Anda di halaman 1dari 15

1.

1 Konsep KB Alamiah

1.1.1 Metode Suhu Tubuh

1.1.1.1 Pengertian

Metode suhu basal badan adalah suatu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan

mengukur suhu tubuh untuk mengetahui suhu tubuh basal, untuk menentukan masa

ovulasi (Handayani S, 2010 : 61).

1.1.1.2 Efektifitas

Efektifitas metode suhu basal badan cukup baik dengan angka kegagalan 0,3-66

kehamilan pada 100 wanita per tahun (Handayani S, 2010 : 61).


1.1.1.3 Keuntungan

1. Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasangan terhadap masa subur

2. Membantu wanita yang mengalami siklus tidak teratur dengan mendeteksi ovulasi

3. Dapat membantu menunjukkan perubahan tubuh lain selain lender servik

4. Berada dalam kendali wanita

5. Dapat digunakan untuk mencegah atau meningkatkan kehamilan

(Handayani S, 2010 : 61)

1.1.1.4 Kekurangan

1. Membutuhkan motivasi

2. Perlu diajarkan oleh spesialis keluarga berencana alami

3. Suhu tubuh basal dipengaruhi oleh penyakit. Kurang tidur, stress/tekanan

emosional, alkohol, penggunaan sedatifa, imunisasi, iklim, dan gangguan saluran

cerna

4. Apabila suhu tubuh tidak diukur pada sekitar waktu yang sama setiap hari ini akan

menyebabkan ketidakakuratan suhu tubuh basal.

5. Tidak mendeteksi permulaan masa subur sehingga mempersulit untuk mencapai

kehamilan

6. Membutuhkan masa pantang yang panjang/lama, karena ini hanya mendeteksi masa

pasca ovulasi sehingga abstimen sudah harus dilakukan pada masa pra ovulasi

(Handayani S, 2010 : 62).

1.1.2 Metode lendir serviks


1.1.2.1 Pengertian

Metode lendir serviks adalah salah satu bagian dari "Keluarga Berencana

Alamiah" (KBA), yaitu salah satu cara dalam upaya pencegahan kehamilan„ mclalui

pengamatan tanda-tanda dart gejala-gejala alamiah yang timbul pada fase fertil dan

infertil, dari siklus (daur) menstruasi, dengan menghindari senggama selama fase fertil

atau subur (Irianto K, 2012 : 79).

1.1.2.2 Efektifitas

Angka kegagalan metode kontrasepsi sederhana MOB ini adalah 0,4-39,7 per 100

wanitia per tahun (Handayani S, 2010 : 64).

1.1.2.3 Keuntungan

1. Dalam kendali wanita

2. Memberikan kesempatan pada pasangan menyentuh tubuhnya

3. Meningkatkan kesadaran terhadap perubahan pada tubuh

4. Memperkirakan lendir yang subur sehingga memungkinkan kehamilan

5. Dapat digunakan mencegah kehamilan

(Handayani S, 2010 : 64)

1.1.2.4 Kekurangan

1. Membutuhkan komitmen

2. Perlu diajarkan oleh spesialis KB alami

3. Dapat membutuhkan 2-3 siklus untuk mempelajari metode

4. Infeksi vagina dapat menyulitkan identifikasi lendir yang subur


5. Beberapa obat yang digunakan mengobati flu, dan sebagainya dapat menghambat

produksi lendir serviks

6. Melibatkan sentuhan pada tubuh, yang tidak disukai beberapa wanita

7. Membutuhkan pantang

(Handayani S, 2010 : 65)

1.1.3 Metode kalender

1.1.3.1 Pengertian

Metode kalender adalah metode yang digunakan berdasarkan masa subur dimana

harus menghindari hubungan seksual tanpa perlindungan kontrasepsi pada hari ke 8-19

siklus menstruasinya (Handayani S, 2010 : 57)

1.1.3.2 Keuntungan

1. Lebih sederhana

2. Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat

3. Tidak me mbutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.

4. Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.

5. Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko

kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi,

6. Tidak memerlukan biaya.

7. Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi

(Proverawati A, 2010 : 8)
1.1.3.3 Kekurangan

1. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.

2. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.

3. Pasangan suami istri tidak dapat metakukan hubungan seksual setiap saat.

4. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.

5. Harus mengamati siklus menstruasi minimal 6 (enam) kali siklus.

6. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).

7. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain

(Proverawati A, 2010 : 8)

1.1.3.4 Cara KB kalender

Perhitungan masa subur ini akan efektif apabila siklus menstruasinya normal yaitu

antara 21-35 hari. Pernanatauan jumlah hari pada setiap siklus mensrruasi dilakukan

minimal 6 (enam) kali siklus berturut.turut, kemudian periode masa subur dihitung

dengan melihat data yang telah dicatat.

1. Bila haid teratur (28 hari)

Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur

adalah hari ke-12 hingga haid ke-16 dalam siklus haid.

2. Bila haid tidak teratur

Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini

menentukan hari pertama masa subur. jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid

dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.


Rumus:

Hari pertarna masa subur - Jtnnlah hari terpendek - 18

Hari terakhir masa subur – jumlah hari Terpanjang - 11

(Proverawati A, 2010 : 10-11)

1.1.4 Metode Amenorhea laktasi

1.1.4.1 Pengertian

Metode Lactational Amenorrhea Method (LAM) anti Metode Amenorea Lakrasi

(MAL) adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pernberian Air Susu

Ibu (AS1) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan rnakanan

dan rninuman lainnya (Proverawati A, 2010 : 26).

1.1.4.2 Efektifitas

Efekrifitas MAL sangat tinggi sekitar 98% apabila digunakan secara benar dan

memenuhi persyaratan sebagai berikut: digunakan selama enam bulan pertama setelah

melahirkan, belum mendapat haid pasca melahirkan dan menyusui secara eksklusif

(tanpa memberikan makanan atau minuman tambahan). Efektifitas dan metode ini juga

sangat tergantung pada ftekuensi dan intensitas menyusui (Proverwati A, 2010 : 27)

1.1.4.3 Cara Kerja

Cara kerja dari MAL adalah menunda eau menekan terjadinya ovulasi. Pada masa

laktasi/menyusui, hormon yang berperan adalah prolaktin dan oksitosin. Semakin

stringmenyusui„ maka kadar prolaktin meningkat dan hormongon adotrophin

melepaskan hormon penghamibat (inhibitor). Hormon pengharnbat dapat rnengurangi

kadar estrogen, sehingga ovulasi tidak terjadi (Proverawati A, 2010 : 27)


1.1.4.4 Keuntungan

1. Keuntungan kontrasepsi

a. Segera efektif

b. Tidak mengganggu senggama

c. Tidak ada efek samping secara sistemik

d. Tidak perluy pengawasan medis

e. Tidak perlu obat atau alat

f. Tanpa biaya

2. Keuntungan non kontrasepsi

a. Mendapatkan kekebalan pasif (mendapatkan antibody perlindungan lewat ASI)

b. Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi

yang optimal

c. Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau

formula atau alat minum yang dipakai

(Handayani S, 2010 : 68)

1.1.4.5 Kerugian

1. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit

pasca persalinan

2. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial


3. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV/AIDS

(Handayani S, 2010 : 69)

1.1.4.6 Indikasi

1. Ibu yang menyusui secara eksklusif

2. Bayi berumur kurang dari 6 bulan

3. Ibu belum mendapatkan haid sejak melahirkan

1.1.4.7 Kontraindikasi

1. Sudah mendapatkan haid sejak setelah bersalin

2. Tidak menyusui secara eksklusif

3. Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan

4. Bekerja dan terpisah dari bayi selama lama dari 6 jam

(Handayani S, 2010 : 69)

1.1.4.8 Cara penggunaan

1. Bayi disusui secara on demand. Biarkan menyelesaikan hisapan dari satu payudara

sebelum, memberikan payudara lain, supaya bayi mendapat cukup banyak susu

akhir (hind milk). Bayi hanya membutuhkan sedikit ASI dari payudara berikut atau

sama sekali tidak memerlukan lagi. Ibu dapat memulai dengan memberikan

payudara lain pada waktu menyusui berikutnya sehingga kedua payudara

memproduksi banyak susu

2. Waktu antara 2 pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam

3. Biarkan bayi mengisap sampai dia sendiri yang melepaskan haisapannya


4. Susui bayi juga pda malam hari, karena menyusui pada malam hari membantu

mempertahankan kecukupan persediaan ASI

5. Bayi terus disusukan walaupun ibu/bayi sakit

6. Apabila ibu menghentikan ASI dengan menuman atau makanan lain, bayi akan

menghisap kurang sering dan akibatnya tidak lagi efektif sebagai metode

kontrasepsi

(Handayani S, 2010 : 2012)

1.1.5 Coitus Inferruptus (senggama terputus)

1.1.5.1 Pengertian

Metod ekontrasepsi di mana esnggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intra

vagina. Ejakulasi terjadi jauh dari genitalia eksterna (Handayani S, 2012 : 70).

