TEKNIK MERANCANG
‘Mesin Pencuci Beras Ketan dengan Sistem Rotary Washer Menggunakan
Ribbon Screw’
Dosen Pembimbing :
Arya Mahendra Sakti, ST, M.T.
Oleh :
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.....................................................................................2
C. Batasan Masalah..........................................................................................2
D. Rumusan Masalah........................................................................................3
E. Tujuan..........................................................................................................3
A. Poros............................................................................................................4
B. Pasak............................................................................................................8
C. Puli (Pulley).................................................................................................9
D. Sabuk – V..................................................................................................10
E. Gear Box....................................................................................................15
G. Bantalan Gelinding....................................................................................18
H. Motor Listrik..............................................................................................25
BAB IV PERHITUNGAN.....................................................................................32
C. Perhitungan Kapasitas...............................................................................32
i
D. Perhitungan Daya Motor............................................................................32
E. Momen Puntir............................................................................................33
F. Diameter Poros..........................................................................................34
G. Perencanaan Pasak.....................................................................................35
H. Perhitungan Sabuk-V.................................................................................37
BAB V PENUTUP.................................................................................................42
A. Kesimpulan................................................................................................42
B. Saran..........................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................43
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Brem merupakan salah satu makanan khas Jawa
Timur yang memiliki rasa manis bercampur asam.
Dalam SII Nomor 0369-90 brem didefinisikan sebagai
makanan padat yang terbuat dari penguapan sari tape
ketan dengan penambahan pati yang dapat larut. Pada
umunya, bahan baku yang digunakan dalam pembuatan
brem padat adalah beras ketan putih. Eksistensi brem
di Jawa Timur telah menjadi produk unggulan yang
sangat potensial dijual dan dikembangkan dan hingga
kini mampu menyangga perekonomian banyak elemen
dan masyarakat.
1
Mesin
pencuci beras
lainnya yang
sudah beredar
dipasaran adalah
seperti yang
tampak pada
gambar 1.2.
dimana mesin
tersebut sudah
dilengkapi
dengan pompa
dan
penampungan
dengan kapasitas
30 Kg Namun
hal tersebut
masih dinilai
kurang karena
proses produksi
tidak ada proses
penggosokan
layaknya
pencucian
dengan
menggunakan
tangan dan harus
menggunakan
pompa air
dengan tekanan
minimal 2 bar.
2
Gambar 1.2 Pembersih Beras Otomatis
Solusi untuk mengatasi masalah tersebut sehingga proses produksi menjadi lebih
efektif dan efisien diperlukan sebuah mesin pembersih beras dengan sistem pengadukan
ribbon screw yang mampu mengaduk secara merata karena bentuk stik pengaduk mampu
mendorong beras ketan ke kanan maupun ke kiri dan bergerak secara kontinyu. Tenaga
penggerak dilakukan oleh motor listrik sebagai pengganti tenaga manusia, dengan sistem
perpindahan tenaga menggunakan gearbox, pulley dan rantai untuk menyingkronkan antara
kecepatan putar dan bahan sehingga diperoleh kecepatan putar yang efektif serta
memungkinkan putaran mesin dengan torsi tinggi. Dimensi mesin dibuat dengan ukuran
yang lebih besar sehingga mampu menampung banyak beras menggunakan material
stainless steel food grade
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan permasalahan yang terjadi dapat diidentifikasi permasalah yang
mungkin terjadi, sebagai berikut :
Pencucian manual :
1. Tingkat higienitas yang kurang baik karena material terbuat dari plastik sehingga
rawan terkontaminasi bakteri .
2. Proses pembersihan kurang maksimal.
3. Pencucian menggunakan tangan kurang efektif dan efisien.
C. Batasan Masalah
Dalam penulisan laporan tugas akhir terdapat suatu batasan masalah, diantaranya
adalah sebagai berikut :
1. Tidak merancang sensor timer
2. Tidak membahas proses manufaktur.
D. Rumusan Masalah
Beberapa hal yang perlu dirumuskan dalam merancang mesin adalah yang akan
dirumuskan dalam perancangan mengenai mesin diantaranya ;
1. Berapakah kebutuhan daya pada mesin pembersih beras ketan?
2. Bagaimanakah menentukan komponen dan transmisi yang digunakan dalam
merancang mesin pembersih beras ketan?
3. Bagaimanakah merancang gambar detail mesin pembersih beras ketan?
E. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan mesin pembersih beras ketan dalam hal ini adalah
sebagai berikut :
1. Mahasiswa
a) Meningkatkan kreativitas mahasiswa dalam menanggapi hal-hal yang terjadi di
masyarakat.
b) Menjadikan inovasi dalam pembuatan mesin-mesin lain dengan ilmu yang
diperoleh.
c) Salah satu bekal pengalaman ilmu untuk mahasiswa sebelum terjun ke dunia
industri.
2. Masyarakat
a) Mesin pembersih beras akan meningkatkan produktivitas pengusaha yang mana
dari proses tersebut akan meminimalisir proses kerja sehingga mampu mensuplai
permintaan pasar yang semakin tinggi.
b) Dengan adanya mesin pembersih beras ini akan mengurangi kelelahan dalam
proses pencucian. Serta dengan menggunakan bahan alat dari stainless steel
foodgrade, maka kualitas produk lebih higienis.
c) Mesin pembersih beras ini meningkatkan produktivitas produk dan akan
meningkatkan pendapat mitra juga.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir semua
mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan utama pada trnsmisi
tersebut dipegang oleh poros. (Sularso, Kiyokatsu Suga, 1979:1)
Ada macam-macam jenis poros yang digunakan untuk meneruskan daya yang
diklasifikasikan berdasarkan pembebanannya, yaitu:
1) Poros transmisi
Poros transmisi merupakan poros yang mendapat beban puntir murni atau puntir dan
lentur. Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, pulley, sabuk,
rantai, dll.
2) Spindle
Poros transmisi yang relatif pendek, seperti poros utama mesin perkakas, dimana beban
utamanya berupa puntiran, disebut sebagai spindel.
3) Gandar
Gandar merupakan poros yang tidak mendapat beban puntir, bahkan kadang kala poros
tersebut tidak boleh berputar kecuali jika digerakkan oleh penggerak mula. Beban yang
didapat oleh gandar merupakan beban lentur.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan perencanaan suatu poros antara Iain :
a) Kekuatan poros, suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau bending
ataupun kombinasi antara keduanya, kelelahan tumbukan atau pengaruh konsenterasi
tegangan bila diameter poros diperkecil atau bila poros memiliki alur pasak. Sebuah
poros yang direncakan harus cukup kuat menahan beban beban diatas.
b) Kekakuan poros, meskipun poros memiliki kekuatan yang cukup tetapi jika lenturan
atau defleksi puntirannya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian atau
getaran dan suara. Oleh karena itu selain kekuatan, kekakuan poros harus
diperhatikan dan disesuaikan dengan macam mesin yang akan dilayani poros
tersebut.
c) Putaran kritis, adalah bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada putaran
tertentu akan terjadi getaran yang besar, sebaiknya poros direncanakan putaran
kerjanya lebih rendah dari putaran kritis.
d) Bahan poros, poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja yang ditarik dingin
untuk putaran tinggi.
Dalam perencanaan pembuatan poros yang mendapatkan beban puntir dan lentur,
terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, seperti:
1. Daya Rencana (Pd)
Untuk menentukan besar daya rencana pada suatu poros, pertama harus ditentukan
besar daya P (kW) yang harus ditransmisikan dan besar putaran poros yang diberikan
n1 (rpm) yang diberikan. Jika nilai P adalah daya rata-rata yang diperlukan maka harus
dibagi dengan efesiensi mekanis ŋ dari sistem transmisi untuk mendapatkan gaya
penggerak mula yang diperlukan. Jika besar P merupakan nominal output dari motor
penggerak, maka besar Pd dapat dicari menggunakan rumus berikut:
Pd = fc P (kW).........................................(Sularso, Kiyokatsu Suga, 1979:7)
Dimana:
Pd = Daya renaca pada poros (kW)
P = Daya yang harus ditransmisikan (kW)
fc = Factor koreksi
Catatan: Jika besar daya P yang diberikan dalam daya kuda (HP) maka harus dikalikan
dengan 0.735 untuk mendapatkan daya dalam kW. (Sularso, Kiyokatsu Suga, 1979:7)
.......................................
T = 9.74 x 105 𝑃𝑑 (Sularso, Kiyokatsu Suga, 1979:7)
𝑛1
Dimana:
T = Momen puntir (kg.mm)
Pd = Daya renaca pada poros (kW)
n1 = Putaran pada poros (rpm)
Selain menentukan tegangan geser yang diizinkan, dalam perencanaan poros juga
diharapkan mampu mengetahui tegangan geser maksimal yang mampu ditanggung
poros, menentukan tegangan geser maksimal dapat dilakukan dengan rumus berikut:
maks 5, t ............................
