Anda di halaman 1dari 11

A.

Nutrigenomik

1) Nutrigenomik merupakan suatu studi ilmiah yang mempelajari mengenai


dinamika, regulasi dan cara dari suatu gen spesifik berinteraksi dengan
suatu senyawa atau bioaktif pada suatu makanan tertentu. Menurut
Hippocrates, makanan  akan diubah menjadi informasi genetik yang di
ekpresikan sehingga memberikan profil metabolisme yang berbeda yang
akan berdampak pada pola makan dan kesehatan.
2) Nutrigenomik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara faktor genetik
dengan nutrisi yang memiliki komposisi spesifik dan yang mampu
menginduksi ekspresi gen dalam tubuh. Nutrigenomik merupakan aplikasi
genomik dalam pengembangan teknologi baru, seperti transkriptomik,
proteomik, metabolomik, dan epigenomik berbasis pada analisis fungsi gen
dan ekspresinya.
3) Nutrigenomik adalah ilmu yang mempelajari hubungan molekuler antara
stimulasi nutrisi dan respon dari gen, sehingga akan dapat dipahami tentang
bagaimana nutrisi mempengaruhi jalur metabolisme/metabolic pathways dan
kontrol homeostasis, bagaimana regulasi ini terganggu pada fase awal dari
penyakit yang berhubungan dengan pakan, dan sejauhmana kepekaan
genotipe berkontribusi terhadap penyakit tersebut pada individu.

Dilihat dari perspektif nutrigenomik, nutrien merupakan sinyal dari pakan,


yang terdekteksi oleh sistem sensor sel, yang mempengaruhi ekspresi gen
dan protein, serta produksi metabolit. Meskipun hanya sedikit, penelitian
pada interaksi molekuler dari bahan pakan mengindikasikan bahwa ekspresi
gen dimodifikasi dari komponen pakan, termasuk di dalamnya
makrokomponen (karbohidrat, protein, lemak dan kolesterol), vitamin
(diantaranya A, B, E, D), mineral (diantaranya Fe, Se, Ca) dan
phytocompounds termasuk flavonoids, isothiocyanates dan indoles.

Ilmu yang mempelajari bagaimana gen dan produk gen berinteraksi


dengan komponen kimiawi pakan untuk mengubah fenotip, dan sebaliknya,
bagaimana gen dan produk metabolisme nutrisi disebut nutritional genomics
atau nutrigenomics. Dilihat dari perspektif nutrigenomik, nutrien merupakan
sinyal dari pakan, yang terdekteksi oleh sistem sensor sel, yang
mempengaruhi ekspresi gen dan protein, serta produksi metabolit. Tahapan
yang krusial dari nutrigenomik adalah transcriptomics, proteomics dan
metabolomics.

1. Interaksi antara Nutrisi dan Gen

Pakan telah lama dianggap sebagai suatu campuran komplek dari substansi
alami yang menyediakan energi dan building block untuk perkembangan dan
penopang suatu organisme. Disamping hal itu, nutrisi memiliki berbagai aktivitas
biologis. Beberapa nutrien ditemukan bertindak sebagai penangkal radikal yang
dikenal sebagai antioksidan dan beberapa lainnya terlibat dalam perlindungan
terhadap penyakit.

Beberapa nutrien lainnya telah terbukti menjadi molekul pemberi isyarat


yang kuat dan bertindak sebagai hormon nutrisi. Beberapa metabolit sekunder dari
tanaman yang dikenal sebagai phytochemical bertindak sebagai modulator
kesehatan dan produksi pada hewan. Banyak penyakit dan gangguan terkait
dengan nutrisi suboptimal dari nutrisi yang esensial, ketidakseimbangan
macronutrients, atau konsentrasi toksik senyawa makanan tertentu.

Ada penyakit multietiological yang disebabkan interaksi nutrisi yang


berbeda terhadap beberapa gen (Mariman, 2006). Hal ini berdasarkan keragaman
luar biasa pada makhluk hidup dalam pencernaan makanan, penyerapan nutrisi,
metabolisme, dan ekskresi telah diamati dan penyakit genetik dalam proses ini
telah dilaporkan. Integritas fungsional dari gen terutama tergantung pada sinyal
metabolik yang diterima nukleus dari faktor internal, misalnya hormon, dan
faktor-faktor eksternal, misalnya nutrisi, dimana nutrisi merupakan salah satu
yang paling berpengaruh dari rangsangan lingkungan.

