Anda di halaman 1dari 14

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bawang Merah

1. Sejarah

Bawang merah diduga berasal dari daerah Asia Tengah yang telah dikenal

dan dimanfaatkan sejak beberapa ribu tahun lalu. Tanaman ini berperan dalam

peningkatan kesejahteraan manusia dan mempunyai khasiat sebagai obat

tradisional, antara lain untuk pengobatan sakit panas, masuk angin, disentri dan

gigitan serangga serta juga sebagai bumbu penyedap (Rukmana, 1995).

2. Klasifikasi dan Morfologi

Bawang merah termasuk dalam genus Allium yang paling populer dan

mempunyai nilai ekonomi tinggi, selain bawang putih dan bawang bombay.

Menurut Wibowo (2007), hingga saat ini, penyebaran bawang merah telah meluas

hampir ke setiap negara sehingga bawang merah mempunyai sebutan yang

berbeda. Di Indonesia, sendiri terdapat sebutan yang beragam di beberapa daerah,

seperti bawang beureum (Sunda), brambang (Jawa), bawang suluh (Lampung),

jasun mirah (Bali), dan sebagainya.

Bawang merah termasuk kedalam golongan: Spermathophyta, Sub

golongan: Angiospermae, Klas: Monocotyledonae, Ordo: Liliiflorae, dan Famili:

Amaryllidaceae. Akan tetapi beberapa ahli botani menempatkan bawang merah

kedalam family Liliaceae, karena bunga dan rangkaian bunganya menyerupai

bunga Lili (bunga Tulip) (Sunarjono, 2001).

7
8

3. Syarat Tumbuh

a) Tanah

Bawang merah lebih senang tumbuh pada tanah yang subur, gembur

dan banyak mengandung bahan organic seperti tanah lempung berpasir atau

lempung berdebu. Pada tanah alluvial atau latosol yang berpasir bawang

merah pun dapat pula ditanam. Yang penting jenis tanah tersebut harus

mempunyai struktur bergumpal dan keadaan air tanahnya tidak

menggenang. Derajat keasaman tanah (pH) antara 5,5 – 6,5 (Sunarjono,

2001).

b) Iklim

Pada umumnya tanaman bawang merah tidak tahan terhadap curah

hujan yang lebat. Oleh karena itu lebih baik diusahakan pada musim

kemarau, asal ada pengairan. Tanaman tidak senang pada daerah yang

berkabut dan yang berangin kencang. Suhu udara yang baik untuk

pertumbuhan tanaman bawang merah antara 25-320c dengan iklim kering.

Hal ini hanya didapat didaerah dataran rendah. Tanaman bawang merah

lebih menghendaki daerah yang terbuka dengan penyinaran ±70%

(Sunarjono, 2001).

B. Agribisnis Bawang Merah

Bawang merah merupakan komoditas unggul hortikultura yang termasuk

dalam strategis nasional (Dirjen Hortikultura, 2016). Komoditas sayuran ini

termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai


9

bumbu penyedap makanan serta bahan obat tradisional. Komoditi ini juga

merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan

kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah.

Prospek perkembangan bawang merah Indonesia di kancah dunia cukup

baik mengingat Indonesia merupakan salah satu negara eksportir bawang merah di

dunia. Berdasarkan data Food and Agriculture Organization (FAO) tahun 2010-

2014, Indonesia menempati urutan keempat setelah New Zealand, Perancis, dan

Netherland sementara di ASEAN Indonesia masuk di urutan pertama (Junita,

2015).

