Anda di halaman 1dari 14

Keberagaman Agama dan Kepercayaan

masyarakat Indonesia

Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan


peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang
berhubungan dengan pergaulan antar manusia dan lingkungannya
6 Agama di Indonesia :  

Agama Islam
1.

Nama Kitab Suci : Al-Qur’an


Nama Pembawa : Nabi Muhammad SAW
Permulaan : Sekitar 1400 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Masjid
Hari Besar Keagamaan : Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha, Tahun
Baru Hijrah, Isra’ Mi’raj
Jumlah Penganut : 207.176.162 jiwa (87,18%) 

2. Agama Kristen Protestan


Nama Kitab Suci  : Alkitab
Nama Pembawa : Yesus Kristus
Permulaan : Sekitar 2000 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Gereja
Hari Besar Keagamaan : Hari Natal, Hari Jumat Agung, Hari Paskah, Kenaikan
Isa Almasih
Jumlah Penganut : 16.528.513 jiwa (6,96%)
3. Agama Katolik
Nama Kitab Suci : Alkitab
Nama Pembawa : Yesus Kristus
Permulaan : Sekitar 2000 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Gereja
Hari Besar Keagamaan : Hari Natal, Hari Jumat Agung, Hari Paskah, Kenaikan
Isa Almasih
Jumlah Penganut : 6.907,873 jiwa (2,91%) 

4. Agama Hindu
Nama Kitab Suci : Weda
Nama Pembawa : –
Permulaan : Sekitar 3000 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Pura
Hari Besar Keagamaan : Hari Nyepi, Hari Saraswati, Hari Pagerwesi
Jumlah Penganut : 4.012.116 jiwa (1,69%)
5. Agama Buddha
Nama Kitab Suci : Tri Pitaka
Nama Pembawa : Siddharta Gautama
Permulaan : Sekitar 2500 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Vihara
Hari Besar Keagamaan : Hari Waisak, Hari Asadha, Hari Kathina
Jumlah Penganut : 1.703.254 jiwa (0,72%) 

     6. Agama Kong Hu Cu


Nama Kitab Suci : Si Shu Wu Ching
Nama Pembawa : Kong Hu Cu
Permulaan : Sekitar 2500 tahun yang lalu
Tempat Ibadah : Li Tang / Klenteng
Hari Besar Keagamaan : Tahun Baru Imlek, Cap Go Meh
Jumlah Penganut : 117.091 jiwa (0,05%)

Komentar :
Sejak kecil kita sudah diajarkan untuk meyakini dan melaksanakan
ajaran agama yang kita anut. Dalam kehidupan berbangsa, kita mengetahui
keberagaman dalam agama. Agama tersebut tidak mengajarkan untuk
memaksakan kepercayaan kita kepada orang lain. Kita harus menghormati
dan menghargai agama dan keyakinan orang lain, dengan begitu tidak akan
ada pertengkaran. Seperti semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya
berbeda-beda tetapi tetap satu jua.
PERAN DAN FUNGSI AGAMA
ISLAM DALAM KEHIDUPAN
MANUSIA

Agama, dalam hal ini adalah Islam (‫ )اسالم‬ berasal dari kata-kata:

1. salam (‫ )سالم‬yang berarti damai dan aman


2. salamah (‫ )سالمة‬berarti selamat
3. istilah islaam (‫ )االسالم‬sendiri berarti penyerahan diri secara mutlak kepada
Allah SWT untuk memperoleh ridho-Nya dengan mematuhi perintah dan
larangan-Nya.

