Anda di halaman 1dari 16

HUKUM

MENDEL II
Kelompok 3
Welcome!
Apa kalian tahu siapa penemu
prinsip genetika?

Yes! No
GREGOR MENDEL (1822-
1884)
Gregor Johann Mendel atau yang sering dikenal dengan
Mendel merupakan seorang biarawan dari Austria, yang
pada akhir abad ke-19 melakukan serangkaian
percobaan persilangan pada kacang ercis (Pisum sativum)
dan dari percobaan-percobaan tersebut, Mendel berhasil
menemukan prinsip-prinsip pewarisan sifat, yang
Studi ilmiahku telah memberiku kemudian menjadi landasan utama bagi perkembangan
kepuasan yang besar; dan aku yakin genetikasebagai suatu cabang ilmu pengetahuan.
bahwa itu tidak akan lama sebelum
seluruh dunia mengakui hasil kerjaku.
Antara tahun 1856 –1863 Mendel
telah melakukan pengujian dan
pembudidayaan lebih dari 28.000 tanaman
kacang. Ia menemukan bahwa suatu
tanaman mewariskan sifat-sifat keturunan

PERCOBAAN
yang berasal dari induknya.

MENDEL
Percobaan Mendel dalam menyilangkan
tanaman ercis ini menghasilkan prinsip
genetika atau hukum mengenai pewarisan
sifat pada organisme, yaitu Hukum Mendel I
dan Hukum Mendel II
Hukum Mendel II
(Asortasi)
Hukum Mendel II dikenal
juga sebagai Hukum
Asortasi atau Hukum
Berpasangan Secara
Bebas. Menurut hukum ini, Segregasi suatu pasangan gen
setiap gen/sifat dapat tidak bergantung kepada
berpasangan secara bebas segregasi pasangan gen lainnya,
dengan gen/sifat lain. sehingga di dalam gamet-gamet
Meskipun demikian, gen yang terbentuk akan terjadi
pemilihan kombinasi gen-gen
untuk satu sifat tidak secara bebas.
berpengaruh pada gen
untuk sifat yang lain yang
bukan termasuk alelnya.
- Hukum Mendel II -

Persilangan Dihibrid
Hukum Mendel 2 ini dapat dijelaskan melalui persilangan dihibrida, yaitu
persilangan dengan dua sifat beda, dengan dua alel berbeda.Persilangan dihibrid adalah perkawinan antara
tetua yang heterozigot untuk dua karakter (dihibrids). Hukum Mendell II terdiri dari dua hipotesis tentang
berpasangannya alel-alel dalam persilangan dihibrid.

BERPASANGAN BERPASANGAN
SECARA DEPENDEN SECARA BEBAS, TIDAK
ATAU SALING TERGANTUNG SALING TERGANTUNG
Hipotesis 1:       Jika dua karakter memisah
secarabersama-sama, hibrida F1 hanya dapat
menghasilkan dua kelas gamet (RY dan ry) yang
mereka terima dari tetua, dan keturunan F2 akan
menunjukkan rasio fenotip 3:1.
Hipotesis 2:        Jika dua karakter memisah secara
independen, hibrida F1 akan menghasilkan empat kelas
gamet (RY, Ry, Ry, ry), dan F2 keturunan akan

HIPOTESIS
menghasilkan rasio 9:1:3:3.
Percobaan:            Untuk membuktikan hipotesis
UNTUK tersebut Mendel melakukan persilangan dihibrid

MEMPREDIKSI dengan membiarkan tanaman F1 menyerbuk sendiri


(RrYy X RrYy).
HASIL
Hasil:                            Mendel mengelompokkanketurunan-keturunan F2 dan
mendapatkan rasio 315: 108: 101: 32, yang mendekati 9: 3: 3: 1. Ketika
percobaan diulang, hasil yang sama didapatkan. Mendel melakukan
persilangan dihibrid untuk semua galur murni yang dipunyainya (tujuh
karakter) dalam berbagai kombinasi dan menemukan hasil yang sama yaitu
rasio 9: 3: 3: 1 dalam setiap kasus.
Kesimpulan        : Hasil eksperimen mendukuung hipotesis bahwa masing-
masing pasangan alel bersegregasi secara independen selama pembentukan
gamet.
PENGGUNAAN DIAGRAM PUNNETT
PADA PERSILANGAN DIHIBRID

CONTOH Persilangan galur murni kedelai berbiji kuning-halus dengan galur murni
berbiji hijau-keriput.

Hasilnya berupa tanaman kedelai generasi F1 yang semuanya berbiji kuning-


halus. Ketika tanaman F1ini dibiarkan menyerbuk sendiri, maka diperoleh
empat macam individu 10generasi F2, masing-masing berbiji kuning-halus,
kuning-keriput, hijau-halus, dan hijau-keriput dengan nisbah 9 : 3 : 3 : 1. Jika
gen yang menyebabkan biji berwarna kuning dan hijau masing-masing adalah
gen G dan g, sedang gen yang menyebabkan biji halus dan keriput masing-
masing adalah gen W dan gen w.
P: ♀ Kuning, halus x Hijau, keriput

GGWW ggww
Gamet GW gw

F1: Kuning, halus


GgWw

Menyerbuk sendiri
(GgWw x GgWw )
F2
HASIL
Dari diagram persilangan dihibrid tersebut di atas dapat dilihat bahwa
fenotipe F2 memiliki nisbah 9 : 3 : 3 : 1 sebagai akibat terjadinya segregasi gen G
dan W secara independen dan gamet-gamet yang terbentuk dapat mengandung
kombinasi :

Gen dominan Gen dominan Gen resesif


dengan gen dengan gen resesif dengan gen
dominan (GW), (Gw dan gW), resesif (gw)
Aturan Probabilitas

Dari segi matematika atau aturan probabilitas, 9


: 3 : 3 : 1 adalah hasil kombinasi acak (random) dari rasio 3 : 1 yang bebas
(independent). Dua rasio yang bebas jika dikombinasikan maka diperoleh
rasio baru dengan cara membuat perkalian antara rasio yang satu
dengan rasio kedua.

Jadi contoh perkawinan diatas diperoleh


perbandingan fenotoip di F2 adalah sebagai berikut
(3 halus : 1 keriput) x (3 kuning : 1 hijau) = (3x3) ~ 9
Yang menang (halus, kuning) jadi,
(3,3) (halus, kuning) : (3 x 1) (halus, hijau) = 9 : 3 ~ 3
(3 x 1) (halus, hijau) : (1 x 3) (keriput, kuning) = 3 : 1~ 3
(1x3) (keriput, kuning) : (1x1) (keriput, hijau) = 1 :1 ~ 1
Jadi, kesimpulan 9:3:3:1
IMPULA N Hukum mendel II dikenal dengan The Law of
KES Independent assortment of genes atau Hukum
Pengelompokan Gen secara bebas. Gen-gen sealel
akan memisah secara bebas dan mengelompokkan
dengan gen lain yang bukan alelnya. Dihibrid
adalah hibrid dengan 2 sifat beda, akan menghasilkan
perbandingan perbandingan
9:3:3:1. Pada percobaan ini persilangan yang dilakukan
adalah antara biji bulat warna kuning dengan biji
keriput warna hijau. Gen yang bersifat dominan
menutupi gen yang resesif. Tujuan dari persilangan 2
sifat beda untuk mempelajari hubungan antara
pasangan-pasangan alel dari karakter tersebut.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai