Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KELOMPOK

KEPERAWATAN BENCANA: TEROR BOM

NAMA KELOMPOK:

1. Fenny Anggraeni Safitri 17.100.39

2. M Dyon Junaedi S 17.100.53

3. Moch Syaifudin Afriza 17.100.61

4. Mustika Myra Permata D. P. 17.100.63

5. Puspa Indah Permatasari 17.100.81

PRODI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH SURABAYA

TAHUN AJARAN 2020


Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat


sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis
mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah
Keperawatan Bencana dengan judul “PENGKAJIAN LINGKUNGAN
KAMPUS DENGAN TEMA KAMPUS SIAGA BENCANA (TEROR
BOM)”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya


kepada guru kami yang telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Surabaya, September 2020


Penulis
Daftar pustaka

Kata Pengantar .........................................................................................................


Daftar pustaka ..........................................................................................................
Bab 1: Pendahuluan .................................................................................................
A. Latar Belakang .......................................................................................
B. Rumusan Masalah ..................................................................................
C. Tujuan ....................................................................................................
D. Manfaat ..................................................................................................
Bab 2: Tinjauan Pustaka ..........................................................................................

A. Profil Kampus / Fasilitas kampus .................................................

B. Identifikasi Penyebab Bencana Teror Bom ............................................


C. Perencanaan Tahap Bencana ..................................................................
Bab 3: Penutup .........................................................................................................
A. Kesimpulan ............................................................................................
B. Saran ......................................................................................................
BAB 1
Pendahuluan

A. Latar Belakang

Peristiwa pengeboman yang terjadi di wilayah Republik Indonesia akhirakhir ini,


menimbulkan rasa takut masyarakat secara luas, mengakibatka hilangnya nyawa serta
kerugian harta benda dan juga berpengaruh yang tidak menguntungkan pada kehidupan
sosial, ekonomi, politik dan hubungan Indonesia dengan dunia internasional. Peledakan
bom merupakan salah satu modus pelaku terorisme yang telah menjadi fenomena umum
di berbagai negara. Terorisme ini merupakan kejahatan lintas negara yang teroganisir dan
mempunyai jaringan luas yang dapat mengancam perdamaian dan keamanan nasional
maupun internasional. Teror memang sebuah kata yang berarti usaha menciptakan
ketakutan, kengerian atau kekejaman oleh seseorang, kelompok atau golongan.
Tragedi bom di Sari Club dan Peddy’s Club Kuta Legian Bali 12 Oktober 2002,
adalah teror yang layak digolongkan sebagai kejahatan terbesar di Indonesia dari
serangkaian teror yang ada. Tragedi itu adalah sebuah bukti nyata bahwa teror merupakan
aksi yang sangat keji yang tidak memperhitungkan dan memperdulikan, serta sungguh-
sungguh mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. Manusia yang tidak tahu-menahu akan
maksud, misi atau tujuan pembuat teror telah menjadi korban tak berdosa (innocent
victim). Akibat peristiwa tersebut, pemerintah mengeluarkan Perpu Nomor 1 Tahun 2002
tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme yang sekarang sudah disahkan menjadi
Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003. Undang-undang Terorisme yang dibuat ini
merupakan cara dari segi penal/ kebijakan hukum pidana untuk menanggulangi aksi
terorisme yang terjadi di Indonesia. Undang-undang ini memberikan landasan hukum
yang kuat dan kepastian hukum dalam mengatasi permasalahan yang mendesak dalam
pemberantasan tindak pidana terorisme. Pada peristiwa Bom Bali I muncul tiga nama
yang menjadi pelaku aksi tersebut, yaitu Amrozi bin Nurhasyim, Imam Samudra, dan Ali
Gufron alias Muklas. Setelah melalui proses pemeriksaan dan persidangan, akhirnya pada
tanggal 9 November 2008, Amrozi cs dieksekusi mati di Nusakambangan. Dieksekusinya
Amrozi cs diharapkan aksi terorisme tidak terjadi lagi di kemudian hari, dalam arti
Undang-undang Terorisme mampu memberikan efek jera bagi pelaku dan mencegah
terjadinya aksi terorisme. Seiring berjalannya waktu, ternyata undang-undang ini kurang
menampakkan hasil yang memuaskan. Undang-undang ini tidak menghapus aksi
terorisme di Indonesia. Aksi terorisme masih saja kerap terjadi dan menimbulkan banyak
korban. Peledakan bom yang terjadi di Hotel J.W. Marriot dan Ritz Carlton tahun 2009
yang menelan korban sembilan orang dan puluhan luka-luka, menunjukkan bahwa
kelompok-kelompok teroris masih terus bekerja dan melanjutkan aksinya di Indonesia.
Pada kenyataannya, Undang-undang Terorisme dirasa kurang menunjukkan penurunan
aksi terorisme yang signifikan dan kurang memberikan efek jera.
Undang- undang Terorisme dirasa kurang efektif dalam menanggulangi aksi
terorisme yang terjadi di Indonesia, maka untuk mengatasinya tidaklah harus bertumpu
pada undang-undang saja, akan tetapi dengan melalui cara non penal juga, salah satunya
adalah dengan program deradikalisasi. Program deradikalisasi terorisme sendiri
merupakan salah satu program yang dinilai dapat membantu upaya pemberantasan
terorisme. Deradikalisasi terorisme ini dilakukan sebagai upaya pencegahan dini,
sehingga mematahkan potensi berkembangnya gerakan terorisme itu. Upaya ini dapat
berjalan dengan penyampaian informasi yang tepat kepada masyarakat, penguatan
masyarakat, sehingga masyarakat dapat berpartisipasi dalam pencegahan terorisme. Dapat
disimpulkan bahwa upaya deradikalisasi terorisme merupakan upaya persuasif kepada
masyarakat, sehingga masyarakat tidak tersesat dalam pemahaman yang salah, apalagi
sampai berpartisipasi dalam kelompok teroris. Meskipun cara tersebut juga telah
ditempuh, namun aksi terorisme pun masih kerap terjadi. Terorisme masih terus
menghantui masyarakat Indonesia.
Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa Indonesia tidak betul-betul steril dari
aksi terorisme. Berbagai upaya penal/ kebijakan kriminal dan non penal telah dilakukan
oleh pemerintah, namun angka kejahatan terorisme masih saja tidak menunjukkan
penurunan yang signifikan.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan:
Apakah upaya yang harus dilakukan agar penanggulangan aksi terorisme di
Indonesia menjadi efektif?

C. .TUJUAN
Untuk mengetahui dan memperoleh data tentang upaya yang harus dilakukan agar
penanggulangan aksi terorisme di Indonesia menjadi efektif.

D. MANFAAT

1. Manfaat Ilmiah
Bagi ilmu hukum, khususnya hukum pidana, yaitu memberikan kontribusi
pemikiran yang menyoroti dan membahas tindak pidana terorisme.

2. Manfaat Praktis
Bagi Pemerintah khususnya Aparat Penegak Hukum, agar dapat menangani kasus
kejahatan terorisme secara cepat dan tepat, serta benar.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Profil Kampus / Fasilitas kampus


 Profil Kampus
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Hang Tuah Surabaya
sebagai lembaga pendidikan swasta yang ter-akreditasi B dan bagian dari
pendidikan nasional yang bertupu pada tujuan pendidikan nasional yaitu
mewujudkan lulusan yang berbudi pekerti luhur, cakap, percaya diri, dan
berguna bagi masyarakat, Bangsa dan Negara. Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKES) Hang Tuah Surabaya merupakan sebuah organisasi
pendidikan tenaga kesehatan yang berada dibawah naungan yayasan Nala.
Lokasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES) Hang Tuah Surabaya
Berada di dalam lingkup atau bersebelahan dengan RS.Angkatan Laut
Rumkital Dr.Ramelan Surabaya.
 Fasilitas Di Kampus STIKES Hang Tuah Surabaya Terhadap
Penanggulangan Bencana
1. APAR (Alat Pemadam Api Ringan)
APAR merupakan alat pemadam api yang pemakaiannya
dilakukan secara manual dan diarahkan dengan cara menyapu dari titik
terluar menuju titik terdalam dimana api berada. APAR dikenal
sebagai alat pemadam api portable yang mudah dibawa, cepat, dan
tepat di dalam penggunaan untuk awal kebakaran, selain itu karena
bentuknya yang portable serta ringan sehingga dapat dengan mudah
mendekati daerah yang terjadi kebakaran. Karena fungsinya untuk
penanganan dini, peletakkan APAR pun harus ditempatkan pada
tempat tertentu dan mudah terlihat sehingga dapat dengan mudah
dalam penggunaannya.

Pemasangan dan Penempatan APAR :

a. Setiap APAR harus dipasang pada posisi yang mudah dilihat dan
dijangkau serta tidak boleh terhalangi oleh benda apapun.
b. Pemasangan APAR harus sesuai dengan jenis benda atau tempat
yang dilindungi.
c. Setiap APAR harus dipasang menggantung dan terlindung.
d. Pemasangan APAR dengan maksimal ketinggian 1,2 meter.
e. Pemasangan APAR tidak boleh diruangan yang mempunyai suhu
lebih dari 49oC dan dibawah 4oC
2. Jalur Evakuasi
Jalur evakuasi merupakan jalur khusus yang menghubungkan
semua area untuk menuju ke suatu tempat yang lebih aman atau
disebut dengan titik kumpul. Jalur evakuasi bertujuan untuk
mempermudah proses penyelamatan terhadap seseorang atau individu
agar tidak terjadi cidera yang berkelanjutan.
3. Titik Kumpul
Titik kumpul merupakan area luas dan terbuka yang berada di
dekat gedung kampus yang apabila terjadi bencana bisa menjadi
tempat yang cukup aman untuk berkumpulnya seluruh warga kampus.
4. Health Center
Health center atau pusat kesehatan merupakan sebuah ruangan
khusus yang disediakan oleh kampus yang di dalamnya berisi berbagai
obat-obatan dan peralatan kesehatan yang mendasar yang dibutuhkan
untuk pertolongan pertama apabila terjadi bencana
 Kelebihan dan Kekurangan Fasilitas di Kampus STIKES Hang Tuah
Surabaya
1. Kelebihan
a. Mempunyai APAR yang telah terpasang secara menyebar di
tempat-tempat tertentu.
b. Telah terpasang simbol atau tanda “Jalur Evakuasi” pada tempat
yang semestinya.
c. Mempunyai “Titik Kumpul” yang lumayan luas untuk menampung
seluruh warga yang ada di kampus.
2. Kekurangan
a. Belum mempunyai sirene atau alarm khusus yang berbunyi jika
terjadi kebakaran mendadak.
b. Obat-obatan yang terdapat di health center atau pusat kesehatan
terkadang kehabisan stok atau jenisnya kurang lengkap.
B. Identifikasi Penyebab Bencana Terror Bom
1. Faktor Domestik, faktor ini merupakan faktor yang terjadi pada
masyarakat itu sendiri misalnya seperti kemiskinan pada masyarakat
dan juga pendidikan yang rendah memicu terjadinya aksi terorisme.
Masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan rendah maka dapat
dengan mudah untuk digiring menjadi pelaku bom bunuh diri. Tidak
hanya itu saja, perlakuan hukum yang kurang adil dikenal dengan
istilah seperti pisau, tajam ke bawah dan tumpul ke atas yang terjadi di
Indonesia juga menjadi salah satu faktor yang membuat terjadinya aksi
terorisme seperti ini.
2. Faktor Kultural, faktor ini contohnya masih banyak ditemukan
berbagai masyarakat yang memiliki pengetahuan atau sudut pandang
yang sempit terkait pemahaman tentang nilai-nilai agama yang
berkembang. Kurang kuatnya iman terhadap kepercayaan dan
keyakinan yang dianut juga merupakan salah satu faktor yang
mendorong terjadinya aksi terorisme.

C. Perencanaan Tahap Bencana


Tahap Pra Bencana:
E. Kesiapsiagaan, dilakukan untuk memastikan upaya yang cepat dan
tepat dalam menghadapi kejadian bencana:
 Menyusun dan uji coba rencana penanggulangan kedaruratan
bencana
 Pengorganisasian, pemasangan, dan pengujian sistem
peringatan dini.
 Menyediakan barang pasokan pemenuhan kebutuhan dasar
 Memberikan penyuluhan dan pelatihan kepada mahasiswa
tentang mekanisme tanggap darurat
 Penyiapan lokasi evakuasi
 Penyusunan data akurat, informasi, dan pemutakhiran prosedur
tanggap darurat
 Penyediaan bahan, barang, peralatan untuk mrmrnuhi
pemulihan sarana dan prasarana
F. Peringatan dini, dilakukan untuk pengambilan tindakan cepat dan
tepat dalam mengurangi resiko terkena bencana:
 Mengamati gejala – gejala bencana teror bom yang terjadi
 Pengambilan keputusan oleh pihak yang berwenang
 Menyebarluaskan informasi kepada seluruh mahasiswa dan
masyarakat tentang peringatan bahaya teror
G. Mitigasi bencana, dilakukan untuk mengurangi resiko bencana bagi
masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana teror bom:
 Hindari kumpulan kelompok yang mencurigakan
 Memantau informasi dan aktivitas terkait dengan teror bom
yang terjadi
 Melakukan pelatihan dalam melakukan proses evakuasi dengan
cepat dan tepat
 Mensosialisasikan pemahaman mahasiswa dan masyarakat
dalam menghadapi bencana

Tahap Saat Bencana

 Saat terjadi bencana teror bom, segera dilakukan


pengungsian
 Menyelamatkan diri dan orang terdekat
 Lari dan menjauh dari pusat kerumunan dan yang
terjadinya aksi teror, tidak perlu membawa barang – barang
apapun
 Lindungi diri dari benda – benda yang mungkin melukai
diri
Tahap Pasca Bencana

1. Pemulihan atau recorvery, dilakukan agar kebutuhan pokok terpenuhi.


Pemulihan ini termasuk kondisi fisik korban dan lingkungan.
 Relokasi korban
 Mendirikan pos komando bantuan
 Mendistribusikan obat – obat an
 Mencari, mengevakuasi korban
2. Rehabilitasi, yaitu yang dibutuhkan secara langsung, perbaikan dan
pemulihan aspek pelayanan publik dan masyarakat.
3. Rekontruksi, yaitu pembangunan sarana dan prasarana, perbaikan
secara permanen. Dilakukan dengan program jangka panjang guna
memperbaiki kondisi baik fisik, sosial, ekonomi.
BAB 3

PENUTUP

A. Kesimpulan

Bencana (disaster) adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang


mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis (UU
No. 24 Tahun 2007).

Adapun tahapan tahap pra bencana, yaitu meliputi kesiapsiagaan,


peringatan dini, dan mitigasi. Adapun tahap pasca bencana yaitu meliputi,
Pemulihan atau recorvery, rehabilitasi, dan rekontruksi. Tahapan saat
terjadi bencana teror bom yaitu meliputi Saat terjadi bencana teror bom,
segera dilakukan pengungsian, Menyelamatkan diri dan orang terdekat,
Lari dan menjauh dari pusat kerumunan dan yang terjadinya aksi teror,
tidak perlu membawa barang – barang apapun dan yang terakhir Lindungi
diri dari benda – benda yang mungkin melukai diri.

B. Saran

Dengan makalah ini diharapkan para pembaca dapat mengerti dan


memahami serta dapat menambah ilmu dan wawasan tentang pengkajian
lingkungan kampus dengan tema kampus siaga bencana (teror bom).

Anda mungkin juga menyukai