Agama Islam terdiri atas akidah dan syariat:

1. akidah atau kepercayaan (ilmunya)


2. syariat peribadatan
3. syariat akhlak (moral) dan muamalah

Islam adalah satu-satunya agama  yang benar dan dibenarkan serta diakui oleh Allah
SWT, dalam firmannya:
“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan
diterima (agama itu) daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang
rugi.” (QS. Ali Imran; 85)
Tidak sah keislaman  seseorang kecuali sempurna dua hekekat yang penting:

1. mengenal Allah dan tidak mempersekutukannya


2. patuh kepad perintah dan larangan Allah

B. Peran Agama Dalam Kehidupan Manusia


       Manusia adalah makhluk yang berfikir dan merasa dunia berfikir dan
rasanya itulah yang membentuk kebudayaan dan hidup dalam kebudayaan. Masalah
manusia adalah amat kompleks, ruang lingkupnya sangat luas, seluas alam pikiran
dan perasaannya.
       Kalimat kebudayaan itu adalah gabungan dari dua kata “budi” dan “daya”.
Budi terletak di hati, sedangkan daya terletak pada perbuatan. Iman timbalan budi,
amal shaleh timbalan daya.
       Cara hidup adalah makna yang paling umum dalam kebudayaan, yang secara
umum dipersetui oleh para ahli sekelompok manusia yang mengamalkan cara hidup
yang sama membentuk kesatuan sosial atau masyarakat dalam tiap ruang dan
kawasan wujud cara hidupnya sendiri, karena itu kebudayaan di suatu daerah berbeda
dengan kebudayaan lainnya.
     

C. Tujuan Agama Islam Dalam Kehidupan Manusia


Salah satu syarat kehidupan manusia yang teramat penting adalah keyakinan,
yang oleh sebagaian orang dianggap menjelma sebagai agama. Agama ini bertujuan
untuk mencapai kedamaian rohani dan kesejahteraan jasmani. Dan untuk mencapai
kedua ini harus diikuti dengan syarat yaitu percaya dengan adanya Tuhan Yang Maha
Esa.
Orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa selalu merasa dilindungi
oleh tuhan dalam suasana, keadaan yang bagaimanapun mereka tidak merasa takut.
Tuhan tidak akan mengizinkan, mengingat kebutuhan manusia akan rasa aman itulah
yang menjadi pokok atau pangkal utama bagi manusia untuk mempercayai/Tuhan dan
perlunya hidup beragama.
           Yang jelas dan yang paling dapat diterima adalah bagi agama monoteisme,
yakni Tuhan yang bersifat Ar-Rahman Ar-Rahim, yaitu Tuhan yang menyayangi dan
menentramkan. Tuhan yang memenuhi jiwa manusia. Manusia dengan jalannya
sendiri-sendiri selalu berusaha untuk mendekatkan diri dengan Tuhan Yang Maha
Esa. Kita tidak tahu dimana tuhan itu berada, dan bagaimana bentuknya, rasaNya,
bauNya. Kita tahu itu tahu itu semua. Tetapi yang jelas tuhan itu ada, dan kita
mempercayainya.
Adapun yang tujuan agama Islam terhadap kehidupan manusia adalah:[6]
1.      Penyelamat manusia baik di dunia maupun di akhirat
Firman Allah dalam al-Qur’an surat Ibrahim: 1

Artinya: Alif, laam raa. (ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya
kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang
dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan yang Maha Perkasa lagi
Maha Terpuji.
Firman Allah SWT dalam surat al-‘Alaq: 4-5

2.      Pengendalian diri


Firman Allah dalam surat ar-Rum: 33

Artinya: “Dan apabila manusia disentuh oleh suatu bahaya, mereka menyeru
Tuhannya dengan kembali bertaubat kepada-Nya, kemudian apabila Tuhan
merasakan kepada mereka barang sedikit rahmat daripada-Nya, tiba-tiba sebagian
dari mereka mempersekutukan Tuhannya,”
3.      Menjamin kebahagiaan manusia dunia dan akhirat
Firman Allah SWT dalam surat al-Isra’: 9

Artinya: “Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang


lebih Lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang Mukmin yang
mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.”
Firman Allah SWT dalam surat al-A’raf: 18

D.FUNGSI ISLAM DALAM KEHIDUPAN


a. Sebagai Pembimbing Dalam Hidup
    Pengendali utama kehidupan manusia adalah kepribadiannya yang mencakup
segala unsure pengalaman pendidikan dan keyakinan yang didapatnya sejak kecil.
b. Penolong Dalam Kesukaran
    Orang yang kurang yakin akan agamanya (lemah imannya) akan menghadapi
cobaan/kesulitan dalam hidup dengan pesimis, bahkan cenderung menyesali hidup
dengan berlebihan dan menyalahkan semua orang.
c. Penentram Batin
    Jika orang yang tidak percaya akan kebesaran tuhan tak peduli orang itu kaya
apalagi miskin pasti akan selalu merasa gelisah.

