Konsep Dasar Mutu Pelayanan Kebidanan Ma
Konsep Dasar Mutu Pelayanan Kebidanan Ma
Penulis:
Ina Ekawati
NIM: P2.06.24.6.16.016
2. Persepsi Mutu
Persepsi mutu pelayanan kesehatan menurut:
a. Konsumen/pasien/masyarakat.
Melihat bahwa pelayanan kesehatan yang bermutu sebagai pelayanan yang sesuai
dengan harapannya baik yang di nyatakan ataupun yang tersirat seperti keramahan-
tamahan, tanggap, dan kecepatan pelayanan, kemajuan pengobatan, rasa aman,
nyaman,dll
b. Pemberi pelayanan:
Mengkaitkan pelayanan kesehatan yang bermutu dengan tersedianya pelayanan,
prosedur kerja (protokol), kebebasan dalam melakukan pelayanan sesuai teknologi
kesehatan mutahir dan kemudian dari hasil pelayanan kesehatan (out come).
c. Penyandang dana pelayanan kesehatan (Asuransi):
Menganggap pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang
efektif dan efisien.
d. Pemilik sarana pelayanan kesehatan :
Mempunyai persepsi bahwa pelayanan kesehatan yang bermutu sdadalah pelayanan
kesehatan yang menghasilkan pendapatan yang mampu menutupi biaya operasional
dan pemeliharaan, dan dengan tarip pelayanan kesehatan yang mampu dibayar oleh
pasien/konsumen/masyarakat.
Dari berbagai definisi mutu dapat dilihat faktor faktor yang mempengaruhi hal tersebut,
diantaranya :
1. Sesuai dengan kebutuhan pemakai
2. Harga produk (berkaitam dengan nilai uang yang dikeluarkan)
3. Waktu penyerahan sesuai dengan keinginan atau kebutuhan dari pelanggan.
4. Kehandalan.
5. Kemudahan pemeliharaan.
Perlu dipahami juga bahwa ada beberapa batasan yang dipandang cukup penting mengenai
pengertian mutu antara lain sebagai berikut :
1. Mutu adalah tingkat kesempurnaan dan penampilan sesuatu yang sedang diamati.
2. Mutu adalah sifat yang dimiliki suatu program.
3. Mutu adalah totalitas, wujud, serta ciri suatu barang atau jasa yang didalamnya
terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan para
pengguna.
4. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.
Dari keempat batasan itu, mutu pelayanan hanya dapat diketahui apabila sebelumnya
telah dilakukan penelitian. Dalam praktik sehari hari melakukan penilaian ini tidak mudah
penyebab utamanya adalah bergantung pada latar belakang dan kepentingan individu. Dengan
demikian setiap orang dapat saja melakukan penelitian dengan dimensi yang berbeda
(Depkes RI, 2007:21)
Untuk mengatasi masalah kesehatan telah disepakati bahwa pembahasan tentang
kepuasan pasien yang dikaitkan dengan mutu pelayanan kesehatan bukanlah pembahasan
yang bersifat luas, melainkan mengenal paling tidak dua pembatasan berikut:
1. Pembatasan pada derajat kepuasan pasien
Untuk menghindari subjektivitas yang mempersulit pelaksanaan program menjaga mutu,
ditetapkan bahwa ukuran kepuasan yang dipakai disini adalah kepuasan rata rata
penduduk, walaupun orientasinya tetap individual. Artinya, suatu pelayanan kesehatan
dinilai bermutu apabila pelayan kesehatan tersebut memuaskan pasien sesuai dengan
kepuasan rata rata penduduk.
2. Pembatasan pada upaya yang dilakukan.
Untuk melindungi kepentingan pemakai jasa pelayanan kesehatan yang pada umumnya
awam terhadap tindakan kedokteran (patient ignorancy) ditetapkan bahwa upaya yang
dilakukan untuk menimbulkan kepuasan tersebut harus sesuai dengan kode etik serta
standar pelayanan kesehatan profesi.suatu pelayanan kesehatan, meskipun dapat
memuaskan klien, tetapi apabila diselenggarakan tidak sesuai dengan kode etik dan
standar pelayanan profesi, bukanlah pelayanan profesi, dan bukanlah pelayanan kesehatan
yang bermutu.( Buku acuan pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, 2002: 23).
3. Dimensi Mutu
1. Kompetensi teknik
Mengacu kepada kemampuan dan keterampilan petugas dalam melaksanakan tugas
tugasnya sesuai dengan standar dan pedoman.
