Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN

” ADMINISTRASI DAN SUPERVISI PENDIDIKAN ”

Dosen : Muli Prima Aldi M. M.Pd

Disusun Oleh kel 03

1. DEVI HAYATI
2. MUHAMMAD KHOMSUN
3. R.RAFI AKBAR

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM( STAI )

NURUL FALAH AIRMOLEK

Tahun Akademik.2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah swt karena berkat rahmat Nya penyusunan makalah
ini dapat diselesaikan.Makalah ini merupakan makalah Kebijakan Pendidikan yang
membahas “Analisis Kebijakan Pendidikan ”.Secara khusus pembahasan dalam
makalah ini diatur sedemikian rupa sehingga materi yang disampaikan sesuai dengan
mata kuliah. Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang kami
hadapi dengan jauhnya anggota kelompok dikarnakan sedang covid 19 ini . Namun
kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat
bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang kami
hadapi teratasi . oleh karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak dosen Muli Prima Aldi M. M.Pd mata kuliah Administrasi Dan Supervisi
Pendidikan yang telah memberikan tugas, petunjuk, kepada kami sehingga kami
termotivasi dan menyelesaikan tugas makalah ini.

2.  Orang tua, teman dan kerabat  yang telah turut membantu, membimbing, dan
mengatasi berbagai kesulitan sehingga tugas makalah ini selesai.

Kami sadar, bahwa dalam pembuatan makalah ini terdapat banyak


kesalahan.Untuk itu kami meminta maaf apabila ada kekurangan. Kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca guna meningkatkan kualitas makalah
penulis selanjutnya. Kebenaran dan kesempurnaan hanya Allah-lah  yang punya dan
maha kuasa .Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberikan
manfaat tersendiri bagi generasi muda islam yang akan datang, khususnya dalam bidang
Teori Belajar dan Pembelajaran

Bukit Gajah, 20 September 2020

Tim Penyusun
Kelompok 3( Tiga )

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan..............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN..............................................................................................................2
A. Pengertian Analisis Kebijakan Pendidikan.......................................................................2
B. Aktor Analisis Kebijakan Pendidikan...............................................................................2
C. Ruang Lingkup Analisis Kebijakan Pendidikan...............................................................3
D. Pendekatan Analisis Kebijakan Pendidikan......................................................................4
E. Metodologi Analisis Kebijakan Pendidikan.....................................................................5
F. Permasalahan-permasalahan Kebijakan Pendidikan di Indonesia.....................................6
BAB III PENUTUP......................................................................................................................9
A. Kesimpulan......................................................................................................................9
B. Saran..............................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebijakan pendidikan merupakan suatu hal yang pokok untuk menentukan arah
dan pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan dalam suatu negara. Dalam
penyelenggaraan pendidikan di setiap lembaga pendidikan tidak akan pernah lepas dari
suatu kebijakan yang dibuat oleh pemerintahan dalam negera tempat lembaga
pendidikan itu ada.
Di Indonesia, yang merupakan negara hukum juga menitikberatkan sektor
pendidikan sebagai wahana untuk memajukan negaranya. Bagaimana tidak? Kebijakan
demi kebijakan dibongkar pasang untuk menghasilkan kualitas pendidikan yang
optimal, meski realitanya masih jauh dari harapan.
Dalam makalah kami ini, kami hendak memaparkan analisis kebijakan
pendidikan di Indonesia berikut permasalahan-permasalahan kebijakan pendidikan yang
masih menjadi trending topic di dunia pendidikan.

B. Rumusan Masalah
1. Seperti apakah ruang lingkup analisis kebijakan pendidikan?
2. Bagaimana Pendekatan yang digunakan untuk melakukan analisis kebijakan?
3. Bagaimanakah metode analisis kebijakan pendidikan?
4. Bagaimana Permasalahan yang dihadapi Indonesia terkait kebijakan pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui ruang lingkup analisis kebijakan pendidikan.
2. Untuk mengetahui Pendekatan yang digunakan untuk melakukan analisis kebijakan?
3. Untuk mengetahui metode analisis kebijakan pendidikan.
4. Untuk mengetahui Permasalahan yang dihadapi Indonesia terkait kebijakan
pendidikan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis Kebijakan Pendidikan


Analisis kebijakan merupakan suatu prosedur berpikir yang sudah lama dikenal
dan dilakukan dalam sejarah manusia, paling tidak sejak manusia mampu melahirkan
dan memelihara pengetahuan dalam kaitannya dengan tindakan.
Beberapa ahli memiliki pengertian yang berbeda dalam mengartikan analisis
kebijakan, diantaranya:
1.      Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia analisis adalah (1) penyelidikan thd
suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan yg
sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb); (2) penguraian suatu pokok
atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan
antarbagian untuk memperoleh pengertian yg tepat dan pemahaman arti
keseluruhan
2.      Dunn : mengungkapkan bahwa analisis kebijakan adalah suatu prosedur untuk
menghasilkan informasi mengenai masalah-masalah kemasyarakatan berikut
tindakan pemecahannya.1
Dari beberapa pengertian di atas dapat kita tarik pengertian yang lebih rinci
bahwa analisis kebijakan merupakan cara atau prosedur dalam menggunakan
pemahaman manusia terhadap dan untuk memecahkan masalah-masalah kebijakan. Jadi
analisis kebijakan pendidikan merupakan cara memecahkan masalah yang ada dalam
kebijakan-kebijakan tentang pendidikan menggunakan pemahaman yang dimiliki oleh
manusia itu sendiri.

B. Aktor Analisis Kebijakan Pendidikan


Sejak berdirinya badan penelitian dan pengembangan di lingkungan Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan pada permulaan tahun 1970-an, berbagai bentuk kegiatan
penelitian, penilaian, dan pengembangan pendidikan telah banyak dilakukan untuk
menunjang proses pembuatan keputusan. Badan ini terus berkembang dengan pesat,
khususnya dalam memberikan masukan pemikiran terhadap proses pembangunan
pendidikan yang telah direncanakan dan dilaksanakan secara sistematis sejak Repelita I.
Badan ini terus berperan dalam melahirkan berbagai gagasan pembaharuan pendidikan

1 Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya,1993)hlm.40

2
sehingga proses pembangunan pendidikan telah melewati masa-masa yang penuh
tantangan.
Dalam sejarahnya, badan ini terus meningkatkan fungsinya sebagai badan
pembaru sistem pendidikan nasional. Dari periode Repelita I berikutnya, pergeseran
fungsi badan ini semakin terasa terutama dalam menjalankan fungsinya mempersiapkan
bahan kebijakan jangkah menengah dan jangka panjang.  
Di lingkungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, proses pengambilan
kebijakan public telah diatur baik oleh Undang-undang No. 2 Tahun 1989, Peraturan
Pemerintah maupun kebijakan Depdikbud itu sendiri. tentang proses pelaksanaan
analisis kebijakan sebagai suatu sistem telah diungkapkan secara sistematis oleh
Penelaah sektor Pendidikan, yang dilaksanakan oleh Balitbang—Depdikbud
bekerjasama dengan proyek IEES (Improving the Efficency System Project) pada tahun
1986.2
Salah satu lembaga penelitian yang melakukan analisis kebijakan pendidikan
yakni Smeru. Smeru adalah sebuah lembaga penelitian independen yang melakukan
penelitian dan pengkajian kebijakan publik secara profesional dan proaktif, serta
menyediakan informasi akurat, tepat waktu, dengan analisis yang objektif mengenai
berbagai masalah sosial-ekonomi dan kemiskinan yang dianggap mendesak dan penting
bagi rakyat Indonesia.

C. Ruang Lingkup Analisis Kebijakan Pendidikan


Ruang lingkup kegiatan analisis kebijakan pendidikan meliputi:3
1.      Pengumpulan data statistik pendidikan
2.      Pengembangan kurikulum.
3.      Sistem pengujian
4.      Penelitian pendidikan dan kebudayaan.
5.      Teknologi komunikasi pendidikan.
6.      Pengembangan analisis kebijakan pendidikan dan kebudayaan.
Kegiatan yang terakhir yakni kegiatan pada nomor 6 berfungsi untuk menyiapkan
bahan-bahan rumusan kebijakan pendidikan, baik kebijakan jangka panjang, menengah,
dan jangka pendek, maupun bahan-bahan untuk kebijakan departemen yang setiap saat
diperlukan oleh pengambil keputusan.

2Ibid,.hlm.5
3 Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar, Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu Pengantar, hlm.46

3
Salah satu fungsi paling menonjol dari Badan Penelitian dan Pengembangan adalah
Analisis dan Perumusan Bahan Kebijakan dengan tujuan untuk membantu pemerintah
dalam menyiapkan dan merumuskan bahan-bahan kebijakan sesuai dengan isu-isu
penting pendidikan yang berkembang dalam dunia penelitian, pengembangan, dan
masyarakat luas.
Dalam suatu proyek yang dinamakan Proyek Perencanaan dan Kebijakan
Pendidikan (Education Policy and Planning Project) atau proyek EPP yang mendapat
bantuan USAID (The United States Agency for International Development). Proyek
tersebut resmi dilaksanakan pada bulan Juli 1984 dengan tujuan pokok: “meningkatkan
mutu pendidikan di Indonesia melalui perumusan kebijakan dan perencanaan yang
lebih baik yang didasarkan pada informasi yang lebih lengkap dan teliti serta metode
analisis yang lebih baik terhadap informasi tersebut.”

Sejak dilaksanakannya proyek tersebut, berbagai upaya telah dilakukan khususnya


dalam melakukan identifikasi terhadap berbagai masalah pendidikan sebagai sasaran
dalam melakukan analisis kebijakan. Sejak saat itu analisis kebijakan dilaksanakan
melalui koordinasi di antara berbaga unit di lingkungan Depdikbud. Hasilnya adalah
usulan-usulan kebijakan yang sangat berguna dalam mempersiapkan Rumusan
kebijakan Tahunan Mendikbud dan Naskah Repelita.

D. Pendekatan Analisis Kebijakan Pendidikan


Dalam literatur analisis kebijakan, pendekatan dalam analisis kebijakan pada
dasarnya meliputi dua bagian besar, yaitu pendekatan deskriptif dan pendekatan
normatif. 4
1.      Pendekatan deskriptif adalah suatu prosedur atau cara yang digunakan dalam
penelitian pengembangan ilmu pengetahuan baik ilmu pengetahuan murni maupun
terapan, untuk menerangkan suatu gejala yang terjadi di dalam masyarakat. Istilah
yang digunakan oleh Cohn mengenai pendekatan deskriptif ini adalah pendekatan
positif yang diwujudkan dalam bentuk upaya ilmu pengetahuan dalam menyajikan
suatu State of Art atau keadaan apa adanya dari suatu gejala yang sedang dteliti dan
yang perlu diketahui oleh para pemakai. Tujuan pendekatan deskriptif dalam
analisis kebijakan ialah agar para pengambil keputusan memahami permasalahan
yang sedang disoroti dari suatu kebijkan.

4 Ibid.,hlm. 48-49

4
2.      Pendekatan normatif yang sering juga disebut pendekatan preskriptif merupakan
upaya dalam ilmu pengetahuan untuk menawarkan suatu norma, kaidah atau “resep”
yang dapat digunakan oleh pemakai dalam rangka memecahkan masalah. Tujuan
pendekatan ini adalah membantu mempermudah para pemakai hasil penelitian
dalam menentukan atau memilih salah satu dari beberapa pilihan cara atau prosedur
yang paling efisien dalam menangani atau memecahkan suatu masalah. Dengan
norma tersebut diharapkan para pemakai hasil penelitian memperoleh manfaat yang
lebih besar dari kegiatan penelitian dalam ilmu pengetahuan, khususnya dalam
memecahkan masalah-masalah sosial atau kemasyarakatan. Informasi yang bersifat
normatif ini oleh Penelaah Sektor Pendidikan Balitbang-Depdikbud 1986 disebut
informasi teknis, karena merupakan hasil analisis data berdasarkan informasi yang
berkaitan dengan suatu isu kebijakan yang sedang atau ingin disoroti.

E. Metodologi Analisis Kebijakan Pendidikan


Secara metodologis, analisis kebijakan dapat dibedakan menjadi dua bagian
besar, yaitu metodologi kuantitaif dan kualitatif.
Hampir dapat dipastikan bahwa pendekatan dalam analisis kebijakan seluruhnya
bersifat kualitatif. Hal ini karena analisis kebijakan pada dasarnya merupakan suatu
proses pemahaman terhadap masalah kebijakan sehingga proses pemahaman terhadap
masalah kebijakan sehingga dapat melahirkan suatu gagasan dan pemikiran mengenai
cara-cara pemecahannya. 5
Metodologi kualitatif dalam analisis kebijakan lebih tertarik untuk melakukan
pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah-masalah kebijakan daripada
melihat permasalahan kebijakan untuk kepentingan generalisasi. Metodologi kualitatif
lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam (in dept analysis) yaitu mengkaji
masalah kebijakan secara kasus per kasus karena metodologi kualitatif ini yakin bahwa
sifat masalah yang satu akan berbeda sifat masalah yang lain. Yang dihasilkan dari
metodologi kualitatif ini bukan suatu generalisasi, tetapi pemahaman yang mendalam
terhadap suatu masalah.
Metodologi kuantitatif pada dasarnya merupakan bentuk yang lebih operasional
dari paradigma empirisme yang sering juga disebut pendekatan “kuantitatif-empiris”.
Pada dasarnya pendekatan kuantitatif ini tertarik dengan pengukuran secara obyektif

5Djohar.M.S, Pengembangan Pendidikan Nasional Menyongsong Masa Depan, (Yogyakarta:


CV Gravika Indah,2006).hlm.222

5
terhadap masalah sosial. Untuk dapat dilakukan pengukuran, setiap masalah sosial
terlebih dahulu dijabarkan ke dalam beberapa komponen  masalah, indikator, dan
variabel-variabelnya. Tujuan utama metodologi kuantitatif ini bukan menjelaskan suatu
masalah, tetapi menghasilkan suatu generalisasi. Generalisasi adalah suatu pernyataan
kebenaran yang terjadi dalam suatu realitas tentang suatu masalah kebijakan yang
diperkirakan akan berlaku pada suatu parameter populasi tertentu. Dengan generalisasi
yang dihasilkan ini, para peneliti atau analisis kebijakan dituntut dapat menghasilkan
alternatif kebijakan yang dapat diterapkan secara menyeluruh dalam lingkup yang lebih
luas. 6

F. Permasalahan-permasalahan Kebijakan Pendidikan di Indonesia


1.      Sistem pendidikan nasional dalam era otonomi daerah.
Dengan adanya UU Otonomi Daerah No. 22 tahun 1999 yang kemudian
disempurnakan menjadi UU No 32 tahun 2004 telah terjadi perubahan sistem
pemerintahan yang sentrallistik menjadi desentralistik, dimana setiap daerah
memiliki kewenangan untuk  mengatur dan mengurus sistem pemerintahannya
sendiri guna mensejahterakan masyarakat di daerahnya.
Otonomi pendidikan menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun
2003 adalah terungkap pada hak dan kewajiban warga negara, orang tua,
masyarakat, dan pemerintah. Pada bagian ketiga hak dan kewajiban masyarakat
pasal 8 disebutkan bahwa “masyarakat berhak berperan serta dalam perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan program evaluasi pendidikan. Pasal 9, masyarakat
berkewajiban memberikan dukungan sumber daya dalam penyelenggaraan
pendidikan”. Begitu juga pada bagian keempat hak dan kewajiban pemerintah, dan
pemerintah daerah pasal 11 ayat 2 “Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
menjamin tersedianya daya guna terselenggaranya pendidikan bagi warga negara
yang berusia 7-15 tahun.
Telaah kritis sistem pendidikan nasional dalam era otonomi daerah
diarahkan kepada beberapa sektor dengan harapan dapat terlihat di bagian mana
pendidikan nasional dikembangkan dan bagian mana pendidikan yang terkait
dengan otonomi daerah dapat diangkat, diantaranya:
a.       Format Pendidikan Nasional

6 Ibid.hlm.224

6
Format pendidikan nasional yang menerjemahkan bahwa pemerintah
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional seharusnya direformasi
pemahamannya dari pendidikan yang sentralistik ke pendidikan yang demokratik,
dari pendidikan yang uniform ke arah pendidikan yang diversifikatif, dari satu
ukuran hasil pendidikan ke arah ukuran masing-masing sesuai dengan keadaan
anak baik budaya, sosial, dan psikologi yang berbeda. Oleh karena itu sistem
pendidikan yang pantas diatur secara nasional hanya meliputi, hal-hal: 7
1)      Kesamaan jenjang pendidikan yakni TK, SD-SLTP, SMU, dan Perguruan
Tinggi.
2)      Jenis pendidikan sebatas pada pendidikan umum dan pendidikan kejuruan.
3)      Kesamaan kurikulum yang memiliki perekat terhadap kehidupan berbangsa
dan bernegara yakni Pancasila, Bahasa Indonesia dan Kewarganegaraan.
b.      Diversifikasi Pendidikan
Jenis pendidikan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masing-masing daerah,
meskipun masih tetap berada dalam naungan pendidikan umum dan pendidikan
kejuruan. Macam prrogram pendidikan lebih lanjut dari pendidikan umum dan
pendidikan kejuruan itu diselenggarakan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
setempat. Selain diversifikasi dalam jenis pendidikan dapat diberlakukan pada
kurikulum, penyelenggaraan pendidikan, cara pembelajaran, dan pemanfaatan sumber
belajar.
Kurikulum yang terbaik diberlakukan pada daerah tertentu selain kurikulum yang
dianggap memiliki perekat terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara, dapat
ditentukan oleh masing-masing bahkan oleh sekolah. Yang penting kurikulum itu
memiliki muatan tuntutan sesuai dengan kebutuhan anak, kebutuhan orang tua dan
kebutuhan masyarakat lokal maupun masyarakat global.
Penyelenggaraan penddikan menjadi bagian terpenting untuk diotonomikan,
disesuaikan dengan situasi dan kondisi anak baik budaya, sosial, dan psikologi mereka,
serta disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah dan lingkungan nyata anak masing-
masing.8
Untuk itu otonomi daerah jangan hanya sekedar diwujudkan sebagai pengalihan
kekuasaan pusat ke daerah, akan tetapi harus mencerminkan kehidupan demokrasi

7 Mu’arif, Liberalisasi Pendidikan, (Yogyakarta : Pinus Book Publisher,2008)hlm.159

8 Ibid, hlm, 161

7
bangsa yang terwujud dalam penyelenggaraan pendidikan nasional kita sebagai bangsa
yang merdeka. Berdasarkan pertimbangan itu maka otonomi penyelenggaraan
pendidikan yang diwujudkan dalam “School Based Management” (SBM).
c.       Orientasi Pembelajaran
Orientasi pembelajaran juga harus diubah dari pendekatan “tekstual” ke arah
pendekatan “faktual”. Pembelajaran yang berorientasi “tekstual” hanya menghasilkan
manusia-manusia penghafal dan hanya menghasilkan manusia-manusia penjiplak ilmu
dan teknologi yang meniadakan kreativitas.  Pembelajaran yang berorientasi faktual
membimbing anak-anak kita terlatih bergaul dengan kenyataan kontekstual dengan
lingkungan hidup mereka, dengan demikian mereka mampu mendeteksi unsur-
unsurnya, mampu mengonseptualisasikan makna dari kenyataan itu, dan di sinilah
mereka memperoleh kemampuan dan pengetahuan dar hasil kegiatannya sendiri.
d.      Ukuran keberhasilan belajar
Hasil belajar yang diukur dengan satu alat ukur seperti sekarang ini hanya akan
menghasilkan ukuran semu. Ukuran hasil belajar yang realistik adalah yang didasarkan
kepada apa yang benar-benar dipelajari anak melalui pikiran, pengindraan,
konseptualisasi dan kesimpulan sendiri yang dapat disajikan dalam bentuk dokumen
karya siswa dan dijadikan kumpulan hasil evaluasi kemajuan anak.
Ukuran keberhasilan pendidikan seharusnya tidak hanya ditentukan oleh kualitas
“out put” akan tetapi harus diukur dari kualitas “out come” yakni keberhasilan anak-
anak kita dalam meraih kehidupan nyata berdasarkan tingkat pendidikan mereka. Bila
diperhatikan sekarang ini maka “out come” hasil pendidikan kita hanya mampu
menawarkan ijazah untuk meraih kehidupan, mereka tidak mampu mandiri dan bahkan
tidak memiliki jati diri. Masyarakat kita masih berada pada tingkatan “paper
syndrome”.
Persoalannya adalah seberapa tanggap daerah dalam era otonomi daerah ini
mampu menangkap isyarat kelemahan pendidikan yang terjadi selama ini, untuk tidak
mewarisi dan diteruskan dalam membangun pendidikan daerah tetapi sebaliknya daerah
mampu membuka lembaran baru mengusahakan pendidikan kita menjadi barang nyata,
berguna bagi bangsa dalam peningkatan profil manusia Indonesia dan SDM bangsa
demi peningkatan kesejahteraan kehidupan masyarakat.9
e.       Penghambat pendidikan

9 Ibid, hlm, 162

8
Bangsa ini terlalu ambisius ingin menyamakan pendidikan di seluruh nusantara
dengan sistem sentralisasi dan uniformitas. Kita sendiri ingkar terhadap wawasan kita
sendiri bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang memiliki keanekaragaman baik
lingkungan, suku, bahasa, kebiasaan yang diwujudkan dalam tatanan sosial dan budaya.
Akibat dari keragaman keadaan bangsa ini maka terbukti sentralisasi dan
uniformitas pendidikan hanya menghasilkan kemunduran dalam perjalanan sejarah
bangsa bila dibandingkan dengan kemajuan bangsa-bangsa lain di sekitar kita. 10
f.       Otonomi pendidikan dalam otonomi daerah
Otonomi daerah memberi konskuensi upaya peningkatan kualitas pendidikan
menjadi tanggung jawab daerah. Meskipun demikian, maka tidak berarti daerah harus
terlalu banyak terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan. Daerah dapat memikirkan
hal-hal : mencarikan model yang cocok dengan pendidikan daerahnya, memfasilitasi
dana, prasarana dan sarana pendidikan, menyiapkan pedoman pendidikan bagi sekolah
yang membutuhkan.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1.      Analisis kebijakan pendidikan merupakan cara memecahkan masalah yang ada
dalam kebijakan-kebijakan tentang pendidikan menggunakan pemahaman yang
dimiliki oleh manusia itu sendiri.
2.      Aktor yang melakukan analisis kebijakan pendidikan adalah lembaga penelitian
dan pengembangan yang berada di bawah Departemen Pendidikan dan Kebudayan
serta lembaga penelitian independent seperti SMERU.
3.      Ruang lingkup analisis kebijakan pendidikan meliputi pengumpulan data statistik
pendidikan, pengembangan kurikulum, sistem pengujian, penelitian pendidikan dan
kebudayaan, teknologi komunikasi pendidikan, dan pengemabangan analisis
kebijakan pendidikan dan kebudayaan.
4.      Pendekatan analisis pendidikan yakni pendekatan deskriptif dan normatif.
10 Ibid, hlm, 163

9
5.      Metode analisis kebijakan pendidikan yaitu metode kualitatif dan kuantitatif.
6.      Permasalahan kebijakan pendidikan di Indonesia diantaranya adalah sistem
pendidikan di era otonomi daerah yang masih menggunkan alat ukur berupa ujian
nasional atau unas.

B. Saran
Seyogyanya analisis dalam bidang pendidikan harus selalu dilakukan karena
pendidikan di Indonesia masih jauh dari tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa seperti
yang tercantum dalam pembukaan UUD alinea IV.

10
DAFTAR PUSTAKA

Djohar.M.S. 2006. Pengembangan Pendidikan Nasional Menyongsong Masa Depan.

Yogyakarta: CV Gravika Indah.

Mu’arif.Liberalisasi Pendidikan. 2008.Yogyakarta : Pinus Book Publisher.

Suryadi, Ace dan H.A.R Tilaar. (1993). Analisis Kebijakan Pendidikan Suatu

Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

11

Anda mungkin juga menyukai