Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN TYPOID KARENA BAKTERI


SALMONELA TYPUS

Universitas Katolik Widya Mandala


Surabaya

Dosen
Nia Novita Sari, S.Kep.,Ns.,M.Kes

Disusun oleh:

1 Oktaviani Celvin D (9103018020)


2 Lidya Kostansa (9103028032)
3 Yohana Maria (9103018040
4 4.Mdianto (9103018053)

Biomedik 3 Page 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan berkatnya serta memberikan perlindungandan kesehatan sehingga penulis dapat
menyusun makalah dengan judul ” Asuhan Keperawatan Pada Pasien Demam Typoid ”.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa selama penyusunan makalah ini masih banyak 
menemui kesulitan dikarenakan keterbatasan  referensi dan keterbatasan penulis sendiri. Dengan
adanya kendala dan keterbatasan yang dimiliki penulis maka penulis berusaha semaksimal
mungkin untuk menyusun makalah dengan sebaik-baiknya.
Sebagai manusia penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak demi perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.
Akhirnya semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

                                                                                       Surabya , 01 Mei 2019

                                                                                                     Penyusun

Biomedik 3 Page 2
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................5
1.3 Tujuan........................................................................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan.....................................................................................................................5
BAB II.........................................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................6
2.1 Definisi........................................................................................................................................6
2.2 Etiologi........................................................................................................................................6
2.3 Patofisiologi................................................................................................................................6
2.4 Manifestasi Klinik......................................................................................................................7
2.5 Pemeriksaan Diagnostik............................................................................................................7
2.6 Penatalaksanaan........................................................................................................................7
2.7 Komplikasi.................................................................................................................................8
BAB III.......................................................................................................................................................9
ASUHAN KEPERAWATAN.....................................................................................................................9
3.1 Pengkajian..................................................................................................................................9
3.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi..................................................................................11
3.3 Implementasi............................................................................................................................13
3.4 Evaluasi....................................................................................................................................14
BAB IV.....................................................................................................................................................15
PENUTUP.................................................................................................................................................15
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................................15

Biomedik 3 Page 3
4.2 Saran.........................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................16

Biomedik 3 Page 4
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam thypoid merupakan salah satu penyakit infeksi endemis di Asia, Afrika, Amerika
latin, Karibia, Oceania dan jarang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa. Menurut data WHO,
terdapat 16 juta hingga 30 juta kasus thypoid di seluruh dunia dan diperkirakan sekitar 500,000
orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit ini. Asia menempati urutan tertinggi pada
kasus thypoid ini, dan terdapat 13 juta kasus dengan 400,000 kematian setiap tahunnya.
Kasus thypoid diderita oleh anak-anak sebesar 91% berusia 3-19 tahun dengan angka
kematian 20.000 per tahunnya. Di Indonesia, 14% demam enteris disebabkan oleh Salmonella
Parathypii A. Demam tifoid pada masyarakat dengan standar hidup dan kebersihan
rendah,cenderung meningkat dan terjadi secara endemis. Biasanya angka kejadian tinggi pada
daerah tropik dibandingkan daerah berhawa dingin. Penyakit ini banyak diderita oleh anak-anak,
namun tidak menutup kemungkinan untuk orang dewasa. Penyebabnya adalah kuman sallmonela
thypi atau sallmonela paratypi A, B dan C.
Penyakit typhus abdominallis sangat cepat penularanya yaitu melalui kontak dengan
seseorang yang menderita penyakit typhus, kurangnya kebersihan pada minuman dan makanan,
susu dan tempat susu yang kurang kebersihannya menjadi tempat untuk pembiakan bakteri
salmonella, pembuangan kotoran yang tak memenuhi syarat dan kondisi saniter yang tidak sehat
menjadi faktor terbesar dalam penyebaran penyakit typhus.
Dalam masyarakat, penyakit ini dikenal dengan nama thypus, tetapi didalam dunia
kedokteran disebut dengan Tyfoid fever atau thypus abdominalis, karena pada umumnya kuman
menyerang usus, maka usus bisa jadi luka dan menyebabkan pendarahan serta bisa
mengakibatkan kebocoran usus.

1.2 Rumusan Masalah


Apa konsep medik dan asuhan keperawatan pada penyakit demam thypoid ?