1.1.5.2 Efektivitas

Efektif bila dilaksanakan dengan benar. Efektivitas bergantung pada kesediaan

pasangan untuk melakukan senggama terputus setiap melaksanakannnya (angka

kegagalan 4-18 kehamilan per 100 perempuyan per tahun) efektivitas akan jauh

menurun apabila sperma dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis

(Handayani S, 2010 : 70).

1.1.5.3 Keuntungan

1. Keuntungan kontrasepsi

a. Tidak mengganggi produksi ASI

b. Dapat digunakan sebagai pendukung meotde KB lainnya

c. Tidak ada efek samping


d. Dapat digunakan setiap waktu

e. Tidak membutuhkan biaya


2. Keuntungan non kontrasepsi

a. Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana

b. Untuk pasangan memungkinkan hubungan lebih dekat dan pengertian yang

sangat dalam

(Handayani S, 2010 : 70).

1.1.5.4 Kekurangan

Kekurangan metode coitus interuptus ini adalah memutuskan kenikmatan

berhubungan seksual (Handayani S, 2010 : 70).

1.1.5.5 Indikasi

1. Dapat dipakai pada suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana

2. Pasangan yang taat beragama atau mempunyai alasan filosofi untuk tidak memakai

metode-metode lain

3. Pasangan yang memerlukan metode kontrasepsi dengan segera

4. Pasangan yang memerlukan metode kontrasepsi sementara, sambil menunggu

metode kontrasepsi sementara, sambil menunggu metode yang lain

5. Pasangan yang membutuhkan metode pendukung lain

6. Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur


1.1.5.6 Kontra indikasi

1. Ejakulasi premature pada pria

2. Suami yang sulit melakukan senggama terputus

3. Suami yang memiliki kelainan fisik atau psikologis

4. Suami sulit untuk bekerjasama

5. Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi

6. Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus

(Handayani S, 2010 : 71).

1.1.5.7 Faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi

1. Faktor predisposisi

a. Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam

memberikan tindakan seseorang (over behavior), sebab dari pengalaman dan

hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Contoh mendapatkan informasi tentang KB, pengertian KB, manfaat KB dan

dimana memperoleh pelayanan KB.

b. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang

terhadap stimulus atau obyek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya

kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu dalam kehidupan sehari-hari. Sikap

merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Menurut


Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu

merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan

atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

Dalam bagian lain Allport, menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3

komponen pokok.

a. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.

b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

c. Kecenderungan untuk bertindak (tent to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,

keyakinan dan emosi memegang peranan penting. Suatu contoh misalnya,

seorang akseptor KB dengan alat kontrasepsi suntik mengalami efek samping,

meskipun sikapnya sudah positif terhadap KB tetapi ia kemudian tidak ikut

kontrasepsi suntik.

(Siregar M, 2010).

d. Kepercayaan

Pandangan Akseptor KB terhadap program Keluarga Berencana menurut

agama, norma dan adat, meliputi: pembatasan jumlah anak menurut agama dan

adat, arti anak dalam keluarga dan metode KB yang sesuai dengan agama (Yanti

NH, 2012).
e. Nilai

Sesuatu yang yang dianggap baik atau buruk oleh Akseptor KB tentang

program Keluarga Berencana khususnya kontrasepsi suntik yang menjadi dasar

pengambilan keputusan untuk menggunakannya (Yanti NH, 2012).

2. Faktor pendorong

a. Lingkungan fisik

Salah satu keuntungan dari alat kontrasepsi suntik adalah meningkatkan

kenyamanan hubungan suami-istri karena rasa aman terhadap risiko kehamilan.

1) Tersedia atau tidak tersedianya fasilitas dan sarana

Ketersediaan alat kontrasepsi KB dari pemerintah sangat membantu

masyarakat untuk menggunakan alat kontrasepsi suntik.

