Anda di halaman 1dari 13

DETERMINAN SOSIAL TERHADAP TUBERKULOSIS

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas


dalam Mata Kuliah Indikator dan pengukuran promosi kesehatan/ social
determinan health

Disusun Oleh :

Eda Norviana NIM 2017.D.01.005

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT
TAHUN 2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Ini Yang Berjudul Determinan sosial
terhadap tuberkulosis pada waktunya tanpa hambatan yang berarti.
Keberhasilan penulis dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua
pihak.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini sehingga dapat bermanfaat, akhir kata penulis ucapkan
terima kasih.

Palangka raya, April 2020

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................... 2
1.3 Tujuan................................................................................................................. 2
1.4 Manfaat .............................................................................................................. 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tubercolusis....................................................................................... 3
2.2 Riwayat Penyakit................................................................................................. 3
2.3 Gejala Penyakit.................................................................................................... 4
2.4 Penyebaran dan Waktu Tuberkulosi.................................................................... 4
2.5 Penularan Tuberkulosis........................................................................................ 5
2.6 Pencegahan Tuberkulosis..................................................................................... 6
2.7 Pengobatan........................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan.............................................................................................................. 8
Daftar Pustaka

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di Indonesia, TBC merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah
pasien TBC di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina.
Diperkirakan pada tahun 2004, setiap tahun ada 539.000 kasus baru dan kematian
101.000 orang (Anonim, 2007). Di Indonesia dengan prevalensi TBC positif 0,22%
(laporan WHO 1998), penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang setiap tahun
mortalitasnya cukup tinggi. Kawasan Indonesia timur banyak ditemukan terutama
gizi makanannya tidak memadai dan hidup dalam keadaan sosial ekonomi dan
higiene dibawah normal (Tjay dan Rahardja, 2007). Hampir 10 tahun lamanya
Indonesia menempati urutan ke-3 sedunia dalam hal jumlah penderita tuberkulosis.
Berdasarkan Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2007 menyatakan
jumlah penderita tuberkulosis di Indonesia sekitar 528.000. Laporan WHO pada
tahun 2009, mencatat peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan jumlah
penderita TBC sebanyak 429.000 orang. Pada Global Report WHO 2010, didapat
data TBC Indonesia, total seluruh kasus TBC tahun 2009 sebanyak 294.731 kasus,
dimana 169.213 adalah kasus TBC baru BTA positif, 108.616 adalah kasus TBC
BTA negatif, 11.215 adalah kasus TBC ekstra paru, 3.709 adalah kasus TBC
kambuh, dan 1.978 adalah kasus pengobatan ulang diluar kasus kambuh (Anonimc ,
2011). 1 2 Pada anak, TBC secara umum dikenal dengan istilah “flek paru-paru”.
Tuberkulosis pada anak juga mempunyai permasalahan khusus yang berbeda
dengan orang dewasa, baik dalam aspek diagnosis, pengobatan, pencegahan,
maupun TBC pada kasus khusus, misalnya pada anak dengan infeksi HIV
(Anonima , 2011). Selain itu, pemeriksaan TBC yang memerlukan sampel dahak