.3 Tujuan
a.       Tujuan umum :
Mahasiswa dapat mengetahui dan mencegah terjadinya Demam Thypiod serta
mengimplementasikan asuhan keperawatan demam thypoid di lapangan
b.      Tujuan khusus :
Mengetahui konsep medik dan  asuhan keperawatan pada penyakit Demam Thypoid

.4 Manfaat Penulisan
a.       Mendapatkan pengetahuan tentang penyakit Demam Thypoid
b.      Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan pada pasien dengan Demam
Thypoid

Biomedik 3 Page 5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
 
.1 Definisi
Demam Tifoid (entric fever) adalah infeksi sistemik yang disebabkan oleh Salmonella
Enterica, khususnya turunannya yaitu Salmonella Thypii, parathypii A, B, C pada saluran
pencernaan. (Suratum, 2010)
Penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna, dengan gejala demam
kurang lebih dari 1 minggu, gangguan pada pencernaan, dan gangguan kesadaran. Penyakit
infeksi dari Salmonella (Salmonellosis) ialah segolongan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
sejumlah besar spesies yang tergolong dalam genus Salmonella, biasanya mengenai saluran
pencernaan (Hasan dan Atlas, 1991). Pertimbangkan demam tifoid pada anak yang demam
dengan dan memiliki salah satu tanda seperti diare (konstipasi), muntah, nyeri perut, dan sakit
kepala (batuk). Hal ini terutama bila demam telah berlangsung selama 7 hari atau lebih dan
penyakit lain sudah disisihkan (WHO,2005).

.2 Etiologi
Bakteri Salmonella Typhi
Wujud dari bakteri tersebut adalah berupa basil gram negatif, bergerak dengan rambut getar,
tidak berspora, dan mempunyai tiga macam antigen yaitu antigen O (somatik yang terdiri atas zat
kompleks lipopolisakarida), antigen H (flegella), dan antigen VI. Dalam serum penderita,
terdapat zat (aglutinin) terhadap ketiga macam antigen tersebut. Kuman tumbuh pada suasana
aerob dan fakultatif anaerob pada suhu 15-41°C (optimum 37°C) dan pH pertumbuhan 6-8.
Faktor pencetus lainnya adalah lingkungan, sistem imun yang rendah, feses, urin,
makanan/minuman yang terkontaminasi, fomitus, etc.

.3 Patofisiologi
1.      Kuman masuk ke dalam mulut melalui makanan atau minuman yang tercemar oleh
Salmonella (biasanya >10.000 basil kuman). Sebagian kuman dapat dimusnahkan oleh asam
HCL lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus. Jika respon imunitas humoral mukosa
(IgA) usus kurang baik, maka basil Salmonella akan menembus sel-sel epitel (sel M) dan
selanjutnya menuju lamina propia dan berkembang biak di jaringan limfoid plak peyeri di ileum
distal dan kelejar getah bening mesenterika.
2.      Jaringan limfoid plak peyeri dan kelenjar getah bening mesenterika mengalami hiperplasia.
Basil tersebut masuk ke aliran darah (bakterimia) melalui ductus thoracicus dan menyebar ke
seluruh organ retikuloendotalial tubuh, terutama hati, sumsum tulang, dan limfa melalui sirkulasi
portar dari usus.
3.      Hati membesar (hepatomegali) dengan infiltrasi limfosit, zat plasma, dan sel mononuclear.
Terdapat juga nekrosis fokal dan pembesaran limfa(splenomegali). Di organ ini, kuman S. Thypi
berkembang biak dan masuk sirkulasi darah lagi, sehingga mengakibatkan bakterimia kedua

Biomedik 3 Page 6
yang disertai tanda dan gejala infeksi sistemik (demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit
perut, instabilitas vaskuler, dan gangguan mental koagulasi).
4.      Pendarahan saluran cerna terjadi akibat erosi pembuluh darah di sekitar plak peyeri yang
sedang mengalami nekrosis dan hiperplasia. Proses patologis ini dapat berlangsung hinga ke
lapisan otot, serosa usus, dan mengakibatkan perforasi usus. Endotoksin basil menempel di
reseptor sel endotel kapiler dan dapat mengakibatkan komplikasi, seperti gangguan
neuropsikiatrik kardiovaskuler, pernapasan, dan gangguan organ lainnya. Pada minggu pertama
timbulnya penyakit, terjadi jyperplasia (pembesaran sel-sel) plak peyeri. Disusul kemudian,
terjadi nekrosis pada minggu kedua dan ulserasi plak peyeri pada minggu ketiga. Selanjutnya,
dalam minggu ke empat akan terjadi proses penyembuhan ulkus dengan meninggalkan sikatriks
(jaringan parut).

