Anda di halaman 1dari 16

JEMBATAN ARUS BOLAK-BALIK (AC)

Disusun oleh :

Disusun oleh :
1. Arita Fajar Damasari ( 190210102014 )
2. Vinky Dwi Putriyani ( 190210102015 )
3. Sherly nur laily ( 190210102026 )
4. Nur lailatull mubarokah ( 190210102029 )
5. Firyal fatinah fitriyani ( 190210102032 )

PENDIDIKAN FISIKA - PENDIDIKAN MIPA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI………………………………………………………...iii
BAB 1. PEMBAHASAN....................................................................................1
2.1 Bentuk Umum Jembatan Arus Bolak Balik …………………..…1
2.2 Jembatan Maxwell……………………………………………….
2.3 Jembatan Wien …………………………………..
2.4 Jembatan Hay……………..
2.5 Jembatan…………………
2.6 Jembatan ……………
2.7 Jembatan ……………………….
BAB 3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan…
3.2 Saran
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, kami pemakalah dari kelompok lima mengucapkan syukur kehadirat


Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah
“Jembatan Arus Bolak-Balik” dan Kami sangat berterimakasih atas bimbingan dosen
Instrumentasi dan Pengukuran.

Makalah ini masih memiliki beberapa kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang
bersifat membangun untuk perbaikan ke depan sangant diharapkan. Semoga tugas membuat
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Jember, 8 Oktober 2019

Penulis
BAB 1. PEMBAHASAN

1.1 Bentuk Umum jembatan arus bolak-balik

Jembatan AC atau Jembatan Arus Bolak-Balik merupakan sebuah jembatan AC bentuk


dasarnya terdiri dari empat lengan, sumber eksitasi dan menyeimbangkan detektor. Setiap lengan
terdiri dari impedansi. Sumber AC adalah pasokan persediaan tegangan AC pada frekuensi yang
diperlukan. (Sumber: Electrical and Electronic Measurements and Instrumentation, A. K.
Sawhney, Dhanpatrai and Sons, New Delhi ).

Jala-jala yang diperlihatkan pada Gambar. 1 yang didapatkan dengan menggantikan


tahanan-tahanan yang terdapat pada empat cabang dari suatu jembatan arus searah dengan
impedansi-impedansi disebut jembatan bolak-balik. Karena hukum Ohm juga berlaku untuk arus
bolak-balik, maka kondisi untuk keseimbangan didapat sebagai berikut:

(1.1)

Persamaan ini adalah sama dengan dua persamaan di bawah ini:

(1.2)

(1.3)

Bila kondisi keseimbangan tersebut ditulis dengan suatu persamaan yang


memperlihatkan hubungan-hubungan antara bagian-bagian nyata dan bagian-bagian
imajinernya, maka didapat hubungan keseimbangan sebagai berikut:

(1.4)

(1.5)
Dari persamaan di atas maka dapat dilihat bahwa kondisi keseimbangan
dinyatakan dalam dua persamaan. Hal ini adalah merupakan perbedaan pokok dengan
persamaan keseimbangan dalam jembatan arus searah. Jadi dengan demikian, maka
berbeda dengan jembatan arus searah, dimana keseimbangan bisa dicapai dengan
pengaturan satu cabang, maka untuk jembatan arus bolak-balik, keseimbangan hanya
didapat dengan pengaturan dua komponen dari jembatan.

Gambar 1.1. Jembatan arus bolak-balik

Jembatan arus bolak-balik beraneka macam ragamnya. Kondisi-kondisi


keseimbangan pada arus bolak-balik pada umumnya tergantung dari frekuensi sumber
energinya, akan tetapi untuk pengukuran impedansi adalah sangat memudahkan bila
kondisi-kondisi keseimbangan dibuat tidak tergantung pada frekuensi. Jembatan arus
bolak-balik yang kondisi keseimbangannya tergantung dari frekuensi disebut jembatan-
jembatan frekuensi dan jembatan ini mendapatkan penggunaannya untuk pengukuran
frekuensi sederhana atau dalam osilator dan filter (Soedjana Sapiie, Osamu Nishino,
1976 : 123 – 124)
Jembatan arus bolak-balik merupakan perluasan wajar dari jembatan arus searah
dan dalam bentuk dasarnya terdiri dari empat lengan jembatan, sumber eksitasi, dan
sebuah detektor nol. Sumber daya menyalurkan suatu tegangan bolak-balik ke jembatan
pada frekuensi yang diinginkan. Untuk pengukuran pada frekuensi rendah, antaran
sumber daya (power line) dapat berfungsi sebagai sumber eksitasi, pada frekuensi yang
lebih tinggi, sebuah osilator umumnya menyalurkan tegangan eksitasi. Detektor nol
harus memberi tanggapan terhadap ketidakseimbangan arus-arus bolak-balik dan dalam