Genom berevolusi dalam menanggapi berbagai jenis rangsangan


lingkungan, termasuk gizi. Oleh karena itu, ekspresi informasi genetik dapat
diatur lebih tinggi oleh, nutrisi, mikronutrien, dan phytochemical yang ditemukan
dalam makanan. Nutrigenomic yang mempelajari pengaruh nutrien pada
kesehatan melalui perubahan di tingkat genom (gen), transkriptom (mRNA),
proteom (protein), metabolom (metabolit) serta perubahannya di tingkat fisiologis.

2. Aplikasi Nutrigenomik pada Kesehatan dan Nutrisi Ternak

Efek dari variasi genetik ini dipengaruhi oleh lokasi gen tersebut dan
ekspresi protein dari gen tersebut dan berefek terhadap proses matobolisme gen-
gen terkait (genes cascade). Perubahan dalam gen juga memberikan dampak yang
berbeda terhadap populasi (ras) yang berbeda. Susunan DNA tertentu juga
memiliki ketahanan terhadap penyakit tertentu.

Oleh karena itu, perkembangan ilmu nutrigenomik merupakan momen


yang krusial untuk merevolusi pemahaman manusia terhadap apa yang
dimakannya. Beberapa komponen nutrisi essensial juga dapat mempengaruhi
perubahan aktivitas gen dan kesehatan, seperti karbohidrat, asam amino, asam
lemak, kalsium, zinc, selenium, folate dan Vitamin A, C & E, dan juga komponen
bioaktif non-essesial mempengaruhi secara signifikan terhadap kesehatan.

Sampai saat ini, hampir 1000 gen penyakit manusia sudah teridentifikasi,
97% diantaranya diketahui sebagai penyebab penyakit monogenik (artinya mutasi
di satu gen saja sudah cukup untuk menjelaskan penyebab penyakit). Pada
beberapa penyakit monogenik, modifikasi asupan makanan dapat mencegah
munculnya gejala klinis. Nutritional genomic menjanjikan terciptanya sejumlah
rekomendasi diet sebagai hasil penelitian yang mendalam tentang interaksi
nutrien-gen. Rekomendasi diet yang diharapkan adalah yang sesuai dengan pola
variasi genetik individual (nutrisi individual= personalized nutrition) sehingga
dapat diterapkan sebagai nutrisi pencegahan terhadap timbulnya penyakit kronik.

Penemuan mutakhir menyatakan bahwa efek sehat dari komponen


makanan sebagian besar berhubungan dengan interaksi spesifik pada tingkat
molekular yaitu partisipasi komponen diet dalam pengaturan ekspresi gen dengan
mengubah aktifitas faktor transkripsi, atau melalui sekresi hormon yang
mengganggu faktor transkripsi

Nutrigenomics adalah analisis prospektif untuk mengetahui peranan berbagai zat


gizi dalam mengatur ekspresi gen. Berbagai teknologi genomik canggih antara
lain DNA microarray, RT- PCR (Real Time-Polymerase Chain Reaction), dan
lain-lain diterapkan untuk menelitii efek zat gizi pada tingkat genom,
transkriptom, proteom dan metabolom
 

Nutrigenomics sebagai ilmu pengetahuan temuan, bertujuan memahami


pengaruh nutrisi terhadap jaras metabolisme, pengendalian homeostasis serta
bagaimana pengaturan ini terganggu pada penyakit yang berkaitan dengan diet.
Studi ekspresi gen dapat digunakan untuk identifikasi jalur/pathway dan
kandidat gen yang berpengaruh terhadap sifat ekonomis. Nutrisi dan genetik
sangat mempengaruhi performa reproduksi hewan perah. Hal ini sangat penting
selama masa transisi dan menyusui dini, ketika hewan tersebut sangat sensitif
terhadap ketidakseimbangan gizi.

Nutrigenomik dapat digunakan untuk memahami bagaimana managemen


nutrisi dapat diterapkan untuk mengatasi penyakit, performa dan produktivitas
pada ternak. Dalam perjalannya pada penelitian nutrigenomik pada ternak
ruminansia, tujuan nutrigenomik adalah untuk mempelajari pengaruh pakan pada
perubahan ekspresi gen atau proses regulasi yang mungkin terkait dengan
berbagai proses biologi yang berkaitan dengan kesehatan hewan dan produksi.