d. Pengendali Moral
    Setiap manusia yang beragama yang beriman akan menjalankan setiap ajaran
agamanya. Terlebih dalam ajaran Islam, akhlak amat sangat diperhatikan dan di
junjung tinggi dalam Islam. Pelajaran moral dalam Islam sangatlah tinggi, dalam
Islam diajarkan untuk menghormati orang lain, akan tetapi sama sekali tidak
diperintah untuk meminta dihormati.

E.Ruang Lingkup Islam


Secara garis besar ruang lingkup Islam terbagi atas tiga bagian yaitu:
1. Hubungan manusia dengan penciptanya (Allah SWT)
Firman Allah:
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-
Ku” (QS. Az Zariyat: 56)
8
2. Hubungan manusia dengan manusia
Agama Islam memiliki konsep-konsep dasar mengenai kekeluargaan,
kemasyarakatan, kenegaraan, perekonomian dan lain-lain. Konsep dasar tersebut
memberikan gamabaran tentang ajaran yang berkenaan dengan: hubungan manusia
dengan manusia atau disebut pula sebagai ajaran kemasyarakatan. Seluruh konsep
kemasyaraktan yang ada bertumpu pada satu nilai, yaitu saling menolong antara
sesama manusia.
3. Hubungan manusia dengan makhluk lainnya/lingkungannya
Seluruh benda-benda yang diciptakan oleh Allah yang ada di alam ini mengandung
manfaat bagi manusia. Alam raya ini berwujud tidak terjadi begitu saja, akan tetapi
diciptak oleh Allah dengan sengaja dan dengan hak.
ِ ‫بِ ۡس ِم ہّٰللا ِ الرَّحۡمٰ ِن الر‬
‫م‬  ۡ‫َّحی‬
ِ

HUBUNGAN  NABI YUSUF A.S. 


DENGAN
NABI BESAR MUHAMMAD SAW.
  
Bagian 1

Tentang

  Hubungan Agama Islam  dan Nabi Besar Muhammad


Saw.
dengan 
Agama-agama Sebelumnya

Oleh

Ki Langlang Buana Kusuma

 
‫ بِ ُکلِّ َش ۡی ٍء َعلِ ۡی ًما‬ ُ ‫ َکانَ ہّٰللا‬ ‫ النَّبِیّٖنَ ؕ َو‬ ‫م َو ٰل ِک ۡن َّرس ُۡو َل ہّٰللا ِ َو خَاتَ َم‬jۡ‫ِّجالِ ُک‬
َ ‫ اَ َح ٍد ِّم ۡن ر‬ ‫َما َکانَ ُم َح َّم ٌد اَبَ ۤا‬
﴾۴۱٪﴿

Muhammad sekali-kali bukan  bapak salah seorang laki-laki di antara laki-laki  kamu,
tetapi ia adalah Rasul Allah dan Khaataman-nabiyyiin,  dan Allah Maha Mengetahui
segala sesuatu. (Al-Ahzab [33]:41).

  Allah Swt. menurunkan agama-agama erat kaitannya dengan tujuan utama


penciptaan umat manusia, yaitu untuk beribadah kepada-Nya, firman-Nya:

َ ‫ت ۡال ِج َّن َو ااۡل ِ ۡن‬


﴾۵۶﴿ ‫ اِاَّل لِیَ ۡعبُد ُۡو ِن‬ ‫س‬ ُ ‫َو َما خَ لَ ۡق‬
Dan Aku sekali-kali tidak   menciptakan jin dan ins  (manusia) melainkan supaya
mereka menyembah-Ku (Al-Dzaariyaat [51]:57).

 Arti yang utama untuk kata ‘ibadah  adalah  menundukkan diri sendiri kepada
disiplin keruhanian yang ketat, lalu bekerja dengan segala kemampuan dan
kekuatan yang ada sampai  sepenuh jangkauannya, sepenuhnya serasi dengan dan
taat kepada perintah-perintah Ilahi agar menerima meterai pengesahan Allah dan 
mampu mencampurkan dan menjelmakan dalam dirinya sendiri sifat-sifat Allah
Swt.. 

Sebagaimana tersebut dalam ayat ini itulah maksud dan tujuan agung lagi mulia
bagi penciptaan manusia dan memang itulah makna ibadah kepada Allah Swt...
Karunia-karunia lahir dan batin yang terdapat pada sifat manusia memberikan
dengan jelas pengertian kepada kita, bahwa ada di antara kemampuan manusia
yang membangunkan pada dirinya dorongan untuk mencari Allah Swt. dan yang
meresapkan kepadanya keinginan mulia untuk menyerahkan diri sepenuhnya
kepada  Allah Swt.. (QS.7:173-175; QS.6:162-163).

Fungsi Agama &  “Pakaian Takwa”

     Satu-satunya sarana agar manusia dapat mewujudkan tujuan utama


penciptaannya itu adalah agama atau hukum-hukum syariat,  yang diturunkan Allah
Swt. kepada Rasul Allah pengemban syariat, karena tidak setiap rasul (nabi) Allah
membawa agama (hukum-hukum syariat), contohnya adalah Nabi Harun a.s.. dan
para rasul Allah di kalangan Bani Israil yang diutus  setelahnya sampai dengan Nabi
Isa Ibnu Maryam a.s. (QS.2:88-89; QS.5:47; QS.57:28).

       Seandainya sejak awal manusia diciptakan mereka  itu memiliki kemampuan
untuk mengamalkan  agama (syariat) terakhir dan tersempurna – yakni agama Islam
(Al-Quran) – maka pasti di dunia ini hanya ada satu macam agama  dan KItab suci
saja, yakni agama Islam dan Al-Quran.

      Tetapi kenyataannya tidak demikian, sebab sebagaimana halnya tubuh jasmani
manusia – sesuai dengan sifat Rabbubiyyah Allah Swt. (QS.1:2) -- berkembang
secara bertahap,  demikian pula halnya keadaan ruhani (jiwa) manusia pun
mengalami perkembangan secara bertahap, sampai akhirnya tiba saatnya  manusia
secara keseluruhan   mampu untuk menerima dan mengamalkan agama terakhir
dan tersempurna yaitu agama Islam (Al-Quran) yang diturunkan Allah Swt.  bersama
pengutusan Nabi Besar Muhammad saw..

        Allah Swt. telah berfirman dalam Al-Quran bahwa Dia tidak pernah membebani
manusia dengan suatu perintah yang melebihi batas kesanggupannya, firman-Nya:

‫ؕ َلا یُ َکلِّفُ ہّٰللا ُ ن َۡفسًا اِ َّلا ُو ۡس َعہَا ؕ لَہَا َما َک َسبَ ۡت َو َعلَیۡ َہا َما ۡاکتَ َسبَ ۡت‬
Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemam-puannya. Baginya
ganjaran untuk apa yang diusahakannya, dan ia akan mendapat siksaan untuk apa
yang diusahakannya.  (Al-Baqarah [2]:287).

       Sebagaimana seorang ibu membuat pakaian untuk anak-anaknya disesuaikan


dengan perkembangan tubuh  mereka, sehingga pakaian anak-anaknya selalu
berubah semakin besar ukurannya dan semakin sempurna bentuknya,    demikian
pula halnya Allah Swt. menurunkan agama  (hukum-hukum syariat)  pun secara
bertahap sesuai dengan perkembangan jiwa manusia, yang pada akhirnya
mencapai puncak perkembangannya sebagai manusia dewasa, karena pada
hakikatnya agama (hukum-hukum) agama pun  berfungsi seperti  pembuat pakaian
bagi jiwa (ruh) manusia, yang disebut pakaian  takwa (ketakwaan), firman-Nya:

َ ِ‫ ٌر ؕ ٰذل‬j‫خَی‬ َ jِ‫ ٰوی ۙ ٰذل‬j‫ار ۡی َس ۡو ٰاتِ ُکمۡ َو ِر ۡی ًشا ؕ َو لِبَاسُ التَّ ۡق‬ ۡ ٰ
‫ک ِم ۡن‬j ۡ ‫ک‬j ِ ‫ لِبَاسًا یُّ َو‬  ۡ‫ اَ ۡن َزلنَا َعلَ ۡی ُکم‬ ‫ قَ ۡد‬ ‫ ا َد َم‬ ‫ٰیبَنِ ۡۤی‬
﴾۲۶﴿ َ‫ۡن‬j‫ یَ َّذ َّک ُرو‬  ۡ‫ لَ َعلَّہُم‬ ِ ‫ت ہّٰللا‬ ِ ‫ٰا ٰی‬
Wahai Bani Adam,  sungguh  Kami telah menurunkan kepada kamu pakaian
penutup auratmu dan sebagai  perhiasan, dan pakaian takwa  itulah yang
terbaik, yang demikian itu adalah sebagian dari Tanda-tanda Allah, supaya 
mereka mendapat nasihat. (Al-‘Araaf [7]:27).
Ajaran Pokok Semua Agama di Masa Awal Sama

       Dikarenakan keadaan manusia di dunia ini terdiri dari berbagai bangsa serta
suku-suku bangsa dan memiliki keadaan perkembangan jiwa,  bahasa  dan adat
istiadat yang berbeda-beda  (QS.49:14; QS.30:23), dan mereka itu tersebar di
berbagai wilayah dunia yang berlain-lainan keadaannya, maka  Allah Swt. pun
dalam menurunkan agama (syariat)  kepada bangsa-bangsa atau kaum-kaum
tersebut  tidak seragam, melainkan disesuaikan dengan keadaan perkembangan
jiwa serta intelektual mereka, walau pun ajaran pokok dari agama-agama tersebut
sama, yaitu mengajarkan  dasar-dasar haququllah (Tauhid Ilahi) dan haququl ‘ibaad,
firman-Nya:

‫دَی ہّٰللا ُ َو ِم ۡنہُمۡ َّم ۡن‬jَ‫وا الطَّا ُغ ۡوتَ ۚ فَ ِم ۡنہُمۡ َّم ۡن ہ‬jjُ‫اجتَنِب‬
ۡ ‫ َو‬ َ ‫دُوا ہّٰللا‬jُ‫اعب‬
ۡ ‫ َّرس ُۡواًل اَ ِن‬ ‫َو لَقَ ۡد بَ َع ۡثنَا فِ ۡی ُک ِّل اُ َّم ٍۃ‬
﴾۳۷﴿ َ‫ ۡال ُم َک ِّذبِ ۡین‬ ُ‫ َک ۡیفَ َکانَ عَاقِبَۃ‬j‫ض فَ ۡانظُر ُۡوا‬ ‫اۡل‬ ٰ
ِ ‫ الضَّللَۃُ ؕ فَ ِس ۡیر ُۡوا فِی ا َ ۡر‬ ‫َحقَّ ۡت َعلَ ۡی ِہ‬
Dan  sungguh    Kami benar-benar telah membangkitkan dalam setiap umat
seorang rasul dengan seruan: “Sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.”   Maka
sebagian dari mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan sebagian dari
mereka ada yang telah pasti kesesatan atasnya.   Maka berjalanlah kamu di muka
bumi, lalu lihatlah betapa buruk akibat  orang-orang yang mendustakan rasul-
rasul. (Al-Nahl [16]:37).

       Akibat dari adanya berbagai macam  perbedaan keadaan manusia tersebut
maka   agama yang diturunkan Allah Swt. dengan perantaraan para Rasul Allah
yang dibangkitkan di kalangan kaum-kaum tersebut  pun tidak  sepenuhnya
seragam segala sesuatunya, namun yang pasti bahwa ajaran pokok dari  agama-
agama tersebut tetap dipertahankan yakni haququlLah dan haququl ‘ibaad.

     Hal lainnya yang ditekankan Allah Swt. dalam agama-agama yang diturunkan
Allah Swt. kepada berbagai kaum (bangsa) tersebut  adalah mengenai kedatangan
rasul-rasul   yang dijanjikan Allah Swt. kepada mereka, firman-Nya:

‫ؤ ِمنُ َّن‬jۡ ُ‫ا َم َع ُکمۡ لَت‬j‫ق لِّ َم‬ َ ‫ب َّو ِح ۡک َم ٍۃ ثُ َّم َجٓا َء ُکمۡ َرس ُۡو ٌل ُّم‬
jٌ ‫ ِّد‬j‫ص‬ ٍ ‫ق النَّبِیّٖنَ لَ َم ۤا ٰات َۡیتُ ُکمۡ ِّم ۡن ِک ٰت‬jَ ‫َو اِ ۡذ اَ َخ َذ ہّٰللا ُ ِم ۡیثَا‬
ۡ‫ا َم َع ُکم‬jjَ‫ َو اَن‬j‫ہَد ُۡوا‬j‫اش‬ۡ َ‫ال ف‬j ۡ ِ‫م َو اَخ َۡذتُمۡ ع َٰلی ٰذلِ ُکمۡ ا‬jُۡ‫ال َءاَ ۡق َر ۡرت‬
َ jَ‫ ؕ ق‬j‫ا‬jَ‫الُ ۡۤوا اَ ۡق َر ۡرن‬jjَ‫ی ؕ ق‬jۡ ‫ ِر‬j‫ص‬ َ َ‫ٗ ؕ ق‬j‫ص ُرنَّہ‬ ُ ‫بِہٖ َو لَت َۡن‬
 ٗۤ‫ونَ َو لَہ‬jۡ j‫ َر ِد ۡی ِن ہّٰللا ِ یَ ۡب ُغ‬j‫اَفَغ َۡی‬   ﴾۸۳﴿ َ‫ک ہُ ُم ۡال ٰف ِسقُ ۡون‬ ٓ ٰ ُ ‫فَم ۡن تَو ٰلّی ب ۡع َد ٰذلک فَا‬   ﴾۸۲﴿ َ‫ ال ٰ ّشہد ۡین‬  َ‫من‬
َ ِ‫ولئ‬ َ ِ َ َ َ ِِ ِّ
﴾۸۴﴿ َ‫ض طَ ۡوعًا َّو َک ۡرہًا َّو اِلَ ۡی ِہ ی ُۡر َجع ُۡون‬ ‫ َم ۡن فِی السَّمٰ ٰو ِ اۡل‬ ‫اَ ۡسلَ َم‬
ِ ‫ت َو ا َ ۡر‬
Dan ingatlah   ketika Allah mengambil perjanjian dari manusia melalui nabi-nabi:
“Apa saja yang Aku berikan kepada kamu berupa Kitab dan Hikmah, kemudian
datang ke-padamu seorang rasul yang menggenapi  apa yang ada padamu,   
kamu benar-benar harus beriman kepadanya dan   kamu  benar-benar harus
membantunya.” Dia berfirman: “Apakah kamu mengakui dan menerima
tanggung-jawab yang Aku be-bankan kepadamu mengenai itu?” Mereka berkata:
“Kami mengakui.” Dia berfirman: “Maka bersaksilah  dan Aku pun besertamu
termasuk  orang-orang yang menjadi saksi.”    Maka   barangsiapa berpaling
sesudah itu, maka merekalah orang-orang fasiq.  Apakah mereka itu mencari    
yang bukan agama Allah, padahal kepada Dia-lah berserah diri siapa pun yang
ada di seluruh langit dan bumi, dengan rela atau terpaksa,  dan kepada-Nya
mereka akan dikembalikan? (Ali-‘Imraan [3]:82-84).