Bawang merah di Indonesia memiliki potensi produksi cukup tinggi yang

ditunjukan dengan produksi bawang merah yang cenderung meningkat dari tahun

2010 sampai 2014, dengan rata-rata peningkatan produksi bawang merah di

Indonesia sebesar 4.86 persen per tahunnya. Dalam periode lima tahun terakhir,

produksi bawang merah pada tahun 2010 sebesar 1.048.934 ton, kemudian pada

tahun 2011 mengalami penurunan produksi bawang merah menjadi 893.124 ton

atau sebesar 14.85 persen. Akan tetapi untuk tahun berikutnya produksi bawang

merah setiap tahunnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2011 sampai 2014

produksi bawang merah kembali meningkat dengan persentase peningkatan

sebesar 38.16 persen. Peningkatan produksi nasional ini salah satunya disebabkan

oleh penambahan luas areal panen sebesar 28.86 persen dari tahun 2011 sampai

2014. Produksi bawang merah tahun 2014 sebesar 1.233.984 ton, dengan luas

areal sebesar 120.704 hektar. Dibandingkan tahun 2013, produksi bawang merah

mengalami peningkatan sebesar 223.211 ton atau sebesar 21.47 persen dan
10

peningkatan disebabkan bertambahnya luas panen seluas 21.767 hektar atau

sebesar 21.25 persen. Sedangkan produktivitas bawang merah meningkat dari

10.22 ton/ha pada tahun 2013 menjadi 10.23 ton/ha pada tahun 2014 (Rahmadona,

2016).

Peningkatan produksi yang lambat sementara konsumsi meningkat dengan

meningkatnya jumlah penduduk dan pendapatan, menjadikan ketersedian bawang

merah untuk keperluan rumah tangga dan industri makanan sering kali kurang dari

kebutuhan dan hal ini mendorong naiknya harga komoditas tersebut. Sebagai

tanaman musiman, puncak produksi bawang terjadi pada bulan-bulan tertentu,

sementara konsumsi bawang merah hampir digunakan setiap hari dan bahkan

pada hari-hari besar keagamaan permintaannya cenderung melonjak. Adanya

perbedaan pola produksi dan permintaan menyebabkan terjadinya gejolak harga

pada waktu tertentu, berupa lonjakan kenaikan harga pada saat permintaan lebih

tinggi dari pasokan, atau harga merosot pada saat pasokan lebih tinggi dari

permintaan (Rusono et al., 2013).

Harga bawang merah di pasaran sangat berfluktuatif karena pembentukan

harga sepenuhnya diserahkan pada mekanisme pasar (Winarso. 2003; Maryowani

dan Darwis. 2010). Maryowani dan Darwis (2010) menambahkan bahwa

mekanisme penentuan harga masih didominasi oleh pedagang besar. Sebagian

besar petani meminjam modal dari pedagang untuk dapat terus melanjutkan

usahataninya. Hal ini akan menyebabkan pedagang memiliki dominasi yang

cukup besar dalam penentuan harga karena pedagang tidak hanya menguasai

pasar output tetapi juga pasar input petani (Asmara dan Ardhiani. 2010). Fluktuasi
11

harga dan dominasi pedagang besar dalam penentuan harga ini menjadi ancaman

bagi petani karena dapat meningkatkan penawaran di luar produksi petani dengan

impor sehingga akan sangat mempengaruhi pendapatan petani. Selama ini,

bawang merah banyak diimpor untuk keperluan benih. Namun banyak importir

yang berlaku curang dengan mengatasnamakan impor benih tetapi selanjutnya

dijual dalam bentuk bawang merah konsumsi terutama pada musim panen,

sehingga sangat mempengaruhi turunnya harga bawang merah. Harga produk

yang berfluktuasi secara tajam sebenarnya tidak menguntungkan petani, karena

menyebabkan ketidakpastian pendapatan, dan akan semakin memperbesar resiko

(Winarso. 2003).

Kebijakan pemerintah terhadap sektor pertanian di negara berkembang

seperti Indonesia masih tetap diperlukan untuk melindungi konsumen maupun

produsen dalam negeri, mengingat komoditas pertanian memiliki karakteristik

yang khas dan memiliki peran strategis dalam struktur perekonomian nasional

(Tinaprilla. 2008). Kebijakan pemerintah terkait dengan pengembangan

komoditas terdiri dari dua kebijakan utama yaitu kebijakan proteksi input dan

kebijakan proteksi output. Kebijakan proteksi input terkait dengan regulasi yang

berkenaan dengan input-input usahatani seperti subsidi dan distribusi input

pertanian. Sementara itu, kebijakan output tekait dengan regulasi yang berkenaan

dengan output usahatani seperti kebijakan harga eceran tertinggi, dan kebijakan

impor produk. Kedua jenis kebijakan ini juga memberikan dampak yang berbeda-

beda pada setiap daerah dan di setiap komoditas (Fatori, 2016).