2
bentuk yang paling sederhana (tetapi sangat efektif) terdiri dari sepasang telepon kepala
(head phones). Dalam pemakaiaan lain, detektor nol dapat terdiri dari sebuah penguat
arus bolak-balik bersama sebuah alat pencatat keluaran atau sebuah indikator tabung
sinar elektron (tuning eye).

Bentuk umum sebuah jembatan bolak-balik ditunjukkan pada gambar 1.1.


Keempat lengan jembatan Z1, Z2, Z3, dan Z4 ditunjukkan sebagai impedansi yang
nilainya tidak ditetapkan dan detektor dinyatakan oleh telepon kepala.

Gambar 1.1 Bentuk umum jembatan arus bolak-balik

Persyaratan kesetimbangan jembatan memerlukan bahwa beda potensial dari A


ke C adalah nol. Ini akan terjadi bila penurunan tegangan dari B ke A sama dengan
penurunan tegangan dari B ke C untuk besar (magnitude) dan fasa. Dalam notasi
kompleks dapat dituliskan :

EBA = EBC atau I1 Z1 = I2 Z2 ………………. (1.6)

Agar arus detektor nol (kondisi setimbang), arus-arus adalah

E
I1 =
Z1 + Z3 ……………….
(1.7)

E
I2 =
Z2 + Z4 ………………. (1.8)
Substitusi pers (1.7) dan (1.8) ke dalam persamaan (1.6) memberikan

Z 1 Z 4 = Z 2 Z3 ……………….
(1.9)

( Z 1 ∠ θ1 )( Z 4 ∠θ 4 ) = ( Z 2 ∠ θ2 )( Z 3 ∠ θ3 ) ……………….

1.2 Jembatan-jembatan pembanding


1.2.1 Jembatan pembanding kapasitansi
Dalam bentuk dasarnya jembatan arus bolak-balik dapat digunakan untuk
pengukuran induktansi atau kapasitansi yang tidak diketahui dengan
membandingkannya terhadap sebuah induktansi atau kapasitansi yang diketahui. Sebuah
jembatan pembanding kapasitansi dasar ditunjukkan pada gambar 1.2.

Gambar 1.2 Jembatan pembanding kapasitansi

Kedua lengan perbandingan adalah resistif dan dinyatakan oleh R1 dan R2.
lengan standar terdiri dari kapasotor Cs seri dengan tahanan Rs, di mana Cs adalah
kapasitor standar kualitas tinggi dan Rs adalah tahanan variabel. Cx menyatakan
kapasitansi yang tidak diketahui dan Rx adalah tahanan kebocoran kapasitor.

Dua bilangan komplek adalah sama bila bagian-bagian nyata dan bagian-bagian
khayalnya adalah sama. Dengan menyamakan bagian-bagian nyata diperoleh
R2
RX = Rs
R1 R X = R 2 R s atau R1 ……………….
(2.1)

samakan bagian-bagian khayal diperoleh

jR 1 jR 2 R1
= Cx = Cs
ω Cx ω Cs atau R2 ……………….
(2.2)

Agar memenuhi kedua syarat setimbang dalam konfigurasinya, jembatan harus


mengandung dua elemen variable. Setiap dua dari empat elemen yang tersedia dapat
dipilih walaupun dalam praktek kapasitor Cs merupakan kapasitor standar presisi tinggi
dengan nilai yang tetap dan tidak dapat diatur. Pemeriksaan terhadap persamaan-
persamaan setimbang menunjukkan bahwa Rs tidak muncul dalam bentuk Cx. jadi untuk
menghilangkan setiap interaksi antara kedua pengontrol kesetimbanga, Rs merupakan
pilihan yang tepat sevagai elemen variabel kedua seperti ditunjukkan pada gambar 1.2.

Karena kita mengukur kapasitor yang tidak diketahui yang efek tahanannya bisa
kecil sekali, pengaturan pertama sebaiknya dilakukan pada bagian kapasitif yang berarti
mengatur R1 agar menghasilkan suara paling kecil dalam telepon kepala. Dalam
kebanyakan hal suara tersebut tidak akan hilang seluruhnya, sebab syarat setimbang
kedua belum dipenuhi. Maka Rs diatur untuk kesetimbangan bagian resistif dan suara
dibuat agar semakin mengecil. Ternyata bahwa pengaturan kedua tahanan secara
bergantian adalah perlu untuk menghasilkan keluaran nol dalam telepon kepala dan
untuk mencapai kondisi setimbang yang sebenarnya. Perlunya pengaturan secara
bergantian menjadi jelas bila kita sadari bahwa setiap perubahan dalam R 1 bukan hanya
mempengaruhi persamaan setimbang kapasitif, tetapi juga mempengaruhi persamaan
setimbang resistif, sebab R1 muncul dalam kedua bentuk persamaan tersebut.

I.2.2 Jembatan pembanding induktansi

Konfigurasi umum jembatan pembanding induktansi mirip dengan jembatan


pembanding kapasitansi. Induktansi yang tidak diketahui ditentukan dengan
membandingkan terhadap sebuah induktor standar yang diketahui seperti ditunjukkan
pada diagram gambar 1.3.

Gambar 1.3 Jembatan pembanding induktansi

Penurunan persamaan setimbang pada dasarnya mengikuti langkah-langkah


yang sama seperti pada jembatan pembanding kapasistansi dan tidak akan dikemukakan
secara lengkap.
Dapat ditunjukkan bahwa persamaan setimbang induktansi memberikan

R2
Lx = Ls
R1 ……………….(2.3)

dan persamaaan setimbang resistif memberikan :

R2
R x = Rs
R1 ……………….(2.4)

Dalam jembatan ini, R2 dipilih sebagai pengontrol kesetimbangan induktif, dan


Rs adalah pengontrol kesetimbangan resistif.

1.2 Jembatan Maxwell dan aplikasinya


Jembatan Maxwell dapat digunakan untuk mengukur induktansi dengan
perbandingan baik dengan variabel standar dari induktansi atau dengan variabel
kapasitansi standar. Kedua pengukuran dapat dilakukan dengan menggunakan
jembatan Maxwell dalam dua bentuk yang berbeda, pengukuran listrik dan
elektronik.
Jembatan Maxwell, yang diagram skemanya ditunjukkan pada gambar 1.4

Gambar 1.4 Jembatan Maxwell

Salah satu lengan perbandingan mempunyai sebuah tahanan dan sebuah


kapasistansi dalam hubungan pararel, dan untuk hal ini adalah lebih mudah untuk
menuliskan persamaan kesetimbangan dengan menggunakan admitansi lengan 1
sebagai pengganti impedansi.

Dengan menyusun kembali persamaan umum kesetimbangan jembatan,


diperoleh

Zx = Z2Z3Y1 ……………….(2.5)

Di mana Y1 adalah admitansi lengan 1. Dengan melihat kembali ke gambar 1.4


ditunjukkan bahwa

Zx = R2; Z3 = R3; dan

1
Y1 = + jω C 1
R1 ……………….(2.6)

Substitusi harga-harga ini ke dalam persamaan (2.6) memberikan

1
Z x = R x + jω L x = R 2 R 3 ( + jω C 1 )
R1 ……………….(2.7)
Pemisahan bagian nyata dan bagian khayal memberikan

R2 R3
Rx =
R1 ……………….(2.8)

Jembatan Maxwell terbatas pada pengukuran kumparan dengan Q menengah


(1<Q<10). Prosedur yang biasa untuk menyetimbangkan jembatan Maxwell adalah
dengan pertama-tama mengatur R3 untuk kesetimbangan induktif dan kemudian
mengatur R1 untuk kesetimbangan resistif. Kembali kepengaturan R3 ternyata bahwa
kesetimbangan resistif telah terganggu dan berpindah ke suatu nilai baru. Proses ini
diulang dan memberikan pemusatan yang lambat ke kesetimbangan akhir. Untuk
kumparan-kumparan Q menengah, efek tahanan tidak dinyatakan, dan kesetimbangan
tercapai melalui beberapa pengaturan.

1.3Jembatan Wien

Jembatan  Wien  dikemukakan  di  sini  bukan  hanya  untuk  pemakaiannya namun
jembatan arus bolak-balik guna mengukur frekuensi, tetapi juga untuk berbagai
rangkaian bermanfaat  lainnya.  Sebagai  contoh,  sebuah  jembatan  Wien  kita 
temukan  di  dalam alatsebagai  saringan  pencatat  (notch  filter)  yang  membedakan 
terhadap  satu  frekuensitertentu. 

Pemakaian  jembatan  Wien  juga  terdapat  di  dalam  osilator  audio  dan 
frekuensitinggi  (high  frequency,  HF)  sebagai  elemen  pengukur 
frekuensi (frequency  determininelement).  Namun  dalam  bab  ini,  jembatan  Wien 
dibahas  dalam  bentuk dasar yang direncanakanuntuk mengukur frekuensi
Jembatan Wien memiliki sebuah kombinasi seri RC dalam satu lengan dan sebuah
kombinasi paralel RCdalam lengan di sebelahnya.

Gambar 1.5 jembatam wien


Dengan menggunakan persamaan dasar untuk  kesetimbangan jembatan dan
memasukkan nilai-nilai yang tepat diperoleh yang  merupakan  pernyataan  umum  bagi 
frekuensi  jembatan  Wien.  Dalam  sebuah  jembatan praktis, kapasitor C1dan C3
adalah kapasitor-kapasitor tetap, dan tahanan R1 dan R2 adalah  tahanan  variabel  yang 
dikontrol  oleh  sebuah  poros  bersama. Dengan  menetapkan bahwa  sekarang  R2
=2R4,  jembatan  dapat  digunakan  sebagai  alat  pengukur  frekuensi yang 
disetimbangkan  oleh  satu  pengontrol  tunggal.  Pengontrol  ini  dapat  dikalibrasi
langsungdalam frekuensi. Karena  sensitivitas  frekuensinya,  jembatan  Wien  mungkin 
sulit  dibuat  setimbang (kecuali  bentuk  gelombang  tegangan  yang  dimasukkan
adalah  sinus  murni). Karena  jembatan  tidak  setimbang  untuk  setiap  harmonik 
yang  terdapat  di  dalam  tegangan  yang  dimasukkan,  harmonik-harmonik  ini 
kadang-kadang  akan  menghasilkan  suatu  tegangan keluar yangmenutupi titik
setimbang yang benar

1.4 Jembatan Hay


• Jembatan hay, digunakan untuk mengukur sebuah induktansi yang tidak diketahui,
yang dinyatakan dalam kapasitansi yang diketahui. • Pada gambar, ditunjukkan
rangkaian jembatan Hay yang berbeda dari jembatan Maxwell, dimana tahanan R1
dihubungkan seri dengan kapasitor C1.

• Impedansi keempat lengan dinyatakan dalam bentuk bilangan kompleks :

• Subsitusikan harga-harga Z1, Z2, Z3,dan Z4 ke dalam persamaan kesetimbangan (4)

• Dengan menyamakan sisi real dan khayal maka diperoleh :

dan

• Pada persamaan ( Rx) dan ( Lx ), dapat dilihat bahwa harga tahanan dan induktansi
yang tidak diketahui ( Rx dan Lx ) mengandung kecepatan sudut ω, yang berarti bahwa
frekuensi harus diketahui secara tepat.

• Syarat kedua kesetimbangan, menyatakan bahwa jumlah sudut fasa dari lengan-lengan
berhadapan harus sama, jadi jumlah sudut fasa induktif harus sama dengan jumlah sudut
fasa kapasitif, karena sudut-sudut fasa resistif adalah nol.
• Pada gambar berikut, ditunjukkan diagram vektor bahwa :

• tangen sudut fasa induktif adalah :

• tangen sudut fasa kapasitif adalah :

• Jika kedua sudut fasa tersebut sama, maka besar tangennya juga sama, jadi :

• Subsitusikan harga pada persamaan di tas ke dalam persamaan Lx), maka bentuk Lx
menjadi :

Untuk nilai Q lebih besar dari 10 ( Q > 10 ), maka suku (1/Q)² menjadi lebih kecil dar
1/100, sehingga dapat diabaikan, oleh karena itu persamaan berubah menjadi bentuk
yang sama ( diturunkan ) pada jembatan Max

1.5 Jembatan Schering

Jembatan arus bolak balik yang paling penting dan digunakan secara
luas untuk pengukuran kapasitor, dan mengukur sifat-sifat isolasi, yaitu
pada sudut-sudut fasa yang mendekati 90°. • Jembatan ini memberikan
beberapa keuntungan nyata dibandingkan dengan jembatan pembanding
kapasitansi.

Gambar 1.6 jembatan schering


• Jembatan arus bolak balik yang paling penting dan digunakan secara luas untuk
pengukuran kapasitor, dan mengukur sifat-sifat isolasi, yaitu pada sudut-sudut fasa yang
mendekati 90°. • Jembatan ini memberikan beberapa keuntungan nyata dibandingkan
dengan jembatan pembanding kapasitansi.

• Pada lengan 1 terdiri dari tahanan R1 diparalel dengan sebuah kapasitor variabel dan
lengan standar hanya terdiri dari sebuah kapasitor ( umumnya kapasitor standar
merupakan kapasitor mika yang bermutu tinggi untuk pengukuran yang umum dan
kapasitor udara untuk pengukuran isolasi ). • Sebuah kapasitor mika bermutu tinggi
mempunyai kerugian yang sangat rendah ( tidak mempunyai tahanan bocor), oleh
karena itu mempunyai sudut fasa mendekati 90°. • Impedansi keempat lengan
dinyatakan dalam bentuk bilangan kompleks :

• Dengan menyamakan bagian nyata dan bagian khayal, diperoleh

Persamaan umum kesetimbangan jembatan :

• Faktor daya untuk besaran yang tidak diketahui adalah tg θ = Rx/Zx. • Untuk sudut-
sudut fasa yang mendekati 90°, reaktansi hampir sama dengan impedansi maka faktor
daya didefinisikan :

dimana : Xx adalah reaktansi kapasitip yg tidak diketahui


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Aliran listrik berdasarkan sifatnya dibedakan antara listrik arus searah (direct
current, DC) dan listrik bolak balik (alternating-current, AC) disebut listrik arus searah
jika arahnya tetap, arus searah yang besarnya tetap disebut arus rata, dan arus searah
yang besarnya berubah disebut dengut atau arus pulsa.
Harga efektif dari listrik arus bolak balik setara dengan besarnya arus rata yang
besar hambatan dan selang wktu yang sama menghasilkan kerja listrik yang sama besar,
sedangkan harga rata-rata dari listrik arus bolak balik setara dengan besarnya arus rata
yang dalam selang waktu memindahkan sejumlah muatan yang sama besarnya.
Keuntungan cara penyelesaian dengan fungsi eksponensial kompleks dan
impedansi kompleks dapat digunakan untuk menyakan fasor dan diterapkan aturan
untuk arus searah.
Untuk resonansi pada rangakaian RLC sumber tegangannya tetap, artinya nilai
rms Vs tidak tergantuk pada arus yang mengalir dalam rangkaian.

B.     Saran
Diharapkan semua pihak memberikan sumbangsinya dalam menyempurnakan
makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

A.K. Sawhney. Dhanpatrai and Sons. Electrical and Electronic Measurements and
Intrumentation. New Delhi.

Cooper, William D. 1999. Instrumentasi Elektronika Dan Teknik Pengukuran. Jakarta:


Erlangga (Diterjemahkan oleh: Ir. Sahat Pakpahan)

Soedjana, Sapiie. Osamu, Nishino. 1976. Pengukuran dan Alat – Alat Ukur Listrik. Jakarta: PT.
Pradya Paramita.

Suryatmo. 1997. Fakultas Teknik: Pengukuran Listrik dan Elektronika. Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai