ruang

b. Alat permainan

c. Waktu

d. Energi ekstra

e. Pengetahuan cara bermain

f. Teman (Julay, 2015).

2.3.4 Fungsi Terapi Bermain

Anak bermain pada dasarnya agar ia memperoleh

kesenangan, sehingga tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak

sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti

halnya makan, perawatan dan cinta kasih. Fungsi utama bermain


21

adalah merangsang perkembangan sensoris-motorik,

perkembangan sosial, perkembangan kreativitas, perkembangan

kesadaran diri, perkembangan moral dan bermain sebagai terapi.

Untuk lebih jelasnya dibawah ini terdapat beberapa fungsi bermain

pada anak diantaranya :

a. Membantu Perkembangan Sensorik dan Motorik

Fungsi bermain pada anak ini adalah dapat dilakukan

dengan melakukan rangsangan pada sensorik dan motorik

melalui rangsangan ini aktifitas anak dapat mengeksplorasikan

alam sekitarnya sebagai contoh bayi dapat dilakukan

rangsangan  taktil, audio dan visual melalui rangsangan ini

perkembangan sensorik dan motorik akan meningkat. Hal

tersebut dapat dicontohkan sejak lahir anak yang telah

dikenalkan atau dirangsang visualnya maka anak di kemudian

hari kemampuan visualnya akan lebih menonjol seperti lebih

cepat mengenal sesuatu yang baru dilihatnya. Demikian juga

pendengaran, apabila sejak bayi dikenalkan atau dirangsang

melalui suara-suara maka daya pendengaran dikemudian hari

anak lebih cepat berkembang dibandingkan tidak ada stimulasi

sejak dini.

b. Membantu Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif dapat dirangsang melalui

permainan. Hal ini dapat terlihat pada saat anak bermain, maka

anak akan mencoba melakukan komunikasi dengan bahasa


22

anak, mampu memahami obyek permainan seperti dunia

tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan,

mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai

manfaat benda yang digunakan dalam permainan,sehingga

fungsi bermain pada model demikian akan meningkatkan

perkembangan kognitif selanjutnya.

c. Meningkatkan Sosialisasi Anak

Proses sosialisasi dapat terjadi melalui permainan, sebagai

contoh dimana pada usia bayi anak akan merasakan

kesenangan terhadap kehadiran orang lain dan merasakan ada

teman yang dunianya sama, pada usia toddler anak sudah

mencoba bermain dengan sesamanya dan ini sudah mulai

proses sosialisasi satu dengan yang lain, kemudian bermain

peran seperti bermain-main berpura-pura menjadi seorang

guru, jadi seorang anak, menjadi seorang bapak, menjadi

seorang ibu dan lain-lain, kemudian pada usia prasekolah

sudah mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya

sehingga harapan anak mampu melakukan sosialisasi dengan

teman dan orang lain.

d. Meningkatkan Kreatifitas

Bermain juga dapat berfungsi dalam peningkatan

kreatifitas, dimana anak mulai belajar menciptakan sesuatu

dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang

akan digunakan dalam permainan sehingga anak akan lebih


23

kreatif melalui model permainan ini, seperti bermain bongkar

pasang mobil-mobilan.

e. Meningkatkan Kesadaran Diri

Bermain pada anak akan memberikan kemampuan pada

anak untuk ekplorasi tubuh dan merasakan dirinya sadar

dengan orang lain yang merupakan bagian dari individu yang

saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku,

membandingkan dengan perilaku orang lain.

f. Mempunyai Nilai Terapeutik

Bermain dapat menjadikan diri anak lebih senang dan

nyaman sehingga adanya stres dan ketegangan dapat

dihindarkan, mengingat bermain dapat menghibur diri anak

terhadap dunianya.

g. Mempunyai Nilai Moral Pada Anak

Bermain juga dapat memberikan nilai moral tersendiri

kepada anak, hal ini dapat dijumpai anak sudah mampu belajar

benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah dan ketika

berinteraksi dengan temannya, dan juga ada beberapa

permainan yang memiliki aturan-aturan yang harus dilakukan

tidak boleh dilanggar.

