Anda di halaman 1dari 14

RESUME ZOOMINAR KEPERAWATAN “SISTEM RUJUKAN DAN

PERAWATAN PASIEN COVID-19 DENGAN VENTILATOR”

Oleh:
Bella Fitra Mardatillah, S.Kep
NIM 192311101070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2020
RESUME ZOOMINAR KEPERAWATAN “SISTEM RUJUKAN DAN
PERAWATAN PASIEN COVID-19 DENGAN VENTILATOR”

Disusun guna memenuhi tugas pada Stase Keperawatan Gadar Kritis Program
Studi Pendidikan Profesi Ners Fakultas Keperawatan Universitas Jember

Oleh:
Bella Fitra Mardatillah, S.Kep
NIM 192311101070

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
JEMBER
2020
RESUME ZOOMINAR KEPERAWATAN “SISTEM RUJUKAN DAN
PERAWATAN PASIEN COVID-19 DENGAN VENTILATOR”

A. Perawatan Pasien COVID-19 dengan Ventilator


Coronavirus-19 masuk ke jalan napas menggunakan protein S dan berikatan
dengan ACE-2 pada nasofaring-paru kemudian replikasi dan transkripsi dan
menyebar ke seluruh bagian napas dalam. Yang paling seirng masuk ke ICU
adalah kasus COVID-19 dengan pneumonia berat. Penilaian keparahan respirasi
pada apsien COVID-19 dibagi 4 wilayah, yaitu:
(0) Apakah ada dispneau, lakukan monitoring pada SpO2
(1) RR lebih dari 22, beri oksigen dan monitoring
(2) Saturasi kurang dari 90%, lakukan foto ulang dan monitoring dengan foto
thorax berkala, pemeriksaan BGA dan suplai oksigen
(>2) Sig. RR bila dilakukan foto thorax akan ada infiltrasi, beri CPAP dan jika
masih tetap lakukan intubasi
Salah satu manajemen oksigenasi pada pasien COVID-19 adalah dengan
memposisikan prone pada pasien. Hal yang perlu diketahui tentang posisi prone
adalah sebagai berikut.
1) meningkatkan oksigenasi
2) memobolisasi zona udara
3) memperbaiki mekanisme paru
4) memperbaiki pertukaran gas
5) posisi prone 6 jam dan 6 posisi supinasi
6) memerlukan obat-obatan
Jika nilai >2 dapat diberikan High Flow Nasal Canulla (HFNC), dimana
HFNC dapat memberikan oksigen dengan PEEP yang telah dilembabkan dan
dihangatkan. Pemasangan HFNC harus diperhitungkan terlebih dahulu untuk
menentukan apakah pasien memang perlu dipasang HNFC atau tidak.
Indikasi pemasangan ventilasi mekanik untuk pasien COVID-19
menggunakan mode kombinasi Pressure dan Volume dengan TV: 4-8 ml/kg BB
dan PP: 28-30 cmH2O, PEEP setinggi mungkin, posisi pronasi 12-16 jam,
management PEEP, monitoring barotrauma, close suction untuk mencegah
penularan. Peran perawat dalam perawatan pasien COVID-19 dengan ventilator
adalah:
1) Menyiapkan breathing circuit
2) Melakukan tes fungsi ventilasi mekanik
3) Basic mode ventilator
4) Setting awal respirator
5) Monitoring VM
6) Monitoring perubahan klinis
7) Monitoring respirasi, haemodinamik
8) Pengambilan dan interpretasi BGA

Penggunaan PEEP pasien COVID-19 bertujuan untuk:


1) Mencegah kolaps paru
2) Mengembangkan paru yang atelektasis
3) Mendorong cairan di alveoli atau jaringan interstesil kembali masuk ke
kapiler untuk mencegah edema paru
4) Memperbaiki pertukaran gas
5) Memperbaiki oksigenasi

Monitoring ventilator pada pasien COVID-19


1) Pasien: pemeriksaan fisik B1-B6, foto thorax, EKG, laboratorium (BGA, D-
dimer)
2) Interaksi pasien dengan ventilator: peak inspiratory pressure, ekspirasi
minute volume, mode ventilasi, napas spontan dan trigger
3) Ventilator: sirkuit, setiing ventilator, setting alarm

Berikut rumus yang digunakan untuk menentukan minute volume pada ventilator
mekanik.

Pasien COVID-19 dengan ventilator harus dipantau untuk mencegah adanya


barotrauma. Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien COVID-19
dengan ventilator berdasarkan SDKI adalah sebagai berikut.
1) Bersihan jalan napas tidak efektif
2) Pola napas tidak efektif
3) Perfusi perifer tidak efektif
4) Gangguan penyapihan ventilator
5) Gangguan penurunan curah jantung
6) Risiko infeksi
7) Gangguan pertukaran gas
8) Gangguan ventilasi spontan

Intervensi keperawatan yang dapat dirumuskan pada kasus pasien COVID-19


dengan ventilator sesuai dengan SIKI adalah sebagai berikut.
1) Pengkajian pernapasan
2) Auskultasi suara napas
3) Pre oksigenasi
4) Clupping
5) Vibrating
6) Postural drainage
7) Suctioning
8) Oksigenasi
9) Monitoring TTV

Kriteria evaluasi keperawatan berdasarkan intervensi yang telah dilakukan pada


pasien COVID-19 dengan ventilator adalah sebagai berikut.
1) Perbaikan ventilasi dan oksigenasi
2) Adanya perfusi yang adekuat
3) Perbaikan pola napas
4) Kenyamanan fisiologis dan psikologis
5) Kebutuhan komunikasi terpenuhi
6) Tidak ada komplikasi

B. Transportasi Pasien COVID-19 dengan Ventilator


Pasien covid-29 dirujuk untuk memperoleh kebutuhan asuhan perawatan,
terutama kebutuhan pemberina ventilator, dapat pula pasien COVID-19 yang
membutuhkan prosedur pembedahan. Transportasi pasien COVID-19 harus tepat
karena petugas harus mencegah penularan selama transportasi pasien COVID-19.
prinsip transportasi COVID-19:
1) Keselamatan pasien
2) Keselamatan staf
3) Keselamatan pemantau
4) Persiapan kegawatan selama transport
5) Lakukan dekontaminasi setelah proses transport

Protokol transportasi yang harus dilakukan saat mentrasport pasien COVID-


19 adalah sebagai berikut.
1) Menghubungi RS rujukan untuk memberi informasi pasien dalam
pengawasan yang akan dirujuk (status pasien, dropzone).
2) Jika merujuk pasien dalam pengawasan, maka petugas menerapan
kewaspadaan kontak maupun droplet.
3) APD harus ganti untuk tiap pasien dan dibuang dengan benar unutk
mencegah penyebaran wabah.
4) Pengemudi ambulans harus terpisah dengan pasien (jaga jarak minimal 1
meter).
5) Pengemudi tetap menggunakan APD level 3.
6) Harus sering membersihkan tangan menggunakan alkohol dan sabun.
7) Seluruh bagian ambulan harus didesinfeksi setelah digunakan menggunakan
cairan klorin.

Proses transport pasien COVID-19 terkadang memicu timbulnya komplikasi


pada pasien yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor, Beberapa kejadian
komplikasi pasien COVID-19 saat dilakukan transportasi adalah sebagai berikut.

Pastikan oksigen terisi penuh sebelum mentrasnport pasien COVID-19.


Hindari transportasi yang tidak perlu dan apakah proses transportasi dapat
memunculkan diagnostik baru dan bermanfaat bagi pasien. Beberapa kriteria
apakah pasien COVID-19 stabil untuk dapat dilakukan trasnportasi adalah
sebagai berikut.
Kontraindikasi transport pasien kritis COVID-19:
1) Ketidakmampuan mempertahankan status haemodinamik
2) Ketidakmampuan mempertahankan jalan napas yang memadai
3) Personil tidak memadai
4) Ketidakmampuan untukmempertahankan pertukaran gas yang memadai
5) Ketidakmampuan untuk monitoring status pasien secara efektif

Komplikasi transport pasien COVID-19 dengan ventilasi mekanik akibat


kegagalan peralatan dapat berupa:
1) Obstruksi jalan napas
2) Ekstubasi
3) Intubasi pada bronkus kanan
4) Aspirasi lambung di sekitar cuff endotrakeal
5) Kehilangan daya baterai
6) Kerusakan peralatan karena salah penggunaan atau terjatuh
7) Kehabisan oksigen
8) Parameter ventilasi dengan ventilator portable atau ventilator manual tidak
akurat (kehilangan PEEP, kegagalan untuk mentrigger, frekkuensi tidal
volume yang tidak sesuai)
9) Akses vena tidak berfungsi
10) Gangguan dalam pemberian obat, baik kontinu ataupun intermitten
11) Drainase chest tube yang tidak adekuat

Persiapan peralatan transportasi pasien COVID-19 dengan ventilator:


1) Siapkan ventilator portable yan terhubung oksigen transport
2) Oksigen transport cadangan
3) Monitor transport disertai defibrilator
4) BVM sekali pakai atau yang dapat distreil ulang
5) Peralatan intubasi dan kotak emergency
6) Infusion pump, syringe pump
7) Plastik tertutup transparan untuk menutupi pasien
8) Plastik penutup peralatan transparan
9) Closed suction

Persiapan sebelum transport pasien COVID-19:


1) Koordinasi dengan penerima rujukan: wakti transport dan lokasi tujuan
2) Koordinasi dengan tim transport, PPI dan sekuriti mengenai rute transport
3) Pastikan rute transport bebas dari pengunjung maupun petugas rumah sakit
4) Batasi jumlah personel untuk transport: 3 orang untuk transport intra rumah
sakit dan 4 orang untuk rujukan antar rumah sakit
5) Pastikan komunikasi antar anggota tim berjalan dengan baik
6) Bungkus peralatan transport dengan plastik transparan dan pastikan dapat
berfungsi dengan baik
7) Pastikan akses intravena aman

Selama proses transport pasien COVID-19, hal yang harus diperhatikan adalah
sebagai berikut:
1) Mengenakan APD level 3 dengan benar sebelum masuk ruangan pasien
2) Petugas trasnport harus mematuhi kewaspadaan
3) Jika pasien tidak intubasi, dapat dipakaikan masker bedah
Hal yang harus dilakukan pada saat kedatangan pasien COVID-19 di RS rujukan:
1) Pastikan pengiriman pasien pada area COVID-19
2) Lepaskan plastik penutup peralatan trasnport
3) Lepas APD pada tempat yang disediakan dekat dengan area infeksius
4) Sebaiknya ada pengawas dalam pemakaian dan pelepasan APD

Dekontaminasi post transfer pasien COVID-19:


1) Lakukan dekontaminasi rute transfer, ruang pasien dan semua peralatan
trasnportasi
2) Lakukan desinfektan pada alat transport dengan:
a) Alat transportasi khusus harus digunakan secara khusus untuk
mengangkut kain terinfeksi
b) Alat-alat harus segera didisinfeksi segera setiap kali setengah digunakan
untuk transport
c) Alat transport harus dibersihkan dengan disinfektan mengandung klorin
(dengan 1000 mg/L klorin aktif). biarkan disinfektan selama 30 menit
sebelum membersihkan alat pembersih dengan air bersih.
3) Siapkan peralatan untuk transfer berikutnya. Peralatan di dalam emergency
kit berupa alat sekali pakai atau yang dapat dilakukan sterilisasi ulang.