Dari contoh di atas terlihat bahwa, mungkin nutrigenomik dapat digunakan


untuk mengidentifikasi penanda khusus untuk memanipulasi ekspresi gen melalui
penggunaan nutrisi atau kombinasi keduanya, sehingga dapat meningkatkan
kinerja hewan produktif serta keseluruhan. Penemuan penanda gen yang berkaitan
dengan sifat-sifat ekonomis penting pada ternak seperti susu, daging, produksi
wol dll. Ekspresinya dapat ditingkatkan dengan pengaturan pakan merupakan
kajian penelitian nutrigenomik yang akan membantu untuk meningkatkan
produksi ternak yang berkelanjutan.

B. Metabolisme Basal

Metabolisme basal atau sering disebut pengeluaran Basal (Basal Energy


Expenditure [BEE] ) adalah kebutuhan energi yang mendukung proses dasar
kehidupan, contohnya: Mempertahankan temperature tubuh, kerja paru-paru,
pembuatan sel darah merah, detak jantung,filtrasi ginjal, dan lain sebagainya.
Untuk menentukan nilai dari BEE ini harus dalam kondisi basal. Kondisi
basal tersebut meliputi : 12-16 jam setelah makan, posisi berbaring, tidak ada
aktivitas fisik satu jam sebelum pemeriksaan, kondisi rileks, temperature
tubuh normal, temperature ruangan harus 21-25 derajar dan dalam kondisi
yang kelembapannya normal

dalam menentukan niali BEE ini, harris dan benedict menemukan sebuah
metoda dengan cara perhitungan:

Laki-Laki 66 + (13,7 x BB kg ) + ( 5 x TB cm ) - (6,6 x Umur )

perempuan 665 + (9,6 x BB kg ) + (1,7 x TB cm ) - (4,7 x Umur )

Dengan BB adalah nilai berat badan normal. Dapat dihitung dengan cara:

Jika umurnya kurang dari 30 tahun

BB= (TB-100)-(10%(TB-100))

Jika umurnya lebih dari 30 tahun

BB= (TB-100) 100%

Over Weight 110-120 %

Obesitas >120 %

2) Pengertian Angka Metabolisme Basal (AMB)

Menurut Riyannurhaedi (2012) menyatakan angka metabolisme basal


(AMB) adalah kebutuhan energi minimal yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
menjalankan proses tubuh yang vital. Kebutuhan energi metabolisme basal
termasuk jumlah energi yang diperlukan untuk pernafasan, peredearan darah,
pekerjaan ginjal, pankreas, dan lain-lain alat tubuh, serta untuk proses
metabolisme di dalam sel-sel dan untuk mengatur suhu tubuh.

Kurang lebih dua pertiga energi yang dikeluarkan seseorang sehari


digunakan untuk kebutuhan aktivitas metabolisme basal. Angka metabolisme
basal (AMB) dinyatakan dalam kilokalori perkilogram berat badan perjam. Angka
ini berbeda antar orang dan mungkin pada orang yang sama bila terjadi perubahan
dalam keadaan fisik dan lingkungan. Faktor- faktor yang mempengaruhi angka
metabolisme basal.

a. Ukuran Tubuh

Tubuh besar memiliki AMB yang lebih tinggi dari pada tubuh kecil.
Perbedaan berat sebanyak 10 kg pada orang dewasa laki-laki atau perempuan
menyebabakan perbedaan AMB sebanyak kurang lebih 120 kkal sehari.

b. Komposisi Tubuh

Semua jaringan tubuh aktif secara metabolise, ada jaringan yang pecah dan
diganti serta melakukan fungsi-fungsi vital namun kecepatannya berbeda-
beda. Otot, organ tubuh, dan kelenjar secara metabolisme lebih aktif
daripada lemak dan tulang. Kebutuhan energi secara relatif lebih tinggi bila
tubuh secara proposional lebih banyak mengandung otot daripada tulang dan
lemak.

c. Jenis kelamin

Laki-laki dan perempuan dengan umur, tinggi badan, dan berat badan yang
sama mempunyai komposisi tubuh yang berbeda. Perempuan memiliki lebih
banyak jaringan lemak dan sedikit otot daripada laki-laki. AMB perempuan
lebih rendah 5% daripada AMB laki-laki.

d. Umur AMB lebih tinggi pada usia muda daripada usia tua.