Terapi bermain disusun untuk menunjang :

1) Keterampilan mengurus diri sendiri (Self Help Skills)

2) Kemampuan untuk melakukan kegiatan tertentu (Psycho-

motor Performance)
24

3) Penyesuaian diri terhadap lingkungannya (Social

Adaptation)

4) Keterampilan diri bagi kesiapan kerja di masyarakat

(Prevocational Skills) (Julay, 2015).

2.3.5 Tujuan Terapi Bermain

a. Perkembangan kekuatan organ tubuh, peningkatan otot-otot dan

organ tubuh, pencegahan dan perbaikan sikap tubuh yang

kurang baik.

b. Kemampuan berkomunikasi, menghitung angka dalam suatu

permaian sehingga dapat dikatakan menang/kalah.

c. Penerimaan atas pimpinan orang lain, bagaimana ia memimpin.

d. Bagaimana dapat bermain bersama, meningkatkan hubungan

yang sehat dalam kelompok.

e. Dapat melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang

normal,

f. Dapat mengekspresikan keinginan, perasaan, dan fantasi,

g. Dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman bermain

yang tepat.

h. Agar anak dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena

sakit (Julay, 2015).

2.3.6 Sasaran Terapi Bermain

Sasaran terapi bermain adalah semua umur dan pada anak-anak

dengan gangguan perkembangan (Julay, 2015).


25

2.3.7 Perkembangan Bermain

a. Unoccupied behaviour

Anak mengamati kejadian (mengamati temannya bermain)

akan tetapi anak tersebut tidak terlibat dalam permaian tersebut.

Pada saat tertentu, anak sering terlibat mondar-mandir,

tersenyum, tertawa, jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan

kursi, meja atau apa saja yang ada di sekelilingnya. Anak

melamun, sibuk dengan bajunya atau benda lain. Jadi

sebenarnya anak tidak memainkan alat permainan tertentu dan

situasi atau objek yang ada di sekelilingnya yang digunakan

sebagai alat permainan. Anak memusatkan perhatian pada

segala sesuatu yang menarik perhatiannya. Peran ini berbeda

dibandingkan dengan onlooker, dimana anak aktif mengamati

aktivitas anak lain.

b. Solitary Play

Anak sibuk bermain sendiri, tidak memperhatikan kehadiran

anak-anak lain di lingkungan sekitarnya.

c. On Looker Play

Anak mengamati teman-temannya bermain, tampak ada minat

yang semakin besar terhadap kegiatan tersebut.

d. Pararel Play

Dua anak atau lebih bermain dengan jenis alat permainan yang

sama dan melakukan gerakan/ kegiatan yang sama.

Contohnya : Bermain mobil-mobilan dan balok-balokan


26

e. Assosiate Play

Ada interaksi antara anak yang bermain, saling bertukar alat

permaian, tidak ada keterlibatan kerjasama.

Contohnya : Menggambar

f. Cooperative Play

Adanya kerjasama/ pembagian tugas dan pembagian peran

antara anak-anak yang terlibat dalam permainan untuk mencapai

satu tujuan tertentu.

Contohnya : Bermain dokter-dokteran, membuat balok-balok

bersama.

g. Therapeutic Play

Merupakan pedoman bagi tenaga tim kesehatan, khususnya

untuk memenuhi kebutuhan fisik dan psikososial anak selama

hospitalisasi. Dapat membantu mengurangi stres, memberikan

instruksi dan perbaikan kemampuan fisiologis (Vessey &

Mohan, 1990 dikutip oleh Supartini, 2004). Permainan dengan

menggunakan alat-alat medik dapat menurunkan kecemasan dan

untuk pengajaran perawatan diri pada anak-anak. Pengajaran

dengan melalui permainan dan harus diawasi seperti:

menggunakan boneka sebagai alat peraga untuk melakukan

kegiatan bermain seperti memperagakan dan melakukan

gambar-gambar seperti pasang gips, injeksi, memasang infus

dan sebagainya (Julay, 2015).