12

C. Pengertian Strategi

Strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang hendak

dicapai. Strategi adalah aksi potensial yang membutuhkan keputusan manajemen

puncak dan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar. Selain itu, strategi

memengaruhi perkembangan jangka panjang perusahaan, biasanya untuk lima

tahun kedepan, dan karenanya berorientasi ke masa yang akan datang. Strategi

memiliki konsekuensi yang perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan

internal dihadapi perusahaan (David, 2009).

Penyusunan strategi perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang secara

sistematis mempengaruhi perusahaan. Tujuan utama perencanaan strategi adalah

adalah agar perusahaan dapat melihat secara obyektif kondisi-kondisi internal dan

eksternal, sehingga perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan yang

dihadapi (Rangkuti, 2006). Perencanaan strategi sangat penting untuk

memperoleh keunggulan bersaing dan memiliki produk yang sesuai dengan

keinginan konsumen dengan dukungan yang optimal dari sumber daya yang ada.

Perumusan strategi perusahaan dapat dilakukan dengan analisis Stregths,

Weaknesses, Opportunities, dan Threats (SWOT). Analisis SWOT adalah

identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi

perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan

kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), dan secara bersamaan dapat

meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Kinerja perusahaan

dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal.


13

Analisis faktor internal dan eksternal dilakukan dengan menggunakan

matriks IFAS (Internal Strategic Factors Analysis Summary) dan EFAS (External

Factor Analysis Summary). Tahapan kerja pada matriks IFAS dan EFAS adalah:

1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta yang

menjadi peluang dan ancaman perusahaan.

2. Masing-masing faktor diberi bobot berdasarkan pengaruh faktor tersebut

terhadap posisi strategis perusahaan. Penentuan bobot dilakukan dengan

memberikan bobot numeric dan membandingkan antara satu peubah dengan

peubah yang lainnya. Untuk menentukan bobot setiap peubah digunakan

skala 1,2, dan 3. Skala yang digunakan adalah:

1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertical.

2 = jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertical.

3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertical.

3. Masing-masing faktor kemudian diberi rating dengan skala 4 (outstanding)

sampai dengan 1 (poor) berdasarkan kondisi perusahaan yang bersangkutan.

Peubah yang bersifat positif (peubah yang termasuk kategori kekuatan dan

peluang) diberi nilai 1 sampai dengan 4 (sangat baik). Sedangkan peubah

yang bersifat negatif, diberi nilai mulai dari 1 (jika nilai

ancaman/kelemahannya sangat besar) sampai dengan 4 (jika nilai

ancaman/kelemahannya sedikit).

4. Masing-masing bobot dikalikan dengan rating, sehingga diperoleh nilai

untuk masing-masing faktor.


14

5. Nilai masing-masing faktor dijumlahkan untuk memperoleh nilai total

pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan.

Selanjutnya nilai yang diperoleh dianalisis dengan matriks Internal-

Eksternal model General-Electric (GM-Model). Hasil pada matriks IE dapat

digunakan untuk menentukan posisi perusahaan, sehingga dapat diketahui arah

strategi yang akan diterapkan. Total skor strategi internal perusahaan

menunjukkan kekuatan bisnis perusahaan, sedangkan total skor strategi eksternal

menunjukkan kemenarikan industry.

Hasil analisis dengan menggunakan IFAS dan EFAS disusun untuk

menggambarkan faktor strategi perusahaan dengan menggunakan matriks SWOT.

Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman

eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki (Rangkuti, 2006).

Matriks SWOT dapat menghasilkan empat sel kemungkinan alternative

strategi seperti dimuat dalam tabel. Kombinasi dari kempat faktor dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Strategi SO : strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan yaitu

dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk memanfaatkan peluang.

2. Strategi ST : Strategi untuk menggunakan kekuatan yang dimiliki

perusahaan dengan cara menghindari ancaman.

3. Strategi WO : strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang

ada dengan cara mengatasi kelemahan-kelemahan yang dimiliki.


15

4. Strategi WT : strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat bertahan

dan ditujukan untuk meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari

ancaman.

Untuk mengetahui alternative strategi yang paling efektif diterapkan oleh

perusahaan, diberikan bobot oleh pihak manajemen usaha dengan skala 1, 2, 3,

dan 4 yang didasarka atas kepentingan dari alternatif-alternatif strategi yang ada,

dimana skala nilai yang digunakan adalah:

1 = Sangat tidak penting

2 = Tidak penting

3 = Penting

4 = Sangat penting

Menurut Hubeis dan Najib (2014), tahapan penting setelah perumusan

strategi selesai adalah adalah implementasi strategi. Tahapan ini merupakan

tahapan yang kritis karena banyak organisasi mampu menyusun perumusan

strategi yang baik namun tidak mampu mengimplemtasikannya dengan baik.

Implementasi adalah proses ketika rencana direalisasikan. Implementasi

membutuhkan manajerial yang berbeda dengan proses perumusan strategi. Dalam

implementasi strategi, ada beberapa hal penting yang harus dilakukan perusahaan,

yaitu:

1. Penetapan tujuan tahunan

Sasaran dan tujuan perusahaan yang telah dirumuskan dalam proses

perumusan strategi merupakan sasaran dan tujuan lima tahunan yang harus
16

diturunkan dalam tujuan tahunan. Perusahaan perlu menetapkan tujuan

tahunan yang mendukung pencapaian sasaran dan tujuan lima tahunan.

2. Perumusan kebijakan

Untuk dapat mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapakan, perusahaan

perlu merumuskan kebijakan-kebijakan yang mendukung.

3. Memotipasi kerja

Proses motivasi diperlukan agar karyawan mendukung secara penuh strategi

yang akan dan sedang dijalankan perusahaan.

4. Alokasi sumber daya

Perubahan strategi sangat mungkin membutuhkan perubahan alokasi sumber

daya karena adanya perubahan prioritas-prioritas dalam aktivitas yang akan

dilakukan.

D. Pengertian Pengembangan

Menurut Hafsah (2000) pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh

pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat melalui pemberian bimbingan dan

bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan usaha-

usaha kecil agar menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.

Sedangakan menurut Mangkuprawira (2004) menyatakan bahwa

pengembangan merupakan upaya meningkatkan pengetahuan yang mungkin

digunakan segera atau sering untuk kepentingan di masa depan. Selanjutnya

Yoder (dalam Moekijat, 2001) menjelaskan bahwa pengembangan adalah setiap

usaha memperbaiki pelaksanaan pekerjaan yang sekarang maupun yang akan


17

datang, dengan memberikan informasi mempengaruhi sikap-sikap atau menambah

kecakapan.

Disisi lain Bone (dalam Jhingan, 1993) mengatakan bahwa pengembangan

adalah memerlukan dan melibatkan semacam pengarahan, pengaturan, dan

pedoman dalam rangka menciptakan kekuatan-kekuatan bagi perluasabn

pemeliharaan. Sedangakan dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2003)

menyatakan bahwa pengembangan adalah cara atau hasil kerja mengembangkan

sesuatu (pekerjaan, usaha, kepribadian dan lain sebagainya).

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengembangan

adalah segala sesuatu yang dilaksanakan untuk memperbaiki pelaksanaan

pekerjaan yang sekarang maupun yang akan datang memberikan informasi,

pengarahan,pengaturan, dan pedoman dalam pengembangan usaha.

E. Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang Strategi Pengembangan Tanaman Bawang Merah sendiri

pernah dilakukan oleh Sugiyanto (2015) di Desa Duwel Kecamatan Kedungadem

Kabupaten Bojonegoro. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan analisis

IFE didapatkan skor 2,6077345 dan analisis EFE dengan jumlah skor 3,0138886.

Kedua skor tersebut diatas 2,5 yang artinya posisi internal dan eksternal cukup

kuat. Berdasarkan analisis IFE dan EFE lalu dimasukkan matriks IE (Internal-

Eksternal) didapatkan hasil yaitu usaha bawang merah ini berada pada posisi atau

kuadran II yang artinya berada pada posisi Growth and Build (tumbuh dan

berkembang). Strategi yang sesuai adalah strategi yang intensif atau disebut
18

strategi integrasi. Berdasarkan analisis matriks SWOT dan tahap keputusan

(QSPM) diperoleh strategi terbaik diantara alternatif yang lain yaitu strategi W-O

“Meningkatkan dan menguatkan sistem manajemen yang ada serta meningkatkan

peran PPL dalam memotivasi petani untuk memperoleh inovasi baru dalam

berusahatani, dengan cara pengadaan pelatihan maupun pertemuan/sharing”

dengan jumlah nilai total daya tarik (STAS) sebesar 8,2.

Pada komoditas jagung; Musna Mohamad, Max Nur Alam, dan Rustam

Abd.Rauf (2016). Strategi Pengembangan Agribisnis Jagung Di Kecamatan

Ampana Tete Kabupaten Tojo Una-Una. Berdasarkan hasil penelitian mengenai

strategi pengembangan agribisnis jagung, hasil analisis SWOT maka strategi yang

tepat dalam upaya pengembangan jagung di Kecamatan Ampana Tete Kabupaten

Tojo Una-Una adalah meningkatkan produksi dengan menggunakan atau

mengadopsi teknologi pertanian yang tepat, meningkatkan potensi lahan dan

memanfaatkan bantuan pemerintah untuk peningkatan produksi dan melakukan

kerjasama/kemitraan dengan industri atau pemerintah untuk memperoleh pasar

dan pengadaan saprodi. Hasil anallisis QSPM dari strategi S-O (Strengths-

Oppotunities) yang terbaik dari ketiga strategi pengembangan agribisnis jagung di

Kecamatan Ampana Tete yakni program ke-1,”Meningkatakan produksi dengan

menggunakan atau mengadopsi teknologi pertanian yang tepat” dengan total nilai

daya tarik (TAS) sebesar 5,850.


19

F. Kerangka Pemikiran Operasional

Strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi

memiliki konsekuensi yang perlu mempertimbangkan faktor-faktor eksternal dan

internal yang dihadapi oleh petani. Dalam usahatani bawang merah, terdapat

faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi produksi.

Penelitian ini mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan internal dan

eksternal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang

akan dihadapi. Faktor internal yang akan diteliti berkaitan dengan lingkungan

internal yang terdiri dari manajemen, pemasaran, keuangan/ akuntansi, produksi/

operasi, penelitian dan pengembangan, sistem informasi manajemen. Sedangkan

faktor eksternal berkaitan dengan lingkungan eksternal yang terdiri dari ekonomi;

sosial, budaya, demografi dan lingkungan; politik, pemerintah dan hukum;

teknologi; dan kekuatan kompetitif. Kerangka pemikiran menjadi dasar bagi

pelaksanaan penelitian sehingga penelitian akan menjadi terarah, kerangka

pemikiran dalam penelitian ini adalah:


20

Sentra Produksi Bawang

Identifikasi Faktor Eksternal dan Faktor Internal


Pada Daerah Sentra Produksi

Analisis Faktor Eksternal Analisis Faktor Internal


 Peluang  Kekuatan
 Ancaman  kelemahan

Analisis SWOT

Hasil Analisis dan Strategi Pengembangan

Gambar 1. Diagram Alir Kerangka Pemikiran

Anda mungkin juga menyukai