Mini Project
Pembimbing
dr. Hj. Septina Sari
Disusun oleh :
dr. Naufal Zakly
Syndrome) telah menjadi masalah darurat global. Di seluruh dunia, 35 juta orang hidup dengan
HIV dan 19 juta orang tidak mengetahui status HIV positif mereka. Di kawasan Asia, sebagian
besar angka prevalensi HIV pada masyarakat umum masih rendah yaitu <1% kecuali di Thailand
dan India Utara. Pada tahun 2012, di Asia Pasifik diperkirakan terdapat 350.000 orang yang baru
terinfeksi HIV dan sekitar 64% dari orang yang terinfeksi HIV adalah laki-laki. 1 Hubungan
dengan pekerja seks wanita, telah ditemukan menjadi bentuk transmisi utama penyakit tersebut.2
Jenderal Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit (Ditjen P2P) yang bersumber dari Sistem
Informasi HIV/AIDS dan IMS (Infeksi Menular Seksual) menyebutkan, dari 35 provinsi di
Indonesia terdapat lima provinsi dengan jumlah infeksi HIV terbesar yaitu Jawa Timur, DKI
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Papua dengan persentase penderita terbanyak yaitu laki-
laki (62%). Sedangkan berdasarkan kelompok umur, usia 25-49 tahun merupakan usia dengan
jumlah infeksi HIV paling banyak setiap tahunnya dibanding kelompok umur lainnya.1
CDC (Center for Disease Control) melaporkan sebuah informasi bagaimana HIV
ditularkan, yaitu melalui hubungan seksual 69% dan meningkat bersama dengan kejadian IMS,
jarum suntik untuk obat lewat intravena 24%, transfusi darah yang terkontaminasi atau darah
pengobatan dalam pengobatan kasus tertentu 3%, penularan sebelum kelahiran (dari ibu yang
terinfeksi ke janin selama kehamilan) 1%, dan model penularan yang belum diketahui 3%.3
Melihat cukup besar peluang HIV ditularkan melalui hubungan seksual, maka hubungan
Kerusakan sistem kekebalan tubuh yang ditimbulkan oleh infeksi HIV menyebabkan
timbulnya infeksi oportunistik seperti tuberkulosis (TB). Orang yang menderita HIV memiliki
risiko 26-31 kali untuk terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.3 Antara TB dan infeksi HIV
mempunyai hubungan yang kuat, dan dengan adanya infeksi oleh HIV maka angka penyakit TB
Peningkatan HIV yang sangat cepat di banyak tempat di dunia menimbulkan masalah
besar pada diagnosis dan pengobatan tuberkulosis. Hal ini juga menimbulkan masalah besar pada
penanggulangan penyakit tuberkulosis. Pada tahun 1995 di seluruh dunia terdapat sekitar 17 juta
kasus infeksi HIV, dan kira-kira ada 6 juta kasus AIDS pada orang dewasa dan anak sejak
timbulnya pandemic HIV. Kira – kira sepertiga dari semua orang yang terinfeksi HIV juga
terinfeksi TB. Dari jumlah ini 70% berada di Afrika, 20% di Asia dan 8% di Amerika Latin.
Pada tahun 2000 WHO memperkirakan bahwa dari semua penderita TB di Afrika juga terinfeksi
secara kumulatif jumlah kasus AIDS yang dilaporkan berjumlah 24.131 kasus dengan infeksi
penyerta terbanyak adalah TB yaitu sebesar 11.835 kasus (49%). Sedangkan di Sumatera Barat
khususnya di RSUP Dr. M. Djamil Padang disimpulkan bahwa infeksi oportunistik yang
menyebabkan kematian pada penyandang AIDS pada tahun 2010-2012 adalah gangguan sistem
HIV atau tidak. Tes HIV merupakan prasyarat penegakan diagnosis, menghubungkan ODHA
dengan layanan pencegahan dan perawatan lebih dini. Dengan diagnosis yang telah ditegakkan
maka akses terapi dapat dimulai. Tes HIV sampai saat ini di Indonesia masih bersifat
“voluntary”. Namun, walaupun telah dilakukan berbagai macam penyuluhan tentang HIV/AIDS,
jumlah penduduk yang telah melakukan tes HIV sampai saat ini masih tergolong rendah. SIHA
melaporkan bahwa pada tahun 2017, sebanyak 882.721 orang melakukan tes HIV dan 27.975
diantaranya merupakan HIV positif. Angka tersebut mengalami penurunan bila dibandingkan
dengan tahun 2016 dimana sebanyak 1.515.725 orang melakukan tes HIV dan 41.250
Berdasarkan data laporan tahunan Puskesmas Selayo dari bulan Januari hingga Desember
2019, terdapat 1130 orang yang berisiko tertular HIV/AIDS di wilayah kerja Puskesmas Selayo,
namun hanya sebanyak 517 orang yang mendapat pemeriksaan HIV sesuai standar (45,75%),
sementara target untuk dilakukan pemeriksaan pada orang beresiko adalah sebanyak 942 orang
(83,3%.).
program, perlu kerjasama dari berbagai pihak yang terlibat baik itu dokter, perawat, bidan, kader,
2. Apa saja upaya untuk mengurangi angka penyebaran HIV/AIDS di wilayah kerja
Puskesmas Selayo?
1.3 TUJUAN
1.4 MANFAAT
1. Dapat menjadi masukan bagi Puskesmas Selayo dan instansi kesehatan lain dalam
TINJAUAN PUSTAKA
AIDS yang termasuk kelompok retrovirus. Seseorang yang terinfeksi HIV akan
mengalami infeksi seumur hidup. Kebanyakan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tetap
asimtomatik (tanpa tanda dan gejala) untuk jangka waktu lama. Meski demikian,
sindrom yang tidak dapat diturunkan, tetapi didapat; “Immune” adalah sistem daya tahan
atau kekebalan tubuh terhadap penyakit; “Deficiency” artinya tidak cukup atau kurang;
dan “Syndrome” adalah kumpulan tanda dan gejala penyakit. AIDS adalah bentuk lanjut
dari infeksi HIV yang merupakan kumpulan gejala menurunnya sistem kekebalan tubuh.
Infeksi HIV berjalan sangat progresif merusak sistem kekebalan tubuh, sehingga
penderita tidak dapat menahan serangan infeksi jamur, bakteri atau virus. Kebanyakan
orang dengan HIV akan meninggal dalam beberapa tahun setelah tanda pertama AIDS
muncul bila tidak ada pelayanan dan terapi optimal yang diberikan.
Sesudah HIV memasuki tubuh seseorang, maka tubuh akan terinfeksi dan virus
mulai mereplikasi diri dalam sel orang tersebut (terutama sel limfosit T CD4 dan
makrofag). Virus HIV akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dengan menghasilkan
antibodi untuk HIV. Masa antara masuknya infeksi dan terbentuknya antibodi yang dapat
dideteksi melalui pemeriksaan laboratorium adalah selama 2-12 minggu dan disebut masa
jendela (window period). Selama window period pasien sangat infeksius, mudah
menularkan kepada orang lain, meski hasil pemeriksaan laboratoriumnya masih negatif.
Sebanyak 30-50% orang mengalami masa infeksi akut pada masa infeksius ini,
dimana gejala dan tanda yang biasanya timbul adalah: demam, pembesaran kelenjar getah
bening, keringat malam, ruam kulit, sakit kepala dan batuk. Orang yang terinfeksi HIV
dapat tetap tanpa gejala dan tanda (asimtomatik) untuk jangka waktu cukup lama bahkan
sampai 10 tahun atau lebih. Namun orang tersebut dapat menularkan infeksinya kepada
orang lain. Kita hanya dapat mengetahui bahwa orang tersebut terinfeksi HIV dari
pemeriksaan laboratorium antibodi HIV serum. Sesudah jangka waktu tertentu, yang
bervariasi dari orang ke orang, virus memperbanyak diri secara cepat dan diikuti dengan
perusakan sel limfosit T CD4 dan sel kekebalan lainnya sehingga terjadilah gejala
berkurangnya daya tahan tubuh yang progresif. Progresivitas tergantung pada beberapa
faktor seperti: usia kurang dari 5 tahun atau di atas 40 tahun, infeksi lainnya, dan faktor
genetik.
Penyakit infeksi dan keganasan dapat terjadi pada individu yang terinfeksi HIV.
Penyakit yang berkaitan dengan menurunnya daya tahan tubuh pada orang yang
terinfeksi HIV, misalnya infeksi tuberkulosis (TB), herpes zoster (HSV), oral hairy cell
Human immunodeficiency virus (HIV) dapat masuk ke tubuh melalui tiga cara,
yaitu melalui (1) hubungan seksual yang tidak menggunakan pengaman, (2) penggunaan
jarum yang tidak steril atau terkontaminasi dengan HIV, dan (3) penularan HIV dari ibu
yang terinfeksi HIV ke janin dalam kandungannya. Adapun kelompok yang sangat
Penularan melalui hubungan seksual adalah cara yang paling dominan dari
semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat terjadi selama
berarti kontak seksual dengan penetrasi vaginal, anal, atau oral antara dua
individu. Risiko tertinggi adalah penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung
dari individu yang terinfeksi HIV. Kontak seksual oral langsung (mulut ke penis
atau mulut ke vagina) termasuk dalam kategori risiko rendah tertular HIV.
