Anda di halaman 1dari 6

DARK SOULS

Video ini bukanlah review analisis game menyeluruh seperti video-videoku


sebelumnya. Kali ini aku ingin membuat analisis tentang theme yg ada pada suatu game dan
sebenarnya video kali ini juga sudah aku rencanakan sejak lama, tapi karena beberapa hal
harus kutunda.
Game yang akan menjadi topik kali ini adalah Dark Souls dari Fromsoftware. Game
yang terkenal dengan difficulty yang brutal dan unforgiving. Dark Souls juga terkenal dengan
storynya yang sangat kriptik, dark dan misterius yang mengundang banyak video lore
analysis tentang game ini. Dark Souls juga memilki tema yang cukup dark, tidak hanya dari
storynya saja, tapi juga world building, level design, hingga core mekanik gameplaynya,
setiap segmen akan memiliki sebuah pesan mengenai kematian, depresi, nihilisme, dan
pesimisme. Kedalaman yang mau diambil oleh developer game ini dalam mentackle tema-
tema ini benar-benar revolusioner dalam dunia game. Dark Souls mungkin bukan yang
pertama, tapi tidak bisa dipungkiri kalau Dark Souls adalah yang mempopulerkannya
sebagaimana kita jadi sering melihat game dengan design philosophy yang mirip dark souls
setelahnya.
Di video kali ini kita akan menganalisis sedikit tentang sebuah tema konsep
“Kematian dan Kegagalan” yang akan aku fokuskan pada game pertamanya. Dark Souls.
Jadi gk usah lama-lama, roll the intro.
Dark Souls, apakah yang terkenal dari game ini? Yap tingkat kesulitannya yang bisa
dibilang cukup menantang. Hidetaka Miyazaki director dari series Soulsborne sendiri tidak
pernah memilki niat untuk membuat gamenya susah hanya demi gamenya susah. Ia
menciptakan gamenya menantang dengan emfasis belajar dari kesalahan dan terus
meningkatkan skill pemain dalam bermain gamenya. Gamenya challening yes, tapi tidak
pernah terasa gak adil, setiap encounter bisa diatasi selama playernya was-was dan berhati-
hatii. Pemain yang sudah berpengalaman juga akan jadi mengerti dan bisa memprediksi
kapan musuh akan menyerang seperti mengayunkan senjata, melemparkan projektil, ataupun
meledakkan serangan area of effect. Gamenya juga tidak memiliki difficulty yang bisa diatur
seperti easy, medium, large, extra large, Happy Meal, dan semacamnya <meski game
journalis banyak yg minta>. Dark Souls tidak memilki yang seperti itu, Gamenya menantang
player dengan level design, boss fight design dan gameplay mekaniknya yang butuh waktu
untuk dipelajari dan dibiasakan.
Mekanik yang terkenal di Dark Souls adalah punishment untuk playernya saat mati,
daripada hanya kembali ke checkpoint dan mereset progress playernya saja, saat mati
karakter player akan kehilangan segalanya, terutama Souls dan Humanity yang saat itu
dimiliki. Karakter player di Dark Souls yang akan kita panggil The Chosen Undead dan
hampir semua karakter manusia yang kita temui dalam game adalah seorang Undead. Di dark
souls menjadi Undead berarti ia tidak bisa mati, saat mati ia akan bangkit lagi dengan
kehilangan kemanusiaannya, menurutku ini diperlihatkan lebih jelas lagi di Dark Souls II,
dimana karakternya akan semakin lama terlihat lebih kacau mirip seperti zombie disamping
max HP juga berkurang. Keadaan undead seperti ini kita sebut Hollow makhluk yang sudah
kehilangan akal sehat dan kewarasannya, aku akan kembali ke state Hollow nanti kita
kembali ke death mechanic di dark souls.
Mati di dalam game ini memilki makna baik untuk player maupun karakter in
gamenya. Karakter in gamenya akan kehilangan souls dan humanitynya bahkan jika mati
dalam wujud manusianya ia akan menjadi wujud hollownya. Aku yakin kalian pernah dengar
kutipan dari Thomas Edison “Kelemahan terbesar kita terletak pada menyerah. Dan cara
pasti untuk berhasil adalah selalu mencoba sekali lagi.” Dark Souls mewujudkan mindset
seperti ini dalam gamenya, aku tahu game lain juga bisa saja memberi mindset seperti ini tapi
game ini sedikit berbeda. Dark Souls memberikan punishment kehilangan souls dan humanity
yang mana harus diambil lagi di point dimana mereka mati, kemudian jika mati lagi sebelum
mengambil kembali souls dan humanity yang hilang tersebut, maka semuanya akan hilang
secara permanen. Daripada membuat player belajar dari kesalahan dengan mereset
progressnya, player juga didorong untuk meningkatkan permainan dengan merasakan
kehilangan.
Gagal tentu tidak menyenangkan, tapi dari kegagalan kita bisa belajar kesalahan.
dalam buku The Art of Failure dari Jesper Juul, dikatakan Video game adalah media yang
unik daripada media lainnya seperti lukisan, drama theater, ataupun film, perasaan gagal atau
kalah dalam video game adalah hal yang baik dan itu juga suatu pengalaman yang
menyenangkan. Kalau kalian suka bermain game sulit seperti Dark Souls kalian bukanlah
seorang masokis yang suka disiksa, kalian secara simplenya memang senang main game
secara umum. Kalah dalam jelas bisa terasa buruk, tapi juga memotivasi seorang player untuk
bermain lebih lama lagi, bermain lebih pintar, menghindari kekalahan dengan semakin
meningkatkan skill bermainnya.
Dan melewati rintangan tersebut sangat rewarding, pengalaman melawan boss yang
sudah dilawan berjam-jam tidak kunjung menang, momen saat berhasil “Yes mampos”
sangat adiktif. Aku nggak ingin terlalu in-depth tentang ini tapi pada dasarnya ini juga yang
membuat judi sangat adiktif. Yang pada akhirnya juga di replikasikan ke game gacha mobile
yang para cool kid sekarang mainin. Sukses setelah kerja keras dan gagal terus menerus itu
perasaan yang menyenangkan begitu juga di dunia nyata.
Tapi kegagalan lama-lama tentu akan merusak sesuatu dari seorang player yaitu
TEKAD-nya untuk terus bermain. Saat bermain Dark Souls, pasti akan ada momen dimana
player mati saat memilki banyak souls ataupun humanity, namun sebelum berhasil
mengambil kembali souls dan humanity tersebut player mati lagi sehingga hilang secara
permanen. Tentu ini momen yang sangat hancur untuk player bahkan hingga mematahkan
semangatnya. Ada dua outcome yang mungkin saja terjadi, pertama si player menyerah dan
menutup gamenya, kedua player akan merasa ia dapat terus mencoba tanpa harus merasakan
resiko akan kehilangan sesuatu. Begini, saat memilki souls ataupun humanity yang banyak
tentunya kita tidak mau kehilangannya kan? Resikonya terlalu tinggi. Perasaan takut
kehilangan sesuatu hanya dimiliki seseorang yang memilki sesuatu. Namun kita
terkadangpun juga harus mampu menerima dan mengikhlaskan rasa kehilangan tersebut.
Ini tidak selalu baik tentunya, jika gagal terus menerus memang mungkin waktunya
untuk beristirahat. Tidak hanya beristirahat secara fisik namun juga secara mental dan
emosional. Frustasi yang terlalu tinggi tentunya juga akan membuat gamenya menjadi kurang
menyenangkan bukan? Beristarahat dan berhenti sejenak kemudian nantinya akan mencoba
lagi dengan lebih fresh, dengan taktik ataupun cara bermain yang baru berbeda dengan jika
marah frustasi dan rage quit gamenya selamanya. Sama juga mencoba lagi dengan cara yang
baru dan berhasil berbeda dengan mencoba terus – terusan dengan cara yang sama dan terus
gagal juga. Selalu ada cara lain, mungkin dengan senjata yang berbeda, mempelajari pola
serangan musuh, dan hey Dark Souls juga memilki fitur co-op multiplayer, jika tidak bisa
sendirian kita bisa mengajak orang lain untuk membantu.
<Jolly Co-operation solaire>
<We can overcome this together>
Dengan itu aku bisa move on ke status Hollow. Nah, status hollow sendiri dari Dark
Souls 1, 2 dan 3 memilki mekanik yang berbeda. Tapi untuk video ini aku akan fokus ke
game yang pertama. Apa itu status Hollow? Hollow dalam bahasa Indonesia artinya adalah
hampa, berlubang ataupun kosong. Di lore gamenya Hollow adalah status dimana undead
akan kehilangan kemanusiaan dan kewarasannya kemduian menjadi gila wujudnya akan juga
terlihat seperti zombie kering ataupun mayat hidup <well itu juga definisi undead sih>. Salah
satu cara untuk kembali menjadi wujud manusia biasa lagi adalah dengan memberikan 1
humanity ke bonfire, tindakan membakar humanity ke bonfire ini juga secara blak-blakan
menyimbolkan kita harus mengorbankan kemanusiaan untuk menjadi manusia. Tidak ada
manusia di dunia ini yang sempurna baik, ada pasti kalanya seseorang dalam kehidupannya
bertindak keburukan ataupun kesalahan itu sendiri sudah membuktikan bahwa dirinya
manusia.
Tapi kita melihat banyak Hollow di game ini, bahkan The Chosen Undead juga
awalnya tampak Hollow. NPC yang menjadi hollow dalam storyline akan mati secara
permanen, dia tidak akan hidup kembali, tapi saat The Chosen Undead mati dalam keadaan
hollow sekalipun dia masih hidup. Lantas apakah makna menjadi Hollow sebenarnya?
Menjadi Hollow tentunya buruk bahkan banyak karakter NPC takut menjadi hollow dan
selalu mengingatkan untuk tidak menjadi hollow.
<Don’t you dare go Hollow>
<Neither of us want to see you go Hollow>
Semua yang Undead di Dark Souls akan membawa “the accursed Darksign” sebuah
tanda lingkaran api mengelilingi sebuah lubang hitam. Secara mekanik Darksign adalah item
yang bisa digunakan berulang kali, dengan menggunakannya penggunanya akan kehilangan
souls dan humanitynya dan bangkit kembali ke bonfire yang terakhir ia singgahi. Antara lain
sama dengan mati. Menurut deskripsinya “Ia yang tertandai oleh Darksign akan bangkit
kembali setelah mati, tapi suatu hari akan kehilangan pikirannya dan menjadi Hollow.”
Perhatikan kata “kehilangan pikirannya” dia yang kehilangan pikirannya akan menjadi
hollow. Kebanyakan Hollow yang ditemui dalam game adalah musuh, mereka kehilangan
pikirannya dan akan menyerang apapun, ada dua Hollow yang bisa kukategorikan, pertama
Hollow agresif yang menyerang player ini kategori Hollow yang sering ditemui terutama
karena awal game musuh yang ditemui adalah jenis hollow, NPC yang menjadi hollow di
storyline juga termasuk ke kategori ini, aku akan balik bahas NPCnya nanti untuk sementara
kita teruskan dulu yang ini. Sedangkan hollow yang kedua adalah Hollow yang menjadi pasif
secara normal sampai player serang, biasanya mereka juga akan tampak depresi hanya
menatap tembok dan secara general tidak melakukan apapun berhenti beraktivitas, berhenti
hidup.
Sekarang kita kembali ke karakter player kita The Chosen Undead, dia bisa menjadi
Hollow secara wujud tapi dia tidak kehilangan akal kan? Jelas kita tahu karena kita yang
mengendalikannya. Tapi bagaimana kalau kita tarik kesimpulan seperti ini, yang menjadi
Hollow secara wujud adalah karakternya namun hollow secara pikiran adalah Playernya.
Ingat yang kukatakan tadi setiap mati karakter player akan kehilangan souls dan
humanitynya, sedangkan playernya kehilangan tekadnya. Player yang menyerah dan
berhenti setelah gagal terus menerus akan menjadi Hollow secara pikiran, ia akan berhenti
bermain, berhenti bergerak, dan perjalanan gamenya juga berhenti, ialah mereka Hollow
kategori yang kedua tidak bergerak dan tidak melakukan apapun yang dilakukan hanyalah
meratapi kegagalannya. Sedangkan playernya menjadi ngawur mengamuk dan frustasi
setelah gagal terus menerus adalah kategori yang pertama, secara gerak dia menyerang dan
menghancurkan apapun dia lihat, tidak kehilangan apapun jadi menjadi nekat dan tidak
berpikir saat bermain inilah mereka yang jatuh ke dalam Insanity.
Itu secara mekanik dan secara mental bagaimana Hollow bekerja pada The Chosen
Undead. Tapi bagaimana dengan Hollow yang lain? Musuhnya, bahkan beberapa NPC yang
ditemui nantinya akan menjadi Hollow pada akhir storylinenya. Jika kita perhatikan hampir
semua NPC ini selalu memiliki semacam tujuan dalam dirinya, entah itu untuk mencari
matahari <praise the sun>, mencari ilmu, atau menjalankan tugasnya. Entah apapun itu, itu
sudah cukup untuk menghentikan mereka agar tidak menjadi hollow. NPC yang pertama kali
kita temui adalah Oscar of the Astora, dia adalah karakter yang membantu The Chosen
Undead untuk kabur dari Northern Undead Asylum. Dia mati dalam prosesnya, tapi dia sudah
menyelesaikan tugasnya dalam membantu undead kabur, antara lain dia sudah tidak memilki
tujuan lagi. Jika player memutuskan untuk kembali ke Northern Asylum player akan
menemukan Oscar menjadi hollow dan mulai menyerang player.