27

2.3.7.1 Tahap Kerja Terapi Bermain Anak Usia 4 – 6 Tahun

a. Stimulasi Sosial

Anak bermain bersama teman-temannya, tetapi tidak ada tujuan.

Contoh: bermain pasir bersama-sama.

b. Stimulasi Keterampilan

Mengetahui kemampuan keterampilan yang ada pada anak

sehingga dapat mengetahui bakat anak. Contoh: Menggambar,

bernyanyi, menari.

c. Stimulasi Kerjasama

Anak mampu bekerjasama dalam permainan. Contoh: anak-anak

bermain menyusun puzzle, bermain bola (Julay, 2015).

2.3.7.2 Peralatan Terapi Bermain Sesuai Dengan Tahapan

Perkembangan Anak Menurut Umur

a. USIA 0-3 BULAN

Anak masih beradaptasi terhadap lingkungan barunya setelah dia

dilahirkan

b. USIA 3-6 BULAN

1) Pensil

2) Mainan/ Benda-benda kecil yang dapat digenggam

3) Gambar-gambar yang menarik

4) Lonceng

c. USIA 6-9 BULAN

1) Boal kecil

2) Manik-manik
28

d. USIA 9-12 BULAN

1) Pensil

e. USIA 12-18 BULAN

1) Kubus/ Kotak

f. USIA 18-24 BULAN

1) Kubus/ Kotak

2) Bola

3) Cangkir, alat makan

g. USIA 24-36 BULAN

1) Bola kecil

2) Kertas dan pensil

3) Gambar

4) Piring

5) Pakaian

h. USIA 36-48 BULAN

1) Sepeda gambar dan pensil

2) Buku gambar dan pensil

3) Kubus/ kotak

4) Krayon/ gambar warna

5) Buku dongeng

6) Sepatu, celana, baju

i. USIA 48-60 BULAN

1) Buku gambar

2) Pakaian
29

3) Bola besar dan kecil

4) Alat gosok gigi

j. USIA 60-72 BULAN

1) Buku gambar dan pensil

2) Bola kecil

3) Krayon/ gambar warna

4) Pakaian (Julay, 2015).


30

2.1.6.10 KARAKTERISTIK BERMAIN

Dalam bermain pada anak tidaklah sama dalam setiap usia tumbuh

kembang melainkan berbeda, hal ini dikarenakan setiap tahap usia tumbuh

kembang anak selalu mempunyai tugas-tugas perkembangan yang berbeda

sehingga dalam penggunaan alat selalu memperhatikan tugas masing-

masing umur tumbuh kembang. Adapun karakteristik dalam setiap tahap

usia tumbuh kembang anak:

a. Usia 0-1 tahun

Pada usia ini perkembangan anak mulai dapat dilatih dengan

adanya reflex, melatih kerja sama antara mata dan tangan, mata dan telinga

dalam berkoordinasi,  melatih mencari objek yang ada tetapi tidak

kelihatan, melatih mengenal asal suara, kepekaan perabaan,  keterampilan

dengan gerakan yang berulang, sehingga fungsi bermain pada usia ini

sudah dapat memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan.

Jenis permainan ini permainan yang dianjurkan pada usia ini antara

lain: benda (permainan) aman yang dapat dimasukkan kedalam mulut,

gambar bentuk muka, boneka orang  dan binatang, alat permaianan yang

dapat digoyang dan menimbulkan suara, alat permaian  berupa selimut,

boneka, dan lai-lain.

b. Usia 1-2 tahun

Jenis permainan yang dapat digunakan pada usia ini pada dasarya

bertujuan untuk melatih anak melakukan gerakan mendorong atau

menarik, melatih melakukan imajinasi, melatih anak melakukan kegiatan

sehari-hari dan memperkenalkan beberapa bunyi dan mampu


31

membedakannya. Jenis permainan ini seperti semua alat permainan yang

dapat didorong dan di tarik, berupa alat rumah tangga, balok-balok, buku

bergambar, kertas, pensil berwarna, dan lain-lain.

c. Usia 3-6 tahun

Pada usia 3-6 tahun anak sudah mulai mampu mengembangkan

kreativitasnya dan sosialisasi sehingga sangat diperlukan permainan yang

dapat mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan,

kemampuan berbahasa, mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan

sportifitas, mengembangkan koordinasi motorik, menegembangkan dan

mengontrol emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan pengertian

yang bersifat ilmu pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetensi

serta gotong royong. Sehingga jenis permainan yang dapat dighunakamn

pada anak usia ini seperti benda-benda sekitar rumah, buku gambar,

majalah anak-anak, alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting, dan

air (Julay, 2015).

2.1.6.11 Terapi bermain biasanya paling banyak dilakukan pada umur 48-60

bulan.

Kemampuan yang diuji adalah kemampuan motorik kasar dan halus.

a. Kemampuan motorik kasar :

1) Bermain bola, lari, lompat, berayun-ayun, memanjat

2) Lomba karung

3) Ambil karung/ kain sarung yang cukup lebar untuk menutup bagian

bawah tubuh dan kedua kaki anak. Tunjukkan pada anak dan teman-
32

temannya cara memakai karung dan melompat-lompat, siapa yang

paling cepat/ dulu sampai garis tujuan.

4) Main engklek

5) Gambar kotak-kotak permainan engklek di lantai. Ajari anak dan

teman-temannya cara bermain engklek.

6) Melompat tali

7) Pada waktu anak bermain dengan teman sebayanya, bujuk 2 anak untuk

memegang tali rafia (panjang 1 meter), atur jarak dari tanah, jangan

terlalu tinggi. Tunjukkan kepada anak cara melompat tali dan bermain

‘katak lompat’.

b. Kemampuan motorik halus :

Ketika anak sedang menggambar, minta anak melengkapi gambar tersebut.

Contohnya : menggambar baju pada gambar orang, menggambar pohon,

bunga,, matahari, pagar pada gambar rumah, dan lain-lain.

c. Mencocokkan dan menghitung

Bila anak sudah dapat berhitung dan mengenal angka, buat 1 set

kartu yang ditulisi angka 1-10. Letakkan kartu tersebut berurutan di atas

meja. Minta anak menghitung benda-benda kecil yang ada di rumah

seperti : kacang, batu kerikil, biji sawo, dan lain-lain sejumlah angka yang

tertera pada kartu. Kemudian letakkan benda-benda tersebut didekat kartu

angka yang cocok.


33

d. Menggunting

Bila anak sudah dapat memakai gunting tumpu, ajar cara

menggunting kertas yang sudah dilipat-lipat, membuat suatu bentuk

seperti rumbai-rumbai, orang, binatang, mobil dan sebagainya.

e. Membandingkan besar/ kecil, banyak/ sedikit, berat/ ringan

Ajak anak bermain menyusun 3 buah piring berbeda ukuran atau 3

gelas diisi air dengan isi tidak sama. Minta anak menyusun piring/ gelas

tersebut dari yang ukuran kecil/ jumlah sedikit ke besar/ banyak atau dari

ringan ke berat. Bila anak dapat menyusun ketiga benda tersebut maka

tambah jumlahnya meuynjadi 4 atau lebih.

f. Berkebun

Ajak anak menanam biji kacang di kaleng/gelas aqua bekas yang

telah diisi tanah. Bantu anak menyirami tanaman tersebut setiap hari. Ajak

anak memperlihatkan pertumbuhannya dari hari ke hari. Bicarakan

mengenai bagaimana tanaman, binatang dan anak-anak tumbuh/

bertambah besar.

g. Percobaan Ilmiah

Sediakan 3 gelas isi air, pada gelas pertama tambahkan 1 sendok

teh gula pasir dan bantu anak ketika mengaduk gula tersebut. Pada gelas

kedua masukkan gabus dan pada gelas ketiga masukkan kelereng.

Bicarakan mengenai hasilnya ketika anak melakukan ‘percobaan’ ini

(Julay, 2015)
 

Anda mungkin juga menyukai