PENDAHULUAN
Saat ini antioksidan telah banyak beredar antara lain dalam bentuk sediaan
gel, krim, serum, dan tablet. Pemanfaatan efek antioksidan pada sediaan yang
ditujukan pada kulit wajah, lebih baik bila diformulasikan dalam bentuk
sediaan kosmetika topical dibandingkan oral (Draelos and Thaman, 2006).
Salah satu bentuk sediaan kosmetika topical adalah masker dalam bentuk gel,
seperti masker peel-off. Masker berbentuk gel mempunyai beberapa
keuntungan diantaranya penggunaan yang mudah, serta mudah untuk dibilas
dan dibersihkan. Selain itu, dapat juga diangkat atau dilepaskan seperti
membran elastic (Harry, 1973).
Salah satu polimer yang digunakan sebagai basis dalam sediaan masker
peel-off adalah polivinil alkohol (PV A). PV A dapat menghasilkan gel yang
cepat mongering dan membentuk lapisan film yang transparan, kuat, plastis
dan melekat baik pada kulit (Rekso dan Sunarni, 2017). Kualitas fisik masker
peel-off dipengaruhi oleh komposisi bahan-bahan yang ditambahkan kedalam
formulasi. Pada penelitian ini digunakan HPMC sebagai agen peningkat
viskositas. HPMC bersifat hidrofil semi sintetik, tahan terhadap fenol dan
stabil pada pH 3 hingga 11. HPMC dapat membentuk gel yang jernih dan
bersifat netral serta memiliki viskositas yang stabil pada penyimpanan jangka
panjang (Rowe et al., 2009).
1. Apa pengaruh konsentrasi HPMC terhadap sifat fisik sediaan gel masker
peel-off.
2. Berapa aktivitas antioksidan sediaan gel masker peel-off ekstrak buah bit
(Beta Vulgaris L)
1.3 Tujuan Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Klasifikasi
2.1.2 Morfologi
Bit merupakan tanaman semusim yang bebentuk tanaman, batang bit
sangat pendek sama halnya seperti tanaman bawang yang tidak terlihat
bagian batangnya. Akar tanaman ini adalah akar tunggang yang nantinya
akan tumbuh menjadi buah atau umbi. Daunnya tumbuh terkumpul pada
leher akaar tunggal atau pangkal umbi. Karena hal tersebut batang buah ini
tidak terlalu terlihat. Selain itu
2.3 Antioksidan
2.4 DPPH
Z• +AH = ZH+A•
2.5 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair
dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak
substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya (Ditjen POM,
1995). Pelarut organik yang paling sering digunakan dalam mengekstraksi
zat aktif dari sel tanaman adalah metanol, etanol, kloroform, hexan,
aseton,benzen dan etil asetat (Dtrjen POM, 1995). Selama proses ekstraksi,
pelarut akan berdifusi sampai ke material padat dari tumbuhandan akan
melarutkan senyawa dengan polaritas yang sesuai dengan pelarutnya
(Tiwari, et al., 2011). Beberapa metode ekstraksi dengan menggunakan
pelarut dibagi menjadi dua cara, yaitu cara panas dan cara dingin (Dirjen
POM, 2000).
b) Perkolasi
Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai
sempurna (exhaustive extraction) yang umunya dilakukan pada
temperatur ruang. Proses terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap
maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/penampungan
ekstrak), terus sampai diperoleh ekstrak (perkolat) yang jumlahnya 1-5
kali bahan (Ditjen POM, 2000).
c) Infus
Infus adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada temperature
penangas air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih,
temperatur terukur 96-98ºC) selama waktu tertentu (15-20 menit) (Ditjen
POM, 2000).
d) Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (≥30 ºC) dan
temperatur sampai titik didih air (Ditjen POM, 2000).
e) Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik pada temperatur yang lebih tinggi
dari temperatur ruangan kamar, yaitu secara umum dilakukan pada
temperatur 40-50ºC (Ditjen POM, 2000).
b) Superkritikal Karbondioksida
Penggunaan prinsip superkritik untuk ekstraksi serbuk simplisisa,
dan umumnya digunakan gas karbondioksida. Penghilangan cairan
pelarut dengan mudah dilakukan karena karbondioksida menguap dengan
mudah, sehingga hampir langsung diperoleh ekstrak (Ditjen POM, 2000).
C) Ekstraksi Ultrasonik
Getaran ultrasonik (> 20.000 Hz.) memberikan efek pada proses
ekstrak dengan prinsip meningkatkan permiabilitas dinding sel,
menimbulkan gelembung spontan (cavitation) sebagai stres dinamik serta
menimbulkan fraksi interfase. Hasil ekstraksi tergantung pada frekuensi
getaran, kapasitas alat dan lama proses ultrasonikasi (Ditjen POM, 2000).
2.7 Kosmetik
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/MenKes/1998, definisi
kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang siap untuk digunakan pada
bagian luar badan, gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah
daya tarik, mengubah penampilan, melindungi supaya tetap dalam keadaan
baik, memperbaiki bau badan tetapi tidak dimaksudkan untuk mengobati atau
menyembuhkan suatu penyakit. Tujuan utama penggunaan kosmetik pada
masyarakat modernadalah untuk kebersihan pribadi, meningkatkan daya tarik
melalui make-up,meningkatkan rasa percaya diri dan perasaan tenang,
melindungi kulit dan rambut dari kerusakan sinar ultra violet, polusi dan
faktor lingkungan yang lain, mencegah penuaan,dan secara umum membantu
seseorang lebih menikmati dan menghargai hidup (RetnoIswari, 2007:7).