(Km M )2 (K T )2 (Sularso, Kiyokatsu Suga, 1979:18)
1
3
ds
Dimana:
τ maks = Tegangan geser maksimal
ds = Diameter poros
Km = Faktor koreksi untuk momen lentur
Kt = Faktor koreksi untuk momen puntir
M = Momen lentur
T = Momen puntir
Catatan:
Kt = 1,0 bila beban dikenakan secara halus
Kt = 1,0 – 1,5 bila terjadi sedikit tumbukan / kejutan
Kt = 1,5 – 3,0 bila beban dikenakan tumbukan besar
Km = 1,5 untuk beban momen lentur yang tetap
Km = 1,5 – 2,0 untuk beban dengan tumbukan ringan
Km = 2,0 – 3,0 untuk beban dengan tumbukan berat
4. Lenturan poros y (mm)
Dalam perencanaan poros, kelenturan poros juga perlu diperiksa. Bila poros baja
ditumpu oleh bantalan yang tipis atau bantalan yang mapan sendiri, maka lenturan
poros y dapat ditentukan dengan rumus berikut:
Dimana:
ds = Diameter poros
y = Kelenturan poros
l = Jarak antara bantalan penumpu (mm)
F = Beban (kg)
l1 dan l2 = Jarak dari bantalan ke titik pembebanan (mm)
5. Diameter Poros
Untuk menentukan besar poros yang direncanakan dapat digunakan persamaan
berikut:
5,1 1
d (K M )2 (K T )2 3.........(Sularso, Kiyokatsu Suga, 1979:18)
s m t
Dimana:
τ = Tegangan geser
ds = Diameter poros
Km = Faktor koreksi untuk momen lentur
Kt = Faktor koreksi untuk momen puntir
M = Momen lentur
T = Momen puntir
Catatan:
Kt = 1,0 bila beban dikenakan secara halus
Kt = 1,0 – 1,5 bila terjadi sedikit tumbukan /
kejutan Kt = 1,5 – 3,0 bila beban dikenakan
tumbukan besar Km = 1,5 untuk beban momen
lentur yang tetap
Km = 1,5 – 2,0 untuk beban dengan tumbukan
ringan Km = 2,0 – 3,0 untuk beban dengan
tumbukan berat
B. Pasak
Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan bagian-bagian
mesin seperti roda gigi, sproket, puli, kopling, dll. pada poros. Momen diteruskan dari
poros ke naf atau dari naf ke poros. (Sularso & Kiyokatsu Suga, 2004:23)
Menurut letaknya pada poros, pasak dapat dibedakan antara pasak pelana, pasak rata,
pasak benam, dan pasak singgung yang umumnya berpenampang segi empat. Pasak yang
paling umum dipakai adalah pasak benam yang dapat meneruskan momen yang besar.
Untuk momen dengan tumbukan dapat dipakai pasak singgung. (Sularso & Kiyokatsu
Suga, 2004:24)
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan pasak adalah sebagai berikut.
Mengetahui gaya tangensial F (kg) pada permukaan poros, dapat digunakan rumus
dibawah ini.
T
F= (Sularso, Kiyokatsu Suga, 1979:25)
ds / 2
Dimana:
T = momen rencana (kg.mm)
ds = diameter poros (mm)
Menentukan tegangan geser τk (kg/mm2)
F...............................................................................
τk = (Sularso, Kiyokatsu Suga, 1979:25)
bl
Dimana:
b = lebar pasak (mm)
l = panjang pasak (mm)
Menentukan tekanan permukaan P (kg.mm2)
F
P=
l t …………….. ............................................... (Sularso, Kiyokatsu Suga, 1979:27)
Dimana:
t = kedalaman alur pasak pada naf atau poros
Puley juga biasa disebut sebagai sabuk untuk menjalankan sesuatu kekuatan alur
yang berfungsi menghantarkan suatu daya. Cara kerja Pulley sering digunakan untuk
mengubah arah dari gaya yang diberikan, mengirimkan gerak rotasi, memberikan
keuntungan mekanis apabila digunakan pada kendaraan. Ada beberapa type pulley,
yaitu :
1) Pulley type V
2) Pulley Timming
3) Pulley Variable ( Pulley v bisa diatur besar kecil )
4) Pulley Round (alur U)
5) Loss pulley (biasa sebagai adjustment)
Pada mesin pencuci beras ketan, pulley yang digunakan adalah jenis V karena sesuai
dengan karakteristik kerja yang dibutuhkan. Pulley jenis ini mempunyai banyak varian
yang bisa dilihat dalam tabel dibawah. Dalam struktur pulley terdapat hubungan antara
sudut alur dan diameter pulley lihat gambar dibawah ini.
Gambar 2.5 Konstruksi pulley
Sumber : Sularso & kiyokatsu S,. 2004
Dimana :
D : Diameter Pulley (mm)
Α : Sudut alur ( º )
T : kedalaman alur ( mm )
D. Sabuk-V
Sabuk-V terbuat dari karet dengan inti tenunan tetoron atau semacamnya dan
mempunyai penampang trapesium.Sabuk-V dibelitkan di sekeliling alur puli yang
membentuk V pula. Bagian sabuk yang sedang membelit pada puli ini mengalami
lengkungan sehingga lebar bagian dalamnya akan bertambah besar. Gaya gesekan juga
akan bertambah karena pengaruh bentuk baji yang akan menghasilkan transmisi daya
yang besar pada tegangan yang relatif rendah, hal ini merupakan salah satu
keunggulan sabuk-V dibandingkan dengan sabuk rata. Sabuk-V memiliki konstruksi
yang hanya dapat menghubungkan poros-poros yang sejajar dengan arah putaran yang
sama dibandingkan dengan transmisi roda gigi atau rantai, sabuk-V bekerja lebih halus
dan tidak bersuara (Sularso & Kiyokatsu S., 2004:163).
Dimensi yang penting dalam perencanaan sabuk-V dan pulley meliputi diameter
pulley, panjang sabuk-V, dan karakter-karakter operasi lain seperti : rasio kecepatan,
kecepatan sudut, besarnya putaran, sudut kontak, jarak antar sumbu poros dan dibawah
ini adalah gambar konstruksi sabuk-V dan berbagai penampang belt (Sularso &
Kiyokatsu S., 2004:164).
Gambar 2.6. Konstruksi sabuk-V
Sumber : Sularso & Kiyokatsu S., 2004:164
Atas dasar daya rencana dan putaran poros penggerak, penampang sabuk-V yang
sesuai dapat diperoleh dari Gambar 2.3. Daya rencana dihitung dengan mengalikan daya
yang akan diteruskan dengan faktor koreksi dalam tabel 2.1. (Sularso & Kiyokatsu S.,
2004:164).
Tabel 2.1 Faktor koreksi
Sumber: Sularso & Kiyokatsu Suga, 2004:165
Rasio transmisi (i) pada puli didefinisikan sebagai perbandingan antara kecepatan
puli penggerak dengan puli yang digerakkan atau merupakan perbandingan diameter puli
yang digerakkan dengan diameter puli penggerak dan dirumuskan sebagai berikut(Sularso
& Kiyokatsu S., 2004:166) :
n1 Dp.................................................................................................
=i= (Sularso, Kiyokatsu Suga, 1979:166)
n2 Dp
Dimana:
i = Rasio transmisi pada puli
n1 = putaran pulley penggerak (rpm)
n2 = putaran pulley yang digerakkan (rpm)
dp = diameter puli penggerak (mm)
Dp = diameter puli yang digerakkan (mm)
Tabel 2.2 Ukuran Puli V
Sumber: Sularso & Kiyokatsu Suga, 2004:166
Sedangkan untuk perencanaan sabuk-V selalu dipengaruhi oleh jarak poros (C),
dimana jarak poros harus memenuhi syarat dibawah ini (Sularso & Kiyokatsu S., 2004:166-
179) :
C-1
2 ( dk - D k ) > 0 (Sularso, Kiyokatsu Suga, 1979:177)
Dimana:
Dimana:
𝜋 𝑑𝑝 𝑛1
υ = 60 (Sularso, Kiyokatsu Suga, 1979:166)
×1000
L=2C+ π (d +D )+ 1
(D p-d p ) 2 (Sularso, Kiyokatsu Suga, 1979:170)
2 p 4⋅C
p
Dan besar sudut kontak (θ) dapat dihitung dengan rumus di bawah ini :
57(Dp-dp)
θ = 180o- (Sularso, Kiyokatsu Suga, 1979:173)
C
Jumlah sabuk ( N ):
𝑃𝑑
..............................
N= (Sularso dan Kiyokatsu Suga, 1997:173)
𝑃𝑜𝐾𝜃
Tabel 2.3. Panjang sabuk V standar
(Sumber: Sularso & Kiyokatsu Suga, 2004:168)
E. Gear box
Gear box dalam hal yang bersangkutan dengan bidang kebutuhan industri atau
permesinan memiliki fungsi seagai pemindah teanaga dari tenaga penggerak ke mesin
yang ingin digerakan. Setidaknya ada dua alasan kunci mengapa pengguna gear box
daalam dunia permesinan memegang peranan penting, pertama fungsi gear box
utamanya adalah memperlambat kecepatan putaran yang dihasilkan dari perputaran
motor listrik dan kedua adalah meningkatkan putaran yang dihasilkan oleh motor
listrik. Aplikasi penggunaan gear box sangat beragam namun salah satu contoh umum
pengunaan gearbox untuk memperlambat kecepatan adalah salah satu fungsi utama
gearbox dan itulah sebabnya gear box juga sering disebut sebagai speed reduer. Selain
speed reducer fungsi lain dari gear box terutama dalam keperluan industri seperti
pabrik, pertambangan, perikanan, dan lainnya adalah untuk memperkuat daya dari
motor listrik. Seiring fungsi utama gear box sebagai pengurang kecepatan, secara
otomatis gear box juga berfungsi untuk memperkuat torsi dari motor listrik. Tanpa
didukung dengan gear box yang sesai motor listrik akan kesulitan untuk memuttarkan
mesin yang memerlukan daya besar jika dipaksakan akan mempercepat usia motor
listrik atau bahkan akan merusak motor listrik tersebut.
