Anda di halaman 1dari 11

UNI EROPA

1.0 Sejarah dan Latar belakang terbentuknya Uni Eropa

Uni Eropa atau the European Union (EU) merupakan organisasi kesatuan politik dan
ekonomi dari 28 negara negara anggota. Uni Eropa adalah blok regional  yang paling
terintegrasi, beroperasi sebagai pasar tunggal dengan mata uang bersama (euro). Kesatuan ini
juga mengelola berbagai kebijakan umum, termasuk perdagangan dan pertanian. Bahkan, saat
ini merambah hingga ke kebijakan pertahanan bersama. Selain itu, warga UE menikmati
kebebasan perjalanan dan pertukaran antara negara anggota.

Latar Belakang Historis

Setelah Perang Dunia II menghancurkan ekonomi dan pasar keuangan Eropa, negara-
negara bertekad untuk membangun kembali ekonomi mereka yang hancur, memulihkan
pengaruh, dan memastikan bahwa bencana semacam itu tidak akan terjadi lagi.Proses restorasi
ini dirangsang oleh Marshall Plan yang dipimpin A. S. Marshall Plan memberi negara-negara
Eropa tunjangan finansial untuk mengembalikan stabilitas ekonomi.Banyak orang mendukung
gagasan Eropa yang bersatu secara politik dan mengusulkan sebuah federasi Eropa atau beberapa
bentuk pemerintahan Eropa.

Pada tanggal tanggal 19 September 1947, negarawan Inggris Winston Churchill


memberikan pidato di Universitas Zurich yang menguraikan visinya tentang “Amerika Serikat
Eropa” yang serupa dengan Amerika Serikat.Pada kelanjutannya, gagasan ini diberlakukan dan
sebuah Dewan Eropa didirikan pada tahun 1949, meskipun tetap menjadi organisasi terbatas
hingga saat ini. Dewan Eropa tidak memegang kekuasaan legislatif atau hak untuk
memilih.Organisasi ini juga dapat dikatakan sebagai forum pertukaran politik untuk membela
hak asasi manusia, demokrasi parlementar, dan supremasi hukum, yang menjadi salah satu
konsen EU.

Tiga Komunitas

 Uni Eropa saat ini tumbuh menjadi tiga komunitas yang terpisah: European Coal and
Steel Community (ESC), the European Economic Comunity (EEC), dan the European Atomic
Energy Community (EAEC). Setiap  komunitas ini memliki komisi dan dewannya sendiri.
Ketiga komunitas tersebut juga memiliki anggota yang sama terus menerus.Di awal tahun 1951,
Prancis, Jerman, Belgia, Luksemburg, Belanda, dan Italia mendirikan ECSC, sebuah badan
administratif yang mengawasi produksi batubara dan baja. Organisasi ini diresmikan pada tahun
1952 melalui perjanjian Paris.Sebelumnya, pada 9 Mei 1950, Menteri Luar Negeri Prancis,
Robert Schuman, secara terbuka mempresentasikan rencananya untuk menggabungkan sumber
daya batubara dan baja dari negara-negara anggota untuk menciptakan pasar terpadu untuk
produk batubara dan baja mereka.
Rencana ini menjadi terkenal dengan sebutan “Schuman Declaration”. Yang dirancang
oleh pegawai negeri Prancis Jean Monnet. Awalnya Inggris diundang untuk bergabung dengan
komunitas ini, namun menolak karena alasan kedaulatan.Pada 1954, ECSC berhasil mencabut
pembatasan impor dan ekspor, mencipatakan pasar tenaga kerja terpadu dan juga seperangkat
peraturan yang sama. Hasilnya, antara tahun 1952 dan 1960, produksi baja naik siginifikan
sekitar 75%. Saat itu batu bara dan baja merupakan sumber utama industrialisasi.Beberapa tahun
kemudian, negara anggota ECSC berusaha untuk mengintegrasikan diri secara polits dan militer.
Mereka bermaksu menciptakan Komunitas Politik Eropa dan Komunitas pertahanan Eropa
(EDC), yang memiliki dinas militer Eropa di bawah kontrol bersama. Namun, terlepas dari
perjanjian yang dicapai antara negara-negara anggota. Majelis Nasional Prancis gagal
meratifikasi perjanjian tersebut, dan karenanya EDC gagal direalisasikan.