.4 Manifestasi Klinik
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan
penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Masa tunas tersingkat adalah empat hari, jika
infeksi terjadi melalui makanan. Sedangkan, masa tunas terlama berlangsung 30 hari, jika infeksi
melalui minuman. Selama masa inkubasi, mungkin ditemukan gejala prodomal, yaitu perasaan
tidak enak badan, nyeri kepala, lesu, pusing, dan tidak bersemangat, yang kemudian disusul
dengan gejala-gejala klinis seperti demam, gangguan pada saluran pencernaan seperti napas
berbau tidak sedap, bibir kering dan pecah-pecah, lidah putih kotor (coated tongue) ujung dan
tepi kemerahan, perut kembung, hati dan limpa membesar, disertai nyeri pada perabaan dan
terjadi gangguan kesadaran seperti apatis sampai somnolen.

.5 Pemeriksaan Diagnostik
1.      Tubex TF, spesifik mendeteksi Ig M antibody S thypiii 09 LPS antigen Sthypii dan
salmonella sero group D bakteri
2.      Uji Widal : untuk mendeteksi adanya bakteri Salmonella Thypi
3.      Pemeriksaan darah tepi : untuk melihat tingkat leukosit dalam darah, adanya leukopenia,
etc
4.      Pemeriksaan urin : untuk melihat adanya bakteri Salmonella Thypi dan leukosit
5.      Pemeriksaan feses : untuk melihat adanya lendir dan darah yang dicurigai akan bahaya
perdarahan usus dan perforasi
6.      Pemeriksaan sumsum tulang : untuk mendeteksi adanya makrofag
7.      Serologis : untuk mengevaluasi reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin)
8.      Radiologi : untuk mengetahui adanya komplikasi dari Demam Thypoid
9.      Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat
kembali normal setelah sembuhnya typhoid.

.6 Penatalaksanaan
1.      Perawatan
a)      Bedrest kurang lebih 14 hari : mencegah komplikasi perdarahan usus
b)      Mobilisasi sesuai dengan kondisi

Biomedik 3 Page 7
c)      Posisi tubuh harus diubah setiap 2 jam sekali untuk mencegah decubitus
2.      Diet
Dimasa lampau, penderita diberi makan diet yang terdiri dari bubur saring, kemudian bubur
kasar dan akhirnya nasi sesuai dengan tingkat kesembuhan penderita. Beberapa peneliti
menganjurkan makanan padat dini yang wajar sesuai dengan keadaan penderita. Makanan
disesuaikan baik kebutuhan kalori, protein, elektrolit, vitamin maupun mineralnya serta
diusahakan makan yang rendah/bebas selulose, menghindari makanan yang iritatif. Pada
penderita gangguan kesadaran maka pemasukan makanan harus lebih di perhatikan

3.      Obat-obatan
Obat pilihan adalah kloramfenikol, hati-hati karena mendepresi sum-sum tulang, dosis 50-100
mg/kgBB dibagi 4 dosis, efek sampingnya adalah Anaplastik anemia
Obat lain : - Kotrimoksazol ( TMP 8-10 mg/kgBB dibagi 2 dosis)
a)      Ampisilin
b)      Amoxicillin

.7 Komplikasi
1.      Perdarahan usus
2.      Miokarditis
3.      Peritonitis → biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala abdomen akut, yaitu nyeri perut yang hebat, dinding abdomen tegang.
4.      Meningitis ensefalopati
5.      Bronkopneumonia
6.      Anemia

Biomedik 3 Page 8
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN
.1 Pengkajian
1.       Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, no. registrasi, status perkawinan,
agama, pekerjaan, TB, BB, dan tanggal masuk RS.
2.      Riwayat Keperawatan
a.       Keluhan utama
Demam lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran : apati sampai somnolen, dan gangguan
saluran cerna seperti perut kembung atau tegang dan nyeri pada perabaan, mulut bau, konstipasi
atau diare, tinja berdarah dengan atau tanpa lendir, anoreksia dan muntah.
b.      Riwayat penyakit sekarang.
Ingesti makanan yang tidak dimasak misalnya daging, telur, atau terkontaminasi dengan
minuman.
c.       Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun menurun.

d.      Riwayat kesehatan keluarga.