Lp = 1 2
2C p 2 1 (Sularso, Kiyokatsu Suga, 1979:197)
2 Cp
Dimana:
Lp = panjang rantai
z1 = jumlah gigi sproket kecil
z1 = jumlah gigi sproket besar
Cp = jarak sumbu poros, dinyatakan dalam jumlah mata rantai
Jika jumlah mata rantai dan jumlah gigi kedua sproket diketahui, maka jarak sumbu
poros dapat dihitung dengan rumus-rumus dibawah ini.
1 z z
Cp = L 1 2 z z 2 2 z z 2
L 12
2 9,86 2 1
4 2
(Sularso,Kiyokatsu Suga, 1979:198)
Kecepatan rantai v (m/s) dapat dihitung dengan rumus berikut:
p.z .n
v = 10001 1 (Sularso, Kiyokatsu Suga, 1979:198)
60
Dimana:
p = jarak bagi rantai (mm)
n1 = putaran sproket kecil, dalam hal reduksi putaran
Beban yang bekerja pada satu rantai F (kg) dapat dihitung seperti pada sabuk
dengan rumus:
102 pd
F= kg (Sularso, Kiyokatsu Suga, 1979:198)
v
G. Bantalan Gelinding
Tujuan sebuah bantalan adalah untuk menumpu suatu beban, tetapi tetap
memberikan keleluasaan gerak relatif antara dua elemen dalam sebuah mesin.
Bantalan gelinding merupakan jenis bantalan yang paling umum digunakan untuk
menumpu sebuah poros yang berputar, menahan beban radial murni atau gabungan
beban radial dan aksial. Kebanyakan bantalan digunakan dalam banyak aplikasi yang
berkaitan dengan gerakan berputar, tetapi beberapa lainnya digunakan dalam aplikasi
gerakan lurus (Robert L. Mott, jilid 1, 2009:560).
Komponen-komponen sebuah bantalan gelinding yang lazim adalah cincin dalam,
cincin luar dan elemen-elemen gelinding. Biasanya cincin luar tidak bergerak dan
ditahan oleh rumah mesin. Cincin dalam dipasang ketat ke poros yang berputar
sehingga berputar bersama poros. Beban diteruskan dari poros ke cincin dalam, ke
bola-bola, kemudian ke cincin luar, dan akhirnya sampai ke rumah mesin. Bola-bola
memungkinkan putaran polos yang halus dengan gaya gesek yang kecil atau rendah.
Umumnya koefisien gesek untuk bantalan gelinding kira-kira 0,001 hingga 0,005.
Nilai ini hanya berlaku untuk elemen-elemen gelinding itu sendiri dan penahannya
dalam bantalan. Perapat, pelumas yang berlebihan, atau pembebanan yang berlebihan
akan meningkatkan nilai tersebut (Robert L. Mott, jilid 1, 2009:560).
Beban-beban radial bekerja mengarah ke pusat bantalan sepanjang jari-jari.
Beban- beban ini lazimnya ditimbulkan oleh elemen-elemen transmisi daya pada
poros, seperti roda gigi lurus, transmisi sabuk-V dan transmisi rantai. Beban-beban
aksial adalah beban-beban yang bekerja sejajar sumbu poros. Bantalan-bantalan yang
menumpu poros-poros dengan sumbu vertikal juga menerima beban aksial akibat berat
poros, elemen-elemen pada poros, serta gaya-gaya yang bekerja secara aksial.
Ketidaklurusan menunjukkan penyimpangan sudut sumbu poros pada bantalan
terhadap sumbu bantalan sebenarnya. Nilai sangat baik dalam kemampuan
ketidaklurusan yang tercantum dalam tabel 2.3 menunjukkan bahwa bantalan tersebut
dapat menerima penyimpangan sudut sampai 4°, bantalan dengan nilai cukup dapat
menerima penyimpangan sampai 0,15°, sedangkan yang bernilai buruk membutuhkan
poros-poros yang kaku sehingga ketidaklurusan yang terjadi kurang dari 0,05°(Robert
L. Mott, jilid 1, 2009:562).
Tabel 2.4. perbandingan jenis-jenis bantalan
Sumber: (Robert L. Mott, jilid 1, 2009:563)
Bantalan jarum sebenarnya adalah bantalan rol, tetapi diameter rolnya jauh
lebih kecil. Bantalan-bantalan jarum lazimnya membutuhkan jarak radial
yang lebih kecil sehingga lebih mampu memikul suatu beban tertentu. Hal ini
mempermuddah perancangnya pada banyak jenis peralatan dan komponen
seperti pompa, sambungan universal, instrument-instrumen presisi, dan
peralatan rumah tangga. Lengan penerus nok (cam folower) adalah contoh
lain dimana operasi anti gesek bantalan jarum dapat ditempatkan dengan
sedikit membutuhkan jarak radial. Sebagaimana halnya dengan bantalan rol
lainnya, kemampuan bantalan jarum dalam menahan beban aksial dan
ketidaklurusannya dinilai buruk (Robert L. Mott, jilid 1, 2009:564).
Dimana:
P1 = tingkat beban dinamis dasar
P2 = beban rencana
L1 = umur dasar bantalan
L2 = umur rencana
Untuk merencakan bantalan yang menerima beban radial dan beban aksial
harus mengikuti prosedur pemilihan bantalan dengan beban radial dan beban
aksial, yaitu (Robert L. Mott, jilid 1, 2009:576).
Menghitung beban ekuivalen pada bantalan dengan rumus dibawah ini.
P = VXR + YT (Robert L. Mott, 2004:576)
Dimana:
P = beban ekuivalen
V = faktor putaran (seperti yang ditetapkan)
R = beban radial yang
berlaku T = beban aksial
yang berlaku X = faktor
radial
Y = faktor aksial
Menghitung tingkat beban dinamis dasar C dari persamaan dibawah ini.
(Robert L. Mott, jilid 1, 2009:574)
f L.................................................................................................
CP (Robert L. Mott, 2004:574)
d
fN
Dimana:
Pd = beban ekuivalen
fL = faktor umur bantalan
fN = faktor kecepatan bantalan
Gambar 2.18. Faktor umum dan kecepatan bantalan bola dan bantalan rol
Sumber: Robert L. Mott, jilid 1, 2009:574
H. Motor Listrik
Motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis yang mengubah energi
listrik menjadi energi mekanik. Energi mekanik ini digunakan untuk misalnya
memutar impeller pompa, fan atau blower, menggerakkan kompressor, mengangkat
bahan, dll. Motor listrik digunakan juga di rumah (mixer, bor listrik, fan angin) dan di
industri. Mekanisme kerja untuk seluruh jenis motor secara umum sama:
1) listrik dalam medan magnet akan memberikan gaya. Jika kawat yang membawa
arus dibengkokkan menjadi sebuah lingkaran/ loop, maka kedua sisi loop, yaitu
pada sudut kanan medan magnet, akan mendapatkan gaya pada arah yang
berlawanan.
2) Pasangan gaya menghasilkan tenaga putar/ torque untuk memutar kumparan.
3) Motor-motor memiliki beberapa loop pada dinamonya untuk memberikan tenaga
putaran yang lebih seragam dan medan magnetnya dihasilkan oleh susunan
elektromagnetik yang disebut kumparan medan.
Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali terdapat jenis-jenis motor listrik
berikut beberapa jenis motor listrik:
Motor listrik terbagi menjadi dua jenis yaitu motor DC (arus searah) dan motor
AC (Arus bolak-balik).
120
fn rpm
s
p
Dimana:
ns = kecepatan putar (rpm)
p = jumlah kutub listrik
f = frekuensi
BAB III
GAMBAR DAN MEKANISME ALAT
Penentuan judul
Kesimpulan
Motor
Bagian – bagian fungsi masing-masing melakukan proses kerja pada mesin, proses
kerja yang merupakan bagian-bagian dari fungsi adalah:
- Penggerak : Media yang digunakan sebagai penggerak utama
- Reduksi puaran : Mengurangi putaran ke poros pengaduk
- Transmisi daya : Meneruskan putaran ke poros pengaduk
- Proses pengadukan : Sendok pengaduk yang digunakan
Keterangan :
1 8
Drum Produksi
2 9 Pengaduk
Pengunci
3 Rangka Mesin
10
Motor Listrik
4 Sabuk V-Belt
11 Puli
5 Pillow Block Bearing
Gear
12
6 Tempat keluaran beras
13
Rantai
7 Cover
Roda
Mesin pencuci beras ketan ini dibagi menjadi tiga komponen utama, yaitu:
1. Komponen Penyangga
Komponen penyangga merupakan rangka yang digunakan untuk menopang
semua komponen yang digunakan pada mesin pencuci beras ketan.
Gambar 3.4. Rangka Mesin
2. Komponen Penggerak
Komponen penggerak atau unit penggerak terdiri dari motor penggerak dan
sistem transmisi, seperti yang tampak pada gambar dibawah ini.
1 Keterangan
5 1. Pillow Block Bearing
2 2. Motor Listrik
6
3. Pulley
3 4. Sabuk (V-Belt)
7
5. Poros
4 8 6. Gear
7. Rantai
8. Gearbox
1 Keterangan
1. Lapisan Drum
2. Pegangan Drum
3. Saluran Keluaran
C. Perhitungan Kapasitas
m = 753 kg/m³ x 0,146265 m3
m = 110,1375 kg
Menurut faktor koreksi tabel di atas, Mesin Pengaduk Adonan Kerupuk ini
menggunakan faktor koreksi (fc) untuk variasi beban sedang dengan jam kerja 3 – 5
jam, fc = 1,3
Di ketahui : P= 1/2 Pk = 0,37 kW
Fc= 1,3
Jawab : Pd = fc x P
= 1,3 x 0,37
= 0.481 kW
T1= T2 ; karena diameter puli sama sehingga rpm yang dihasilkan sama.
𝑃𝑑
T1 = 9.74 x 105
𝑛1
0,481
= 9,74 x 105
1420
F. Diameter Poros
1. Bahan poros ST 60
Kekuatan tarik bahan poros menurut Timoshenko (1976), (𝜎𝑏) = 60 𝑘𝑔/𝑚𝑚2
Faktor keamanan (𝑠𝑓1) untuk bahan S-C adalah 6
Faktor pengaruh (𝑠𝑓2) diambil 2
Untuk mencari tegangan geser yang diijinkan (𝜏𝑎) dengan cara membagi kekuatan
tarik bahan poros (𝜎𝑏) dengan faktor koreksi.
𝜎𝑏
𝜏𝑎 =
(𝑠𝑓1𝑥𝑠𝑓2)
kg
60
mm2
= 6𝑥2
𝑘𝑔
= 5𝑚𝑚2
𝐾𝑡 untuk beban puntiran adalah 1.5
𝐾𝑚 untuk beban lenturan adalah 2
Untuk menentukan besar poros yang direncanakan dapat digunakan
persamaan berikut:
5,1 1 / 3
d Kt Cb T
a
Perhitungan diameter poros 1 dan 2
5,1
ds1 = {( ) x 2 × 1,5 × 329,92 }1/3
5
= 10 mm
Perhitungan diameter poros 3
5,1
ds3 = {( ) x 2 × 1,5 × 3299,25 }1/3
5
= 21,61 mm
Perhitungan diameter poros 4
Bahan poros dipilih stainless steel AISI 316 , karena jenis material ini tidak
menyebabkan karat dan tidak berbahaya bagi industri makanan (food industri).
Kekuatan tariknya 𝜎𝑏 = 53 kg/mm Faktor keamanan Sf1 = 6,0 Faktor kelenturan
Sf2 = 2
𝜎𝑏
𝜏𝑎 =
(𝑠𝑓1𝑥𝑠𝑓2)
kg
53
mm2
= 6𝑥2
𝑘𝑔
= 4,42 2
𝑚𝑚
5,1
ds4 = {( ) x 2 × 1,5 × 4931,51}1/3
4,42
= 25,7 mm
Jadi diameter poros (𝑑𝑠) pengaduk yang diperbolehkan = 25,7 mm. Maka
digunakan poros dengan diameter 25 mm dengan alasan di pasaran diameter poros
yang mendekati adalah 25 mm dan mempermudah mencari ukuran bearing yang
ada di pasaran.
G. Perencanaan Pasak
1. Perancangan Pasak Pada Puli 1 dan 2
Bahan pasak S30C, σB = 58(kg/mm2), Sf1 = 6, Sf2 = 2, τa2 = 58/(6x2) = 4,8
(kg/mm2)
Bedasarkan diameter poros motor, ukuran utama pasak, maka didapat data sebagai
berikut :
b x h = 8 x 7 dan Panjang (l) = 18 – 90
𝐹
𝑇=
𝑑𝑠
(2)
2
𝐹=𝑇𝑥( )
𝑑𝑠
2
𝐹 = 3,23 𝑁𝑚 𝑥 ( )
0,01 𝑚
= 646 N atau 66 kg
Panjang pasak akibat tegangan geser
𝐹 𝑥 2𝑆𝑓
𝑙=
𝑤 𝑥 𝑠𝑦
646 𝑥 2.5
=
8 𝑥 58
= 14 𝑚𝑚
36
3868 𝑥 2.5
=
8 𝑥 58
= 83,36 𝑚𝑚
Pemeriksaan pasak terhadap gaya gesek yang terjadi
𝐹
τk =
𝑏.𝐿
395
= 8 . 83,36
= 0,59 kg/mm2
τk harus lebih kecil dari τa2
0,59 kg/mm2 < 4,8 kg/mm2 (Aman)
329,92
= 3066,40
= 1,68 kg/mm2
37
n1𝑥 𝑑𝑝
Jawab : n2 =
Dp
= 1420x 80 x 80
= 1420 rpm
1. Kecepatan Linear Sabuk V-belt
𝜋.𝑑𝑝.𝑛1
υ= 60 ×1000
3,14 × 80 × 1450
υ= 60 ×1000
υ = 5,94 m/s
2. Panjang sabuk-V (L)
