Anda di halaman 1dari 19

TINJAUAN HUKUM ISLAM

TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI ULAT UNGKER


(STUDI KASUS DI DESA PADAAN KECAMATAN JAPAH KABUPATEN BLORA)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 Jurusan Hukum Ekonomi
Syariah (HES) Fakultas Agama Islam

Oleh:

ONY ATIKA MAYSARROH


I 000 140 010

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2018

i
PUBLIKASI ILMIAH

i
ii
iii
TINJAUAN HUKUM ISLAM
TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI ULAT UNGKER
(STUDI KASUS DI DESA PADAAN KECAMATAN JAPAH KABUPATEN BLORA)

Abstrak

Jual beli adalah menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan
jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling merelakan.
Islam menganjurkan agar pemeluknya berusaha atau berniaga dengan cara yang halal dan
menghindari yang haram. Sebaik-baiknya perdagangan (jual beli) adalah berdasarkan pada
syariat Islam. Al-Qur’an telah menegaskan bahwa Allah itu menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Jual beli terjadi karena satu pihak memiliki barang dan pihak lain ada
yang membutuhkan, seperti halnya praktik jual beli ulat ungker yang terjadi di Desa Padaan
Kecamatan Japah Kabupaten Blora. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan praktik
jual beli ulat ungker di Desa Padaan Kecamatan Japah Kabupaten Blora ditinjau dari Hukum
Islam.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah penelitian
lapangan. Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan deskriptif yaitu penelitian yang
mengamati suatu objek penelitian dan kemudian menjelaskan apa yang diamatinya. Dalam
menganalisis data hasil penelitian menggunakan metode evaluatif. Setelah melakukan
penelitian maka peneliti mendapat kesimpulan bahwa praktik jual beli yang terjadi di Desa
Padaan Kecamatan Japah Kabupaten Blora sudah sesuai dengan hukum Islam jika dilihat
dari syarat dan rukun keabsahan akad jual beli.
Kata kunci: Hukum Islam, Akad Jual Beli, Ulat Ungker

Abstract
Buying and selling is exchanging goods with goods or goods with money by
releasing property from one to another on the basis of mutual relinquishment. Islam
advocates that its adherents try or trade in a lawful way and avoid the haram. The best trade
(buying and selling) is based on the Islamic Shari'a. The Qur'an has affirmed that Allah
justifies the sale and purchase and forbid usury. Sale and purchase occurs because one party
has goods and other parties there are in need, as well as the practice of buying and selling
caterpillar ungker that occurred in the Village Padaan District Japah Blora. The purpose of
this study is to explain the practice of selling caterpillar ungker in Desa Padaan District
Japah Blora regency in terms of Islamic Law.
The type of research used in the preparation of this thesis is field research. Writing
this thesis using descriptive approach that is research that observes a research object and
then explain what is observed. In analyzing data of research result using evaluative method.
After doing research, the researchers got the conclusion that the practice of buying and
selling that occurred in the Village District of Japah Blood District Blan already in
accordance with Islamic law if viewed from the terms and rukun legitimacy akad jual beli.

Keywords: Islamic Law, Akad Buy Sale, Caterpillar Ungker

1
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang berkodrat hidup dalam
masyarakat. Manusia selalu berhubungan satu sama lain untuk mencukupkan
kebutuhan-kebutuhan hidupnya dalam bermasyarakat. Pergaulan hidup tempat
setiap orang melakukan perbuatan dalam hubungannya dengan orang lain
disebut muamalah.1 Muamalah pada dasarnya itu halal, namun masih mungkin
dalam muamalah tersebut mengandung unsur yang haram.
Islam menganjurkan agar pemeluknya berusaha atau berniaga dengan cara
yang halal dan menghindari yang haram. Sebaik-baiknya perdagangan (jual
beli) adalah berdasarkan pada syariat Islam. Jual beli termasuk mata
pencaharian yang lebih sering dipraktikkan para sahabat Rasulullah SAW
dibandingkan dengan mata pencaharian lainnya.2 Masyarakat di Desa Padaan
Kecamatan Japah Kabupaten Blora, bekerja sebagai pedagang dengan sistem
jual beli dan petani yang bekerja dilahan sendiri maupun lahan milik orang
lain.
Secara umum, Al-Qur’an memberikan penjelasan kepada kita, bahwa untuk
memperoleh rizeki tidak boleh dengan cara yang batil, seperti yang
dikemukakan dalam Surat An-Nisa (4) ayat 29. Al-Qur’an juga telah
menegaskan bahwa Allah itu menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba,
seperti yang digambarkan dalam Surat Al-Baqarah (2) ayat 279.3 Sunnah Nabi
Muhammad SAW juga mengemukakan bahwa jual beli itu harus didasarkan
pada suka sama suka, ini berarti dalam jual beli tidak ada unsur keterpaksaan.
Jual beli terjadi karena satu pihak memiliki barang dan pihak lain ada yang
membutuhkan, seperti halnya praktik jual beli ulat ungker yang terjadi di Desa
Padaan Kecamatan Japah Kabupaten Blora ini. Masyarakat desa tersebut tetap
melakukan jual beli ulat ungker, meskipun secara lahiriyah ulat tersebut
termasuk binatang yang menjijikkan. Seperti contoh ketika Imam Ahmad