dari sang anak masih sulit diterapkan karena anak kecil sulit mengeluarkan dahak.
Akibatnya, kesulitan dan keraguan dalam aspek diagnosis ini seringkali
menimbulkan terjadinya over diagnosis dan over treatment dalam penanganan TBC
anak (Anonimb , 2011). Perbedaan TBC anak dan TBC dewasa adalah TBC anak
lokasinya pada setiap bagian paru sedangkan pada dewasa di daerah apeks dan infra
klavikuler. Kemudian terjadi pembesaran kelenjar limfe regional sedangkan pada
dewasa tanpa pembesaran kelenjar limfe regional. Pada anak penyembuhan dengan
perkapuran dan pada dewasa dengan fibriosis. Pada anak lebih banyak terjadi
penyebaran hematogen sedangkan pada dewasa jarang (Sulaifi, 2011). Sumber
utama penularan adalah orang dewasa dengan TBC paru dengan sputum positif
(Mycobacterium tuberculosis), dan susu dari hewan yang terinfeksi
(Mycobacterium bovis). Diagnosis berdasarkan gambaran rontgen toraks dan tes
tuberkulin positif. Sputum biasanya tidak ada, namun hasil tuberkulosis mungkin
bisa didapatkan dari bilas lambung. Pencegahan tergantung pada perbaikan kondisi
sosioekonomi, dan kemudian pada beberapa pemeriksaan termasuk pengenalan
serta terapi tepat pada infeksi TBC dewasa, imunisasi BCG (Meadow dan Newel,
2006). Sedangkan masalah perilaku tidak sehat antara lain akibat dari meludah
sembarangan, 3 batuk sembarangan, kedekatan anggota keluarga, gizi yang kurang
atau tidak seimbang, dan lain-lain (Anonim, 2006).
1.2 Rumusan masalah
1. Apa Pengertian Tubercolusis
2. Bagaimana Riwayat Penyakit
3. Apa saja Gejala Penyakit
4. Bagaimana Penyebaran dan Waktu Tuberkulosi
5. Bagaimana Penularan Tuberkulosis
6. Bagaimana Pencegahan Tuberkulosis
7. Bagaiaman Pengobatan
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pengertian Tubercolusis
2. Untuk mengetahui Riwayat Penyakit
3. Untuk mengetahui Gejala Penyakit
4. Untuk mengetahui Penyebaran dan Waktu Tuberkulosi
5. Untuk mengetahui Penularan Tuberkulosis
6. Untuk mengetahui Pencegahan Tuberkulosis
7. Untuk mengetahui Pengobatan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tubercolusis
Penyakit TBC ( Tuberkulosis ) adalah sebuah penyakit infeksi yang terjadi pada
saluran pernafasan manusia yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri penyebab
penyakit TBC ini merupakan jenis bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengobati penyakit TBC ini. Secara
umum, bakteri ini lebih sering menginfeksi organ pernapasan paru-paru (90%)
dibandingkan dengan bagian lain pada tubuh manusia
2.1 Riwayat Penyakit
Penyakit TBC adalah merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi
yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit TBC dapat
menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin
serta dimana saja. Di Indonesia khususnya, Penyakit ini terus berkembang setiap
tahunnya dan saat ini mencapai angka 250 juta kasus baru diantaranya 140.000
menyebabkan kematian. Bahkan Indonesia menduduki negara terbesar ketiga
didunia dalam masalah penyakit TBC ini.
Tuberkulosis telah hadir pada manusia sejak jaman dahulu. Deteksi jelas awal
Mycobacterium tuberculosis adalah sisa-sisa bison tanggal 17.000 tahun sebelum
sekarang ini. Namun., Apakah berasal TBC pada sapi dan kemudian ditransfer ke
manusia, atau menyimpang dari satu nenek moyang, saat ini tidak jelas.
Menunjukkan sisa-sisa kerangka manusia prasejarah (4000 SM) telah TB, dan
pembusukan TBC telah ditemukan di punggung mumi Mesir 3000-2400 SM
penyakit paru-paru adalah istilah Yunani untuk konsumsi;. sekitar 460 SM,
Hippocrates diidentifikasi penyakit paru-paru sebagai penyakit yang paling luas kali
melibatkan batuk darah dan demam, yang hampir selalu fatal. Studi genetik
menunjukkan bahwa TB hadir di The Amerika dari sekitar tahun 100 Masehi.

2.2 Gejala Penyakit


Penderita yang terserang basil tersebut biasanya akan mengalami demam tapi
tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat
hilang timbul. Gejala lain, penurunan nafsu makan dan berat badan, batuk-batuk
selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah), perasaan tidak enak
(malaise), dan lemah. Agar bisa mengantisipasi penyakit ini sejak dini, berikut
gejala-gejala penyakit tuberculosis :
Gejala utama
1. Batuk terus-menerus dan berdahak selama tiga pekan atau lebih.
Gejala tambahan yang sering dijumpai
1. Dahak bercampur darah/batuk darah
2. Sesak nafas dan rasa nyeri pada dada
3. Demam/meriang lebih dari sebulan
4. Berkeringat pada malam hari tanpa penyebab yang jelas
5. Badan lemah dan lesu
6. Nafsu makan menurun dan terjadi penurunan berat badan
2.4 Penyebaran dan Waktu Tuberkulosi
Tuberkulosis menyebar secara merata diseluruh wilayah Indonesia, tapi
penyebaran terbesar terjadi di wilayah Indonesia bagian timur seperti Papua, Nusa
Tenggara, dan Maluku. Masalah kesehatan TBC (Tuberkulosis) di Papua sangat
memprihatinkan, sekitar 60 persen pengindap HIV di Provinsi Papua diketahui
menderita tuberkulosis, demikian pula sebaliknya 40 persen pasien TB/TBC
kemudian terdeteksi terserang virus penyakit mematikan tersebut.
2.5 Penularan Tuberkulosis
Infeksi kuman (bakteri) tuberkulosis dari seorang yang menderita TBC terhadap
oarang lain ditentukan oleh banyaknya jumlah kuman (bakteri) yang bersarang di
dalam paru-paru penderita. Sumber penyebaran penularan TBC di udara bisa berasal
dari dahak yang berupa doplet yang keluar disaat penderita batuk atau bersin.
Banyaknya kuman (bakteri) pada paru-paru penderita penyakit TBC dapat diperiksa
dan dilihat melalui mikroskop yaitu pada pemeriksaan dahaknya. Seperti kata
pepatah bahwa “Mencegah lebih baik dari pada mengobati “, pepatah ini juga
berlaku dan harus kita garis bawahi dalam upaya pencegahan TBC paru agar kita
terhindar dari penularan.
2.6 Faktor Determinan Yang Mempengaruhi
A.Faktor Penyebab
Penyakit ini diakibatkan infeksi kuman mikobakterium tuberkulosis yang dapat
menyerang paru, ataupun organ-organ tubuh lainnya seperti kelenjar getah bening,
usus, ginjal, kandungan, tulang, sampai otak. TBC dapat mengakibatkan kematian
dan merupakan salah satu penyakit infeksi yang menyebabkan kematian tertinggi di
negeri ini. Kali ini yang dibahas adalah TBC paru. TBC sangat mudah menular,
yaitu lewat cairan di saluran napas yang keluar ke udara lewat batuk/bersin &
dihirup oleh orang-orang di sekitarnya. Tidak semua orang yang menghirup udara
yang mengandung kuman TBC akan sakit.Pada orang-orang yang memiliki tubuh
yang sehat karena daya tahan tubuh yang tinggi dan gizi yang baik, penyakit ini
tidak akan muncul dan kuman TBC akan “tertidur”. Namun,pada mereka yang
mengalami kekurangan gizi, daya tahan tubuh menurun/ buruk, atau terus-menerus
menghirup udara yang mengandung kuman TBC akibat lingkungan yang buruk,
akan lebih mudah terinfeksi TBC (menjadi ‘TBC aktif’) atau dapat juga
mengakibatkan kuman TBC yang “tertidur” di dalam tubuh dapat aktif kembali
(reaktivasi).
Infeksi TBC yang paling sering, yaitu pada paru, sering kali muncul tanpa gejala
apa pun yang khas, misalnya hanya batuk-batuk ringan sehingga sering diabaikan
dan tidak diobati. Padahal, penderita TBC paru dapat dengan mudah menularkan
kuman TBC ke orang lain dan kuman TBC terus merusak jaringan paru sampai
menimbulkan gejala-gejala yang khas saat penyakitnya telah cukup parah.
B. Faktor Yang Mempengaruhi
Penyakit TBC pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti : status
sosial ekonomi, status gizi, umur dan jenis kelamin untuk lebih jelasnya dapat kita
jelaskan seperti uraian dibawah ini:
•  Faktor Sosial Ekonomi.
Disini sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan tempat penghunian,
lingkungan perumahan dan sanitasi tempat bekerja yang buruk dapat memudahkan
penularan TBC. Pendapatan keluarga sangat erat juga dengan penularan TBC, karena
pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat hidup layak dengan memenuhi
syarat-syarat kesehatan.
•  Status Gizi.
Keadaan kekurangan gizi akan mempengaruhi daya tahan tubuh sesoeranga
sehingga rentan terhadap penyakit termasuk TB-Paru. Keadaan ini merupakan faktor
penting yang berpengaruh dinegara miskin, baik pada orang dewasa maupun anak-
anak.
•  Umur.
Penyakit TB-Paru paling sering ditemukan pada usia muda atau usia produktif
(15 – 50) tahun. Dewasa ini dengan terjadinya transisi demografi menyebabkan usia
harapan hidup lansia menjadi lebih tinggi. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem
imunologis seseorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai penyakit,
termasuk penyakit TB-Paru.
 Jenis Kelamin.
Penyakit TB-Paru cenderung lebih tinggi pada jenis kelamin laki-laki
dibandingkan perempuan. Menurut WHO, sedikitnya dalam jangka waktu setahun
ada sekitar 1 juta perempuan yang meninggal akibat TB-Paru, dapat disimpulkan
bahwa pada kaum perempuan lebih banyak terjadi kematian yang disebabkan oleh
TB-Paru dibandingkan dengan akibat proses kehamilan dan persalinan.
Pada jenis kelamin laki-laki penyakit ini lebih tinggi karena merokok tembakau
dan minum alkohol sehingga dapat menurunkan sistem pertahanan tubuh, sehingga
lebih mudah terpapar dengan agent penyebab TB-Paru.
2.6 Pencegahan Tuberkulosis
1. Tindakan pencegahan TBC paru oleh orang yang belum terinfeksi
2. Selalu berusaha mengurangi kontak dengan penderita TBC paru aktif.
3. Selalu menjaga standar hidup yang baik, caranya bisa dengan mengkonsumsi
nakanan yang bernilai gizi tinggi, menjaga lingkungan selalu sehat baik itu di
rumah maupun di tempat kerja (kantor), dan menjaga kebugaran tubuh dengan
cara menyempatkan dan meluangkan waktu untuk berolah raga.
4. Pemberian vaksin BCG, tujuannya untuk mencegah terjadinya kasus infeksi
TBC yang lebih berat. Vaksin BCG secara rutin diberikan kepada semua balita.
Tindakan pencegahan TBC paru oleh penderita agar tidak menular
1. Bagi mereka yang sudah terlanjur menjadi penederita TBC aktif tindakan yang
bisa dilakukan adalah menjaga kuman (bakteri) dari diri sendiri. Hal ini biasanya
membutuhkan waktu lama sampai beberapa minggu untuk masa pengobatan
dengan obat TBC hingga penyakit TBC sudah tidak bersifat menular lagi.
Berikut ini adalah beberapa tips dan cara untuk membantu menjaga pencegahan
TBC agar infeksi bakteri tidak menular kepada orang-orang di sekitar anda baik
itu teman atau keluarga di rumah.Selama beberapa minggu menjalani
pengobatan sebaiknya tidak berpergian ke mana pun baik itu sekolah,
tidak melakukan aktifitas di tempat kerja (ngantor), dan tidak tidur sekamar
dengan orang lain meskipun keluarga sendiri sebagai usaha pencegahan TBC
agar tidak menular.
2. Sifat dari kuman (bakteri) TBC adalah memiliki kemampuan menyebar lebih
mudah di dalam ruangan yang tertutup di mana udara tidak bergerak. Jika
ventilasi ruangan untuk sirkulasi udara kurang, bukalah jendela dan nyalakan
kipas angin untuk meniupkan udalah dari dalam ke luar ruangan.
3. Selalu menggunakan masker untuk menutup mulut kapan saja ketika didiagnosis
TBC. Hal ini merupakan langkah pencegahan TBC secara efektif dan jangan
membuang masker yang sudah tidak dipakai lagi pada tempat yang tepat dan
aman dari kemungkinan terjadinya penularan TBC ke lingkungan sekitar.
4. Jangan meludah di sembarangan tempat, meludah hendaknya pada wadah atau
tempat tertentu yang sudah diberi desinfektan atau air sabun.
5. Menghindari udara dingin dan selalu mengusahakan agar pancaran sinar
matahari dan udara segar dapat masuk secukupnya ke ruangan tempat tidur.
Usahakan selalu menjemur kasur, bantal, dan tempat tidur terutama di pagi dan
di tempat yang tepat.
6. Tidak melakukan kebiasaan sharing penggunaan barang atau alat. Semua barang
yang digunakan penderita TBC harus terpisah dan tidak boleh digunakan oleh
orang lain bai itu teman bahkan anak, istri dan keluarga. Perlu dingat dan
diperhatikan bahwa meraka yang sudah mengalami terkena penyakit infeksi
TBC dan menjadi penderita kemudian diobati dan sembuh kemungkinan bisa
terserang infeksi kembali jika tidak melalukan pencegahan TBC dan menjaga
kesehatan tubuh.
7. Mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak kadar karbohidrat dan
protein tinggi.
2.6 Pengobatan
Pengobatan untuk TBC bila sudah diketahui sejak dini sebenarnya tidak terlalu
mahal dan mudah untuk disembuhkan karena sudah ada obat yang disediakan
pemerintah. Bila diperlukan, penderita TBC dapat juga dikarantina di tempat khusus
agar tidak menularkan penyakitnya.Penyakit ini juga sebenarnya merupakan salah
satu penyakit yang sudah ditaklukan, tetapi belakangan kembali menyerang. Salah
satunya adalah karena penderita tuberkulosis ini tidak menghabiskan obat mereka.
Obat harus diminum secara teratur selama 6 sampai 9 bulan untuk menyembuhkan
penyakit ini. Tidak menghabiskan obat dapat menyebabkan penderita tidak dapat
sembuh dan menyebabkan obat tidak mampu lagi melawan kuman karena kuman
menjadi kebal.

BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Penyakit TBC ( Tuberkulosis ) adalah sebuah penyakit infeksi yang terjadi pada
saluran pernafasan manusia yang disebabkan oleh bakteri. Bakteri penyebab penyakit
TBC ini merupakan jenis bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu
yang cukup lama untuk mengobati penyakit TBC ini. Secara umum, bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ pernapasan paru-paru (90%) dibandingkan dengan bagian
lain pada tubuh manusia
Faktor Determinan Yang Mempengaruhi
1. Faktor sosial ekonomi
2. Status gizi
3. Umur
4. Jenis kelamin

DAFTAR PUSTAKA

Departemen  kesehatan.2001. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosisi .


Jakarta : Bakti Husada
Helper Sahat P Manalu, Jurnal Ekologi Kesehatan Vol. 9 No 4, Desember 2010 : 1340 –
1346.
Notoatmodjo,Soekidjo.2007.Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka
Cipta
- See more at: http://penjualan   obat herbal.blogspot.com/2013/07/faktor-penyebab
gejala-dan-cara.html#sthash.HOUrW2do.dpuf
www.academia. Edu./-determinan sosial penyakit tubercolusis

Anda mungkin juga menyukai