2. Efektivitas
Kualitas pelayanan kesehatan tergantung pada keefektifan dari intervensi pelayanan
yang diberikan penilaian dimensi efektivitas merupakam jawaban pertanyaan : apakah
prosedure atau pengobatan bila dilakukan dengan benar akan memberikan hasil yang
diinginkan.
3. Efisien
Merupakan dimensi yang penting. Pelayanan yang diberikan adalah optimal bukan
maksimal, yang memberikan hasil paling besar dalam keterbatasan sumber daya.
Pelayanan yang diberikan adalah tepat dan esensial. Hindari memberikan pelayanan
yang tidak perlu dan pengulangan yang tidak berarti.
4. Akses
Akses (keterjangkauan) merupakan dimensi yang penting dalam kualitas karena
keterbatasan jangkauan akan menyebabkan ketidakpastian dalam kesakitan dan
kematian. Misalnya buruknya akses terhadap imunisasi dapat menyebabkan cakupan
imunisasi tidak adekuat.
5. Hubungan antar manusia
Adalah interaksi yang terjadi antara penyelanggara pelayanan kesehatan dengan
pasien, supervisor kabupaten dengan petugas puskesmas, dinas kabupaten dengan
puskesmas, kepala puskesmas dengan petugas puskesmas dll. Hubungan antar
manusia yang baik akan menimbulkan kemitraan, saling percaya, saling
menghormati dan keterbukaan.
6. Kesinambungan pelayanan.
Artinya pasien selalu mendapatkan pelayanan yang dibutuhkannya tanpa terputus
termasuk rujukannya. Keadaan ini dapat terjadi karena adanya catatan medik yang
lengkap dan akurat.
7. Keamanan
Berarti meminimalkan resiko-resiko trauma, infeksi dan efek yang membahayakan
lainnya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan.
8. Kenyamanan.
Sarana pelayanan kesehatan harus dapat memberikan kenyamanan kepada pasien,
termasuk kebersihan, waktu tunggu, dll. Karena kenyamanan akan menimbulkan
kepercayaan pasien terhadap pelayanan kesehatan.
9. Informasi
Pelayanan kesehatan yang bermutu harus mampu menjelaskan segala sesuatu yang
berhubungan dengan pelayanan kesehatan, harus dapat menjelaskan apa, siapa, kapan,
dimana, bagaimana dan resiko pelayanan kesehatan tersebut.
10. Ketepatan waktu
Pelayanan kesehatan yang bermutu harus diselengarakan dalam waktu yang tepat,
juga dalam hal waktu buka dan waktu tutup tempat pelayanan harus tepat waktu.
4. Dimensi Mutu layanan Kebidanan
Dalam layanan kebidanan terdapat dimensi kepuasan pasien yang mempengaruhi layanan
kebidanan, yaitu :
1. Kepuasan yang mengacu pada penerapan kode etik serta standar pelayanan profesi
kebidanan. Kepuasan yang pada dasarnya penilaian terhadap kepuasan megnenai :
hubungan bidan dengan paisen, kenyamanan pelayanan, kebebasan melakukan
pilihan, pengetahuan dan kompetensi teknis, efektifitas pelayanan.
2. Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan kebidanan.
Suatu pelayanan yang dikatakan bermutu bila penerapan semua persyaratan
pelayan kebidanan dapat memuaskan pasien (Sofyan, 2006, hlm. 101).
Dikemukakan pada penelitian para suraman dkk (1988), ada beberapa dimensi utama
pelayanan kesehatan dan kebidanan antara lain :
a. Reliability (kehandalan) pelayanan dengan segera, tepat (akurat), dan
memuaskan. reliabilitas merefleksikan kehandalan dari penyedia
pelayanan
b. Assurance (jaminan) Yaitu meliputi keramahan (sopan, santun) kepada
pasien, keamanan, dan berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan.
c. Empathy (empati) derajat perhatian yang diberikan kepada setiap pasien
dan merefleksikan kemampuan pekerja untuk menyelami perasaan
pelanggan.
d. Responsiveness (daya tanggap) pelayanan yang tepat pada waktunya dan
persiapan instansi sebelum memberikan pelayanan.
e. Tangible (bukti langsung) Dapat berupa ketersediaan sarana dan prasarana
termasuk alat yang siap pakai serta penampilan staf yang menyenangkan
(Bustami, 2011, hlm. 6)
Sondakh Jenny J.S., M.Clin.Mid, dkk. 2013. Mutu Pelayanan kesehatan dan
kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.