Tingkatan risiko tergantung pada jumlah virus yang ke luar dan masuk ke dalam
tubuh seseorang, seperti pada luka sayat/gores dalam mulut, perdarahan gusi, dan
atau penyakit gigi mulut atau pada alat genital. Kontak seksual tanpa pengaman
terhadap pasangan yang memiliki HIV positif juga menjadi factor risiko terbesar
Lebih dari 90% anak yang terinfeksi HIV didapat dari ibunya. Virus dapat
ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada anaknya selama hamil, saat
persalinan dan menyusui. Tanpa pengobatan yang tepat dan dini, setengah dari
anak yang terinfeksi tersebut akan meninggal sebelum ulang tahun kedua.
Ada tiga faktor utama yang berpengaruh pada penularan HIV dari ibu ke
Jumlah virus HIV dalam darah ibu saat menjelang atau saat persalinan
dan jumlah virus dalam air susu ibu ketika ibu menyusui bayinya sangat
menjadi sangat kecil jika kadar HIV rendah (kurang dari 1.000 kopi/ml)
Ibu dengan jumlah sel CD4 rendah lebih berisiko menularkan HIV ke
bayinya. Semakin rendah jumlah sel CD4 risiko penularan HIV semakin
besar.
Berat badan rendah serta kekurangan vitamin dan mineral selama hamil
Gangguan pada payudara ibu dan penyakit lain, seperti mastitis, abses,
melalui ASI.
Bayi lahir prematur dengan berat badan lahir rendah (BBLR) lebih rentan
Semakin lama ibu menyusui, risiko penularan HIV ke bayi akan semakin
besar.
Bayi dengn luka di mulutnya lebih berisiko tertular HIV ketika diberikan
ASI.
Pada saat persalinan, bayi terpapar darah dan lendir ibu di jalan lahir.
Faktor obstetrik yang dapat meningkatkan risiko penularan HIV dari ibu ke anak
Jenis persalinan
Lama persalinan
Semakin lama proses persalinan berlangsung, risiko penularan HIV dari
napza suntik. Meningkat tajamnya prevalensi HIV pada pengguna NAPZA suntik
disebabkan oleh penggunaan jarum dan alat suntik yang tidak steril ditambah
mendapatkan perilaku kelompok ini sangat rentan tertular HIV dan penyakit lain
yang memadai. Survei pengguna NAPZA suntik di DKI Jakarta tahun 2000
suntik dan semprit secara bergantian. Sterilisasi alat dan jarum suntik tidak
dilakukan dengan baik, sebagian besar melaporkan hanya menggunakan air dingin
4. Penderita TBC
Dari 40 juta orang yang diperkirakan sedang hidup dengan HIV atau
AIDS, kurang lebih 13 juta juga menderita TBC. Deteksi dini penting jika Anda
menderita HIV serta TBC supaya Anda dapat mulai perawatan untuk HIV
maupun TBC. Jika kedua infeksi ini tidak dirawat, keduanya dapat bersama
4.1 Tuberkulosis
menyerang bagian lain tubuh, seperti otak, ginjal atau tulang punggung.
TBC bisa aktif dalam tubuh atau laten (diam). Jika tidak dirawat, TBC
kematian.
menyedot bakteri TBC ini dan terkena TBC. TBC tidak ditularkan dengan
Penderita TBC laten sakit karena banyaknya kuman TBC yang aktif dalam
TBC sebelumnya. Namun, penderita TBC laten dapat terkena TBC aktif
log lebih besar dibandingkan dengan pasien tanpa infeksi TB. Angka
BAB 3
METODE
3.1 Jenis
Kegiatan ini menggunakan sebuah kuesioner yang telah disesuaikan untuk menilai
tingkat pengetahuan mengenai HIV/AIDS pada masyarakat yang berisiko tertular ataupun
menularkan HIV/AIDS di wilayah kerja Puskesmas Selayo yaitu para ibu hamil dan
penderita TB paru yang datang berobat ke Puskesmas Selayo. Hal tersebut dikarenakan
3.2 Sasaran
Sasaran pada kegiatan ini adalah ibu hamil dan penderita TB paru yang datang
3.3 Media
Media yang digunakan dalam kegiatan ini adalah kuesioner tingkat pengetahuan
tentang HIV/AIDS.
Perubahan Dafpus: 21 3, 22 4, 23 5
1 kemkes
6 laporan selayo