KOMARUDIN 3720190007
2020
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah dengan judul
’’Laporan Praktek Klinik Manajemen Keperawatan di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Dr.
Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi Tahun 2020’’.
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menempuh pendidikan Profesi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas As-Syafiiyah Kota
Bekasi.
Penulis telah berupaya seoptimal mungkin untuk dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua
pihak.
Penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan
dorongan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih pada yang terhormat :
1. Dr. Kusnanto., MARS, selaku direktur RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
2. Siti Fatimah, S.Kep, M.Kep, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan UIA.
3. Ns. Kusdiah Eni Subekti, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Kom, selaku Ketua Program Studi
Profesi Ners FIKes UIA.
4. Ns. Aam Sumadi, S.Kep, M.Kep, selaku Pembimbing Akademik.
5. Ns. Sri Atun, S.Kep, selaku Pembimbing Klinik dan Kepala Ruangan Nusa Indah RSUD
Dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
6. Semua pihak yang telah membantu yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Mudah-mudahan bantuan, bimbingan dan budi baik yang telah diberikan pada penulis
mendapat balasan dengan limpahan berkat dan anugrah dari Allah SWT. Amin...
DAFTAR ISI
2
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................4
A. Latar Belakang....................................................................................................................4
B. Tujuan Penulisan.................................................................................................................6
C. Manfaat Penulisan...................................................................................................................6
BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................................................7
A. Konsep Manajemen Keperawatan.........................................................................................7
B. Fungsi Manajemen Dalam Keperawatan.............................................................................17
C. Analisa Situasi Ruangan.......................................................................................................28
1. Man.....................................................................................................................................28
2. Material..............................................................................................................................39
3. Methods..............................................................................................................................41
4. Money.................................................................................................................................51
5. Marketing...........................................................................................................................51
D. Analisa Swot...........................................................................................................................52
E. Perumusan dan Prioritas Masalah..............................................................................................53
F. Rencana Penyelesaian Masalah.................................................................................................55
G. Seleksi Alternatif Pemecahan Masalah.......................................................................................56
H. Perencanaan Operasional Intervensi Manajemen Keperawatan...................................................59
Lampiran.............................................................................................................................................61
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut WHO (World Health Organization) tahun 1974, rumah sakit adalah
bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan
pelayanan paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan
penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan
bagi tenaga kesehatan dan pusat penelitian medik. Pelayanan kesehatan di rumah sakit
berjalan secara sinergis antar disiplin profesi kesehatan dan non kesehatan.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan.
Dalam pelayanan kesehatan, keberadaan perawat merupakan posisi kunci, yang
dibuktikan oleh kenyataan bahwa 40-60 % pelayanan rumah sakit merupakan
pelayanan keperawatan dan hampir semua pelayanan promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun tatanan pelayanan kesehatan lain
dilakukan oleh perawat. (Wiwiek, 2008)
Menurut Nursalam (2017), keperawatan sebagai pelayanan yang professional
bersifat humanistik, menggunakan pendekatan holistik, dilakukan berdasarkan ilmu
dan kiat keperawatan, berorientasi kepada kebutuhan obyektif klien, mengacu pada
standard professional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai
tuntunan utama. Keperawatan profesional secara umum merupakan tanggung jawab
seorang perawat yang selalu mengabdi kepada manusia dan kemanusiaan, sehingga
dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar (rasional) dan
baik (etikal).
Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan, yang
dilaksanakan di sarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen pelayanan
perawatan. Manajemen pelayanan keperawatan merupakan suatu proses perubahan
atau transformasi dari sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan. Manajemen
merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu
kegiatan di organisasi. Dimana di dalam manajemen tersebut mencakup kegiatan
koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan prasarana dalam mencapai tujuan
organisasi (Grant & Massey, 1999). Sedangkan menurut Gillies (1986), manajemen
didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
4
Manajemen keperawatan menurut Nursalam (2002), merupakan suatu pelayanan
keperawatan profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan menjalankan empat
fungsi manajemen antara lain perencanaan, pengorganisasian, motivasi, dan
pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling berhubungan dan memerlukan
keterampilan-keterampilan teknis, hubungan antar manusia, konseptual yang
mendukung asuhan keperwatan yang bermutu, berdaya guna dan berhasil guna bagi
masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa manajemen keperawatan perlu mendapat
prioritas utama dalam pengembangan keperawatan di masa depan, karena berkaitan
dengan tuntutan profesi dan global bahwa setiap perkembangan serta perubahan
memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan
yang terjadi.
Ciri–ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain : memenuhi standar
profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan
dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif, aman bagi pasien dan tenaga
keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta aspek sosial,
ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat diperhatikan dan dihormati.
Hal ini dapat dicapai dengan adanya manajemen yang baik. (Arwani, 2002)
Asuhan keperawatan merupakan titik sentral pelayanana keperawatan, asuhan
keperawatan yang bermutu hanya dapat dicapai dengan pengelolaan asuhan
keperawatan yang profesional. Model pemberian asuhan keperawatan merupakan
salah satu pendekatan dalam pengelolaan asuhan keperawatan profesional yang
menjamin terwujudnya kesinambungan dalam pemberihan asuhan keperawatan dan
akuntabilitas. (Nursalam, 2002)
Ruang Wijaya Kusuma RSUD Dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi dalam
pengelolaan asuhan keperawatan profesionalnya menerapkan model pemberian
asuhan keperawatan dengan metode TIM, melalui kerja kelompok yang terkoordinasi
dan kooperatif dapat terwujud pemberian asuhan keperawatan yang menyeluruh
lengkap terhadap pasien.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk
memiliki kemampuan manajerial yang tangguh, sehingga pelayanan yang diberikan
mampu memuaskan kebutuhan klien. Dalam rangka meningkatkan keterampilan
manajerial peserta didik keperawatan selain mendapatkan materi kepemimpinan dan
manajemen keperawatan juga melakukan praktek langsung di lapangan. Mahasiswa
Program Profesi Ners FIKes UIA Jakarta melakukan praktek Stase Manajemen
5
Keperawatan di Ruang Wijaya Kusuma RSUD Dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota
Bekasi dengan arahan pembimbing klinik dan pembimbing akademik.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah melakukan praktek kepemimpinan dan manajeman keperawatan di
Ruang Wijaya Kusuma RSUD Dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
mahasiswa mampu melakukan pengelolaan pelayanan keperawatan profesional
tingkat dasar secara bertanggung jawab dan menunjukan sikap kepemimpinan
yang profesional.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan praktek manajeman keperawatan selama 3 minggu di
Ruang Wijaya Kusuma RSUD Dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi
mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian data yang meliputi profil umum ruang
keperawatan, unsur input, unsur proses dan unsur output.
b. Menganalisa hasil kajian pada setiap sub unsur pada unsur input, unsur
proses dan unsur output.
c. Membuat identifikasi permasalahan yang ada, memprioritaskan masalah
tersebut dan menyusun rencana kegiatan.
d. Melaksanakan dan mengevaluasi tindakan sesuai rencana yang sudah
disusun.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat Teoritis
Sebagai sumber informasi khususnya bagi mahasiswa program profesi ners dalam
aplikasi konsep kepemimpinan dan manajemen keperawatan secara langsung.
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan bagi perawat khususnya di Ruang Wijaya Kusuma RSUD
Dr. Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan
asuhan keperawatan yang mangacu kepada model praktek keperawatan
profesional (MPKP).
6
BAB II
TINJAUAN TEORI
7
Perawat senior bertanggung jawab pada tugas manajerial
sedangkan perawat junior bertanggung jawab pada perawatan
pasien.
8
a. Konsep dasar metode primer
Ada tanggung jawab dan tanggung gugat.
Ada otonomi
Ketertiban pasien dan keluarga.
9
Pengobatan minimal, status psikologis stabil
Persiapan pengobatan memerlukan prosedur
2) Intermediet care
Memerlukan waktu 3-4 jam/24 jam dengan kriteria :
Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam
Ambulasi dibantu, Pengobatan lebih dan sekali
Klien dengan pemasangan infus, persiapan pengobatan memerlukan
prosedur.
3) Perawatan Intensif
Perawatan total care memerlukan waktu 5-6/24 jam dengan kriteria :
Segalanya diberikan atau dibantu
Posisi diatur, observasi tanda-tanda vital tiap 2 jam
Makan memerlukan NGT, menggunakan terapi intra vena
Pemakaian suction
Gelisah atau disorientasi
c. Metode proses keperawatan
Menurut Ali (1997) proses keperawatan adalah metode asuhan
keperawatan yang ilmiah,sistematis,dinamis,dan terus-menerus serta
berkesinambungan dalam rangka pemecahan masalah kesehatan pasien/klien,di
mulai dari pengkajian (pengumpulan data, analisis data dan penentuan masalah),
diagnosis keperawatan, pelaksanaan, dan penilaian tindakan keperawatan.
Metode proses keperawatan mencakup tahap-tahap dalam proses keperawatan,
yaitu :
1) Pengkajian
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan
sistematis untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan
keperawatan yang di hadapi pasien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual
dapat ditentukan.tahap ini mencakup tiga kegiatan,yaitu pengumpulan data,
analisis data dan penentuan masalah kesehatan serta keperawatan.
a. Pengumpulan data
Tujuanya adalah diperoleh data dan informasi mengenai masalah
kesehatan yang ada pada pasien sehingga dapat ditentukan tindakan yang
10
harus di ambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek
fisik, mental, sosial dan spiritual serta faktor lingkungan yang
mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat dan mudah dianalisis. Jenis
data antara lain, data objektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu
pengukuran, pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan
darah, serta warna kulit. Data subjekyif, yaitu data yang diperoleh dari
keluhan yang dirasakan pasien, atau dari keluarga pasien/saksi lain misalnya,
kepala pusing, nyeri dan mual.
Adapun fokus dalam pengumpulan data meliputi :
Status kesehatan sebelumnya dan sekarang
Pola koping sebelumnya dan sekarang
Fungsi status sebelumnya dan sekarang
Respon terhadap terapi medis dan tindakan keperawatan
Resiko untuk masalah potensial
Hal-hal yang menjadi dorongan atau kekuatan klien
b. Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan
berpikir rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan.
c. Perumusan masalah
Setelah analisa data dilakukan, dapat dirumuskan beberapa masalah
kesehatan. Masalah kesehatan tersebut ada yang dapat diintervensi dengan
asuhan keperawatan (masalah keperawatan) tetapi ada juga yang tidak dan
lebih memerlukan tindakan medis. Selanjutnya disusun diagnosis
keperawatan sesuai dengan prioritas. Prioritas masalah ditentukan
berdasarkan criteria penting dan segera. Penting mencakup kegawatan dan
apabila tidak diatasi akan menimbulkan komplikasi, sedangkan segera
mencakup waktu misalnya pada pasien stroke yang tidak sadar maka
tindakan harus segera dilakukan untuk mencegah komplikasi yang lebih
parah atau kematian. Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan
hierarki kebutuhan menurut Maslow, yaitu : Keadaan yang mengancam
kehidupan, keadaan yang mengancam kesehatan, persepsi tentang
kesehatan dan keperawatan.