dapat dinyatakan sebagai berikut
di ketahui : dp= 80 mm
Dp= 80 mm
C= 310 mm (jarak sumbu poros puli penggerak dan pulley yang digerakan)
Jawab : L=2C+ π (d +D )+ 1
(Dp-dp )2
2 p p 4⋅C
L=2(310)+ 3,14
(80+80)+
1 (80-80)2
2 4⋅310
L=620+251,2
L = 871,2 mm
57(Dp-dp)
θ = 180o- C
57(80-80)
θ = 180o- 310
θ = 180o
k=1
5. Gaya keliling pada V-belt
𝑇1
Fe =
𝑟𝑑𝑝
329,92 𝑘𝑔 .𝑚𝑚
= 40 𝑚𝑚
= 8,2 kg
Dimana :
Fe = Gaya keliling pada belt (kg)
T1 = Torsi penggerak (kg.mm)
r1 = Jari-jari pulley penggerak (mm)
= 0,477 Kw
7. Jumlah sabuk (N)
𝑃𝑑
N = 𝑃𝑜 . Kθ
0,481 𝐾𝑤
= 0,477 𝐾𝑤 . 1
= 1,008 1 buah
𝑝𝑖𝑡𝑐ℎ
𝐷𝑠𝑝𝑟𝑜𝑐𝑘𝑒𝑡 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙 =
sin 180
)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑖𝑔𝑖
(
0,5
= sin(180)
13
= 2,08 Inch
= 52,83 mm
𝑝𝑖𝑡𝑐ℎ
𝐷𝑠𝑝𝑟𝑜𝑐𝑘𝑒𝑡 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 =
sin 180
)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑔𝑖𝑔𝑖
(
0,5
= sin(180
20
)
= 3,19 Inch
= 81,02 mm
Dari jumlah gigi z1=13 dan z2= 20 , dan jarak antar pusat sproket (C) = 575 mm.
Maka panjang rantai,
(𝑧2−𝑧1) 2
𝑧1 + 𝑧2 [ 6,28 ]
𝐿𝑝 = + 2𝐶𝑝 𝐶𝑝
2
+
(20−13) 2
13 + [ ]
6,28
20 + (2𝑥575)
= + 575
2
= 16,5 + 1150 + 0,002
= 1167 mm
Asumsi panjang mata rantai 20mm jadi banyak mata rantai yang dibutuhkan sebanyak
57 buah.
Jika jumlah mata rantai dan jumlah gigi kedua sproket diketahui, maka jarak sumbu
poros dapat dihitung dengan rumus-rumus dibawah ini.
1 𝑧1+𝑧2
𝐶𝑝
𝑧 =
1+𝑧2 {(𝐿 − ) + √(𝐿 −
2 2
− (𝑧 − 𝑧 )2 }
) − 2
4 2 2 9,86
1 13+20 13+202 2
= {(1167 − ) + √(1167 − ) − − (20 − 13)2 }
4 2 2 9,86
1
= {(1167 − 16,5) + √(1150,5)2 −
2 − 49}
4 9,86
1
= {(1150,5) + √(1150,5)2 − 0,20 − 49}
4
1
= {(1150,5) + 1150,5}
4
= 575,24 mm
Menghitung Putaran Sproket 𝒏𝟑
𝑍1
𝑍2
𝑛3 = 𝑛4
Rasio putaran, i = 𝑧2 = 1,5
𝑧1
13 = 20
142 𝑛
4
Jadi, dengan rasio putaran = 1,5 : 1 dapat ditentukan. Maka, putaran yang digerakkan
(n4) dapat diketahui dengan rumus:
𝑛4
𝑛3
= 𝑖
𝑛4
142
= 1,5
= 95 rpm
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan Mesin
Pencuci Beras Ketan dengan Sistem Rotary Washer Menggunakan Ribbon Screw
yaitu sebagai berikut:
1. Memperepat proses pencucian beras ketan dari 3 jam menjadi 1 jam sehingga
meningkatkan efektifitas produksi
2. Mampu meningkatkan produktifitas 2 kali lipat dari produksi sebelumnya
B. Saran
Untuk memperoleh hasil yang maksimal, perlu adanya peningkatan lebih lanjut
agar memilik nilai manfaat yang lebih guna memberikan solusi permasalahan yang
lebih baik.
Penulis memberikan saran agar pada perancangan alat selanjutnya para
perancang mampu membaca realita permasalahan yang ada di masyarakat akan
kebutuhan teknologi terapan, sehingga mampu memberikan manfaat yang lebih
maksimal.
DAFTAR PUTAKA
Maghfurah Fadwah dan Chandra Desria. Perancangan mesin pengaduk bahan dasar roti
kapasitas 43 kg.