Produk kosmetik diperlukan tidak hanya oleh kaum wanita tetapi juga oleh
kaumpria sejak lahir sampai akhir hayat. Produk kosmetik dapat digunakan
setiap harimaupun secara insidental atau berkala dan dipakai di seluruh tubuh
dari ujung rambutsampai ujung kaki. Tidak semua bahan kosmetika cocok
untuk setiap kondisi kulit, jikaterjadi ketidakcocokan, akan timbul iritasi pada
kulit. Oleh karena itu, perhatikankandungan bahan kimia yang tercantum di
kemasan tiap-tiap produk.
c. Propilenglikol
e. Propil paraben
(Gambar 2.5 Propil Paraben)
Propilparaben (C10H12O3) berbentuk bubuk putih, kristal, tidak
berbau, dan tidak berasa. Propil paraben banyak digunakan sebagai
pengawet antimikroba dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi
sediaan farmasi. Propilparaben menunjukkan aktivitas antimikroba
antara pH 4-8. Efikasi pengawet menurun dengan meningkatnya pH
karena pembentukan anion fenolat. Paraben lebih aktif terhadap ragi
dan jamur daripada terhadap bakteri. Mereka juga lebih aktif terhadap
gram-positif dibandingkan terhadap bakteri gram-negatif (Roweet al,
2009).
f. Etanol
Etanol memiliki sinonim alkohol, etil alkohol; etil hydroxide;
grainalkohol; methyl carbinol. Etanol jernih, tidak berwarna, sedikit
mudah menguap, memiliki bau yang khas dan rasa terbakar. Etanol
memiliki rumus molekul C2H6O dan bobot molekul 46.07. Etanol
dapat larut dalam kloroform, eter, gliserin, dan air. Etanol biasa
digunakan sebagai antimikrobial, pelarut, dan desinfektan (Rowe et al,
2009)
METODOLOGI PENELITIAN
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Ekstrak buah bit
(Beta Vulgaris), metanol, DPPH, PVA, HPMC, propilen glikol, metil paraben,
propil paraben, dan aquades.
3.3.2 Uji Aktivitas Antioksidan Ekstak Buah Bit (Beta Vulgaris L) dengan
Metode DPPH
Ekstrak pekat buah bit ditimbang sebanyak 0,01 g kemudian dilarutkan
dengan methanol p.a dalam labu ukur 100 ml untuk membuat larutan induk
100 ppm. Larutan induk 100 ppm tersebut kemudian diencerkan menjadi
beberapa seri konsentrasi (2,5; 5; 7,5; 10; 12,5 dan 15 ppm). Selanjutnya
sebanyak 2,0 ml masing-masing konsentrasi larutan ekstak ditambahkan 2,0
ml larutan DPPH 0,1 mM kemudian diinkubasi pada suhu 37ºC selama 30
menit. Serapan diukur pada panjang gelombang maksimum (Kuntoro, 2010).
Hasil serapan larutan uji dibandingkan dengan hasil serapan vitamin C sebagai
control positif (Septiani, 2011).
3.3.3 Formulasi Sediaan Masker Peel-Off Ekstrak Buah Bit (Beta Vulgaris L)
F1 F2 F3 F4
Ekstrak 1 1 1 - Zat aktif
PVA 10 10 10 10 Gelling
agent
HPMC 1 2 3 3 Peningkat
Viskositas
Propilenglikol 15 15 15 15 Humektan
Metilparaben 0,2 0,2 0,2 0,2 Pengawet
Propilparaben 0,1 0,1 0,1 0,1 Pengawet
Etanol 96% 15 15 15 15 Pelarut
Aquades Ad 100 Ad 100 Ad 100 Ad 100 Pelarut
3.3.4 Pembuatan Sediaan Masker Peel-Off Ekstrak Buah Bit
Pembuatan sediaan masker wajah peel off dimulai dengan melarutkan
ekstrak dalam etanol 96% sedikit demi sedikit hingga ekstrak larut sempurna.
Kemudian di dalam tempat terpisah, PVA dikembangkan dengan aquades
hangat (80ºC) hingga mengembang sempurna, lalu dihomogenkan (wadah A).
Selanjutnya HPMC dikembangkan dalam aquades dingin dengan pengadukan
yang konstan hingga mengembang (wadah B). Pada wadah terpisah lainnya
(wadah C), larutkan nipagin dan nipasol ke dalam propilenglikol. Kemudian
campurkan wadah B, dan wadah C secara berturut-turut ke dalam wadah A
lalu diaduk hingga homogen. Tambahkan ekstrak yang telah dilarutkan dalam
etanol 96% sedikit demi sedikit, lalu aduk hingga homogen, kemudian
tambahkan aquades hingga 200 gram dan aduk kembali hingga homogen.
3.3.5 Evaluasi Sediaan Masker Peel-Off Ekstrak Buah Bit (Beta Vulgaris L)
a. Pengamatan Organoleptis
Pengujian organoleptic dilakukan dengan mengamati perubahan-
perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan masker gel (Septiani,
2011).
b. Pengujian Viskositas
Sebanyak 100 ml gel dimasukkan ke dalam gelas beaker 250 ml
kemudian viskositasnya diukur dengan Viscometer Haake, kemudian
diatur spindle dan kecepatan yang akan digunakan (Septiani, 2011).
c. Pengujian pH
Pengukuran pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH-meter.
pH sediaan gel harus sesuai dengan pH kulit yaitu 4,5 – 6,5
(Tranggono, 2007).
d. Cycling Test
Sampel gel disimpan pada suhu 4ºC selama 48 jam dan suhu 40ºC
selama 48 jam dilakukan sebanyak 3 siklus dan diamati terjadinya
perubahanfisik dari gel (Butler, 2000).