2) Diagnosa keperawatan
11
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan
respon manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi
dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan
menurunkan, membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,2000).
Perumusan diagnosa keperawatan :
a) Actual : menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik
yang ditemukan.
b) Resiko: menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak di
lakukan intervensi.
c) Kemungkinan : menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk
memastikan masalah keperawatan kemungkinan.
d) Wellness : keputusan klinik tentang keadaan individu,keluarga,atau
masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat
sejahtera yang lebih tinggi.
e) Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan
actual dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu
kejadian atau situasi tertentu.
3) Rencana tindakan keperawatan
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien
beralih dari status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan
dalam hasil yang di harapkan (Gordon,1994).
Rencana tindakan keperawatan merupakan pedoman tertulis untuk
perawatan klien. Rencana perawatan terorganisasi sehingga setiap perawat
dapat dengan cepat mengidentifikasi tindakan perawatan yang diberikan.
Rencana asuhan keperawatan yang di rumuskan dengan tepat memfasilitasi
kontinuitas asuhan perawatan dari satu perawat ke perawat lainnya. Sebagai
hasil, semua perawat mempunyai kesempatan untuk memberikan asuhan
yang berkualitas tinggi dan konsisten. Rencana asuhan keperawatan tertulis
mengatur pertukaran informasi oleh perawat dalam laporan pertukaran dinas.
Rencana perawatan tertulis juga mencakup kebutuhan klien jangka panjang.
(potter,1997)
4) Tindakan keperawatan
12
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai
tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang spesifik
dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan klien. Adapun tahap-tahap dalam tindakan keperawatan adalah
sebagai berikut:
Tahap 1 : persiapan yaitu tahap awal tindakan keperawatan ini menuntut
perawat untuk mengevaluasi yang diindentifikasi pada tahap
perencanaan.
Tahap 2 : intervensi yaitu fokus tahap pelaksanaan tindakan perawatan
adalah kegiatan dan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk
memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pendekatan tindakan
keperawatan meliputi tindakan : independen, dependen dan
interdependen.
Tahap 3 : dokumentasi yaitu pelaksanaan tindakan keperawatan harus
diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian
dalam proses keperawatan.
5) Evaluasi tindakan keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan
jalan membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses
tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
membandingkan antara tingkat kemandirian pasien dalam kehidupan sehari-
hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien dengan tujuan yang telah
dirumuskan sebelumnya. Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut :
Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah
disusun.
Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang telah
di rumuskan dalam rencana evaluasi.
Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :
Tujuan tercapai,apabila pasien telah menunjukan perbaikan/kemajuan
sesuai dengan criteria yang telah di tetapkan.
13
Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara
maksimal, sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.
Tujuan tidak tercapai, apabila pasien tidak menunjukan
perubahan/kemajuan sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam hal
ini perawat perlu untuk mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat
data, analisis, diagnosa, tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak
sesuai yang menjadi penyebab tidak tercapainya tujuan.
6) Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi adalah segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat
diandalkan sebagai catatan tentang bukti bagi individu yang berwenang.
(potter 2005)
Banyak para ahli menyusun sistem dokumentasi keperawatan. Sistem
dokumentasi ini masing-masing memiliki keunikan tersendiri, namun pada
dasarnya tidak banyak perbedaan. Ada beberapa sistem pendokumentasian
yang sering dipakai antara lain : Catatan Berorientasi Pada Sumber (Source
Oriented Record ISOR). Sistem ini memberi kemudahan dalam
menempatkan catatan mengenai data yang diperoleh karena biasanya masing-
masing format telah dibuat secara spesifik. Namun demikian sistem ini
memiliki kelemahan antara lain informasi menjadi sulit dipelajari secara
lengkap karena masing-masing data berada pada format yang berbeda.
Komponen SOR meliputi hal berikut :
a) Lembar penerimaan
Lembar ini berisi data demografi pasien/klien, seperti, nama,
alamat, tempat dan tanggal lahir, status perkawinan serta,diagnosis pada
saat masuk rumah sakit.
b) Lembar instruksi dokter
Lembar ini digunakan untuk mencatat setiap instruksi dokter
yang dilengkapi dengan tanggal dan, tanda tangan dokter yang
bersangkutan.
c) Lembar riwayat medik.
14
Lembar ini berisi catatan tentang hasil pemeriksaan fisik,
kondisi kesehatan klien, perkembangan, dan tindak lanjut.
d) Catatan perawat
Catatan ini mencakup catatan, pengkajian, diagnosis, intervensi
dan evaluasi.
e) Catatan dan laporan khusus
Catatan ini berisi tentang hasil konsultasi, pemeriksaan
laboratorium, laporan operasi, berbagai terapi fisik, tanda-tanda vital,
masukan dan haluaran cairan serta pengobatan.
15
dokamentasi memberikan informasi bahwa adanya suatu ukuaran
terhadap kualitas dokumentasi keperawatan.
4) Keterampilan Dalam Dokumentasi
Ketrampilan dalam dokumentasi sangat bergantung pada 5 komponen
yaitu :
Novice (orang baru)
Dengan keberadaan orang baru akan diharapkan membawa
perubahan dan pembaharuan.