1
Ahmad Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Muamalat, (Yogyakarta: UII Press, 2000), hlm. 11
2
Enang Hidayat, Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), hlm. 2
3
Ibid. Hlm. 14

2
mendapati sayuran yang terdapat ulat didalamnya. Beliau lantas berkata
“Menjauhi sayuran semacam itu lebih aku sukai. Namun, jika tidak sampai
mengotori (menjijikkan), maka aku pun mau.”4 Permasalahan menjijikkan itu
bersifat sangat relatif, dimana antara satu orang dengan orang yang lain
berbeda-beda dalam memberikan penilaian tergantung pada kebiasaan,
pengalaman, lingkungan dan lain sebagainya.
Ulat secara kasat mata merupakan binatang yang menjijikkan, namun
sebagian masyarakat Desa Padaan menjadikan ulat-ulat ungker ini sebagai
objek jual beli yang mana ulat ungker itu dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
diperjualbelikan lalu dikonsumsi sebagai bahan makanan yang bernilai gizi.
Atas dasar itulah, peneliti tertarik untuk menelusuri dan meneliti keabsahan
akad jual beli ulat ungker tersebut. Apakah praktik jual beli ulat ungker yang
terjadi di Desa Padaan itu sudah sesuai dengan syarat dan rukun jual beli atau
belum. Adapun yang menjadi fokus kajian dalam penelitian ini adalah tentang
bagaimana “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Ulat Ungker
(Studi Kasus Di Desa Padaan Kecamatan Japah Kabupaten Blora)”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka pokok
permasalahan yang hendak dikaji dalam studi ini adalah praktik jual beli ulat
ungker di Desa Padaan Kecamatan Japah Kabupaten Blora. Agar permasalahan
tersebut dapat dipahami secara lebih jelas dan mudah, maka perlu dirumuskan
kembali dalam bentuk pertanyaan dasar sebagai berikut:

Apakah praktik jual beli ulat ungker di Desa Padaan Kecamatan Japah
Kabupaten Blora sesuai dengan Hukum Islam?

1.3 Tujuan dan Manfaat


Adapun tujuan penelitian yang teruraikan dalam rumusan masalah diatas
adalah sebagai berikut: Untuk menjelaskan praktik jual beli ulat ungker di Desa
Padaan Kecamatan Japah Kabupaten Blora ditinjau dari Hukum Islam.

4
http://imron-rosidi.blogspot.co.id/2013/01/hukum-ulat-entung-dan-sejenisnya.html
diakses pada tanggal 10 Oktober 2017 pukul 20.21 WIB.

3
Dengan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan banyak manfaat,
terutama secara akademis maupun praktis serta masyarakat luas. Dari segi
akademis, penelitian ini bermanfaat bagi peneliti: peneliti dapat memperoleh
pengalaman dan wawasan tentang praktik jual beli ulat ungker yang ditinjau
dari Hukum Islam serta sebagai sarana pengembangan dan pelatihan diri dalam
penyampaian serta penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh. Bagi
akademisi: sebagai bahan informasi atau rujukan bagi berbagai kalangan yang
hendak melakukan penelitian selanjutnya atau untuk mengetahui secara
mendalam bagaimana praktik jual beli ulat ungker yang ditinjau dari Hukum
Islam. Dalam hal kepentingan praktis, penelitian ini diharapkan mampu
memberi manfaat bagi masyarakat luas: penelitian ini diharapkan dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pertimbangan atau masukan oleh masyarakat luas
selaku penjual maupun pembeli ulat ungker tentang praktik jual beli yang
sesuai dengan Hukum Islam.

1.4 Kajian Pustaka


1.4.1 Asma’ul Husna (Skripsi Program Studi Hukum Ekonomi Syariah
Fakultas Syariah dan Ilmu Hukum IAIN Tulungagung, 2015), Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Jual Beli Ulat (Studi Kasus di Desa Tawangrejo
Wonodadi Blitar).
1.4.2 Hendra (Skripsi Program Studi Muamalah Fakultas Syari’ah UIN Raden
Fatah Palembang, 2015), Tinjauan Hukum Islam Terhadap Jual Beli
Cacing Lumbricus Rubellus Di Desa Lebung Gajah Kecamatan Tulung
Selapan Kabupaten Ogan Komering Ilir.
1.4.3 1.4.3 Mahpi (Skripsi Fakultas Syari’ah IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
2001), Jual Beli Cacing Dalam Perspektif Madzhab Syafi’i.

1.5 Kajian Teori


1.5.1 Definisi Jual Beli

Jual beli menurut bahasa Arab disebut al-Bai’ yang secara bahasa
berarti tukar menukar. Dalam buku yang lain, kata jual beli mengandung satu

4
pengertian yang berasal dari bahasa Arab, yaitu al-Bai’ yang jamaknya adalah
buyu’i.5

Kata al-Bai’ dalam bahasa Arab terkadang digunakan untuk pengertian


lawannya, yaitu kata ash-shira (beli). Dengan demikian kata al-Bai’ berarti
kata “jual” sekaligus juga berarti kata “beli”.6 Sementara itu Wahbah al-
Zuhaily mengartikan jual beli secara bahasa dengan arti “menukar sesuatu
dengan sesuatu yang lain.”7

1.5.2 Rukun Jual Beli

Rukun jual beli itu ada tiga, yaitu: Pelaku transaksi yaitu penjual dan
pembeli. Objek transaksi, yaitu harga dan barang. Menurut Kompilasi Hukum
Ekonomi Syariah, unsur jual beli ada tiga, yaitu: Pihak-pihak. Objek.
Kesepakatan (Ijab Qabul)8

1.5.3 Syarat-Syarat Jual Beli

Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi dalam akad jual beli, yaitu: Syarat-
syarat bagi orang yang akan melakukan akad, Syarat-syarat benda yang
menjadi objek akad, Syarat-syarat sah ijab qabul.

1.5.4 Bentuk-Bentuk Jual Beli

Ditinjau dari hukum Islam dan sifat jual beli, jumhur ulama membagi
jual beli menjadi dua macam, yaitu jual beli yang dikategorikan sah dan tidak
sah.9 Adapun ulama Hanafiyah membaginya menjadi jual beli sah (sahih), batal
(batil), dan rusak (fasid) adalah sebagai berikut: Jual beli Sahih, Jual beli Batil,
Jual beli Fasid.

1.5.5 Akad

5
Imam Ahmad bin Husain, Fathu al-Qorib al-Mujib, (Surabaya:al-Hidayah), hlm. 30
6
M.Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam (Fiqh Muamalat), ed.I, (Jakarta:
2003), Cet. I hlm. 113
7
Ihsan, Ghufron,dkk. Fiqh Muamalat. (Jakarta: Prenada Media Grup. 2008), hlm. 67
8
Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah, (Jakarta:Prenada Media Group,2012), hlm. 102
9
Rachmat Syafe’i, Fiqh Muamalah, (Bandung: Pustaka Setia,2006), hlm. 66-67

5
Akad secara etimologi berarti ikatan antara dua perkara, baik ikatan
secara nyata maupun ikatan. Akad secara terminologi ulama fiqih, akad dapat
ditinjau dari dua segi, yaitu: Pengertian umum dan Pengertian khusus.
Rukun-rukun akad, Menurut jumhur fuqaha, rukun akad terdiri
dari:Menyatakan untuk mengikatkan diri (sighah al-‘aqd), Pihak-pihak yang
berakad, Objek akad. Adapun unsur-unsur adalah sebagai berikut: Sighat akad
Syarat-syarat ijab qabul. Dalam mahdzab Hanafi tingkat kebatalan dan
keabsahan suatu akad itu dibedakan menjadi lima peringkat, tingkat-tingkat
tersebut adalah: Akad bathil, Akad fasid, Akad maukuf, Akad nafiz ghair
lazim.10 Menurut jumhur ulama fiqih pada dasarnya pihak-pihak yang berakad
itu mempunyai kebebasan untuk menentukan syarat-syarat tersendiri dalam
suatu akad.11
1.5.6 Khiyar
Secara etimologi, kata khiyar merupakan bentuk mashdar yang berasal dari
ikhtiyar yang berarti memilih, terbebas dari aib, dan melaksanakan pemilihan.12
Khiyar ada empat macam, yaitu: Khiyar Majlis, Khiyar Syarat, Khiyar ‘Aib,
Khiyar Ru’yah.

2. METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah


penelitian lapangan (field research), yaitu penelitian secara rinci satu subjek
tunggal, satu kumpulan dokumen, atau satu kejadian tertentu. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif yang dilakukan di Desa Padaan Kecamatan
Japah Kabupaten Blora guna mendapatkan data-data yang butuhkan.
Penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan deskriptif yaitu penelitian
yang mengamati suatu objek penelitian dan kemudian menjelaskan apa yang
diamatinya.13 Data deskripsi berupa kata-kata dalam bentuk tulisan dalam

10
Syamsul Anwar, Hukum Perjanjian Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hlm.
244
11
Ali Hasan, Berbagai Macam..., hlm. 108-109
12
Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perjanjian Islam Di Indonesia (Konsep, Regulasi dan
Implementasi), (Yogyakarta: Gajah Mada University, 2010), hlm, 51
13
Morissan, Metode penelitian Survei (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 37

6
artian peneliti akan menggambarkan secara sistematik dan akurat mengenai
fakta praktik jual beli ulat ungker di Desa Padaan Kecamatan Japah Kabupaten
Blora.
Lokasi yang menjadi tempat penelitian penulis terdapat di Desa Padaan
Kecamatan Japah Kabupaten Blora. Penulis mengambil lokasi ini karena di
Desa Padaan Kecamatan Japah Kabupaten Blora tempat berlangsungnya
praktik jual beli ulat ungker. Praktik jual beli ulat ungker yang terjadi di Desa
Padaan Kecamatan Japah Kabupaten Blora sudah berlangsung sejak lama,
sehingga dari situlah penulis tertarik menjadikan Desa Padaan Kecamatan
Japah Kabupaten Blora sebagai tempat penelitian. Dalam penelitian ini
menggunakan dua jenis sumber data, yakni data primer dan sekunder.14 Dalam
hal ini, dalam bentuk hasil wawancara dengan masyarakat pencari ulat ungker
yang sekaligus berperan sebagai penjual, dan wawancara dengan Kepala Desa
Padaan dan masyarakat yang menjadi pembeli ulat ungker tersebut, serta
wawancara dengan ahli kesehatan disekitar Kabupaten Blora tentang pendapat
mereka tentang praktik jual beli ulat ungker yang terjadi di Desa Padaan
Kecamatan Japah Kabupaten Blora. Dokumentasi dalam hal ini berupa foto-
foto kegiatan masyarakat saat mencari ulat ungker, dan foto-foto saat
masyarakat melakukan transaksi jual beli ulat ungker di Desa Padaan
Kecamatan Japah Kabupaten Blora. Data yang didapat tidak secara langsung
dari obyek penelitian. Data tersebut merupakan data yang sudah diolah dan
dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara dan metode. Dalam hal ini
berupa buku-buku yang terkait tentang jual beli, jurnal, situs internet dan hal-
hal yang menjadi penunjang dalam pembuatan skripsi yang berkaitan dengan
pokok bahasan.

Metode Pengumpulan Data: Wawancara (interview) ialah suatu cara


pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh
pewawancara (pengumpul data) kepada responden, dan jawaban-jawaban
responden dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape

14
Marzuki, Metodologi Riset, (Yogyakarta: PT. Hanindita Offset,1986), hlm. 55.

7
recorder).15Wawancara dalam penelitian ini dimaksudkan agar mendapat
informasi dan data lapangan yang berupa hasil wawancara yang didapat secara
langsung dari Kepala Desa Padaan serta masyarakat Desa Padaan Kecamatan
Japah Kabupaten Blora yang dianggap valid dan tidak didapat dari
dokumentasi. Bentuk wawancara yang akan penyusun lakukan ialah
wawancara terstruktur dan wawancara tidak terstruktur. Wawancara terstruktur
dilakukan supaya beberapa pertanyaan yang akan diajukan lebih teratur dan
tidak melebar kepertanyaan yang tidak diperlukan. Sedangkan wawancara yang
tidak terstruktur hanya sebagai pelengkap, karena dimungkinkannya ada
pertanyaan yang perlu ajukan diluar pertanyaan yang sudah disiapkan dan
dirasa perlu. Wawancara ini dilakukan agar memperoleh data hasil wawancara
yang akan penyusun teliti terkait tentang praktik jual beli ulat ungker di Desa
Padaan Kecamatan Japah Kabupaten Blora.

Observasi langsung yaitu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan


cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.
Observasi dilakukan dengan mengamati segala aktivitas yang terjadi di Desa
Padaan Kecamatan Japah Kabupaten Blora. Baik kegiatan yang dilakukan saat
masyarakat mencari ulat ungker, hingga kegiatan saat masyarakat melakukan
transaksi jual beli ulat ungker tersebut, maupun aktivitas lain yang mendukung
dengan penelitian penyusun. Tujuan dari observasi ini ialah untuk
mendeskripsikan kegiatan yang terjadi, setting, orang-orang yang terlibat
didalam kegiatan, waktu kegiatan, dan makna yang diberikan oleh para pelaku
yang diamati tentang peristiwa yang bersangkutan.16 Dengan menggunakan
metode ini, penyusun dapat memperoleh data hasil mengamati aktivitas yang
terjadi di Desa Padaan Kecamatan Japah Kabupaten Blora untuk mengetahui
tentang praktik jual beli ulat ungker di Desa Padaan Kecamatan Japah
Kabupaten Blora.

15
Irawan Soehartono, “Metode Penelitian Sosial: Suatu Teknik Penelitian Bidang
Kesejahteraan Sosial dan Ilmu Sosial lainnya” (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 1998),
hlm.67
16
Burhan Ashofa, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: Rineka cipta, 1996), hlm. 58

8
Dokumentasi ialah sebuah cara dimana peneliti mencari data mengenai hal-
hal yang berupa data hasil wawancara dengan Kepala Desa Padaan serta
masyarakat Desa Padaan Kecamatan Japah Kabupaten Blora yang melakukan
praktik jual beli ulat ungker, dan foto-foto masyarakat Desa Padaan Kecamatan
Japah Kabupaten Blora yang melakukan praktik jual beli ulat ungker.
Penggunaan metode dokumentasi diperlukan untuk melengkapi data-data yang
penyusun perlukan, sehingga dapat diketahui informasi yang berkaitan dengan
praktik jual beli ulat ungker di Desa Padaan Kecamatan Japah Kabupaten
Blora.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jual beli adalah suatu akad, dan dipandang sah apabila telah memenuhi
rukun dan syarat jual beli. Jual beli ulat ungker merupakan salah satu bentuk
perjanjian dalam Islam yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia. Jual beli ini telah menjadi kewajaran bagi masyarakat Desa Padaan
Kecamatan Japah Kabupaten Blora. Akad merupakan perjanjian atau
kesepakatan yang memuat ijab qabul antara satu pihak dengan pihak yang lain,
yang berisi hak dan kewajiban masing-masing pihak yang sesuai dengan
prinsip syariah. Dalam muamalah, hal yang menduduki posisi penting adalah
akad, karena akad menjadikan suatu transaksi bermuamalah menjadi terwujud.
Praktik jual beli ulat ungker di Desa Padaan Kecamatan Japah Kabupaten
Blora ialah secara tunai dan non tunai. Untuk mengetahui sah tidaknya jual beli
ulat ungker di Desa Padaan, maka harus diketahui terlebih dahulu mengenai
syarat dan rukun yang harus dipenuhi. Analisa praktik jual beli ulat ungker di
Desa Padaan Kecamatan Japah Kabupaten Blora dilihat dari syarat dan rukun
jual beli ialah:

3.1 Aqid (penjual dan pembeli)

Berdasarkan syarat ini, maka akad jual beli yang dilakukan oleh orang yang
berada dibawah umur dan orang tidak berfikiran sehat atau gila, menurut
jumhur ulama dianggap tidak sah. Karena seorang penjual dan pembeli yang

9
telah baligh dalam melakukan jual beli haruslah yang memiliki tingkat
kecakapan hukum. Dalam melakukan akad jual beli harus ada pihak yang
berbilang (lebih dari satu pihak) karena akad jual beli itu adalah akad
pertemuan ijab dari salah satu pihak dan kabul dari pihak lain. Akad tidak
tercipta dengan hanya ada satu pihak yang membuat ijab saja atau kabul saja,
sebab dalam setiap akad selalu harus ada dua belah pihak. Masyarakat Desa
Padaan yang menjadi penjual dan pembeli ulat ungker ini adalah orang-orang
yang sudah memiliki kecakapan dalam bertindak hukum, rata-rata umur
mereka sekitar 17-50 tahun, dengan kata lain para aqid dalam praktik jual beli
ulat ungker ini sudah memiliki kecakapan bertindak hukum dan sudah terdiri
dari dua atau lebih pihak yang berbilang. Akad yang dilakukan oleh mereka
adalah sah menurut hukum Islam karena telah memenuhi syarat dan rukun aqid
jual beli.
3.2 Sighat (Ijab dan Qabul)
Jual beli belum dikatakan sah sebelum ijab qabul dilakukan, karena ijab
qabul tersebut merupakan bentuk dari kerelaan (keridhaan) dari kedua belah
pihak. Ijab dan kabul harus sasuai satu sama lain hingga tercapai kata sepakat
antara kedua belah pihak. Ijab qabul yang dilakukan dalam jual beli ulat ungker
di Desa Padaan Kecamatan Japah Kabupaten Blora adalah dengan cara
berhadapan dan dengan perantara via telepon dan via SMS. Ijab qabul yang
terjadi dengan cara berhadapan saat jual beli ulat ungker yaitu, “bu saya mau
membeli ungker yang ibu jual”, “oh iya mas, mau berapa banyak
ungkernya?”, “saya mau ungker yang dibungkus daun jati yang paling lebar”,
“ya mas, saya timbang dulu ungker yang di daun jati itu”, “baik bu, jadinya
berapa bu?”, “ini ada 2 kilogram mas, satu kilogramnya Rp 30.000 jadi
totalnya Rp 60.000”, “iya bu, ini uangnya”.

Sedangkan ijab qabul yang terjadi melalui perantara telepon yaitu,


“mbak, saya pesan ungker sekitar 3 kilogram, anda bisa mencarikannya untuk
saya tidak?”, “oh iya dek, besok tak carikan”, “iya mbak, saya tunggu besok
ya”, “iya dek, mau tak antarkan kerumahmu atau kamu yang datang
kerumahku?”, “aku yang ketempat mbak saja, untuk uangnya sekalian besok

10
dirumah mbak saja ya”, “iya dek, tidak apa-apa”. Sehari kemudian, si
pembeli mendatangi rumah penjual ungker setelah menerima SMS dari penjual
ungker. “Mbak, bagaimana pesanan saya?”, “ini dek, sesuai yang kamu
pesan, ada 3 kilogram ungker”, “jadi harganya berapa mbak?”,
“sekilogramnya Rp 30.000 dek, kalo ini 3 kilogram jadinya Rp 90.000”, “oh
iya mbak, ini uangnya”. Ijab qabul dalam jual beli ulat ungker diatas dapat
dinyatakan sah karena berada dalam satu majlis akad yang sama. Sedangkan
ijab qabul yang dilakukan dalam majelis akad melalui telepon, dapat dikatakan
sama dengan ijab qabul yang dilakukan oleh orang-orang yang berhadapan atau
yang dalam satu majelis akad, yaitu sejak dibuatnya ijab melalui telepon
sampai ada jawaban dari pihak lawan yang menolak atau menerima atau
sampai terjadi interupsi yang mengalihkan pembicaraan mereka kepada soal
lain sebelum kabul dinyatakan.
Menurut pendapat penulis, ijab qabul yang dilakukan oleh pembeli dan
penjual yang melakukan jual beli ulat ungker baik yang dilakukan secara
berhadapan dalam satu majelis akad maupun yang dilakukan dalam majelis
akad melalui telepon atau alat komunikasi sejenisnya adalah sah karena telah
tercapai kata sepakat antara kedua belah pihak dengan begitu ijab qabul dalam
praktik jual beli ulat ungker di Desa Padaan Kecamatan Japah Kabupaten Blora
telah sesuai dengan hukum Islam, karena rukun dan syarat ijab qabul telah
terpenuhi.

3.3 Ma’qud ‘alaihi (objek akad)

Ulama fiqih sepakat bahwa benda yang diperjualbelikan merupakan barang


yang suci dan halal ditinjau dari aturan agama Islam dan mempunyai manfaat
bagi manusia serta benda yang diperjualbelikan ada dan dapat diketahui ketika
akad berlangsung. Para ahli hukum Islam mensyaratkan beberapa syarat pada
objek akad, yaitu:
a. Objek akad dapat diserahkan atau dapat dilaksanakan
Objek akad disyaratkan harus dapat diserahkan dan dapat dilaksanakan
apabila objek tersebut berupa barang seperti dalam akad jual beli, atau barang