Tifoid kongenital didapatkan dari seorang ibu hamil yang menderita demam tifoid dan
menularkan kepada  janin melalui darah. Umumnya bersifat fatal.
e.       Riwayat kesehatan lingkungan.
f.       Demam tifoid saat ini terutama ditemukan di negara sedang berkembang dengan kepadatan
penduduk tinggi serta kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat kesehatan. Pengaruh
cuaca terutama pada musim hujan sedangkan dari kepustakaan barat dilaporkan terutama pada
musim panas.
3.         Pola-pola Fungsi Keperawatan
a.       Pola pesepsi dan tatalaksana kesehatan
Perubahan penatalaksanaan kesehatan yang dapat menimbulkan masalah dalam kesehatannya.
b.      Pola nutrisi dan metabolism
Adanya mual dan muntah, penurunan nafsu makan selama sakit, lidah kotor, dan rasa pahit
waktu makan sehingga dapat mempengaruhi status nutrisi berubah.
c.       Pola aktifitas dan latihan
Pasien akan terganggu aktifitasnya akibat adanya kelemahan fisik serta pasien akan mengalami
keterbatasan gerak akibat penyakitnya.

Biomedik 3 Page 9
d.      Pola eliminasi
Kebiasaan dalam buang BAK akan terjadi refensi bila dehidrasi karena panas yang meninggi,
konsumsi cairan yang tidak sesuai dengan kebutuhan.
e.       Pola reproduksi dan sexual
Pada pola reproduksi dan sexual pada pasien yang telah atau sudah menikah akan terjadi
perubahan.
f.       Pola persepsi dan pengetahuan
Perubahan kondisi kesehatan dan gaya hidup akan mempengaruhi pengetahuan dan kemampuan
dalam merawat diri.
g.      Pola persepsi dan konsep diri
Didalam perubahan apabila pasien tidak efektif dalam mengatasi masalah penyakitnya.
4.      Pemeriksaan Fisik
a.       Keadaan umum
Biasanya pada pasien typhoid mengalami badan lemah, panas, puccat, mual, perut tidak enak,
anorexia.
b.      Kepala dan leher
Kepala tidak ada bernjolan, rambut normal, kelopak mata normal, konjungtiva anemia, mata
cowong, muka tidak odema, pucat/bibir kering, lidah kotor, ditepi dan ditengah merah, fungsi
pendengran normal leher simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
c.       Dada dan abdomen
Dada normal, bentuk simetris, pola nafas teratur, didaerah abdomen ditemukan nyeri tekan.
d.      Sistem respirasi
Apa ada pernafasan normal, tidak ada suara tambahan, dan tidak terdapat cuping hidung.
e.       Sistem kardiovaskuler
Biasanya pada pasien dengan typoid yang ditemukan tekanan darah yang meningkat akan tetapi
bisa didapatkan tachiardi saat pasien mengalami peningkatan suhu tubuh.
f.       Sistem integument
Kulit bersih, turgor kulit menurun, pucat, berkeringat banyak, akral hangat.
g.      Sistem eliminasi
Pada pasien typoid kadang-kadang diare atau konstipasi, produk kemih pasien bisa mengalami
penurunan (kurang dari normal). N ½ -1 cc/kg BB/jam.
h.      Sistem muskuloskolesal
Apakah ada gangguan pada extrimitas atas dan bawah atau tidak ada gangguan.
i.        Sistem endokrin

Biomedik 3 Page 10
Apakah di dalam penderita thyphoid ada pembesaran kelenjar toroid dan tonsil.
j.        Sistem persyarafan
Apakah kesadarn itu penuh atau apatis, somnolen dan koma, dalam penderita penyakit thypoid.
.2 Diagnosa Keperawatan dan Intervensi
1.    Hipertermi  sehubungan dengan infeksi Salmonella Typhii
Ds : Klien mengatakan panas 3 hari yang lalu, mengigil
Do : suhu : 39’9 TD 128/92 Nadi : 112 kulit kemerahan; mual-muntah mukosa bibir kering
dan pecah-pecah
Tujuan : setelah melakukan tindakan keperawatan 2x24 Jam masalah hipertermi dapat teratasi
Dengan kriteria hasil : tanda-tanda vital : Td : 120/ 80 suhu: 36,5 nadi: 98 x/menit
Turgor kembali membaik
Intervensi :
a.       Observasi suhu tubuh
b.      Berikan pakaian yang tipis
c.       Anjurkan klien untuk istirahat mutlak sampai suhu tubuhnya  menurun.
d.      Atur ruangan agar cukup ventilasi.
e.       Berikan kompres dingin.
f.       Anjurkan pasien untuk banyak minum (sirup, teh manis, atau apa yang disukai anak).
g.      Anjurkan klien untuk istirahat mutlak sampai suhu tubuhnya  menurun.
h.      Kolaborasi dengan team medis untuk pemberian obat secara mencukupi.