16
pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan
keperawatan. Output atau keluaran umumnya dilihat dari hasil atau kualitas
pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan staf, serta kegiatan penelitian
untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran. Kontrol dalam proses manajemen
keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional,
evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur sesuai dengan standar dan
akreditasi. Sedangkan umpan balik dilakukan melalui laporan keuangan, audit
keperawatan dan survei kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.
Proses manajemen keperawatan dalam aplikasi di lapangan berada sejajar
dengan proses keperawatan sehingga keberadaan manajemen keperawatan
dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan proses keperawatan. Proses
manajemen sebagaiman juga proses keperawatan terdiri atas kegiatan
pengumpulan data, identifikasi masalah, pembuatan rencana, pelaksanaan kegiatan
dan kegiatan penilaian hasil. (Gillies, 1985)
17
a. Struktur Organisasi
Masing-masing organisasi memiliki struktur formal dan informal yang
menentukan alur kerja dan hubungan timbal balik antar pribadi. Struktur
formal direncanakan dan dipublikasikan, struktur informal tidak direncanakan
dan samar. Seorang manajer perawatan harus mengerti dan memakai keduanya
secara efektif. Struktur formal organisasi merupakan penyusunan resmi
jabatan kedalam pola hubungan kerja yang akan mengatur usaha banyak
pekerja dari bermacam-macam kepentingan dan kemauan.
Struktur informal organisasi terdiri dari hubungan timbal balik pribadi
yang tidak resmi diantara para pekerja yang mempengaruhi efektifitas kerja
mereka. Kualitas hubungan timbal balik seorang manajer dengan lainnya
langsung dikaitkan dengan kemampuan kepemimpinannya. Mengingat
struktur formal dan informal organisasi saling melengkapi, manajer perawat
bisa memakai struktur organisasi informal unttuk mengganti kerugian karena
kekurangan atau kegagalan dalam struktur formal.
b. Jobs Description
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia
jalankan, misalnya sorang kepala ruang maka tugas dan tanggung jawabnya,
jadi antara satu dengan yang lainnya mempunyai tugas dan tanggung jawab
yang berbeda sesuai dengan perannya.
c. Metode penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan
pembagian tugas perawat yang disesuaikan dengan pengetahuan dan
ketrampilan perawat dan sesuai dengan kebutuhan klien. Apabila metode
penugasan tidak diterapkan maka pelayanan asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien menjadi tidak optimal.
Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant & Massey (1997) dan
Marquis & Houston (1998), antara lain :
1) Model Fungsional
Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke II.
Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat
maka setiap perawat hanya melakukan 1 sampai 2 jenis intervensi
(merawat luka kepada semua pasien di bangsal).
18
Gambar 2.3 Skema Model Fungsional
Kepala Ruang
Pasien
2) Model Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi dalam group kecil yang saling membantu.
Kepala Ruang
Pasien Pasien
19
3) Model Primer
Model penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap askep pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit.
Primary Nurse
Pasien
4) Manajemen Kasus
Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat
oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan 1 pasien 1 perawat, dan hal ini umumnya dilakukan
untuk perawat privat atau keperawatan khusus seperti isolasi dan
intensive care.
5) Model Tim Primer.
Pada model ini digunakan kombinasi dari kedua sistem. Menurut
Ratna S. Sudarsono (2000), penerapan model ini didasarkan pada
beberapa alasan yaitu :
Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
keperawatan atau setara.
20
Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai
tim.
Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan kontinuitas
asuhan keprawatan dan accountabilitas asuhan keperawatan
terdapat pada primer.
21
kebergantungan mereka pada pemberi perawatan atau sesuai dengan waktu
pemberian perawatan dan kemampuan yang diperlukan untuk memberikan
perawatan. Tujuan setiap sistem klasifikasi pasien adalah untuk mengkaji
pasien dan menghargai masing-masing nilai angkanya yang mengukur volume
usaha yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan perawatan pasien.
Untuk dapat mengembangkan sistem klasifikasi pasien yang akan
dijalankan, manajer perawat harus menentukan jumlah kategori pembagian
pasien; karakteristik pasien di masing-masing kategori, jumlah dan jenis
prosedur perawatan yang akan dibutuhkan oleh jenis pasien di dalam masing-
masing kategori, dan waktu yang dibutuhkan untuk melakukan prosedur
tersebut, memberikan dukungan emosional serta memberikan pengajaran
kesehatan kepada pasien masing-masing kategori. Karena tujuan sistem
klasifikasi pasien adalamenghasilkan informasi mengenai perkiraan beban
kerja keperawatan, masing-masing sistem membolehkan usaha kualifikasi
waktu.
c. Ketenagaan keperawatan dan pasien
Tujuan manajemen ketenagaan di ruang rawat adalah untuk
mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang dapat
memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi pengguna jasa.
Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan kategori klien yang
dirawat, ratio perawat dan metode penugasan.
Terdapat beberapa formula dalam perhitungan kebutuhan tenaga, yaitu
sebagai berikut :
1) Rumus Gillies
Σ jam kep yg dibutuhkan klien/hr X rata-rata klien/hr X Σ hr/tahun
Σ hr/tahun – hr libur perawat X Σ jam kerja/hari
= Σ jam kep yg dibutuhkan klien / tahun
Σ jam kerja / tahun
Catatan :
Waktu perawatan menurut Gillies (1989) :
Waktu perawatan langsung
- Self care = ½ X 4 jam = 2 jam
- Partial care = ¾ X 4 jam = 3 jam
22
- Total care = 1 – 1½ X 4 jam = 4-6 jam
- Intensive care = 2 x 4 jam = 8 jam
- Rata-rata perawatan langsung = 4-5 jam
Waktu perawatan tak langsung : 38 menit/klien/hari
Waktu penyuluhan : 15 menit/klien/hari
Ratio perawat ahli : trampil : 55 % : 45 %
Proporsi dinas pagi : sore : malam : 47 % : 36 % : 17 %
2) Rumus Douglas
23
Tambahkan dengan faktor koreksi hari libur/cuti/hr besar dan
tugas-tugas non keperawatan
Σ hr minggu/th + cuti + hr besar
X hasil A = B
Jumlah hari kerja efektif
Tugas non keperawatan
= Jumlah tenaga keperawatan + B X 25% = C
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah : A + B + C
24
5) Hari dimulainya minggu kerja
6) Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing pergiliran tugas.
7) Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara masing-masng
pekerja.
8) Frekuensi yang diperlukan dari pergiliran pergantian.
9) Keperluan pergiliran dari satu unit ke lain unit dan frekuensi pergiliran
tersebut.
10) Keperluan penjadwalan dua hari libur per minggu atau rata-rata dua hari
libur per minggu.
11) Frekuensi libur akhir pekan untuk masing-masing kategori personil.
12) Definisi dari “ libur akhir pekan” untuk personil tugas malam.
13) Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tak berurutan.
14) Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan.
15) Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan pergantian tugas
16) Jumlah hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-masing
pekerja.
17) Jumlah hari libur yang diharuskan per tahun saat pegawai harus
dijadwalkan libur kerja.
18) Panjangnya pemberitahuan dimuka untuk diberikan pegawaimengenai
jadwal tugas liburan masuk / libur.
19) Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada hari libur
tertentu.
20) Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk di berikan pada masing-
masing pekerja.
21) Lamanya waktu pemberitahuan di muka untuk diberikan pegawai
mengenai jadwal liburan.
22) Prosedur yang diikuti dalam memohon waktu libur khusus.
23) Pembatasan pada penjadwalan liburan selama hari libur, natal, tahun
baru.
24) Jumlah personil masing-masing kategori yang akan dijadwalkan untuk
liburan atau hari libur pada saat tertentu.
25) Prosedur penyelesaian perselisihan antar personil sehubungan dengan
permintaan waktu liburan dan hari libur.
25
26) Prosedur pemrosesan permintaan “ darurat” untuk penyesuaian jadwal
waktu.
e. Pengembangan Staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan
prestasi kerja, mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki
kepuasan kerja. Ada beberapa metode pendidikan dan latihan yang akan
digunakan untuk meningkatkan prestasi kerja. (Moenir, 1994)
1) Metode Seminar atau Konferensi
Biasanya diselenggarakan bagi pegawai yang menduduki jabatan
sebagai kepala atau pegawai yang dalam waktu singkat akan diserahi
jabatan sebagai kepala. Masalah-masalah baik yang menyangkut segi
manajemen maupun penyelenggaraannya atau proses dari kegiatan yang
dipermasalahkan.
2) Metode Lokakarya (Workshop)
Penyelenggaraannya tidak jauh berbeda dengan seminar, letak
perbedaannya dengan seminar adalah pada materinya. Pada materi
lokakarya bersifat teknis, administrative dan sedikit bersifat manajerial.
3) Metode Sekolah atau Kursus
Metode ini digunakan sebagai usaha memberikan informasi adanya
aturan-aturan atau hal – hal baru dalam organisasi yang harus dimengerti
dan dilaksanakan oleh peserta.
Metode ini juga digunakan untuk menambah pengetahuan baru bagi
peserta yang ada kaitannya dengan pekerjaan peserta. Pada akhir sekolah
atau kursus, biasanya diberikan ujian-ujian dengan atau tanpa kriteria
kelulusan.
4) Metode Belajar Sambil Bekerja (Learning by Doing)
Pada metode ini latihan ketrampilan menjadi tujuan utama sehingga
mereka dapat menguasai teknik dalam melaksanakan pekerjaan yang
dibebankan kepada mereka. Biasanya metode ini dilakukan oleh atasan
pada bawahan secara langsung dalam membimbing pegawai kantor.
Dalam prakteknya metode pendidikan dan latihan ini disesuaikan
dengan pertimbangan tujuan, fasilitas yang tersedia, biaya, waktu dan kegiatan
instansi lainnya.
4. Controlling
26
a. Definisi
Controling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan
penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standart yang telah ditetapkan,
menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah sesuai dengan
kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai dan menyusun saran
tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu. (Azwar, 1996)
Fungsi pengawasan (controling) merupakan fungsi yang terakhir dari proses
manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga fungsi manajemen
lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan. Melalui fungsi pengawasan dan
pengendalian, standart keberhasilan (target, prosedur kerja, dsb) selalu harus
dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau yang mampu dikerjakan. Jika
ada kesenjanganatau penyimpangan diupayakan agar penyimpangannya dapat
dideteksi secara dini, dicegah, dikendalikan atau dikurangi. Kegiatan fungsi
pengawasan dan pengendalian bertujuan agar efisiensi penggunaan sumber daya
dapat lebih berkembang dan efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan
program dapat lebih terjamin.
b. Peran leadhershipt dalam controlling
Mendorong staf untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu
Mengkomunikasikan secara jelas standart yang diharapkan terhadap staf
Mendorong / memotivasi standart tertinggi untuk kualitas yang maksimal
dengan menyediakan standart keamanan minimum
Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif serta reaktif
Menggunakan pengawasan sebagai metode untuk menentukan mengapa tujuan
tersebut tidak dapat dicapai
Secara aktif mensyahkan hasil pengawasan mutu yang ditemukan yang
mempunyai kesatuan profesi dan kosumen
Menghargai antara standart klinis dengan standar menggunakan sumber-
sumber yang meyakinkan pasien untuk menerima perawatan sesuai yang
diharapkan
Bertindak sebagai role model terhadap staf untuk menerima tanggung jawab
dan tanggung gugat terhadap tindakan keperawatan
27
Secara aktif berpartisipasi dalam usaha-usaha penelitian untuk
mengidentifikasi dan mengukur sensitifitas keperawatan sebagai hail
pelayanan pasien
c. Fungsi manajemen dalam controlling
Menghubungi individu dalam organisasi, membentuk standart ukuran yang
jelas terhadap keperawatan dan menentukan metode yang paling tepat untuk
mengukur standart yang ada.
d. Manfaat controlling
Apabila fungsi controling dapat dilaksanakan secara tepat, organisasi akan
memperoleh manfaat sebagai berikut :
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan
sesuai dengan standart atau rencana kerja dengan menggunakan sumber
daya yang telah ditetapkan.
2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian
staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi
kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
4) Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
5) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk promosi
dan latihan lanjutan.
Bulan
No Uraian Total
Mei Juni Juli
28
2 Hari rawat 366 592 741 1699
3 Lama rawat 297 474 682 1453
4 Pasien keluar
Hidup 62 101 132 295
Mati 8 8 4 20
5 Pasien out 70 109 136 315
Sumber : Data sekunder
29
Berdasarkan gambar 3.2 di atas dapat disampaikan bahwa rata-rata
lamanya perawatan seorang pasien (LOS) Ruang Wijaya (3,6 hari) berada
di bawah standar nasional (6-9 hari).
6
5
4
3 2.28
2
1.16
1
0
TOI
30
6
4.86
5
3.89
4
3 2.5
2
0
BTO
b. Ketenagaan
1) Karakteristik ketenagaan berdasarkan spesipikasi pekerjaan
Tabel 3.2
Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Spesifikasi
Pekerjaan di Ruang Wijaya KusumaTahun 2020
1 Perawat 16 76
2 Klining Servis 3 14
3 Administrasi 2 10
Jumlah 21 100
Sumber : Data Sekunder
31
Tabel 3.3 Distribusi Ketenagaan Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Ruang
Wijaya Kusuma Tahun 2020
Jumlah 21 100
32
= 11,6 + 2,9 + 3 (Karu + 2 Katim) = 17,5
= 17 orang
c. Struktur organisasi
1) Struktural organisasi
Kepala Ruangan
Ns. Sri Atun, S.Kep Administrasi :
Wakil Kepala Ruangan Latiawati
NS. Rina Sopiyana, S.Kep
Yoga
Perkaya :
Ilyas
Nauval Pradana
Nurul Istiqomah
TIM I
2) Uraian Tugas
a) Kepala Ruangan
Pengertian : Seorang tenaga perawat yang diberi tanggung jawab dan
wewenang dalam mengatur dan mengendalikan kegiatan pelayanan
keperawatan di Ruangan rawat inap Persyaratan :
(1) Pendidikan : Ahli Madya atau Sarjana Keperawatan
(2) Kursus/Pelatihan : Managemen Ruangan Rawat
(3) Pengalaman Kerja : Sebagai Ketua Tim/Shif minimal 3 tahun
(4) Kondisi : Sehat jasmani dan rohani
Tanggung Jawab :
34
(5) Keobyektifan dan kebenaran penilaian kinerja tenaga ruangan rawat
inap
(6) Kebenaran dalam pelaporan pelaksanaan pelayanan pasien ruang
rawat inap
(7) Kebenaran dalam memfasilitasi/memberi bimbingan staf dan
mahasiswa keperawatan
Wewenang :
(1) Meminta informasi dan petunjuk kepada atasan
(2) Membuat rencana kerja, kebutuhan tenaga, sarana prasarana ruang
rawat inap
(3) Pendayagunaan tenaga dalam pelayanan pasien di ruangan rawat
inap
(4) Pendaya gunaan sarana dan prasarana ruangan dalam pelayanan
pasien di ruang rawat inap
(5) Memberi bimbingan kepada staf Perawat, Tenaga administrasi,
Perkarya, Petugas kebersihan, mahasiswa keperawatan, ruangan
rawat inap dalam melaksanakan asuhan keperawatan/pelayanan
pasien
(6) Menilai kinerja tenaga ruangan rawat inap
(7) Melaporkan pelaksanaan pelayanan pasien ruangan rawat inap
kepada atasan
(8) Berkoordinasi dengan instalasi/bagian terkait yang berhubungan
dengan pelayanan pasien ruangan rawat inap
b) Ketua Tim
Seorang tenaga perawat yang diberi tanggung jawab dan wewenang
dalam mengatur dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan di
beberapa bagian Ruangan rawat inap/di tiap shift (Pagi, Sore, Malam)
Persyaratan
35
Tanggung Jawab :
Perkarya, Mahasiswa
36
c) Perawat Pelaksana
Seorang tenaga Perawat yang diberi tanggung jawab dan wewenang
dalam memberi asuhan keperawatan kepada pasien dengan pembagian
tugas yang diberikan oleh Ketua Tim pada tiap shif (Pagi, Sore, Malam)
Persyaratan
(1) Pendidikan : Ahli Madya Keperawatan/Sarjana
Keperawatan
Tanggung Jawab :
Wewenang :
37
(5) Memfasilitasi/memenuhi kebutuhan dasar pasien yang tidak
memenuhi secara mandiri atau dengan bantuan keluarga yaitu :
Oksigenasi, cairan, makan, minum, kebersihan, eliminasi, aktifitas,
rasa aman dan nyaman, psikologis, sosial, spiritual
(6) Melakukan tugas kolaborasi dengan 6 benar
Tanggung Jawab :
(1) Meminta informasi dan petunjuk kepada ketua tim atau kepala
ruangan
38
(3) Bersama seluruh staf ruangan menjaga kebersihan lingkungan
Kesimpulan:
I. Jumlah tenaga perawat masih kurang sehingga belum dapat menerapkan
MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional)
2. Material
a. Denah
Berdasarkan hasil observasi terhadap situasi lingkungan Ruang Wijaya
Kusumadapat disampaikan bahwa :
Pencahayaan : Terang di semua ruang bisa untuk membaca, cukup sinar
matahari
Ventilasi : Segar, banyak udara masuk melalui lubang angin dan jendela.
Lantai : Lantai keramik, bersih dan kering.
Atap : Rapat/tidak bocor, bagian dalam bersih
Dinding : Kuat, tidak retak, bersih
Sarana air bersih : Tersedia
Pembuangan air limbah : Lancar
Tempat sampah medis dan non medis terpisah.
Ruangan tidak memiliki nomer/penandaan pada bed di seluruh kamar pasien
b. Kapasitas
RuangWijaya Kusumamemiliki kapasitas 28 tempat tidur denganklasifikasi :
8 tempat tidur kelas 1
39
8 tempat tidur kelas 2
1 tempat tidur ruang isolasi
c. Fasilitas Untuk Petugas
Ruang nurse station
Ruang ganti perawat
Kamar mandi dan WC
Ruang administasi dengan komputer + akses internet.
Ruang kepala ruangan
Ruang dokter
Tabel 3.7 Daftar Inventaris Alat Tenun Ruang Wijaya Kusuma Tahun 2020
No Nama Barang Jumlah Kondisi
3 Perlak 11 Baik
5 Kasur 38 Baik
7 Bantal 38 Baik
1 Sterilisator 1 Baik
2 Suction 2 Baik
40
4 Torniquet 1 Baik
6 Manometer O2 5 Baik
12 Nierbeken 4 Baik
21 Pispot 10 Baik
25 Brancar 1 Baik
26 Timbangan 1 Baik
30 WWZ 1 Baik
31 Ambubag 1 Baik
33 Nebu 1 Baik
34 Korentang 2 Baik
41
Sumber : Data Sekunder
3. Methods
a. MPKP
1. Metode Penugasan
a) wawancara
Metode penugasan yang digunakan di Ruang Wijaya Kusuma adalah
metode tim, namun metode tersebut hanya berjalan saat shift pagi, dan
untuk shift sore dan malam hanya ada penanggung jawab shift. Hal ini
tentunya membawa dampak dalam pelaksanaan proses asuhan
keperawatan, antara lain : pelayanan pasien akan terputus-putus, dan
banyak tugas yang tidak dapat dijalankan.
Pengaturan jadwal dinas perawat meliputi :
1) Dinas pagi :
2) Dinas Sore :
b) Observasi
Jadwal penanggung jawab tim code red tidak terisi pada papan petugas
code red di ruangan
Kesimpulan :
I. Struktur organisasi ruangan belum menggunakan model praktek
keperawatan profesional (MPKP).
42
II. Jadwal penanggung jawab tim code red tidak terisi pada papan
petugas code red
2. Pengarahan
a) Hand Over
43
4) Untuk pelaporan timbang terima perawat belum menuliskan secara
langsung pada format timbang terima yang ditanda tangani oleh
perawat penanggung jawab yang jaga saat itu
5) Hand over hanya dilakukan oleh 1 orang perawat (Penanggung
Jawab/PJ Shief) yang membacakan seluruh pasien yang dirawat
d) Pendelegasian
e) Supervisi
44
g) Audit Keperawatan
45
kolaborasi)
Statu Statu Statu Statu Statu Statu Statu Statu Statu Statu
s1 s2 s3 s4 s5 s6 s7 s8 s9 s 10
pengkajian
Stiker
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100
identitas
pemeriksaa
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100
n fisik
terdapat ttd
penanggung
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100
jawab
pasien
skrining Gizi – – – √ – – – – √ √ 30
Skrining
√ – √ √ √ √ √ √ √ √ 90
Nyeri
Risiko Jatuh √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100
Status
Psikososial-
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100
spiritual
Klien
88.57
presentase
85,7% 71,4% 85,7% 100% 85,7% 85,7% 85,7% 85,7% 100% 100% %
2) Diagnosa keperawatan
Status Status Statu Status Statu Status Status Statu Status Status
46
1 2 s3 4 s5 6 7 s8 9 10
Diagnosa
Keperawata
n
Diagnosa
klien sesuai
dengan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100
prioritas
masalah klien
saat itu
Diagnosa
keperawatan
mencakup
– – √ – – – – – – – 10
tentang
masalah
psikososial
Diagnosa
keperawatan
mencakup
tentang
– – – – – – – – – – 0
masalah
kurangnya
pengetahuan
klien
diagnosa
keperawatan
dirumuskan
– – – – – – – – – – 0
dengan
benar
(PE/PES)
diagnosa
keperawatan
sesuai
– – – – – √ – – – – 10
dengan
pedoman
SDKI
24%
Presentase
20% 20% 40% 20% 20% 40% 20% 20% 20% 20%
3) Rencana keperawatan
47
Status Status Status Status Status Status Status Status Status Status
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Rencana keperawatan
rencana asuhan
keperawatan
dikembangkan
oleh perawat
– – – – – – – – – – 0
yang
bertanggung
jawab pada
klien tersebut
terdapat
rumusan tujuan
keperawatan √ √ √ √ – √ √ – √ √ 80
disertai kriteria
evaluasi
rencana asuhan
keperawatan
mencakup
√ √ √ √ – √ √ √ √ – 80
tindakan
observasi
keperawatan
rencana asuhan
keperawatan
mencakup √ √ √ √ – √ – – – – 50
terapi
keperawatan
rencana asuhan
keperawatan
mencakup
√ √ √ √ – √ √ √ √ √ 90
tindakan
pendidikan
kesehatan
rencana asuhan
keperawatan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100
berisi tindakan
kolaborasi
rencana asuhan
keperawatan
mencakup
tindakan yang √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100
menggambarka
n keterlibatan
klien/keluarga
85,7 85,7 85,7 85,7 28,6 85,7 71,4 57,1 71,4 57,1 71,41%
persentase
% % % % % % % % % %
48
pendokumentasian asuhan keperawatan ini, masih ditemukan adanya pengisian
yang belum optimal pada point-point dalam perencanaan tersebut.