Pada usia muda tubuh mengandung lebih banyak jaringan tanpa lemak atau
otot. AMB tinggi waktu lahir dan meningkat hingga umur 2 tahun, menurun
32 secara berangsur untuk meningkat lagi pada usia remaja. Semakin tua
tubuh mengandung lebih banyuak jaringan lemak sehingga AMB menurun.
e. Tidur Selama tidur otot-otot tubuh mengalami relaksasi.

Ini akan menurunkan AMB sebanyak kurang lebih 10%.

f. Subu Tubuh

Suhu bertindak sebagai katalosator terhadap reaksi kimia. Oleh karena itu,
AMB meningkat dengan peningkatan suhu Tubuh. Tiap kenaikan suhu tubuh
sebesar 1 derajat celsius meningkatkan AMB sebesar 13%.

g. Suhu Lingkungan (Iklim)

Iklim berpengaruh terhadap AMB karena kebutuhan tubuh akan energi untuk
mempertahankan suhu tubiuh. AMB terendah diperoleh pada suhu
lingkungan 26 derajat celsius. Pada suhu lebih rendah atau tinggi, AMB akan
meningkat.

h. Sekeresi Kelenjar Endokrin.

Sekresi kelenjar- kelenjar tiroid dan adrenal meningkatkan AMB.


Kekurangan sekresi kelenjar tiroid berupa hormon tiroksi menurunkan AMB.

i. Kehamilan

33 Selama kehamilan terjadi kenaikan aktivitas metabolisme pada jaringan


ibu dan janin plasenta. Semakin lanjut kehamilan, semakin tinggi AMB.
Selama tri semster terakhir, kehamilan kenaikan AMB adalah 20% diatas
normal. j. Status Gizi Keadaan gizi kurang menurunkan keadaan angka
metabolisme basal (AMB) sampai 20%. Jaringan tubuh yang paling
berkontribusi dalam angka metabolisme basal (AMB) adalah jaringan otot
dan organorgan vital, seperti hati, jangtung, paru-paru, ginjal dan kelenjar.
Yang paling berpengaruh pada energi total adalah angka metabolisme basal
(AMB) yaitu ketika tubuh dalam keadaan konstan 60% sampai 75%
digunakan unyuk aktivitas jaringan vital, 10% digunakan untuk energi panas
makanan dan selebihnya untuk aktivitas tubuh. Dengan demikian keadaan
gizi haruslah dalam keadaan normal supaya keadaan angka metabolisme basal
(AMB) dalam tubuh tetap terjaga tanpa harus mengalami penurunan angka
metabolisme basal (AMB).

Cara Menentukan Angka Metabolisme Basal (AMB) Menurut Sunita


Almatsier (2004: 19) angka metabolisme basal (AMB) dipengaruhi oleh umur,
gender, berat badan, dan tinggi badan. Ada beberapa cara menetukan AMB, yaitu:
Menggunakan Rumus Harris Benedict (1919)

Laki-laki = 66 + (13,7 x BB) + (5 x TB) – (6,8 x U)

Perempuan = 655 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) – (4,7 x U)

Keterangan :

BB = berat badan dalam kg

TB = tinggi badan dalam cm

U = umur dalam tahun

2. Cara cepat (2 cara)

a. Laki-laki = 1 kkal x kg BB x 24 jam

Perempuan = 0,95 kkal x kg BB x 24 jam

b. Laki-laki = 30 kkal x kg BB

Perempuan = 25 kkal x kg BB
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.uny.ac.id ( Skripsi Rahmat Hidayat ).

umber: Majalah Infovet.

bptba.lipi.go.id/bptba3.1/?u=blog-single&p=380&lang=id ( Balai Penelitian Teknologi


Bahan Alam ) lembaga ilmu pengetahuan indonesia.

Murry Kuswari, Head Of Nutrition Departement Esa Unggul University – CEO Gizi
Kebugaran ID, Indonesia sport Nutritionist.

Anda mungkin juga menyukai