HUKUM MENDEL 2
Disusun Oleh
JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang. Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini. Makalah yang berjudul tentang Hukum
Mendel 2. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Genetika.
Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu
mata kuliah Genetika, Dr. Zulfiani, M.Pd. dan Muhammad Bagas Murditya, S.Pd.,
M.Pd. Dan tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang
telah memberikan dukungan dalam penyusunan makalah ini. Kami juga berharap
makalah ini dapat memberikan manfaaat bagi pembaca.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan dan penyusunan makalah ini, masih
terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan adanya kritik
dan saran yang bersifat membangun agar makalah yang kami susun dapat menjadi
lebih baik.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Genetika merupakan salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang
pewarisan sifat pada makhluk hidup.Di dalam ilmu genetika tersebut terdapat
ketentuan atau hukum terkait pewarisan sifat, salah satunya adalah Hukum Mendel II.
Hukum tersebut menyatakan bahwa Setiap gen atau sifat dapat berpasangan secara
bebas dengan gen atau sifat lain. Mengenai ketentuan penggabungan bebas yang harus
menyertai terbentuknya gamet pada perkawinan dihibrid. Hukum Mendel II dapat
dipelajari dari persilangan dihibrid. Hukum Mendel II dapat disebut juga Hukum
Pemilahan Bebas, yang dikemukakan oleh George Johann Mendell yang lahir pada
tahun 1822 di Cekoslovakia.
Ilmu pengetahuan di zaman modern ini berkembang semakin pesat, membuat
kita mengetahui bahwa terdapat banyak penemuan baru baik itu di bidang pertanian,
bidang peternakan, serta ditemukannya bibit-bibit unggul hasil persilangan baik itu
oleh manusia ataupun terbentuk secara alami, misalnya bibit hasil persilangan antara
tanaman kapri berbiji bulat dan berwarna kuning dengan tanaman kapri berbiji keriput
dan berwarna hijau. Dari pernyataan tersebut, tentu timbul pertanyaan bagaimana hal
tersebut dapat terjadi dan bagaimana melakukannya. Semua itu menggunakan Hukum
Mendell II dan penggunaan ilmu genetika yang disebut persilangan hibrida.
Persilangan hibrida adalah perkawinan yang menghasilkan pewarisan dua karakter
yang berlainan. Menghasilkan F2 dengan rasio fenotipe 9:3:3:1.
Selain itu, di dalam Hukum Mendell II ini membahas mengenai Bujur Sangkar
Punnett (Square Punnett) yang akan mengungkapkan bahwa satu persilangan dihibrid
setara dengan dua persilangan monohibrid yang terjadi bersamaan. Hukum Mendell II
juga membahas tentang aturan probabilitas (peluang) yang jika aturan probabilitas
tersebut diterapkan terhadap segregasi dan pemilahan bebas, maka kita dapat
memecahkan sejumlah permasalahan genetika yang cukup kompleks.
B. Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
1. Percobaan Mendel
Mendel telah menyusun prinsip-prinsip untuk perkawinan dihibrid
sehingga tersusun Hukum Mendel II tentang pengelompokan gen secara
bebas. Selain melakukan percobaan perkawinan monohibrid, Mendel juga
menyusun percobaan perkawinan dengan memperhatikan dua sifat sekaligus,
perkawinan ini disebut dengan perkawinan dihibrid. Mendel menyilangkan
tanaman berbiji kuning serta halus, dengan tanaman biji hijau serta keriput.
Lambang-lambang untuk alelnya adalah sebagai berikut, B: alel untuk biji
bulat; b: alel untuk biji keriput, K: alel untuk warna biji kuning, dan k: alel
untuk warna biji hijau.
Ketika tanaman berbiji kuning bulat disilangkan dengan tanaman
berbiji hijau keriput, semua keturunan F1 berbiji kuning bulat. Tetapi ketika
tanaman F1 dibiarkan menyerbuk sesamanya, Mendel mendapatkan empat
kelas fenotip tanaman dengan perbandingan 9/16 tanaman berbiji bulat
kuning: 3/16 bulat hijau: 3/16 keriput kuning: 1/6 keriput hijau.1
2. Hukum Mendell II
1
Bambang Irawan, Genetika penjelasan mekanisme pewarisan sifat (Surabaya: Airlangga University Press), hal.
45.
Persilangan yang hanya menyangkut pola pewarisan satu macam sifat
seperti yang dilakukan oleh Mendel sebelumnya dinamakan persilangan
monohibrid. Selain persilangan monohibrid, Mendel juga melakukan
persilangan dihibrid, yaitu persilangan yang melibatkan pola pewarisan dua
macam sifat seketika. Salah satu diantaranya adalah persilangan galur murni
kedelai berbiji kuning-halus dengan galur murni berbiji hijau keriput. Hasilnya
berupa tanaman kedelai generasi F1 yang semuanya berbiji kuning-halus. 2
Setiap individu memiliki puluhan bahkan ratusan karakter
yangberbeda. Pertanyaannya adalah “apakah pewarisan satu karakter
dipengaruhi oleh karakter lainnya?”. Untuk menjawab hal tersebut Mendel
menyilangkan dua galur murni dengan dua karakter berbeda (dihibrid) yaitu
ercis Biji bulat berwarna kuning dengan ercis biji kisut berwarna hijau.
Seluruh keturunan F1 menghasilkan biji bulat berwarna kuning. Persilangan
sesama F1 menghasilkan keturunan F2 bulat kuning, bulat hijau, kisut kuning
dan kisut hijau dengan perbandingan 9:3:3:1. 3
Hasil persilangan dihibrid yang dilakukan oleh Mendel menunjukkan
pewarisan sifat bentuk biji tidak dipengaruhi oleh pewarisan sifat warna biji.
F1 pada persilangan memiliki genotip heterozigot untuk kedua gen (BbKk).
Pada pembentukan gamet, alel B akan terpisah ke gamet yang berbeda dengan
gamet b dan alel K berpindah ke gamet yang berbeda dengan alel k (law of
segregation). Perpindahan alel B tidak bergantung pada K atau k, begitu juga
dengan b, sehingga terdapat 4 jenis gamet yang dapat diproduksi dengan
peluang yang sama yaitu ¼ BK, ¼ Bk, ¼ bK dan ¼ bk. Persilangan sesama F1
kemudian akan menghasilkan fenotip dengan perbandingan 9 Bulat kuning (B-
K-): 3 kisut kuning (bbk-): 1 kisut hijau (bbkk). Persilangan dihibrid
menghasilkan hukum Mendell II yang dikenal dengan principle of
independent assortment. Hukum Mendell II menyatakan bahwa pada
pembentukan gamet, alel dari gen yang berbeda terpisah secara independent
(tidak bergantung satu sama lain). 4
2
Ahmad Syahir bin Ismail, Genetika (Denpasar: Universitas Udayana), hal. 9
3
Ida Bagus Made Artadana dan Wina Dian Savitri, Dasar-Dasar Genetika Mendel dan Pengembangannya
(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2018), hal. 15.
4
Ibid
3. Persilangan Dihibrid
6
Ibid, hal. 8-9.