C. Tata Laksana Pasien COVID-19 dengan Ventilator


Perjalanan penyakit COVID-19, gambaran klinis dari tiap pasien berbeda-
beda. Adapun gambaran klinis pasien COVID-19 dibagi menjadi 3, diantaranya:
1) Hyperacute
2) Indolent
3) Biphasic
Ciri khas COVID-19, gambaran klinis sangat bervariasi. Umumnya pasien
mengalami hipoksemia berat. Gambaran klinis pasien COVID-19 dipengaruhi
oleh 3 faktor, yaitu derajat keparahan infeksi, respon host dalam menghadapi
infeksi dan komorbid. Pasien COVID-19 yang membutuhkan ventilator mekanik
adalah pasien COVID-19 dengan pneumonia berat dan ARDS.
Prinsip tata laksana pasien COVID-19 adalah pemberian antivirus, anti
inflamasi dan terapi suportif komprehensif. Berikut pemaparan pemberian terapi
pasien COVID-19.

Adapun karakteristik pasien COVID-19 berat adalah sebagai berikut.

Respiratory failure adalah kegagalan pertukaran gas untuk mengambil


oksigen. Respon pasien terhadap oksigen dapat menggambarkan derajat
keparahan COVID-19. Jika pasien diberikan terapi oksigen 15 lpm, namun Spo2
tidak dapat mencapai >95%, maka pasien dapat tergolong derajat berat.
Cara mencegah pasien agar tidak menjadi derajat berat adalah dengan
memberikan perawatan intensif melalui pemberian NIV atau HFNC, manajemen
cairan dan berikan awake prone position (12-16 jam per hari). Awake prone
position dapat dilakukan dengan 4 cara yang dilakukan secara terstruktur dan
teratur. Berikut awake prone position untuk pasien COVID-19.

Hal yang perlu diperhatikan saat perawatan pasien COVID-19 dengan


ventilator mekanik adalah:
1) Ruang isolasi khusus
2) Penggunaan APD level 3
3) Remote monitoring
4) Karakteristik pasien COVID-19 yang berbeda
5) Pencegahan komplikasi
6) Intubasi pada pasien COVID-19 dengan memperhatikan desaturasi, pre-
oksigenasi 100% FiO2 selama 5 menit, rapid sequence intubation (RSI) dan
antisipasi hipotensi pasca intubasi.

Covid airway management dapat dilakukan dengan posisi sebagai berikut.


Tata laksana gagal napas dan ARDS adalah dengan dilakukan prone position
sejak awal. Pada pasien yang memenuhi kriteria ARDS sedang atau berat,
NMBA kontinu seharusnya tidak rutin diberikan. NMBA kontinu
dipertimbangkan bila disinkronisasi tetap terjadi, terjadi hipoksia atau hiperkarbia
refrakter dan kondisi limited resources. Hal yang harus diperhatikan saat merawat
pasien COVID-19 ARDS adalah hindari melepas tubing ventilator dari pasien
karena dapat menghilangkan PEEP dan menyebbakan atelektasis atau
derecruitment.

Hal yang penting dilakukan untuk mengurangi risiko aerosolisasi:


1) Batasi frekuensi pelepasan ETT dengan ventilator
2) Gunakan closed suction system
3) Pastikan ventilator dalam posisi standby jika perlu reposisi tube
4) Nyalakan ulang ventilator setelah ETT tersabung kembali
5) Hindari nebulisasi yang tidak perlu

Tata laksana umum pasien COVID-19 di ICU:


Isolasi (negatif maupun non-negatif)
Resusitasi awal: kondisi yang mengancam jiwa
Perawatan pasca resusitasi:
1) Mencegah komplikasi terkait perawatan (terapi yang tidak adekuat, KTD,
malnutrisi dan PTSD)
2) Mencegah HAIs
3) Hindari dikumentasi rekam medis yang tidak baik
4) Komunikasikan bila ada perubahan, tidak hanya mencatat
5) Lakukan HAIs prevention dengan prinsip ‘NO CAUTION’ (Need, Obtain,
Competency, Asepsis, Unobstructed, Timely catheter, Infection risk)
6) Jangan lakukan ekstubasi tidak terencana
7) Menjaga kebersihan terapi invasif
8) Mencegah traumatis psikologis pada pasien
9) Kenakan APD yang benar sebelum melakukan prosedur medis

Anda mungkin juga menyukai