2.      Perubahan nutrisi atau cairan dan elektrolit kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan
dengan mual muntah.
Tujuan : Pasien mampu mempertahankan kebutuhan nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil : Nafsu makan meningkat, Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan
porsi yang diberikan
Intervensi :
a.       Observasi intake output.
b.      Berikan makanan yang mengandung cukup cairan, rendah serat, tinggi protein, dan tidak
menimbulkan gas.
c.       Jika kesadaran klien masih membaik Berikan makanan lunak dengan lauk pauk yang
dicincang (hati dan daging), dan sayuran labu siam/wortel yang dimasak lunak sekali. Boleh juga
diberikan tahu, telur setengah matang atau matang yang direbus. Susu diberikan 2 x 1
gelas/lebih, jika makanan tidak habis berikan susu extra.
d.      Jika kesadaran klien menurun, berikan makanan cair per sonde dan berikan kalori sesuai
dengan kebutuhannya. Pemberiannya diatur setiap 3 jam termasuk makanan ekstra seperti sari

Biomedik 3 Page 11
buah atau bubur kacang hijau yang dihaluskan. Jika kesadaran membaik, makanan dialihkan
secara bertahap dari cair ke lunak.
e.       Pasang infus dengan cairan glukosa dan NaCl jika kondisi pasien payah (memburuk),
seperti menderita delirium. Jika keadaan sudah tenang  berikan makanan per sonde, disamping
infus masih diteruskan. Makanan per sonde biasanya merupakan setengah dari jumlah kalori,
sementara setengahnya lagi masih perinfus. Secara bertahap dengan melihat kemajuan pasien,
bentuk makanan beralih ke makanan biasa.
f.       Konsul dengan ahli diet untuk menentukan kalori/kebutuhan nutrisi .

3.       Intoleransi Aktivitas sehubungan dengan tirah baring.


Hasil yang diharapkan :
a.       Menyatakan pemahaman situasi/faktor resiko dan program pengobatan individu.
b.      Penghematan energy : Tingkat pengelolaan energy aktif.
Intervensi :
a.       Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas.
b.      Pantau/dokumentasikan pola istirahat pasien dan lamanya.
c.       Bantu pasien dalam melakukan aktivitas fisik , kognitif, social dan spiritual yang spesifik.
d.      Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.
e.       Lakukan tindakan dengan cepat dan sesuai toleransi.
f.       Berikan aktivitas hiburan yang tepat contoh menonton tv, radio dan membaca.
g.      Ajarkan keluarga atau orang terdekat pasien tentang tehnik perawatan diri.
h.      Dapatkan bantuan dari keluarga dalam usaha mendukung dan mendorong pasien dalam
menyelesaikan aktivitas.
i.        Kolaborasi dengan ahli gizi berdasar program diet yang dicanangkan.
j.        Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.
                 
4.      Kurangnya pengetahuan orang tua tentang penyakitnya sehubungan dengan kurang
informasi.
Tujuan : pengetahuan klien dan orang tua klien bertambah dengan adanya informasi.
Kriteria hasil : klien akan menyatakan pemahaman proses penyakit, pengobatan,
mengidentifikasi situasi stres dan tindakan khusus untuk menerimanya dan berpartisipasi dalam
program pengobatan serta melakukan perubahan pola hidup tertentu.
Intervensi :
a.       Tentukan tingkat pengetahuan dan kesiapan untuk belajar.
b.      Dorong penggunaan tehnik relaksasi dan manajemen stress lain, mis. Visualisasi,
bimbingan imajinasi, umpan balik biologi.
c.       Berikan penyuluhan kepada orang tua tentang hah-hal sebagai berikut : pasien tidak boleh
tidur dengan anak-anak lain, pasien harus istirahat mutlak, pemberian obat dan pengukuran suhu
dilakukan seperti dirumah sakit, feses dan urin harus dibuang kedalam lubang WC dan di siram
air sebanyak-banyaknya.

5.      Nyeri sehubungan dengan proses peradangan


Kriteria hasil :             - Melaporkan nyeri hilang/terkontrol.

Biomedik 3 Page 12
                                   - tampak rileks dan mampu tidur dan istirahat dengan tepat.
Intervensi :
a.       Berikan posisi yang nyaman sesuai keinginan klien.
R/: Posisi yang nyaman akan membuat klien lebih rileks sehingga merelaksasikan otot-otot.
b.      Ajarkan   tehnik   nafas    dalam
R/: Tehnik nafas dalam dapat merelaksasi otot-otot sehingga mengurangi nyeri
c.       Ajarkan kepada orang tua untuk menggunakan tehnik relaksasi misalnya visualisasi, aktivitas
hiburan yang tepat
R/: Meningkatkan relaksasi dan pengalihan perhatian
d.      Kolaborasi obat-obatan analgetik
R/: Dengan obat analgetik akan menekan atau mengurangi rasa nyeri

6.      Resti infeksi sekunder sehubungan dengan tindakan invasive


Tujuan : Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil : Bebas dari eritema, bengkak, tanda-tanda infeksi dan bebas dari sekresi
purulen/drainase serta febris.
Intervensi :
a.       Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR dan RR). Observasi kelancaran tetesan infus, monitor
tanda-tanda infeksi dan antiseptik sesuai dengan kondisi balutan infuse.
b.      Awasi batas pengunjung sesuai indikasi.
c.       Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat anti biotik sesuai indikasi.
d.      Bantu irigasi dan drainase bila diindikasikan.

.3 Implementasi

Pelaksanaan tindakan atau implementasi adalah pemberian tindakan keperawatan yang


dilaksanakan untuk mencapai tujuan rencan tindakan yang telah disusun setiap tindakan
keperawatan yang dilakukan dan dicatat dalam pencatatan keperawatan agar tindakan
keperawatan terhadap klien berlanjut. Prinsip dalam melaksanakan tindakan keperawatan yaitu
cara pendekatan kepada klien efektif, teknik komunikasi terapi serta penjelasan untuk setiap
tindakan yang diberikan kepada klien.

Dalam melakukan tindakan keperawatan menggunakan tiga tahap yaitu independen,


dependen, interdependen. Tindakan keperawatan secara independen adalah suatu tindakan yang
dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dokter atau tenaga kesehatan lainnya,
dependen adalah tindakan yang sehubungan dengan tindakan pelaksanaan rencana tindakan
medis dan interdependen adalah tindakan keperwatan yang menjelaskan suatu kegiatan yang
memerlukan suatu kerjasama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi

Biomedik 3 Page 13
dan dokter, keterampilan yang harus perawat punya dalam melaksanakan tindakan keperawatan
yaitu kongnitif dan sifat psikomotor.

.4 Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah
berhasil dicapai kemungkinan terjadi pada tahap evaluasi adalah masalah dapat diatasi, masalah
teratasi sebagian, masalah belum teratasi atau timbul masalah yang baru. Evaluasi dilakukan
yaituevaluasi proses dan evaluasi hasil.

Evaluasi proses adalah yang dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap


tindakan. Sedangkan, evaluasi hasil adalah evaluasi yang dilakukan pada akhir tindakan
keperawatan secara keseluruhan sesuai dengan waktu yang ada pada tujuan.

Biomedik 3 Page 14
BAB IV

PENUTUP

.1 Kesimpulan
Demam tifoid adalah suatu infeksi akut pada usus kecil yang disebabkan oleh bakteri
Salmonella typhi. Di Indonesia penderita demam tifoid cukup banyak diperkirakan 800/100.000
penduduk per tahun, tersebar dimana-mana, dan ditemukan hampir sepanjang tahun.
Demam tifoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang paling sering pada anak
besar, umur 5-9 tahun. Dengan keadaan seperti ini, adalah penting melakukan pengenalan dini
demam tifoid, yaitu adanya 3 komponen utama : Demam yang berkepanjangan (lebih dari 7
hari), Gangguan susunan saraf pusat / kesadara
.2 Saran
Dari uraian makalah yang telah disajikan maka kami dapat memberikan saran untuk selalu
menjaga kebersih lingkungan , makanan yang dikonsumsi harus higiene dan perlunya
penyuluhan kepada masyarakat tentang demam tifoid.

Biomedik 3 Page 15
DAFTAR PUSTAKA
https://araeybaz.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-pada-ant-dengan.html

Biomedik 3 Page 16

Anda mungkin juga menyukai