Banyak karakter lain seperti Solaire, Siegmeyer, Andre, Cleric Way of White dan
lain-lain selalu memiliki semacam tujuan, tugas ataupun hal yang dilakukan meski akhirnya
mereka akan gagal entah menjadi gila, menjadi hollow, ataupun dibunuh oleh The Chosen
Undead. Banyak undead juga seperti ini mereka mencari atau membuat semacam tujuan dan
tugas atau bahkan hanya memikirkan sesuatu dipikirannya agar menjauhkan mereka menjadi
hollow. Pikirkan sekali lagi, seseorang yang tidak punya tujuan hidup ataupun kehilangan
tujuan hidup pasti akan bingung dengan dirinya sendiri, merasa depresi, dan tentunya merasa
kosong akan kehidupannya. Jadi meskipun para undead di Dark Souls ini nantinya juga
belum tentu berakhir bahagia, perjalanan mereka terus mengejar tujuan mereka itulah yang
penting karena mereka tidak lansung menyerah dan menjadi hollow langsung.
Kenapa secara spesifik dia yang disebut “The Chosen”? Tanda muncul bahwa dia
seorang “Chosen Undead” adalah setelah membunyikan kedua “Bells of Awakening”.
Sesuatu yang disebut Primordial Serpent “Kingseeker Frampt” akan muncul dan memberikan
tugas untuk mengambil Lordvessel di Anor Londo. Yang mana untuk mencapainya harus
melewati berbagai macam rintangan di Sen Fortress dan melawan para penjaga royal yang
ada di istana Anor Londo. Rintangannya besar namun dengan terus berusaha pasti nantinya
akan berhasil tidak peduli berapa kali gagal dan mati, lagipula selama masih waras kau tidak
akan menjadi Hollow. Player menjadi “Chosen” bukan karena perkataan ramalan atau
semacamnya, ia menjadi “The Chosen” karena dia berhasil melewati rintangan-rintangan
tersebut dengan tekad tidak menyerahnya. Dan itu juga kenapa The Chosen Undead tidak
akan pernah menjadi hollow sejati, karena dibelakang ada player yang memainkannya tiada
menyerah.
Terdengar klise dan generik banget untuk tetap tidak menyerah ato apalah, tapi seperti
yang kujelaskan tadi dia yang gagal terus menerus kemudian frustasi akan kehilangan akal
dan tujuannya. Dan meski banyak orang bilang jangan mau jadi orang yang gagal, aku
berkata sebaliknya seharusnya kita berani gagal, sepenuhnya merangkul kegagalan tersebut
dan meningkatkan usaha dari setiap kegagalan yang dialami.
Mempunyai tujuan dalam hidup juga orang pemuda sekarang juga merupakan sesuatu
yang susah diraih. Entah berapa banyak pengangguran yang sudah kehilangan tujuan hidup
dan semangatnya sekarang, mereka lah yang sudah menjadi Hollow, hollow of thoughts,
purpose, and of course life. Tapi sama seperti kehidupan Undead di Dark Souls pasti selalu
ada kesempatan lain.
Untuk sementara ini itulah secuil dari BANYAK sekali hal yang bisa kuambil dari
game ini, tema tentang perjuangan menghadapi kesulitan dan kegagalan di game ini juga
masih banyak lagi, seperti plot utama dari triloginya adalah menghadapi sebuah siklus tanpa
henti dan masih banyak lagi. Dark Souls sebagai sebuah game series memang sudah menjadi
dan akan selalu menjadi series video game favoritku selamanya. Tentu tidak ada sesuatu yang
sempurna, bahkan Dark Souls sebenarnya juga ada masalahnya sendiri seperti level
designnya dari Dark Souls I sampai ke III sepertinya menurun. Tapi Dark Souls secara
personal benar-benar berhasil mengisi waktu dan mengajariku banyak hal, game ini juga
membantuku melewati masa-masa yang susah dan aku yakin kalian juga ada game, film,
ataupun sesuatu lain yang pernah membantu dalam masa seperti itu.
Itu saja dari ku dan Remember this, “Don’t You Even Dare To Go Hollow.” Karena sekecil
apapun harapan, tujuan dan tekadmu itu sudah cukup untuk membuatmu tetap waras.

Anda mungkin juga menyukai