Segera setelah ratifikasi gagal, negara anggota ECSC mencoba mewujudkan keinginan
mereka kembali untuk melakukan integrasi lebih lanjut dan mendirikan Komunitas Ekonomi
Eropa bersama dengan Komunitas Engeri Atom Eropa.  EEC didirikan melalui perjanjian Roma
pada tahun 1957 dan membentuk sebuah serikat bea cukai di antara enam negara pendiri pada
tahun 1958. Para ahli berpikir bahwa integrasi ekonomi yang lebih dalam akan mengarah pada
kesatuan politik.EEC bekerja untuk liberalisasi aliran barang, jasa, modal, dan tenaga kerja;
penghapusan perserikatan dan kartel; serta pengembangan kebijakan terhadap tenaga kerja,
kesejahteraan sosial, pertanian, transportasi dan perdagangan luar negeri. EEC adalah organisasi
terpenting dari ketiga komunitas tersebut.

Sementara itu, EAEC, yang juga dikenal sebagai Euratom berdiri sebagai organisasi
ketiga dan juga didirikan bersamaa n dengan Perjanjian Roma pada 1958. Tujuan Euratom
adalah kolaborasi antara negara-negara anggota dalam penelitian nuklir damai untuk memastikan
pergerakan bebas bahan baku nuklir, peralatan, modal investasi, dan spesialisasi di dalam
masyarakat. Selain itu untuk mempromosikan penelitian nuklir Eropa daripada sebagai ajang
persaingan antar negara. otoritas Euratom terbatas pada penggunaan energi atom secara sipil.
Dikarenakan Inggris tidak berpartisipasi dalam salah satu dari tiga komunitas tersebut, maka
diusulkan agar pasar umum diperluas ke Amerika Serikat.

London memulai negosiasi Asosiasi Perdagangan Bebas Eropa (EFTA), yang


diselesaikan pada 1960 dan bergabung dengan negara-negara Eropa yang bukan anggota dari
komunitas di atas. Selama tahun 1970-an, EFTA dan EEC menegosiasikan berbagai perjanjian
perdagangan bebas untuk mengurangi hambatan perdagangan dan pada tahun 1979
memperkenalkan European Monetary System (EMS), yang membantu menstabilkan mata uang
setelah dua krisis besar minyak pada 1973 dan 1979.

Komunitas Eropa

Perjanjian Brusel tahun 1965 menggabungkan Euratom, EEC, dan ECSC sebagai
Komunitas Eropa (EC). Perjanjian tersebut juga menggabungkan tiga komisi dan dewan sebagai
satu-satunya  Komisis Komunitas Erp[a dan satu Dewan Menteri Komunitas Eropa.Presiden
Prancis, Charles de Gaulle memveto keanggotaan Inggris, yang telah berlaku sejak 1963 untuk
pertama kalinya. Baru setelah de Gaulle berhenti, Inggris dapat bergabung ke Komunitas Eropa
pada 1973. Pada waktu yang sama, Irlandia dan Denmark bergabung dengan EC.Keputusan
tunggal Eropa pada 1987, menciptakan pasar tunggal internal Eropa dan menghapus semua
hambatan perdagangan yang mungkin menghalangi arus bebas barang, jasa, dan tenaga kerja.
Masyarakat juga semakin terintegrasi di dalam urusan politik dan sosial.Hampir sepuluh tahun
kemudian, Yunani bergabung dengan Komisis Eropa pada 1981. Bergabungnya Yunani, diikuti
oleh Spanyol dan Portugal pada tahun 1986. Ketika Jerman bersatu kembali pada tahun 1990,
bekas Jerman Timur secara otomatis diserap ke dalam komunitas.

Transformasi Menjadi Uni Eropa

Pada tahun 1993, Komunitas Eropa berubah nama menjadi Uni Eropa. Perubahan nama
tersebut ditetapkan oleh perjanjian Eropa, yang ditandatangani di Masstricht, Belanda, pada
tahun 1992. Hasil perjanjian itu kemudian diratifikasi oleh negara-negara anggota EU pada tahun
1993.Perjanjian ini menjadi dasar untuk penggunaan mata uang tunggal Eropa (euro), sebuah
sistem perbankan sentral, ketentuan hukum Uni Eropa, dan integrasi lebih lanjut di bidang
kebijakan seperti kebijakan luar negeri dan keamanan. Perjanjian baru ini juga sekaligus
menggantikan Perjanjian Roma 1957.Uni Eropa menyerap Uni Eropa Barat pada tahun 1999,
yang secara otomatis memberi kemampuan militer Uni Eropa. Pada tahun 1995, Uni Eropa
mengundang Austria, Finlandia, dan Sweden untuk bergabung, sekaligus menambah jumlah
negara anggota menjadi 15.

Pada 1 Januari 2002, euro menggantikan uang kertas dan koin lama negara-negara Uni
Eropa. Satu tahun kemudian, pada 2003, Komunitas Eropa memulai negosiasi dengan Estonia,
Latcia, Lithuania, Polandia, Republik Ceko, Slovakia, Hungaria, Slovenia, Kepulauan Cyprus,
dan Malta untuk keanggotaan Uni Eropa.  Pembesaran terbaru ini mulai berlaku pada 1 Mei
2004. Selanjutnya, Bulgaria dan Rumania menyusul bergabung dengan EU pada 1 Januari 2007.
Negara terakhir yang bergabung dengan EU adalah Kroasia pada 1 Juli 2013.Selain itu, terdapat
beberapa kandidat anggota baru EU, seperti Turki, Macedonia, Serbia, dan Kosovo.Pada bulan
Desember 2007, para pemimpin Eropa menandatangani Perjanjian Lisbon, untuk menggantikan
Konstitusi Eropa yang  tidak populer dan gagal. Namun, ketika Irlandia memilih menolak
perjanjian tersebut pada bulan Juni 2008, masa depan perjanjian itu menjadi tidak pasti. Baru,
pada jajak pendapat kedua tanggal 2 Oktober 2009, Irlandia memilih mendukung perjanjian 
tersebut. Perjanjian Lisbon akhirnya diratifikasi oleh seluruh anggota EU pada 3 November
2009, dan mulai berlaku pada tanggal 1 Desember 2009.Berkantor pusat di Brussels,
Luksemburg, dan Strassbourg. Lembaga utama Uni Eropa termasuk Parlemen Eropa, Dewan
Uni Eropa, Komisi Eropa, Pengadilan Eropa, Pengadilan Auditor, dan Bank Sentral Eropa
berada di sana.Pada awal abad ke-21, Uni Eropa terdiri dari sekitar 500 juta warga negara dan
menghasilkan sekitar 30 persen dari PDB global. Motto Uni Eropa adalah United in Diversity,
dan mungkin didasarkan oleh fakta bahwa EU memiliki dua puuluh tiga bahasa resmi.

Uni eropa sendiri berbeda dengan organisasi kerja sama dengan organisasi kerjasama
antar negara lainnya, contohnya dengan ASEAN. Seperti penerimaan anggota, dimana pada
penerimaan naggotanya. Untuk menjadi anggota Uni Eropa, suatu Negara harus memiliki
demokrasi yang stabil dan juga bisa menjamin supremasi hukum, hak-hak asasi manusia, dan
juga perlindungan terhadap kaum minoritas. Selain itu juga Negara harus memiliki ekonomi
pasar yang berfungsi serta administrasi public yang dapat menerapkan dan mengelola undang-
undang dengan baik. Tidak semua Negara Di Eropa menjadi anggota. Negara-negara yang masih
menjadi kandidiat anggota uni eopa diantaranya adalah Islandia, Republik Macedonia, (bekas
Yugoaslavia) Montenegro, Serbia, dan juga Turki. Berbeda dengan ASEAN yang didasarkan
pada latar belakang sejrahnya yang sama dan juga regionalnya.