4) Implementasi keperawatan
Statu Statu Statu Statu Statu Statu Statu Statu Statu Statu
s1 s2 s3 s4 s5 s6 s7 s8 s9 s 10
Implementasi
tindakan
observasi
keperawatan yang √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100
dilakukan
didokumentasi
tindakan terapi
keperawatan yang
√ √ √ √ √ √ √ √ – √ 90
dilakukan
didokumentasi
tindakan
pendidikan
kesehatan
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100
keperawatan yang
dilakukan
didokumentasi
respons klien
terhadap tindakan
keperawatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100
didokumentasika
n
87,5%
Presentase
100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 75% 100%
5) Evaluasi keperawatan
Statu Statu Statu Statu Statu Statu Statu Statu Statu Statu
s1 s2 s3 s4 s5 s6 s7 s8 s9 s 10
Evaluasi
diagnosa √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100
keperawatan
dievaluasikan
49
setiap hari sesuai
dengan SOAP
diagnosa
keperawatan yang
sudah teratasi √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 100
terlihat dalam
dokumentasi
Presentasi 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%
Kesimpulan :
I. Pendokumentasian asuhan keperawatan masih mengacu diagnosa
NANDA, belum mengacu pada standar
80%
60%
Puas
40%
20%
0%
Puas Tidak Puas
50
34% perawat lainnya mengatakan tidak puas dalam melakukan pekerjaannya
sebagai perawat diruang wijaya kusuma RSUD dr. Chasbullah Abdulmadjid.
70%
60%
50%
40% Puas
30%
20%
10%
0%
Puas Tidak Puas
51
D. Analisa Swot
52
cukup (SDKI,SLKI,
4. Sebanyak 64% SIKI)
perawat V. Struktur
mengatakan puas Organisasi
dalam ruangan belum
melaksanakan menggunakan
pekerjaannya model Praktek
sebagai perawat kepeawatan
wijaya kusuma profesional
5. 69% pasien merasa keperawatan
puas dengan mutu (MPKP)
pelayanan VI. Jadwal
keperawatan wijaya penanggung jawab
kusuma Tim Code red
belum terpasang
pada papan tuga
Code red
53
E. Perumusan dan Prioritas Masalah
1. Man
Jumlah tenaga perawat 4 3 4 4 5 960 III
masih dibawah standar
kebutuhan ruangan
2. Material
3. Methode
Struktur organisasi 4 2 5 5 5 1000 II
ruangan belum
menggunakan model
praktek keperawatan
profesional (MPKP)
5 4 4 5 3 1200 I
Pendokementasian
asuhan keperawatan
masih belum optimal
dan belum mengacu
pada standar 3S
(SDKI,SLKI, SIKI)
Jadwal penanggung 3 3 4 4 4 576 V
jawab tim code red
tidak terisi pada
papan code red
Keterangan :
Mg: Magnitude: Kecenderungan besar dan seringnya masalah
terjadi
Se: Severity: Besarnya kerugian yang ditimbulkan dari masalah
ini
54
Mn: Managebility: Berfokus pada keperawatan sehingga dapat
diatur untuk
perubahannya
Nc: Nursing consent: Melibatkan pertimbangan dan perhatian
perawat.
Af: Affordability: Ketersediaan sumber daya
1.
Pendokementasian asuhan Tujuan :
keperawatan masih belum
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan
optimal dan belum mengacu
perawat sebagai upaya meningkatkan mutu
pada standar 3S (SDKI,SLKI,
pelayanan
SIKI)
Alternatif :
55
menggunakan model praktek Meningkatkan mutu pelayanan perawat
keperawatan profesional (MPKP) sebagai pemberi asuhan keperawatan kepada
pasian dan keluarga
Alternatif :
Alternatif :
Alternatif
56
terjadi bencana
Alternatif
57
inap untuk penerapan jadwal petugas code
red
58
H. Perencanaan Operasional Intervensi Manajemen Keperawatan
59
ruangan manusia agar Keperawatan
pelayanan menjadi
lebih optimal
5. Berkoordinasi Meningkatka Edukasi Kepala Ruangan Riska
60
Lampiran
Presentasi 04/09/2020
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73