11
tersebut dapat dinikmati atau diambil manfaatnya. Objek akad dalam jual beli
harus merupakan barang yang dapat dipastikan bisa diserahkan dan jangan
bersifat gharar.
b. Objek akad harus tertentu atau dapat ditentukan
Syarat kedua objek akad adalah bahwa objek tersebut tertentu atau dapat
ditentukan. Objek akad tertentu itu artinya diketahui dengan jelas objek
tersebut oleh para pihak sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan
sengketa. Apabila objek tidak jelas dan menimbulkan sengketa, maka akad jual
beli tersebut tidak sah. Apabila objek akad berupa benda, maka kejelasan objek
tersebut terkait pada apakah objek tersebut ada di majelis akad atau tidak.
c. Objek akad dapat ditransaksikan menurut syara’
Suatu objek dapat ditransaksikan dalam hukum Islam apabila memenuhi
kriteria-kriteria berikut:
1. Tujuan objek tersebut tidak bertentangan dengan transaksi, dengan kata lain
sesuatu tidak dapat ditransaksikan apabila transaksi tersebut bertentangan
dengan tujuan yang ditentukan untuk sesuatu tersebut.
2. Sifat atau hakikat dari objek itu tidak bertentangan dengan transaksi, dengan
kata lain sesuatu tidak dapat ditransaksikan apabila sifat atau hakikat
sesuatu itu tidak memungkinkan transaksi. Untuk dapat ditransaksikan suatu
objek apabila berupa benda maka benda tersebut harus benda yang bernilai
dalam pandangan syara’, dan benda tersebut adalah benda yang dimiliki.

d. Objek tersebut tidak bertentangan dengan ketertiban umum.

Objek ini lebih tertuju kepada objek yang berupa melakukan atau tidak
melakukan sesuatu. Adapun objek berupa benda yang bertentangan dengan
ketertiban umum syar’i seperti narkoba atau VCD porno dimasukkan dalam
kategori benda yang tidak bernilai dalam pandangan syara’. Ulat ungker bukan
termasuk objek yang bertentangan dengan ketertiban umum, oleh karena itu
jual beli dengan objek ulat ungker ini bukanlah jual beli yang bertentangan
dengan ketertiban umum. As-Sanhuri memasukkan kedalam objek yang
bertentangan dengan ketertiban umum ini adalah:

12
 Riba adalah tambahan dalam transaksi tunai maupun utang-piutang yang
tidak ada imbalannya dan diisyaratkan dalam akad. Dalam transaksi non
tunai, misalnya seseorang meminjam 10 kg gandum kepada tetangganya
untuk keperluan tertentu, kemudian ia mengembalikan 12 kg maka
kelebihan 2 kg dalam pengembalian itu adalah riba bilamana kelebihan itu
merupakan klausul yang disyaratkan dalam akad pinjam meminjam.

 Syarat-syarat yang menyertai akad (asy-syuruth al-muqtarinah bi al-‘aqd)


Berikut Syarat-syarat yang dibenarkan untuk dimasukkan sebagai klausul
dalam akad:

Pertama, syarat yang memperkuat konsekuensi akad. Kedua, syarat yang


selaras dengan akad. Ketiga, syarat yang telah berlaku dalam adat kebiasaan.
Keempat, syarat yang mengandung manfaat bagi salah satu dari kedua pihak
atau kepada pihak ketiga selama tidak dilarang oleh hukum, tidak bertentangan
dengan ketertiban umum dan kesusilaan.
Menurut pendapat penulis benda atau barang yang diperjualbelikan di Desa
Padaan Kecamatan Japah Kabupaten Blora yang berupa ulat ungker adalah sah
menurut hukum Islam, karena objek akad tersebut telah memenuhi syarat dan
rukun keabsahan ma’qud ‘alaihi.

3.4 Tujuan akad (maudhu’ al-‘aqd)

Tujuan akad adalah mewujudkan akibat hukum yang pokok dari akad.
Menurut az-Zarqa’ tujuan akad sebagaimana dikemukakan inilah yang menjadi
rukun keempat dalam hukum Islam kontemporer. Memindahkan milik dalam
akad jual beli adalah tujuan akad dan terealisasikannya perpindahan milik bila
akad dilaksanakan merupakan akibat hukum pokok akad. Tujuan akad jual beli
ulat ungker di Desa Padaan Kecamatan Japah Kabupaten Blora adalah
memindahkan hak milik atas barang dengan imbalan. Menurut pendapat
penulis tujuan jual beli yang terjadi di Desa Padaan Kecamatan Japah
Kabupaten Blora adalah sah menurut hukum Islam, karena tujuan akad tersebut
sesuai dengan tujuan hukum jual beli menurut syara’.

