Anda di halaman 1dari 2

A.

Latar Belakang

Perkembangan asuransi bebrapa tahun ini di Indonesia menunjukkan angka


kemajuan yang cukup baik. Perusahaan asuransi menunjukkan geliat pertumbuhan
di dalam usaha yang mereka jalankan, yang mana semakin hari semakin banyak
nasabah yang menggunakan layanan asuransi di dalam kehidupan mereka.
Perkembangan asuransi yang pesat didorong juga oleh meningkatnya kesadaran
akan kesehatan di lingkungan masyarakat. Hal ini menjadi keuntungan tersendiri
bagi perusahaan asuransi yang menyediakan layanan asuransi, dimana semakin
luas pasar yang bisa diolah dan dijadikan sebagai sasaran penjualan produk yang
mereka miliki.

Perusahaan asuransi jiwa yang ada di Indonesia berlomba-lomba untuk bisa


memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat dengan selalu menciptakan
berbagai terobosan terhadap produk-produk jasa asuransi yang berkualitas dan
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. Jenis produk asuransi jiwa yang
banyak ditawarkan adalah asuransi klaim meninggal dunia. Asuransi klaim
meninggal dunia merupakan sebuah asuransi yang memberikan perlindungan atau
proteksi terhadap bahaya atau risiko yang menyebabkan kematian, cacat,
kecelakaan, maupun biaya perawatan dokter.

Perusahaan asuransi di Indonesia sangat banyak, salah satunya adalah PT


Asuransi Jiwasrya yang merupkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN), berdiiri
sejak tanggal 13 Desember 1859. PT Asuransi Jiwasraya memiliki tujuan untuk
mendidik masyarakat guna merencanakan masa depan serta memberikan
perlindungan jiwa bagi masyarakat dengan pelayanan yang terbaik.

Memasuki tahun 2000-an PT Asuransi Jiwasraya mulai mengalami masalah


keuangan. Tepatnya dimulai tahun 2006, Kementerian BUMN dan Otoritas Jasa
Keuangan (OJK) menyatakan ekuitas Jiwasraya tercatat negatif Rp3,29 triliun.
Hal ini berlanjut pada tahun 2008, PT Asuransi Jiwasraya memperoleh opini
disclamer dari BPK lantaran penyajian informasi cadangan tidak dapat diyakini
kebenarannya untuk laporan keuangan 2006 – 2007. Defisit yang dialami
perusahaan juga semakin melebar, yakni Rp5,7 triliun pada 2008 dan Rp6,3
triliun pada 2009. Akhirnya pada 2012, PT Asuransi Jiwasraya mengeluarkan
produk JS Proteksi yang diharapkan dapat memperbaiki keadaan keuangan
perusahaan. Pada awal berjalannya, produk JS Proteksi berjalan sesuai tujuan.
Pada tahun 2018 terjadi penggantian direktur utama Jiwasrya. Penggantian ini
membuka kemelut keuangan Jiwasraya selama tahun 2006 – 2017. Akhirnya
diketahui bahwa Jiwasraya mengalami gagal bayar polis asuransi untuk produk JS
Proteksi yang dapat dicairkan setiap tahun karena pemberian bunga yang tinggi.
Pada kasus ini, Direktur utama yang menjabat sebelum tahun 2018 memiliki
peranan besar dalam gagal bayar yang dialami oleh perusahaan. Direktur utama
selaku pimpinan tidak dapat mengeimplementasikan Good Corporate Governance
yang baik didalam manajemennya. Salah satu prinsip yang dilanggar ialah
transparency. Hal ini telah dibuktikan oleh hasil audit yang dikeluarkan oleh KAP
PwC atas laporan keuangan 2017, PwC mengoreksi laporan keuangan interim dari
laba yang awalnya Rp 2,4 Triliun menjadi hanya Rp 428 Miliar. Fakta tersebut
menunjukkan adanya ketidak transaparanan dalam penyajian laporan keuangan.

Prinsip Responsibility juga menjadi hal yang diperhatikan pada kasus ini.
Pertanggung jawaban yang dilakukan oleh PT Asuransi Jiwasraya telat
manyampaikan laporan keuangan. Berdasarkan situs resme perseroan catatan
terakhir laporan keuangan dilakukan untuk tahun buku 2017. Sehingga tidak tepat
waktunya pelaporan ini menyebabkan pertanggung jawaban PT Jiwasraya kepada
shareholder maupun stakeholder dan pemerintah (kementrian BUMN) tidak
memperoleh hasil yang akurat terkait keadaan perusahaan.

Kasus diatas menunjukan betapa pentingnya Good Corporate Governance


diperlukan dalam sebuah peruahaan. Tidak adanya transparansi, responsibility dan
akuntabilitas akan membuat perusahaan memiliki citra yang jelek ddimata public
dan kemungkinan untuk pailit juga lebih besar. Karena, informasi-informsi yang
diketahui pihak internal (direktur, komisaris, dll) tidak dapat diketahui oleh
pemegang saham, mengakibatkan pengambilan keputusan saat rapat dewan
menjadi salah.

B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian

Anda mungkin juga menyukai