3. Faktor penguat

a. Sikap dan perilaku petugas kesehatan

Pelayanan kesehatan berkualitas yang berikan petugas kesehatan sangat

berpengaruh terhadap perilaku kesehatan masyarakat oleh karena itu KB yang

bermutu yang dapat diukur dan dapat ditentukan estándar pelayanannya dan

dapat tercapai serta menambah frekuensinya meliputi : kondisi alatatau obat

kontrasepsi yaitu ketersediaan alat kontrasepsi dan sarana prasarana pelayanan

kontrasepsi, pelayanan dan kompetensi teknik pelayanan kontrasepsi dan

komunikasi, standar pelayanan kontrasepsi terdiri dari pemilihan kontrasepsi,

informasi yang diberikan dan interaksi petugas dengan klien, kemampuan teknis,
kesinambungan pelayanan dan rangkaian program dan pendokumentasian

pelayanan.

b. Sikap dan perilaku tokoh agama

Tokoh agama tidak menentang adanya program keluarga berencana,

asalkan tidak bertentangan dengan agama dan etika yang hidup dimasyarakat.

Pelaksanaannya dilakukan sukarela tanpa melakukan perusakan (sterilisasi)

kecuali dengan alasan medis yang kuat sehingga mendorong pelaksanaan

program KB dengan mempertimbangkan kesehatan ibu dan anak.

c. Peran tokoh masyarakat

Tokoh masyarakat merupakan seorang yang tinggal disuatu daerah dimana

orang tersebut sangat dipercaya dan disegani oleh masyarakat setempat,

sehingga sangat berperan dalam keadaan sosial dan budaya terutama yang

berhubungan dengan kesehatan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai

  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Iis Isma Pharmachild
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen7 halaman
    Bab 3
    Iis Isma Pharmachild
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Pendahuluan
    BAB 1 Pendahuluan
    Dokumen4 halaman
    BAB 1 Pendahuluan
    Iis Isma Pharmachild
    Belum ada peringkat
  • Bab 2
    Bab 2
    Dokumen4 halaman
    Bab 2
    Iis Isma Pharmachild
    Belum ada peringkat
  • Bab 5
    Bab 5
    Dokumen1 halaman
    Bab 5
    Iis Isma Pharmachild
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen20 halaman
    Bab 1
    Iis Isma Pharmachild
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen20 halaman
    Bab 1
    Iis Isma Pharmachild
    Belum ada peringkat
  • Bab 5
    Bab 5
    Dokumen1 halaman
    Bab 5
    Iis Isma Pharmachild
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen6 halaman
    Daftar Isi
    Iis Isma Pharmachild
    Belum ada peringkat
  • Bab 3
    Bab 3
    Dokumen7 halaman
    Bab 3
    Iis Isma Pharmachild
    Belum ada peringkat
  • COVER
    COVER
    Dokumen1 halaman
    COVER
    Iis Isma Pharmachild
    Belum ada peringkat
  • BAB 1 Pendahuluan
    BAB 1 Pendahuluan
    Dokumen4 halaman
    BAB 1 Pendahuluan
    Iis Isma Pharmachild
    Belum ada peringkat
  • LAMPIRAN Fix
    LAMPIRAN Fix
    Dokumen13 halaman
    LAMPIRAN Fix
    Iis Isma Pharmachild
    Belum ada peringkat
  • LAMPIRAN Fix
    LAMPIRAN Fix
    Dokumen13 halaman
    LAMPIRAN Fix
    Iis Isma Pharmachild
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen20 halaman
    Bab 1
    Iis Isma Pharmachild
    Belum ada peringkat
  • Gonore Resistensi Antibiotik
    Gonore Resistensi Antibiotik
    Dokumen5 halaman
    Gonore Resistensi Antibiotik
    Ramsi A. H
    Belum ada peringkat
  • LAMPIRAN
    LAMPIRAN
    Dokumen4 halaman
    LAMPIRAN
    Iis Isma Pharmachild
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Iis Isma Pharmachild
    Belum ada peringkat
  • Chapter I
    Chapter I
    Dokumen10 halaman
    Chapter I
    Thomas Regina Putra
    Belum ada peringkat
  • PuskesmasKesehatan
    PuskesmasKesehatan
    Dokumen2 halaman
    PuskesmasKesehatan
    yasmin sl
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen11 halaman
    Bab V
    Iis Isma Pharmachild
    Belum ada peringkat
  • Diagnosis Pneumoconiosis
    Diagnosis Pneumoconiosis
    Dokumen2 halaman
    Diagnosis Pneumoconiosis
    Iis Isma Pharmachild
    Belum ada peringkat
  • TRIGONOMETRI SEGITIGA
    TRIGONOMETRI SEGITIGA
    Dokumen6 halaman
    TRIGONOMETRI SEGITIGA
    Iis Isma Pharmachild
    Belum ada peringkat