Anda di halaman 1dari 4

Segala puji serta syukur mari kita panjatkan atas seluruh nikmat yang pasti Rasulullah SAW telah

ah memberikan isyarat dalam hadits di atas tiga pilar


kita tidak akan mampu menghitung-hitungnya wa inta’udduu ni’matallahi utama tegaknya eksistensi kehidupan dan tiga asas yang akan melahirkan
latuhshuha , terutama nikmat iman dan Islam, karena ia adalah nikmat baldatun Thayyibatun Wa Rabbun Ghafur (negeri yang gemah ripah, adil,
yang hanya diberikan kepada orang-orang yang istimewa dan hamba- makmur dan selalu dalam naungan ampunan Allah) . Sebab itu, Allah SWT
hamba yang terpilih, berbeda dengan harta dan dunia,  ia diberikan kepada memberikan ancaman yang demikian besar yakni tidak akan pernah
siapa saja,  yang beriman maupun kafir, yang taat maupun yang memandang dengan pandangan rahmat pada hari kiamat, tidak akan
bermaksiat, yang bersyukur maupun yang kufur, Karena itu, mari kita mensucikannya dan mempersiapkan siksaan yang pedih, oleh karena,
hadirkan suasana kesyukuran atas nikmat istimewa ini hilangnya ketiga pilar ini adalah bencana kehidupan dan bahaya bagi
kemanusiaan.
Katakanlah: “Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan
itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih Pilar Pertama, Kepedulian   
baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Yunus: 58) Rasulullah SAW telah mengungkapkan dengan bahasa isyarat “seseorang
yang memiliki kelebihan air di perjalanan lalu ia enggan memberikannya
Hadirin sidang Jum’at Rahimakumullah… kepada ibnu sabil (orang yang dalam perjalanan dan membutuhkan),”.
Marilah kita membuka hati dan membuka pikiran, untuk menerima Cukuplah sebuah bencana, ketika kepedulian telah mati rasa, setiap diri
nasihat-nasihat Allah dan nasihat-nasihat baginda Nabi Muhammad SAW, tidak lagi peduli, terhadap apa yang sedang terjadi di sekelilingnya,  tidak
karena agama ini adalah nasihat, mudah-mudahan nasihat-nasihat ini akan lagi peduli terhadap keluarganya, tidak lagi peduli terhadap tetangganya,
menghidupkan hati dengan iman dan ketakwaan, Rasulullah SAW tidak lagi peduli terhadap umat, masyarakat dan bangsanya, perhatikan
bersabda: peringatan Nabi SAW:

Dari Abu Hurairah –RA- berkata: Rasulullah SAW telah bersabda: ada “Cukuplah dosa bagi seseorang, ketika mana ia menyia-nyiakan orang
tiga golongan di mana Allah SWT tidak akan memandang mereka pada yang menjadi tanggung jawabnya”. (HR. Hakim dalam kitab al mustadrak
hari kiamat, tidak pula mereka akan disucikan dan bagi mereka siksaan lisshihain, dari sahabat Abdullah bin Amr bin Ash, No. 1448)
yang pedih, yaitu (pertama) seseorang yang memiliki kelebihan air di
perjalanan lalu ia enggan memberikannya kepada ibnu sabil (orang yang Tidaklah sempurna iman seseorang yang bermalam dalam keadaan
dalam perjalanan sedang ia membutuhkan), (kedua) seseorang yang tidak kenyang sedang tetangganya kelaparan. (HR. Ibnu Abi Syaibah, dalam
mengangkat dan memilih pemimpin kecuali oleh karena dorongan dunia, kitab iman, dari sahabat Ibnu Abbas no. 29748)
jika ia memberinya, maka ia ridha dan jika ia tidak memberinya maka ia
marah, (ketiga) seseorang yang melakukan transaksi perdagangan “Barang siapa yang tidak memperhatikan urusan kaum muslimin, maka ia
selepas asar, lalu ia berkata: “Demi Allah yang tiada Tuhan selain-Nya, tidaklah termasuk golongannya”. (Hr. At Thabrani, no.7614 dari sahabat
sungguh aku telah memberikannya sekian dan sekian, lalu dibenarkan Hudzaifah al Yamani, Syaikh Nasirudin Al Albani mengatakan bahwa
oleh sang pembeli, kemudian (Rasulullah) membacakan ayat hadits ini Dhaif)
“Sesungguhnya orang-orang yang memperjualbelikan janji dan sumpah-
sumpah kepada Allah dengan harga yang sedikit”. (HR. Bukhari No. Pilar Kedua, Pemimpin Beriman
2186) Rasulullah SAW telah mengisyaratkan “ seseorang yang tidak
mengangkat dan memilih pemimpin kecuali oleh karena dorongan dunia,
Hadirin sidang Jum’at Rahimakumullah… jika ia memberinya, maka ia ridha dan jika ia tidak memberi maka ia
marah”.
Demikian pentingnya eksistensi kepemimpinan sehingga sahabat Ustman “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
bin Affan-Radhiyallahu ‘Anhu– pernah mengatakan “Sungguh Allah telah yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan
memberikan kekuatan kepada pemimpin, apa yang tidak diberikan kepada hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Al-Quran”. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Wahai
Fudhail bin ‘Iyadh mengatakan: “Jika Allah memberikan aku satu orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(-Nya), dan
kesempatan doa yang akan dikabulkan, maka niscaya aku pergunakan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
untuk mendoakan kepada pemimpin”. sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Alquran) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari
Yang demikian itu, oleh karena kepemimpinan adalah rahasia kebaikan kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik
dunia dan kunci keberkahan akhirat, kebaikannya akan membawa kepada akibatnya.” (QS. An-Nisa: 58-59).
kemaslahatan rakyat dan keburukannya akan menjerumuskan kepada
kesesatan masyarakat. Sebab itu, Rasulullah SAW mengingatkan kepada Menurut para ulama, ayat pertama berkaitan dengan kewajiban pemimpin,
umat agar berhati-hati dalam memilih dan mengangkat seorang yaitu harus menunaikan amanat kepada yang berhak menerimanya dan
pemimpin, hendaknya pilihan itu dilandasi oleh karena iman bukan karena apabila mengadili orang-orang yang dipimpin, harus mengadili dengan
uang (baca: money politic), sehingga akan terlahir pemimpin-pemimpin adil. Sedangkan ayat kedua turun berkenaan dengan kewajiban orang-
yang memiliki kredibilitas dan kapasitas, bukan pemimpin-pemimpin orang yang dipimpin, yaitu mereka harus menaati perintah serta ketetapan
gadungan yang muncul karena sihir uang dan rekayasa iklan. pemimpin, selama perintah atau ketetapan itu bukan kemaksiatan. Apabila
perintah atau ketetapan pemimpin adalah kemaksiatan, maka kemaksiatan
Rasulullah SAW juga telah memperingatkan di antara tanda-tanda kiamat itu tidak boleh di taati. Jika mereka memperselisihkan sesuatu, maka harus
adalah munculnya pemimpin gadungan yang hanya memanfaatkan dikembalikan kepada Kitabullah dan sunnah Rasulullah shallallahu
pangkat dan kedudukan demi meraup keuntungan dan memperkaya diri. ‘alaihi wa sallam.

“Maka apakah tanda-tandanya (kiamat)?, Nabi menjawab: “engkau Kaum muslimin rahimakumullah,
akan melihat seorang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju dan Dibalik pemimpin yang beriman tentu yang tidak kalah pentingnya adalah
penggembala kambing berlomba-lomba meninggikan bangunan”. (HR. rakyat yang beriman pula. Sebab bangsa ini akan hancur jika tidak
Muslim) didukung oleh rakyat yang beriman pula. Selanjutnya, pada kondisi
tertentu, suatu bangsa akan mengalami kendala-kendala internal. Kondisi
Al Qurtubi menjelaskan makna hadits Muslim di atas: “Adalah berita ini secara umum menurut Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin
tentang perubahan nilai di mana orang pedalaman yang tidak memiliki rahimahullah terbagi menjadi 4 kondisi:
ilmu dan kemampuan memimpin dengan kekuatan dan paksaan, maka
bertambahlah hartanya dan berbangga-bangga membangun dan Pertama: Kondisi prima, yaitu pada saat benteng keimanan umat (rakyat)
meninggikan bangunan, dan inilah yang menjadi kenyataan”. Sebab itu, serta ketahanan kekuasaan dalam keadaan kuat. Ini merupaan kondisi
mari cerdas dalam memilih!! ideal. Sebab semuanya akan berjalan sesuai dengan hak dan kewajiban
masing-masing.
Dalam hal ini Allah telah mengatur hak dan kewajiban masing-masing
dengan firman-Nya: Kedua: Saat benteng keimanan umat serta ketahanan kekuasaan dalam
keadaan lemah semuanya. Ini adalah kondisi paling parah dan paling
berbahaya bagi bangsa; bagi pemimpin dan bagi umat yang dipimpin.
Sebab jika hal itu terjadi maka kekacauan akan merajalela. Rakyat tidak
memiliki keimanan hingga berbuat tanpa kendali syariat, sedangkan Hadirin yang dirahmati Allah Subhanahu wa Ta’ala,
kekuasaan tidak memiliki kekuatan untuk mengendalikan tindakan rakyat. Aksi Damai 4 November 2016 yg menuntut keadilan akan kasus penistaan
agama islam yang baru-baru terjadi menunjukan bahwa rakyat bangsa kita,
Katiga: Pada saat benteng keimanan rakyat lemah, tetapi ketahanan bangsa Indonesia adalah Rakyat yang memiliki kekuatan iman yang amat
kekuasaan dalam keadaan kuat. Ini merupakan kondisi pertengahan. Sebab kuat yang cinta dan peduli terhadap Allah dan Rosul-Nya.
bila ketahanan kekuasaan kuat, maka hal itu secara lahiriah akan lebih
baik bagi umat. Jika kekuatan kekuasaan hilang pada kondisi ini, maka Pada kasus penistaan agama ini yang lebih mengherankan adalah ada
umat akan terpuruk dalam instabilitas dan kejahatan. orang-orang yang juga sesama muslim, justru selalu menghujat dan
mencaci-maki saudara muslimnya hanya karena beda pandangan saja. Dan
Keempat: Ketika ketahanan keimanan rakyat kuat, tetapi kekuatan yang sangat mengherankan bahkan mereka tanpa segan-segan berani
kekuasaan dalam keadaan lemah, maka kondisi secara lahiriah lebih menghujat Ulama-ulama. Semua demi membela pendapat dirinya dan
rendah daripada kondisi ketiga. Tetapi dalam hubungan antar seorang menjatuhkan pendapat lawannya, hingga fitnah dan cacian pun disebar di
manusia dengan Allah, akan lebih baik dan lebih sempurna daripada media-media sosial, sampai muncul kata-kata kotor kepada para Ulama
kondisi ketiga. yang Sholih.

Dengan demikian jika kondisi prima, paling ideal dan paling sempurna Apakah bukan hal yang mengherankan dan miris, mendakwahkan Islam
suatu bangsa tidak dapat dicapai secara utuh, maka tidak berarti yang rahmat dengan cara menghujat Ulama-ulama yang semestinya justru
mengabaikan sisi-sisi tertentu, misalnya membangun keimanan umat dijaga kehormatannya, bahkan yang seharusnya justru dibela dan
kepada Allah ‘Azza wa Jalla, supaya tindakan umat yang dipimpin dapat dimuliakan?. Dari mana ajaran dan model dakwah semacam ini berasal?.
membantu terciptanya kondisi negeri yang lebih baik. Apakah mereka tidak pernah mendengar, kemuliaan seorang muslim?
Bahwa ghibah kepada seorang muslim itu seperti makan daging
Artinya, jika kondisi suatu negeri tidak memiliki wibawa penuh karena saudaranya sendiri, itu seorang Muslim, lalu bagaimana dengan kemuliaan
kekuasaan dikendalikan oleh orang-orang yang kurang memiliki seorang yang berilmu?
ketaqwaan, maka paling tidak harus tercipta kondisi masyarakat yang
beriman. Dan itu adalah tugas para da’i dan orang-orang ‘alim dalam Imam Ibnu Asakir berkata:
ilmu-ilmu syar’i untuk membawa masyarakat kembali pada ajaran Islam “Ketahuilah wahai saudaraku bahwa daging para ulama itu beracun,
yang benar. Dengan memahami ajaran Islam yang benar, mereka akan siapa saja yang melepaskan lisannya dengan cacian dan makian kepada
tetap berusaha menjaga kewibawaan para pengendali dan penguasa negeri, ulama, maka sebelum mati Allah Subhanahu wa Ta’ala akan membuat
serta mentaatinya dalam hal-hal yang tidak menyimpang dari syariat. mati hatinya, maka jangan sekali-kali mencemarkan nama baik dan mem
fitnah mereka”.
Meskipun negeri tidak berada pada puncak Baldatun Thayyibatun wa
Rabbun Ghafur (negeri yang gemah ripah, adil, makmur dan selalu dalam Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman dalam surat Az-Zumar ayat 9:
naungan ampunan Allah) tetapi paling tidak, tetap tidak keluar dari “Katakanlah, apakah sama antara orang yang berilmu dengan orang
lingkaran keamanan dan kesejahteraan, karena warganya adalah warga yang tidak ber ilmu?”
yang beriman, mengerti hak-hak serta kewajibannya dan tidak pernah
menuntut apa yang bukan haknya.
Maka hadirin yang dirahmati Allah, hati-hatilah dalam mengambil Perhatikan sabda Rasul SAW “selepas asar” yang menegaskan bahwa
langkah hidup kita ini, seorang yang cerdas tentunya mencari jalan yang barangnya tak lebih hanyalah sisa dagangan yang tidak terjual di waktu
lebih aman dari pada yang penuh resiko, fitnah akhir zaman sudah sangat pagi, hingga  dijual kembali di waktu sore, namun demikian, tidak segan
tampak sekali. ia bersumpah serapah atas nama Allah demi meyakinkan kepada sang
pembeli dan menutupi tipu daya dan kecurangannya.
Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam bersabda:
“Sebelum kiamat tiba, akan muncul tahun-tahun penuh tipuan, ketika itu Semoga kita semua yang hadir di Masjid ini, keluarga kita semua, Guru-
orang jujur akan dianggap sebagai pendusta, sedang orang pendusta guru kita, orang-orang yang kita cintai dan mencintai kita, dan seluruh
justru akan dipercaya, dan orang-orang bodoh angkat bicara” (Hadits umat Islam, Umat Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa
Riwayat Imam Ahmad dan Ibnu Majah). Shohbihi wa Sallam di seluruh alam, dilindungi dari fitnah-fitnah akhir
zaman, dijaga Iman dan Islam kita , dijaga Aqidah kita dalam Aqidah
Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam juga Ahlussunnah Wal Jamaah, mencintai Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
bersabda, “Sesungguhnya termasuk tanda-tanda kiamat adalah Rasul-Nya, mencintai Ahlul Bait Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa
direndahkannya para Ulama dan diangkatnya orang jahat” (dari Sahih Al Shohbihi wa Sallam, mencintai Para Sahabat Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa
Hakim). Alihi wa Shohbihi wa Sallam, mencintai Para Ulama dan mencintai
saudara sesama muslim kita.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Saat ini kita hidup di zaman dimana ucapan selebriti media lebih Disatukan hati kita sesama saudara muslim, meski beda dalam pandangan
dipercaya daripada Ulama. Tulisan pengamat lebih dipegang daripada politik, pandangan faham, pandangan mazhab, namun tetap satu hati. Dan
kitab, propaganda dan retorika lebih dipercaya. Kita hadir di zaman Allah membuang semua penyakit hati kita, membuang rasa benci kepada
dimana orang yang memperjuangkan yang haq akan dimusuhi, orang yang saudara sesama muslim, rasa iri, dengki dan hasad, hingga kita bisa saling
menjalankan syariat akan dibenci, orang yang menyampaikan kebenaran memahami satu dengan yang lain nya. aamiin Allaumma aamiin
akan dicaci maki, dan kondisi semacam ini bertambah tahun akan semakin
bertambah mengkhawatirkan, maka tidak ada yang akan membuat kita ini
selamat kecuali kembali kepada Allah, kita lari kepada Allah, sudah cukup
kita main-main dengan hidup ini, sudah cukup kita lalai dari Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, jika kita masih terus menerus jauh
dari Allah dan tertipu dengan dunia ini, terbawa arus hinanya dunia, lalu
bagaimana dengan generasi berikutnya yang tentunya akan menghadapi
hal yang lebih mengerikan lagi.

Pilar ketiga, Kejujuran 

Rasulullah SAW mengisyaratkan dalam sabdanya: “seseorang yang


melakukan transaksi perdagangan selepas asar, lalu ia berkata: “Demi
Allah yang tiada Tuhan selain-Nya, sungguh aku telah memberikannya
sekian dan sekian, lalu dibenarkan oleh sang pembeli”.

Anda mungkin juga menyukai