      Ungkapan miitsaq an-nabiyyiin dapat berarti “perjanjian nabi-nabi dengan Tuhan”
atau “perjanjian yang diambil Tuhan dari orang-orang dengan perantaraan nabi-nabi
mereka”. Ungkapan ini telah dipakai di sini dalam artian yang kedua, sebab qira'ah
(pembacaan) lain seperti yang didukung oleh Ubayy bin Ka’b dan ‘Abdullah bin
Mas’ud ialah miitsaq alladziina uutul Kitaab, yang artinya “perjanjian mereka yang
diberi Kitab” (Bahrul Muhith).  Penafsiran ini didukung pula oleh kata-kata berikut,
yaitu   “kemudian datang kepadamu seorang rasul yang menggenapi apa yang
ada padamu”, sebab kepada orang-oranglah rasul-rasul Allah datang dan bukan
kepada nabi-nabi mereka.

  Kata mushaddiq telah dipakai di sini untuk menyatakan tolok ukur yang dengan
tolok ukur itu pendakwa yang benar dapat dibedakan dari seorang pendakwa yang
palsu. Secara tepat kata itu telah diterjemahkan di sini sebagai “menggenapi”, sebab
hanya dengan “menggenapi” dalam dirinya maka nubuatan-nubuatan yang
terkandung dalam Kitab-kitab wahyu terdahulu, seorang pendakwa dapat dibuktikan
kebenarannya.

   Ayat ini dianggap pula berlaku kepada para nabi pada umumnya dan kepada Nabi
Besar Muhammad saw.  pada khususnya. Kedua pemakaian itu tepat. Ayat tersebut
menetapkan suatu peraturan umum. Kedatangan setiap nabi terjadi sebagai
penggenapan nubuatan-nubuatan tertentu yang dibuat oleh seorang nabi yang
mendahuluinya, ketika nabi itu  menyuruh pengikutnya supaya menerima nabi yang
berikutnya kapan pun nabi itu datang (QS.7:35-37).

Nabi Besar Muhammad Saw. dan Agama Islam Dinubuatkan Semua Nabi dan
Agama

Jika nabi itu datang memenuhi nubuatan-nubuatan dalam Kitab-kitab dari satu kaum
saja, seperti halnya dengan Nabi Isa Ibnu Maryam a.s.  dan para nabi Bani Israil
lainnya, maka hanya kaum itu saja yang wajib menerima dan membantu beliau,
tetapi  bila Kitab-kitab semua agama menubuatkan kedatangan seorang nabi,
seperti halnya mengenai Nabi Besar Muhammad saw.    maka semua bangsa harus
menerima beliau saw., sebab beliau saw. . datang sebagai penyempurnaan
nubuatan-nubuatan, bukan hanya dari para nabi Bani Israil saja (Yesaya 21:13-15;
Ulangan 18:18;  33:2; Yahya 14:25, 26; 16:7-13), tetapi juga dari ahli-ahli kasyaf
bangsa Aria dan ruhaniawan-ruhaniawan agama Budha dan Zoroaster (Syafrang
Dasatir hlm. 188, Siraji Press, Delhi Yamaspi, diterbitkan oleh Nizham Al-Masyaich,
Delhi, 1330 Hijrah).

      Dari uraian  tersebut  jelaslah bahwa yang kemudian membuat  agama Allah
menjadi  bermacam-macam   di dunia ini -- dengan berbagai persepsi yang
berbeda-beda mengenai  Tuhan yang Hakiki, yakni Allah Swt. – adalah para
pemuka agama dari kaum-kaum tersebut yang mengingkari perjanjian mereka
dengan Allah Swt. melalui para  nabi mereka (QS.3:82), padahal dengan tegas Allah
Swt. telah menyatakan bahwa sejak awal pun agama-agama yang diturunkan Allah
Swt.  melalui para Rasul Allah itu adalah ISLAM,  namun nama ISLAM belum
diberikan kepada agama-agama tersebut karena masih dalam proses
penyempurnaan, atau ibarat perkembangan tubuh manusia agama-agama tersebut
masih dalam proses menuju kepada kedewasaannya,   firman-Nya:

‫ ا بَ ۡینَہُمۡ ؕ َو‬jً‫ ٓا َءہُ ُم ۡال ِع ۡل ُم بَ ۡغ ۢی‬j‫ا َج‬jj‫ب اِاَّل ِم ۡۢن بَ ۡع ِد َم‬ ۡ ‫اِ َّن الد ِّۡینَ ِع ۡن َد ہّٰللا ِ ااۡل ِ ۡساَل ُم ۟ َو َما‬
َ ‫ ۡال ِک ٰت‬j‫اختَلَفَ الَّ ِذ ۡینَ اُ ۡوتُوا‬
‫ہّٰللا‬ ‫م ۡن ی َّۡکفُ ۡر ب ٰا ٰی ہّٰللا‬
﴾۲۰﴿ ‫ب‬ ِ ‫ ۡال ِح َسا‬ ‫ت ِ فَاِ َّن َ َس ِر ۡی ُع‬ ِ ِ َ

Sesungguhnya agama   yang benar di sisi Allah adalah Islam,   dan sekali-kali
tidaklah berselisih orang-orang yang diberi Kitab melainkan setelah ilmu
datang kepada mereka karena kedengkian di antara mereka. Dan barangsiapa
kafir kepada Tanda-tanda Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat dalam
menghisab. (Aali ‘Imraan [3]:20).

 Semua agama senantiasa menanamkan kepercayaan Tauhid Ilahi dan kepatuhan


kepada kehendak-Nya, namun demikian hanya dalam Islam sajalah paham
kepatuhan   kepada kehendak Ilahi mencapai kesempurnaan, sebab kepatuhan
sepenuhnya meminta pengejewantahan penuh Sifat-sifat Allah Swt. serta telah
sempurnnya hukum-hukum syariat yang mengatur seluruh segi kehidupan manusia,
dan hanya pada Islam sajalah pengenjewantahan demikian telah terjadi (QS.5:4).

Jadi dari semua tatanan keagamaan hanya Islam yang berhak disebut agama
Tuhan pribadi (agama Allah) dalam arti  yang sebenarnya  meminta
pengejawantahan penuh Sifat-sifat Allah Swt.,   dan hanya pada Islam sajalah
pengejawantahan demikian telah terjadi. Jadi  dari semua tatanan keagamaan
hanya Islam yang berhak disebut agama Allāh, dalam arti kata yang sebenarnya.
Semua agama yang benar --  lebih atau kurang -- dalam bentuknya yang asli adalah
agama Islam, sedang para pengikut agama-agama itu adalah Muslim dalam arti
kata secara harfiah, tetapi  nama Al-Islam tidak diberikan sebelum tiba saat bila
agama menjadi lengkap dalam segala ragam seginya, karena nama itu dicadangkan
untuk syariat yang terakhir dan mencapai kesempurnaan dalam Al-Quran.

 Atas dasar pengertian makna ISLAM dan MUSLIM seperti itulah setelah Allah Swt.
menurunkan agama terakhir dan tersempurna yakni AGAMA ISLAM (Al-Quran)
melalui Nabi pembawa syariat terakhir dan tersempurna yakni Nabi Besar
Muhammad saw., namun manusia (umat beragama) tetap bertahan dalam agama
mereka masing-masing maka agama dan keagamaan mereka tidak akan diterima 
oleh Allah Swt., sebab agama-agama serta sikap keagamaan mereka itu tidak lagi
ISLAM dan MUSLIM seperti pada awal diwahyukan Allah Swt. melainkan telah
menjadi agama-agama yang bertentangan dengan ajaran asli agama-agama
tersebut dan di dalamnya telah muncul berbagai bentuk kemusyrikan (syirik).
Mengisyaratkan kepada kenyataan itulah firman Allah Swt. berikut ini:

﴾۸۶﴿ َ‫َو َم ۡن ی َّۡبت َِغ غ َۡی َر ااۡل ِ ۡساَل ِم ِد ۡینًا فَلَ ۡن ی ُّۡقبَ َل ِم ۡنہُ ۚ َو ہُ َو فِی ااۡل ٰ ِخ َر ِۃ ِمنَ ۡال ٰخ ِس ِر ۡین‬
Dan    barangsiapa mencari agama yang bukan agama Islam, maka  agama itu
tidak akan pernah diterima darinya, dan di akhirat ia termasuk orang-orang
yang rugi. (Ali ‘Imraan [3]:86).

Anda mungkin juga menyukai