1.1 Perbedaan Uni Eropa dan ASEAN

Uni Eropa dan ASEAN saat ini merupakan 2 (dua) organisasi terbesar di dunia, setidaknya
dari pandangan orang Indonesia, Uni eropa dan ASEAN merupakan organisasi regional yang
sangat familiar dan popular. Di balik popularitas mereka berdua, banyak yang menyamakan
antara kedua prganisasi regional tersebut., terutama menyamakan proses integrasi Komunitas
ASEAN memiliki perbedaan yang sangat krusial dan juga sangat mencolok, seperti di bawah ini

1. Supranational
Organization dan Inter Governmental Organization
Uni eropa merupakan Supranational Organisation, yang artinya Negara anggota telah
memberikan sebagian besar kedaulatannya kepada Uni Eropa, contohnya adalah peran
Europaean Commission yang bertindak layaknya layaknya pemerintah, dapat
mengajukan pembentukan hukum dan juga dapat melakukan perjanjian dengan Negara
lain. ASEAN merupakan International Government Organisation , yang artinya
kedaulatan masih dipegang oleh Negara-negara ASEAN, semua keputusan harus melalui
consensus Negara ASEAN, tidak ada hukum yang berlaku khusus bagi Negara anggota
ASEAN. Semua perjanjian international hanya bisa berlaku di Negara anggota ASEAN
apabila Negara tersebut meratifikasi perjanjian tersebut.

2. Common Currency
Uni eropa memiliki mata uang euro yang dipakai oleh 18 dari 28 negara yang ada atau
menjadi anggota Uni Eropa. Mata uang eior ini bertujuan untuk memudahkan transaksi
keuangan di wilayah Eropa, penggunaan mata uang euro ini semakin memudahkan proses
integrasi Uni Eropa, khususnya di sector ekonomi. ASEAN tidak memiliki Common
Currency yang seperti halnya di miliki oleh Uni Eropa. Sifat ASEAN yang merupakan
Internasional government organization belum bisa membuat Negara anggota bergerak
untuk membahas adanya mata uang tungal di wilayah ASEAN. Selain itu jurang
perbeaan kekuatan perekonomian antar Negara ASEAN yang juga cukup besar membuat
Negara anggota masih nyaman untuk menggunakan mata uang tunggal

<>Hubungan Saling Menguntungkan ASEAN-EU

Berakhirnya Perang Dunia Kedua memicu munculnya fenomena-fenomena politik baru


dalam politik global, yaitu munculnya kerja sama dan integrasi negara dalam suatu kawasan
dalam skala kontinental (Christainsen, 2001). EU dapat dijadikan sebagai salah satu contoh
dalam mendefinisikan dan menjelaskan mengenai kerja sama kawasan. Hal tersebut dikarenakan
kerja sama EU telah menjadi salah satu kekuatan ekonomi dunia yang belum bisa ditemukan di
tempat lain, ketika kawasan lain masih sedang berusaha menuju ke arah kerja sama yang lebih
terintegrasi. EU telah terintegrasi dan menciptakan entitas ekonomi Eropa dengan mata uang
tunggal, yakni euro (Winarno, 2014). Selain itu, EU juga mempunyai perangkat kerja sama yang
cukup lengkap bahkan mereka pun juga mampu untuk menciptakan suatu bentuk polity baru
(Christainsen, 2001).

Ketika EU sudah memiliki sistem yang lengkap dan sudah terintegritas dengan baik,
masih ada beberapa kawasan lain yang masih dalam keadaan kurang baik sebagai akibat
disparitas yang sangat tinggi di antara negara negara anggotanya. Misalkan saja ASEAN, sebagai
salah satu organisasi kerja sama kawasan yang mencakup bidang sosial, budaya, dan juga
ekonomi yang sejak akhir 1960an. Pada awal terbentuknya, struktur ASEAN tidak berjalan baik
karena konflik ideologis. Di sisi lain, negara-negara anggota ASEAN kecuali Singapura,
merupakan negara agraris sehingga tidak ada kesempatan kerja sama saling mengisi
(Rangganawati, 2005). Meski demikian, kerja sama antara EU-ASEAN tetap bisa terlaksana.
Salah satunya yaitu kerja sama dengan Indonesia, sebagai bagian dari ASEAN, sejak tahun 1967.
EU yang pada saat itu masih berwujud EEC atau European Economic Community, untuk
pertama kalinya menjalin hubungan kerja sama dengan ASEAN (Kementerian Luar negeri
Indonesia, 2008).
EU yang secara kelembagaan merupakan sebuah integrasi kawasan regional negara Eropa
telah mengalami fase-fase perkembangan yang kompleks dan mengakar. Terdiri dari 27 negara
anggota yang memiliki Pendapatan Domestik Bruto (PDB) terbesar di dunia, EU tentunya
memiliki standar yang tinggi baik pada aspek birokrasi tetapi juga khususnya pada aspek
regulasi. Mulai dari standar operasional, prosedur, hingga syarat-syarat yang tinggi harus
dipenuhi oleh Indonesia sebelum mendapatkan persetujuan untuk masuk dan bersaing secara
mandiri di pasar EU. Sekilas hubungan antara ASEAN dan EU terlihat timpang dan hanya
menguntungkan satu pihak saja yakni ASEAN. Sedangkan disini EU terlihat sama sekali tidak
mendapatkan keuntungan dari kerja sama regional tersebut bahkan dirasa merugikan EU.
Namun, relasi antara kedua regional tersebut justru saling menguntungkan.

Jika dianalisis, hubungan antara EU dan ASEAN bisa dikatakan positive sum game
dimana kondisi dimana jumlah keuntungan dan kerugian dari seluruh peserta yang terlibat adalah
positif (Jackson, 2009). Dalam hal ini, keuntungan yang bisa didapat ASEAN adalah dengan
menjadikan EU sebagai investor yang bisa menunjang pembangunan ataupun mengembangkan
potensi ekonomi negara anggota ASEAN. Dari kerja sama ini ASEAN dapat menjadikan EU
sebagai investor yang memberikan modal kepada para negara anggota untuk mengembangkan
usaha dalam negerinya dan untuk menyediakan lapangan pekerjaan baru, yang tentunya dapat
membantu para negara anggota. Salah satu contohnya adalah mengenai Program Enhanced
Regional EU-ASEAN DialogEU Instrument (E-READI) dan Enhanced ASEAN Regional
Integration Support from the EU (ARISE Plus) . Kedua program ini menjadi program unggulan
dari kerja sama pembangunan EU di ASEAN dengan keseluruhan dana senilai US$61 juta
European (External Action Service, 2018).

2.3 Pembuatan Keputusan di Uni Eropa


Pengambilan keputusan ditingkat Uni Eropa melibatkan berbagai lembaga-
lembaga Eropa, khususnya: Parlemen Eropa, Dewan Eropa, Dewan Uni Eropa, dan
Komisi Eropa. (European Commission Directorate-General for Communication Citizens
Information, 2014)Uni Eropa memiliki beberapa jenis undang-undang, setiap jenis
perbuatan hukum diterapkan dengan cara yang berbeda:
A. Regulation, adalah hukum yang berlaku dan mengikat di semua
negara anggota secara langsung. Tidak perlu menjadi hukum nasional
oleh Negara anggota meskipun hukum nasional mungkin perlu diubah
untuk menghindari peraturan yang bertentangan 2.
B. Directive, adalah hukum yang mengikat negara-negara anggota, atau
sekelompok negara anggota untuk mencapai tujuan tertentu. Secara
signifikan, directive menentukan hasil yang ingin dicapai, di 38 mana
hal itu dikembalikan kembali kepada negara-negara anggota secara
individual untuk memutuskan bagaimana hukum tersebut dilakukan;
C. Decision, sebuah keputusan dapat ditujukan kepada negara-negara
anggota, kelompok orang, atau bahkan individu. Hal ini mengikat
secara keseluruhan. Keputusan yang digunakan misalnya, untuk
memutuskan penyatuan beberapa perusahaan;
D. Recommendations and Opinions, tidak memiliki kekuatan yang
mengikat. (European Commission Directorate-General for
Communication Citizens Information, 2014)
Mekanisme undang-undang yang disahkan di dalam Uni Eropa, yakni setiap
hukum Eropa didasarkan pada sebuah artikel perjanjian khusus, disebut sebagai ‘legal
basis’. Hal itu menentukan prosedur legislatif yang harus diikuti. Perjanjian tersebut
menetapkan proses pengambilan keputusan, termasuk usulan dari Komisi Eropa,
successive readings oleh Dewan dan Parlemen, dan pendapat dari badan penasehat. Hal
itu ditetapkan saat unanimity diperlukan, dan ketika qualified majority dirasa cukup
untuk Dewan mengadopsi undang-undang tersebut.
Sebagian besar dari undangundang Uni Eropa diadopsi menggunakan ‘ordinary
legislative procedure’. (European Commission Directorate-General for Communication
Citizens Information, 2014) Dalam prosedur ini, Parlemen dan Dewan berbagi kekuasaan
legislatif. Prosedur dimulai dari Komisi Eropa. Ketika mempertimbangkan proposal,
