Anda di halaman 1dari 12

Nama : Ramadani

NIM : 17144800021

Kelas : E1

Makul : Pragmatik

PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

Bab 1

Batasan dan Latarbelakang


Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan
ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Sebagai akibatnya studi ini lebih banyak
berhubungan dengan analisis tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya
daripada dengan manka terpisah dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri.

Sintak, semantk, dan pragmatik

Sintaks adalah studi tentan hubungan antara bentuk-bentuk kebahasaan, bagaimana


menyusun bentuk-bentuk kebahasaan itu dalam suatu tatanan (urutan) dan tatanan mana yang
tersusun dengan baik. Semantik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik
dengan entitas didunia; yaitu bagaimana hubungan kata-kata dengan sesuatu secara harfiah.

Pragmatik adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik dan pemakaian
bentuk-bentuk itu.

Keteraturan

Di dalam suatu kelompok social yang akrab, biasanya kita akan mudah untuk berlaku
sopan dan mengatakan sesuatu yang. Sebaliknya, di dalam suasana lingkungan social baru yang
belum akrab, kadang-kadang kita tidak yakin tentang apa yang dikatakan dan kita khawatir
jangan-jangan kita mengatakan sesuatu yang salah.

Keranjang sampah pragmatic

Keranjang sampah yang melimpah itu telah menjadi sumber sebagian besar dari apa yang
akan didiskusikan pada halaman-halaman berikut. Baiklah diingat bahwa isi keranjang sampah
itu semula tidak ditata ddi bawah satu kategori tunggal. Isi tersebut didefinisikan secara negatif,
sebagai bahan yang tidak dengan mudah ditangani dalam system-sistem analisis resmi.
Semantik juga berkenaan dengan kondisi nyata dari proposisi yang dinyatakan di dalam
kalimat. Proposisi ini biasanya berhubungan dengan arti harfiah dasar dari suatu klausa
sederhana dan disajikan secara konvensional.

Bab 2

Deiksis dan Jarak


Deiksis adalah istilah teknis (dari bahasa Yunani) untuk salah satu hal mendasar yang
kita lakukan dengan tuturan. Bentuk linguistik yang dipakai untuk menyelesaikan ‘penunjukan’
disebut ungkapan deiksis. Ungkapan-ungkapan deiksis kadang-kala juga dsebut indeksial.
Ungkapan-ungkapan itu berada di antara bentuk-bentuk awal yang dituturkan oleh anak-anak
yang masih kecil dan dapat digunakan untuk menunjuk orang dengan deiksis persona. Atau
untuk menunjuk tempat dengan deiksis spasial atau untuk menunjuk waktu dengan deiksis
temporal.

Jelas sekali bahwa deiksis mengacu pada bentuk yang terkait dengan konteks penutur,
yang dibedakan secara mendasar antara ungkapan-ungkapan deiksis ‘dekat penutur’ dan ‘jauh
penutur’.

Deksis Persona

Deiksis persona dengan jelas menerapkan 3 pembagian dasar, yang dicontohkan dengan
kata ganti orang pertama (saya), orang kedua (kamu), dan orang ketiga (dial k, dia pr, atau dia
barang/sesuatu). Dalam beberapa bahasa kaegori deiksis penutur, kategori deiksis lawan tutur
dan kategori deiksis lainnya diuraikan panjang lebar dengan tanda status social kekerabatan
(contohnya, lawan tutur dengan status social lebih tinggi dibandingkan dengan lawan tutur
dengan status social lebih rendah.

Deiksis Tempat

Konsep tentang jarak yang telah disebutkan berhubungan erat dengan deksis tempat,
yaitu tempat hubungan antara orang dan bendanya ditunjukkan. Untuk perbedaan mendasar ini,
bahasa inggris kontemporer hanya memakai dua kata keterangan ‘di sini’ dan ‘di sana’, tetapi
dalam teks-teks lama dan dalam beberapa dialek.

Deiksis Waktu

Kita sudah mengetahui pemakaian bentuk proksimal ‘sekarang’ yang menunjukkan baik
wwaktu yang berkenaan dengan saat penutur berbicara maupun saat suara penutur sedang
didengar. Salah satu (gaya) metafora yang dipakai dalam bahasa Inggris adalah metafora dari
kejadian-kejadian yang mengarah kepada penutur dari waktu yang akan datang.
Deiksis dan Tata Bahasa

Tentunya bukan suatu kejutan bahwa ungkapan-ungkapan deiksis semuanya ditemukan


dalam keranjang sampah pragmatik. Penafsiran mereka tergantung pada konteks, maksud
penutur, dan ungkapan-ungkapan itu mengungkapkan jarak hubugan. Diberikannya ukuran kecil
dan rentangan yang sangat luas dari kemungkinan pemakainya, ungkapan-ungkapan deiksis
selalu menyampaikan lebih banyak hal daripada yang diucapkan.

Bab 3

Referensi dan Inferensi

Kita sendiri tahu bahwa kata-kata itu sendiri tidak mengacu. Barangkali pada sesuatu
pun. Orang-lah yang mengacu. Barangkali paling baik kita memikirkan tentang referensi sebagai
suatu tindakan dimana seorang penutur, atau penulis, menggunakan bentuk linguistic untuk
memungkinkan seorang pendengar atau pembaca mengenali sesuatu.

Bentuk-bentuk linguistic itu, adalah ungkapan-ungkapan pengacuan, yang mungkin


berupa nama diri.

Pemakaian referensial dan pemakaian atributif

Pentinglah mengetahui bahwa tidak semua ungkapan acuan itu memiliki referen fisik
yang dapat dikenali. Frasa nomina tidak tentu dapat dipakai untuk mengenali suatu entitas yang
ada secara fisik, tetapi ungkapan-ungkapan itu juga dapat dipakai untuk menjelaskan entitas-
entitasan diasumsikan ada, tetapi tidak dikenal atau entitas-entitas sejauh yang kita ketahui, yang
tidak ada.

Pokok dari perbedaan in adalah bahwa ungkapan-ungkapan itu sendiri tidak dapat
diperlakukan seperti memiliki referensi (seperti yang sering diasumsikan dalam perlakuan
semantic), tetapi ditanaman (diinvestasikan) atau tidak dittanamkan fungsi referensial di dalam
sebuah konteks oleh seorang penutur atau penulis.

Nama dan Referen

Yaitu, ada suatu kaidah bahwa ungkapan-ungkapan pengacuan tertentu akan digunakan
untuk mengenali entitas-entitas tertentu pada suatu landasan yang teratur. Ungkapan-ungkapan
ini merupakan pengalaman kita sehari-hari dari penerapan yang sukses terhadap kaidah yang
mungkin menyebabkan kita berasumsi bahwa ungkapan-ungkapan pengacuan hanya dapat
menunjuk pada entitas-entitas ang sangat khusus. Asumsi ini mungkin mengarahkan kita untuk
memikirkan bahwa suatu nama atau nama diri seperti ‘Shakespeare’ hanya dapat dipakai untuk
mengenali seseorang yang khusus saja, dan suatu ungkapan yang mengandung suatu kat
benda/biasa.

Peranan Ko-teks

Kemampuan kita untuk mengenali referen yang dimaksudkan sebenarnya lebih banyak
bergantung pada pemahaman kita tentang ungkapan-ungkapan pengacuan. Kemampuan
mengenali referen itu telah dibantu oleh materi linguistic, atau ko-teks, yang menyertai ungkapan
pengacuan itu.

Referensi Anaforik

Pembahasan yang terdahulu berkenaan dengan tindakan referensi tunggal. Akan tetapi
sebagian besar dari percakapan dan penulisan kita, kita harus mengawasi/ mencatat siapa atau
apa yang sedang kita bicarakan lebih banyak dari satu kalimat pada suatu saat. Referensi awal
atau sebutan perkenalan, sering tidak tentu.

Bab 4

Praanggapan dan Entailmen

Penting untuk diperhatikan sejak dini bahwa presupposisi dan keberadaan entailmen
dianggap jauh lebih memusat terhadap pragmatic di waktu lampau daripada di waktu sekarang.
Dalam pendekatan-pendekatan akhir-akhir ini, minat terhadap jenis pembahasan teknis yang
dihubungkan dengan analisis-analisis logis dar fenomena-fenomena ini sangat kurang.

Presuposisi/Praanggapan

Dalam beberapa pembahasan tentang konsep, presuposisi dibicarakan sebagai hubungan


antara dua proposisi. Sifat presuposisi ini biasanya dijelaskan sebagai keajegan di bawah
penyangkalan.

Jenis-jenis Presuposisi

Dalam analisis tentang bagaimana asumsi-asumsi penutur diungkapkan secara khusus,


presupposisi sudah diasosiasikan dengan pemakaian sejumlah besar kata, frasa, dan struktur. Di
sini kita akan menganggap bentuk-bentuk linguistic ini sebagai petunjuk-petunjuk presupposisi
potensial, yang hanya akan menjadi presupposisi yang sebenarnya dalam konteks dengan
penutur.

Di dalam kasus presupposisi leksikal, pemakaian ungkapan khusus oleh penutur diambil
untuk mempraanggapkan sebuah konsep lain (tidak dinyatakan), sedangkan pada kasus
preupposisi faktif, pemakaian ungkapan khusus diambil untuk mempra-anggapkan kebenaran
informasi yang dinyatakan setelah itu.

Masalah Proyeksi

Ada suatu harapan dasar bahwa presupposisi kalimat sederhana akan berlangsung benar
apabia kalimat sederhana itu menjadi bagian dari kalimat yang lebih kompleks.

Entailmen tersusun

Entailmen itu sebenarnya bukan konsep pragmatic (karena berhubungan dengan maksud
penutur), tetapi malah dianggap sebagai suatu konsep logis yang murni, yang disimbolkan
dengan | |-.

Tuturan itu merupakan sebuah tuturan yang menyampaikan sesuatu yang lebih banyak
dari pada yang dikatakan.

Bab 5

Kerja Sama dan Implikatur


Ketika menerima presupposisi penutur, pendengar harus berasumsi bahwa seorang
penutur yang mengatakan ‘mobil saya’ memang benar-benar memiliki mobil yang disebutkan
dan tidak mencoba untuk menyesatkan pendengar. Bentuk kerja sama ini ialah kerja sama ang
sederhana di mana orang-orang yang sedang berbicara umumnya tidak diasumsikan untuk
berusaha membingungkan, mempermainan, atau menyembunyikan informasi yang relevan satu
sama lain.

Implikatur adalah contoh utama dari banyaknya informasi yang disampaikan dari pada
yang dikatakan.

Prinsip Kerja Sama

Konsep tentang adanya sejumlah informasi yang diharapkan terdapat dalam suatu
percakapan hanya merupakan salah satu aspek gagasan yang lebih umum bahwa orang-orang
yang terlibat dalam suatu percakapan akan bekerja sama satu sama lain.

Prinsip kerja sama; pada taraf di mana percakapan itu seperti yang diminta, pada taraf
dimana percakapan itu terjadi, dengan maksud atau arah pergantian bicara yang dapat diterima di
mana anda terlibat di dalamnya.

Pembatas
Yang penting dalam maksim kualitas untuk interaksi kerja sama dalam bahasa inggris
mungkin paling baik diukur dengan sejumah ungkapan-ungkapan yang kita gunakan untuk
menunjukkan bahwa apapun yang sedang kita katakana mungkin tidak sepenuhnya tepat.

Kesadaran tentang tingkah laku yan diharapkan mungkin juga menuntun penutur untuk
menghasilkan tipe pembatas yang ditunjukkan dalam frasa-frasa pembuka.

Implikatur Percakapan

Asumsi dasar percakapan adalah jikalau tidak ditunjukkan sebaliknya, bahwa peserta-
pesertanya mengkuti prinsip kerja sama dan maksim-maksim.

Implikatur Percakapan Umum

Implikatur bahwa kebun dan anak yang disebutkan tersebut bukan mliik penutur,
diperhitungkan pada prinsip bahwa apabila penutur mampu lebih spesifik (yaitu menjadi lebih
informative karena mengikuti maksim kuantitas), kemudian dia tentunya mengatakan ‘kebunku’
dan ‘anakku’.

Sejumlah implikatur percakapan umum yang lain secara umum disampaikan ddasarkan
pada suatu skala nilai dan oleh karenanya dikenal sebagai implikatur berskala.

Implikatur Berskala

Informasi tertentu selalu disampaikan dengan memilih sebuah kata yang menyatakan
suatu nilai dari suatu skala nilai. Ini secara khusus tampak jelas dalam istilah-istilah untuk
mengungkapkan kuantitas dalam skala, dimana istilah-istlah itu didaftar dari skala nilai tertinggi
ke nilai terendah.

Implikatur percakapan khusus

Seluruh implikatur telah diperhtungkan tanpa adanya pengetahuan khusus terhadap


konteks tertentu. Akan tetapi, seringkali percakapan kita terjadi daam konteks yang sangat
khusus di mana kita mengasumsikan informasi yang kita ketahui secara lokal.

Dalam konteks lokal dari penutur-penutur, anjing dianggap mengerti kata ‘dokter hewan’
dan anjing itu tidak suka dibawa ke sana, sehingga Sam menghasilkan pengkaitan yang lebih
rinci, menyingkat versi pesannya, (singkat) karena dia tidak menginginkan anjingnya mengetahui
jawaban yang baru saja ditanyakan.

Sifat-sifat implikatur percakapan

Sejauh ini, seluruh implikatur yang kita pikrkan sudah ditempatkan dalam percakapan
dengan referensi-referensi yang dibuat oleh orang-orang yang mendengar tuturan-tuturan itu dan
berusaha untuk mempertahankan asumsi interaksi kerja sama. Karena implikatur ini merupakan
bagian dari informasi yang disampaikan dan tidak dikatakan, penutur selalu dapat memungkiri
bahwa mereka bermaksud untuk menyampaikan maksud-maksud. Implikatur-implikatur
percakapan itu dapat dipungkiri.

Implikatur konvensional

Kebalikan dari seluruh implikatur percakapan ang dibahas sejauh ini, implikatur
konvensional tidak didasarkan pada prinsip kerja sama atau maksim-maksim. Implikatur
konvensional tidak harus terjadi dalam percakapan, dan tidak bergantung pada konteks khusus
untuk menginterpretasikannya.

Kata-kata bahasa inggris yang lain misalnya ‘bahkan’ dan ‘tetapi’ juga memiliki
imlikatur konvensional. Apabila kata ‘bahkan’ dimasukkan ke dalam kalimat apapun ang
menerangkan suatu peristiwa, ada suatu implikatur yang bertolak belakang dengan yang
diharapkan.

Bab 6

Tindak tutur dan Peristiwa Tutur


Dalam usaha untuk mengungakapkan diri mereka, orang-orang tidak hanya menghasilkan
tuturan yang mengandung kata-kata dan struktur-strukur grammatical saja, tetapi mereka juga
memperlihatkan tindakan-tindakan melalui tuturan-tuturan itu.

Tindakan-tindakan yang ditampilkan lewat tuturan biasanya disebut tindak tutur. Penutur
dan pendengar biasanya terbantu oleh keadaan di sekitar lingkungan tuturan itu. Keadaan
semacam ini, termasuk juga tuturan-tuturan yang lain, disebut peristiwa tutur.

Tindak tutur

Tentu kita tidak secara sederhanana menciptakan tuturan yang memiliki fungsi tanpa
memaksudkan tuturan itu memliki akibat. Inilah dimensi ke tiga, tinda perlokusi.

Satu masalah yang ada ialah bahwa tuturan yang sama secara potensial dapat memliki
tekanan ilokusi yang agak berlainan (misalnya; janji dengan peringatan).

Alat Penunjuk Tekanan Ilokusi (APTI)

Alat yang paling jelas untuk menunjukkan tekanan ilokusi (Alat penunjuk Tekanan
Ilokusi atau APTI) ialah jenis ungkapan dimana terdapat suatu celah untuk sebuah kata kerja
secara eksplisit menyebutkan tindakan ilokusi yang sedang ditunjukkan. Kata kerja yang
demikian ini dapat dikatakan sebagai kerja kata performatif (Vp).
Kondisi felisitas

Ada harapan tertentu atau yang diharapkan secara teknis disebut sebagai kondisi felisitas,
karena tampilan suatu tindak tutur diketahui seperti yang dimaksud.

Hipotesa perfomatif

Satu cara untuk memkirkan tentang tindak tutur yang sedang ditampilkan melalui tuturan
ialah berasumsi bahwa setiap tuturan pokok (U) terdapat suatu klausa, sama dengan yang telah
disajikan sebelumnya, yang mengandung kata kerja performatif (Vp) yang membuat tekanan
ilokusi menjadi jelas. Itulah yang disebut dengan hipotesa performatif dan format dasar dari
klausa pokoknya.

Manfaat jenis analisis ini ialah bahwa analisis itu memperjelas elemen-elemen yang
terlibat pada waktu menghasilkan tuturan dan menafsirkannya. Dalam sintaks, kata ganti orang
refeksif (seperti myself memerlukan peristwa anteseden).

Ada beberapa kerugian teknis pada hipotesa performatif. Misalnya, penuturan performatif
eksplisit dalam bentuk/versi perintah mengakibatkan pengaruh kuat yang lebih serius disbanding
dengan penuturan perintah versi performatif implisit.

Klasifikasi tindak tutur

System klasifikasi umum mencantumkan 5 jenis fungsi umum yang ditunjukkan oleh
tindak tutur; deklarasi, representative, ekspresif, direktif, dan komisif.

Deklarasi ialah jenis tindak tutur yang mengbah dunia melalui tuturan. Representative
adalah jenis tindak tutur yang diyakini penutur kasus atau bukan. Ekspresif ialah jenis tindak
tutur yang menyatakan sesuatu yang dirasakan oleh penutur. Direktif ialah jenis tindak tutur yang
dipakai oleh penutur untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Komisif ialah jenis tindak
tutur yang dipahami oleh penutur untuk mengikatkan dirinya terhadap tindakan-tindakan dimasa
ang akan datang.

Tindak tutur langsung dan tidak langsung

Pendekatan yang berbedan terhadap pemilahan tipe tindak tutur ini dapat dibuat
berdasarkan strukturnya. Pemisahan structural yang sederhana di antara ketiga tipe umum tindak
tutur yang diberkan dalam bahasa inggris ada 3 tipe kalimat dasar.

Apabila ada hubungan langsung antara struktur dengan fungsi, maka terdapat suatu
tindak tutur langsung. Apabila ada huubungan tidak langsung antara struktur dengan fungsi,
maka terdapat suatu tindak tutur tidak langsung.

Peristiwa tutur
Kita mengganggap permohonan tidak langsung (misalnya tuturan) sebagai suatu
peristiwa bertanya yang diperlukan untuk sebuah permohonan yang ada pada tempatnya.
Misalnya, persyaratan persiapan ialah bahwa penutur berasumsi bahwa pendengar itu mampu,
atas DAPAT , menampilkan tindakan itu.

Kita sangat perlu melihat lebih banyak interkasi yang diperanjang untuk memahami
bagaimana tindakan-tindakan itu dilakukan dan interprestasikan dalam peristiwa-peristiwa tutur.

Bab 7

Kesopanan dan Interaksi


Agar apa yang kita katakana dalam interaksi tersebut bermakna, maka kita harus
memperhatikan berbagai macam factor yang berkaitan dengan kesenjangan dan kedekatan social.
Sebagian dari factor-faktor ini khususnya melibatkan status relative partisipan, berdasarkan pada
nilai-nilai sosal yang mengikatnya, misalnya usia dan kekuasaan.

Kesopanan

Sudah lazim apabila kita memperlakukan kesopanan sebagai suatu konsep yang tegas,
seperti gagasan tingkah laku social yang sopan, atau etiket, terdapat dalam budaya. Sebagai
istilah teknis, wajah merupakan wujud pribadi seseorang dalam masyarakat. Wajah mengacu
kepada makna social dan emosional itu sendiri yang setiap orang memiliki dan mengharapkan
orang lain untuk mengetahui.

Keinginan wajah

Dalam interaksi sosia mereka sehari-hari, orang biasanya bertingkah laku seolah-olah
harapan-harapan mereka berkenaan dengan nama baik masyarakat mereka sendiri, atau
keinginan wajah mereka, akan dihormati. Jika seorang penutur menyatakan sesuatu yang
mengandung suatu ancaman terhadap harapan-harapan individu lain berkenaan dengan nama
baiknya sendiri, pernyataan ini dideskripsikan sebagai tindak ancaman wajah.

Ada bermacam-macam cara untuk menampilkan tindak penyelamatan wajah. Pada


umumnya diharapkan masing-masing orang akan berusaha untuk menghormati keinginan wajah
orang lain.

- Wajah positif dan wajah negatif


- Diri sendiri dan orang lain: tidak berkata apapun
- Mengatakan sesuatu: tercatat dan tidak tercatat

Kesopanan positif dan kesopanan negative


Strategi kesopanan positif mengarahkan pemohon untuk menarik tujuan umum dan
bahkan persahabatan dengan menggunakan ungkapan-ungkapan.

Akan tetapi, sebagian besar konteks pembicaraan bahasa inggris, tindakan penyelamatan
wajah lebih umum disampaikan dengan strategi kesopanan negatif.

Strategi

Kecenderungan untuk menggunakan bentuk kesopanan positif, dengan penekanan


kedekatan antara penutur dan pendengar, dapat dilihat sebagai suatu strategi kesetia-kawanan.
Strategi ini mungkin strategi yang menerakan prinsip daam kelompok secara keseluruhan atau
mungkin anya sebagai suatu pilihan yang dipakai oleh seorang penutur secara individu pada
kejadian tertentu. Strategi yang sedemikian ini secara linguistic akan melibatkan informasi
seseoran, penggunaan nama panggilan, bahkan adang-kadang istilah-istilah kasar.

Pra-urutan

Seperti yang sudah disarankan, konsep penyelamatan wajah mungkin sangat menolong
untuk memahami bagaimana partisipasi dalam suatu interaksi tidak dapat menghindarkan diri
untuk memahami lebih banyak dari yang dikatakan. Misalnya, pertama-tama penutur akan sering
mengatakan apa saja yang dapat dideskripsikan sebagai pra-urutan dari pada membuat suatu
permohonan secara sederhana.

Bab 8

Struktur percakapan dan Struktur referensi


Jenis percakapannyapun mungkin juga berbeda menurut konteks interaks yang berbeda.
Namun srruktu percakapan ialah apa saja yang kita asumsikan sebagai suatu yang sudah dikenal
baik melalui diskusi sebelumnya.

Analisis Percakapan

Terdapat komoditas yang langkah yang disebut dengan kesempatan bicara ‘floor’ ang
biasa didefinisikan sebagai hak untuk bicara. Dengan memiliki control komoditas yang langka
ini pada saat tertentu dinamakan giliran. Pada situasi apapun ketika control tidak dapat
disesuaikan di waktu mendatang, seseorang bisa berusaha untuk mendapatkan control itu.

Jeda, Overlaps, and backchannel

Sebagian besar percakapan melibatkan 2 peserta atau lebih dalam pengambilan giliran,
dan hanya satu orang yang berbicara pada saat itu. Pergantian yang halus dari satu penutur
berikutnya tampaknya sangat dihargai.
Jeda yang sangat pendek itu (ditandai dengan tanda penghubung) merupakan bentuk
keraguan-raguan, sedangkan jeda yang panjang menjadi kesenyapan.

Gaya bicara

Banyak fitur yang memberikan karakteristk system pengambilan giliran bicara


dimasukkan dalam makna oleh pemakainya. Bahkan dalam suatu komunitas penutur yang
didtetapkan secara luas; sering terdapat variasi yang berpotensi (memungkinkan) menmbulkan
kesalahpahaman. Gaya bicara ini disebut gaya bicara pelibatan tinggi.

Pasangan ajasensi

Tuturan bagian pertama dengan cepat menciptakan harapan tuturan bagian kedua dari
pasangannya. Kegagalan dalam menghasilkan tuturan jawaban kedua dianggap suatu
kekosnggan yang signifikan dan oleh sebab itu kekosongan ini bermakna.

Struktur referensi

Pasangan ajasensi sebenarnya merupakan kegaduhan yang mengandung makna dalam


tata urutan bicara. Pasangan tersebut menggambarkan tindakan social, dan tidak semua tindakan
social itu sama ketika pasangan itu terjadi sebagai bagian kedua dari pasangan itu.

Dalam struktur preferensi bagian kedua ini dibagi menjadi dua, tindakan social yang
disukai dan tindakan social ang tidak disukai.

Bab 9

Wacana dan budaya


Analisis wacana

Analisis wacana mencakup rentangan aktivitas-aktivitas yang sangat luas, dari penelitiian
ang terfokus, secara sempit tentang bagaimana kata-kata seperti ‘oh’ atau ‘baiklah’ digunakan
dalam percakapan umum, sampai pada studi tentang idiologi yang dominan dalam suatu budaya,
misalnya seperti yang digambarkan dalam praktik politik dan pendidikan.

Koherensi

Secara umum, apa yang ada dalam benak pemakai bahasa sebagian besar adalah suatu
asumsi koherensi, yaitu apa yang dikatakan atau dituliskan mengandung arti sesuai dengan
pengalaman normal mereka.

Pengetahuan latar belakang


Kemampuan kita untuk sampa pada penafsiran yang otomatis terhadap sesuatu yang tidak
tertulis dan tidak terucapkan harus berdasarkan pada struktur prngetahuan awal yang ada.

Skemata budaya

Hampir tidak dapat dihindarkan bahwa struktur pengetahuan latar belakang kita, skemata
kita untuk mengartikan dunia, akan ditentukan secara budaya. Kita mengembangkan skemata
budaya kita dalam konteks pengalaman dasar kita.

Pragmatik lintas budaya

Studi perbedaan-perbedaan harapan berasarkan skemata budaya merupakan bagian dari


ruang lingkup yang luas yang umumnya dikenal sebagai pragmatik lintas budaya.

Anda mungkin juga menyukai