13
Setelah melihat dari sisi syarat dan rukun akad jual beli, praktik akad jual
beli ulat ungker di Desa Padaan Kecamatan Japah Kabupaten Blora telah
sesuai dengan hukum Islam dan bukan termasuk akad fasid, karena akad yang
terjadi dalam praktik jual beli ulat ungker diatas telah memenuhi semua syarat
dan rukun pembentukan akad jual beli dan juga telah memenuhi syarat
keabsahan akad jual beli.

4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan

Sebagai rangkaian dari keseluruhan isi pembahasan skripsi ini, maka


dalam bab terakhir ini kesimpulan yang bisa ditarik ialah:
1. Praktik jual beli ulat ungker di Desa Padaan Kecamatan Japah Kabupaten
Blora Jawa Tengah telah sesuai dengan rukun dan syarat keabsahan jual
beli. Para aqid dalam praktik jual beli ulat ungker di Desa Padaan sudah
memiliki kecakapan bertindak hukum dan sudah terdiri dari dua atau lebih
pihak yang berbilang. Ijab qabul dalam jual beli ulat ungker di Desa
Padaan dapat dinyatakan sah karena berada dalam satu majlis akad yang
sama. Sedangkan ijab qabul yang dilakukan dalam majelis akad melalui
telepon, dapat dikatakan sama dengan ijab qabul yang dilakukan oleh
orang-orang yang berhadapan atau yang dalam satu majelis akad.
Objek jual beli ulat ungker yang terjadi di Desa Padaan tersebut dapat
diserahkan atau dapat dilaksanakan, objek akad tersebut dapat ditentukan,
objek akad tersebut dapat ditransaksikan menurut syara’, dan objek akad
tersebut tidak bertentangan dengan ketertiban umum.
2. Praktik jual beli ulat ungker yang terjadi di Desa Padaan Kecamatan Japah
Kabupaten Blora memiliki tujuan yang sesuai dengan tujuan akad dalam
jual beli yaitu memindahkan hak milik atas barang dengan imbalan.
Oleh karena itu, penulis menarik kesimpulan bahwa praktik jual beli
ulat ungker di Desa Padaan Kecamatan Japah Kabupaten Blora Jawa
Tengah telah sesuai dengan hukum Islam dan tidak bertentangan dengan
keabsahan akad jual beli yang yang sesuai dengan hukum Syara’.

14
4.2 Saran

1. Hendaklah para tokoh masyarakat, khususnya tokoh agama lebih


memberikan informasi dan pengarahan mengenai akad jual beli dalam
Islam tentang cara bermuamalah secara baik dan benar. Dan untuk pakar
kesehatan hendaklah agar memberikan informasi tentang kesehatan dan
gizi yang terkandung dalam ulat ungker.
2. Hendaklah para penjual dan pembeli ulat ungker memperhatikan
keabsahan praktik jual beli agar jual beli tersebut sesuai dengan hukum
Islam dan tidak merugikan satu sama lain.
3. Hendaklah para penjual ulat ungker menjual ulat ungker dipasar-pasar atau
diwarung-warung agar jual beli ulat ungker tidak hanya terjadi dipinggir
jalan saja.
DAFTAR PUSTAKA

Ad-Duwaisy, Syaikh ‘Isa bin Ibrahim. 2006. Jual Beli Yang Diperbolehkan
Dan Yang Dilarang. Bogor: Pustaka Ibnu Katsir.

Anwar, Syamsul. 2010. Hukum Perjanjian Syariah. Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada.

Amiruddin & Zainal Asikin. 2003. Pengantar Metode Penelitian Hukum.


Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Armando, Nina M. 2005. Ensiklopedi Islam. Jakarta: Baru Van Hoeve.

As-Sa’adi, Abdurrahman, dkk. 2008. Fiqh Jual Beli (Panduan Praktis Bisnis
Syari’ah), cet. Ke-1. Jakarta: Senayan Publishing.

Ashofa, Burhan. 1996. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Citra.

Azam, Abdul Aziz Muhammad. 2010. Fiqh Muamalat Sistem Transaksi dalam
Fiqh Islam. Jakarta: Amzah.

Basyir, Ahmad Azhar. 2000. Asas-Asas Hukum Muamalat. Yogyakarta: UII


Press.

15

Anda mungkin juga menyukai