Komisi sering meminta pendapat terkait topik yang diajukan kepada pemerintah,
pebisnis, organisasi masyarakat sipil dan individu. Pendapat dikumpulkan sebagai daya
tawar untuk diajukan ke dalam usulan Komisi yang akan disampaikan kepada Dewan dan
Parlemen. (European Commission Directorate-General for Communication Citizens
Information, 2014) Kemudian tugas Dewan dan Parlemen adalah membaca usulan dari
Komisi dan mendiskusikan proposal tersebut.
Jika tidak ada kesepakatan yang tercapai di kedua lembaga penting tersebut
dilakukan pembacaan kedua. Dalam second reading, proposal diletakkan sebelum
‘conciliation committee’ yang terdiri dari jumlah yang sama dari wakil-wakil Dewan dan
Parlemen. Perwakilan Komisi juga menghadiri pertemuan Komite dan berkontribusi
dalam diskusi tersebut. Setelah Komite mencapai kesepakatan, teks yang telah disepakati
dikirim ke Parlemen dan Dewan untuk third reading, sehingga akhirnya dapat diadopsi
sebagai hukum.
Dalam kebanyakan kasus, suara Parlemen pada proposal yang diajukan adalah
simple majority. Sedangkan Dewan memiliki suara yang qualified majority, di mana
setidaknya ada setengah dari jumlah anggota Uni Eropa, mempresentasikan sekitar dua
pertiga dari penduduk, dan suara yang mendukung.
Dalam beberapa kasus, pemungutan suara bulat diperlukan oleh Dewan.
(European Commission Directorate-General for Communication Citizens Information,
2014) Selain segitiga lembaga KomisiDewan-Parlemen, ada sejumlah badan penasehat
yang harus memberikan 40 konsultasi ketika ada undang-undang yang diusulkan
melibatkan bidang badan penasehat tersebut. Badan-badan ini adalah sebagai berikut:
a. Komite Ekonomi dan Sosial Eropa (the European Economic and Social
Committee), yang mewakili kelompok-kelompok masyarakat sipil seperti
pengusaha, serikat pekerja, dan kelompok kepentingan sosial;
b. Komite Daerah (the Committee of the Regions), yang menjamin bahwa suara
pemerintah lokal dan regional terdengar. Selain itu, lembaga dan badan-badan
lainnya dapat dikonsultasikan ketika proposal terkait dengan bidang badan
tersebut. (European Commission Directorate-General for Communication
Citizens Information, 2014).

1.4 Proses Perluasan Anggota di Uni Eropa

Prosedur Perluasan Keanggotaan Uni Eropa (Enlargement Procedure) Uni Eropa


memberlakukan prosedur persetujuan yang komprehensif untuk memastikan anggota baru dapat
menunjukkan hal-hal berikut:

1. mematuhi semua standar dan aturan di dalam Uni Eropa

2. memiliki persetujuan dari lembaga Uni Eropa dan negaranegara anggota Uni Eropa

3. memiliki persetujuan dari warga negara mereka baik berupa persetujuan parlemen
nasional atau melalui referendum. (European Commission- Enlargement Policy, 2015)

Integrasi Uni Eropa inilah yang sering disebut dengan istilah perluasan Uni Eropa.
Perjanjian Uni Eropa menyatakan bahwa setiap negara Eropa dapat mengajukan permohonan
untuk bergabung dengan Uni Eropa apabila negara tersebut menghormati nilai-nilai demokratis
Uni Eropa dan berkomitmen untuk memajukannya. Kriteria yang lebih spesifik dikenal sebagai
Kriteria Copenhagen. Kriteria keanggotaan ini ditetapkan pada pertemuan Dewan Eropa Juni
1993 di Kopenhagen, Denmark. (Kriteria Kopenhagen, 2010).

Kriteria tersebut menyatakan bahwa suatu negara hanya dapat bergabung dengan Uni
Eropa apabila secara politik, ekonomi, dan hukum memenuhi persyaratan yang diberikan oleh
Uni Eropa. Secara politik, negara yang akan bergabung ke Uni Eropa seharusnya memiliki
lembaga-lembaga yang stabil dan dapat menjamin berjalanannya sistem demokrasi, menjalankan
supremasi hukum dan hak asasi manusia. Secara ekonomis, negara tersebut memiliki
perekonomian pasar yang berfungsi dan dapat mengatasi tekanan persaingan dan kekuatan pasar
di dalam wilayah Uni Eropa. Secara hukum, negara tersebut menerima undangundang dan
praktik yang telah ditetapkan oleh Uni Eropa, khususnya tujuantujuan utama tentang persatuan
politik, ekonomi, dan moneter (Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam,
2009).
Proses pemenuhan kriteria standar Uni Eropa (Copenhagen Criteria) terdiri atas sejumlah
tahapan, pada setiap tahapan harus disetujui oleh semua negara anggota Uni Eropa yang ada.
Awal mulanya sebuah negara diberikan prospek keanggotaan. Kemudian negara tersebut
menjadi calon resmi negara anggota, berlanjut dengan negosiasi keanggotaan secara resmi. Dan
ketika negosiasi dan reformasi yang terkait telah selesai dilakukan, maka negara tersebut dapat
bergabung dengan Uni Eropa (Kriteria Copenhagen, 2009).

Dalam negosiasi keanggotaan, negara kandidat tidak dapat memulai negosiasi


keanggotaan sebelum pemerintah Uni Eropa setuju. Hal itu dapat berupa unanimity dari Dewan
Uni Eropa tentang kerangka kerja negosiasi dengan negara kandidat. Negosiasi berlangsung
antara Menteri dan Duta Besar dari pemerintah Uni Eropa dan negara kandidat yang
dilaksanakan dalam bentuk intergovernmental conference. Unsur-unsur yang terdapat di dalam
setiap negosiasi, antara lain: (European Commission- Enlargement Policy, 2015)

a. Screening, Komisi melakukan pemeriksaan secara rinci bersama dengan negara


kandidat dalam setiap bab negosiasi untuk menentukan seberapa siap negara kandidat
tersebut. Hasil pemeriksaan dalam setiap bab negosiasi yang dilakukan oleh Komisi akan
diberikan kepada negara anggota Uni Eropa dalam bentuk laporan pemeriksaan.
Kesimpulan dari laporan ini adalah rekomendasi dari Komisi apakah negosiasi dapat
berlangsung atau harus memenuhi kondisi tertentu sebagai tolok ukur pertama yang harus
dipenuhi.

b. Negotiating Positions, setelah negara-negara anggota Uni Eropa memutuskan atas


dasar penilaian dari Komisi, bahwa tolok ukur pembukaan negosiasi terpenuhi maka
negara kandidat harus mengajukan negotiating positions. Dewan kemudian mengadopsi
sikap bersama Uni Eropa berdasar pada proposal Komisi yang memungkinkan
pembukaan bab negosiasi.

c. Reporting and Monitoring, Komisi akan terus bersama Parlemen dan Dewan
mengetahui informasi perkembangan kemajuan negara-negara kandidat melalui annual
strategy paper dan laporan perkembangan individu negara kandidat. Selain itu, akan
memonitor komitmen negara kandidat selama negosiasi berlangsung. Kecepatan
negosiasi tergantung pada kecepatan reformasi dan penyelarasan hukum Uni Eropa.
Durasi negosiasi setiap negara kandidat sangat bervariasi. Dalam kasusnya beberapa
negara kandidat mengajukan permohonan pada saat yang sama, akan tetapi hal itu tidak
menjamin mereka akan menyelesaikan pada waktu yang sama.
http://wawasansejarah.com/uni-eropa/

By Rifai Shodiq Fathoni / 12 Jul, 2017

https://kumparan.com/malvin-aldy/menilik-perbedaan-asean-dan-uni-eropa-
1535192598026139449

Malvino Aprialdy
25 Agustus 2018 17:29
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/7636/F.%20BAB%20II.pdf?
sequence=6&isAllowed=y

Anda mungkin juga menyukai