HIPERTENSI EMERGENCY
Tahun 2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
pertolongan dan pimpinanNnya sehingga Makalah Keperawatan kritis yang
berjudul “Hipertensi Emergency”, dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Kelompok 3
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................................
B. Tujuan ...............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................
B. Saran ..................................................................................................
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang paling umum.
Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius, tetapi
sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Hipertensi didefinisikan
sebagai peningkatan tekanan darah sistolik dan/atau diastolik diatas 140/90
mmHg (Martuti, 2009).
Hipertensi merupakan masalah penting dalam kedokteran dan
kesehatan masyarakat yang terus meningkat. Penderita hipertensi di dunia
sangat banyak. Hampir seperenam penduduk dunia atau sekitar satu milyar
orang menderita hipertensi. Di Amerika, diperkirakan 30% penduduknya
(± 50 juta jiwa) menderita tekanan darah tinggi (≥ 140/90 mmHg) dengan
persentase biaya kesehatan cukup besar setiap tahunnya. Berdasarkan hasil
penelitian The National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES) menunjukkan bahwa 28,7% penduduk dewasa Amerika
Serikat/ 58,4 juta penduduk menderita hipertensi (Lange dkk, 2009)
Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi
dimana terjadi kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol
yang berakibat pada kerusakan organ target yang progresif. Berbagai
sistem organ yang menjadi organ target pada hipertensi emergensi ini
adalah sistem saraf yang dapat mengakibatkan hipertensi ensefalopati,
infark serebral, perdarahan subarakhnoid, perdarahan intrakranial; sistem
kardiovaskular yang dapat mengakibatkan infark miokard, disfungsi
ventrikel kiri akut, edema paru akut, diseksi aorta dan sistem organ lainnya
seperti gagal ginjal akut, retinopati, eklamsia dan anemia hemolitik
mikroangiopatik. Kondisi hipertensi emergensi, tekanan darah harus
diturunkan secara agresif dalam hitungan waktu menit sampai jam
(Houston, 2009)
Gagal jantung adalah sindrom klinis yang disebabkan oleh suatu
kelainan jantung dan dapat dikenali dari respon hemodinamik, renal,
neural dan hormonal yang karakteristik (Prabowo, 1994).
Penyebab tersering dari gagal jantung adalah penyakit jantung
iskemik tetapi penting mengidentifikasi penyebabnya pada pasien untuk
menghindarkan luputnya kelainan yang sebenarnya dapat dikoreksi.
Penyebab lain termasuk: penyakit katup jantung, hipertensi, aritmia,
emboli paru, anemia, tirotoksikosis, miokarditis, endokarditis infektif,
kardiomiopati dan defisiensi thiamin (Hayes & Mackay, 1997).
B. TUJUAN PENULISAN
Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk mempelajari kasus
hipertensi emergensi dengan gagal jantung, , sehingga dapat mengenali
terjadinya gejala dan tanda yang muncul, penegakan diagnosis dan
menentukan penatalaksanaan yang tepat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hipertensi (HT) emergensi didefinisikan sebagai peningkatan
tekanan darah (TD) yang berat (>180/120 mm Hg) disertai bukti
kerusakan baru atau perburukan kerusakan organ target (target organ
damage=TOD). Pada kondisi klinis ini terjadi kerusakan organ
diperantarai hipertensi (hypertensive mediated organ damage=HMOD)
yang mengancam nyawa, sehingga memerlukan intervensi penurunan TD
segera dalam kurun waktu menit/jam dengan obat-obatan intravena (iv).
Hipertensi emergensi adalah peningkatan tekanan darah secara
progresif yang disertai kerusakan organ target dan dalam penanganannya
memerlukan penurunan tekanan darah dalam beberapa menit untuk
mencegah berlanjutnya kerusakan organ target tersebut. Keadaan klinis
berupa ensefalopati hipertensif, perdarahan intra-cranial,stroke, angina
pectoris tak stabil atau infark miokard akut, payah jantung kiri dengan
edema paru, aneurisma aorta disekan, krisis adrenal, epistaksis yang hebat,
eklampsia.
Hipertensi urgensi adalah peningkatan tekanan darah tanpa adanya
kerusakan organ target dan dalam penaganannya memerlukan penurunan
tekanan darah dalam beberapa jam. Keadaan klinis berupa edema papil
akut, sakit kepala yang hebat (severe headache), sesak nafas, pedal
edema.
Peningkatan tekanan darah semata (asymptomatic chronic
hypertension)tidak merupakan krisis hipertensi.
Tabel 1 .Faktor presipitasi krisis hipertensi
1. Akselerasi tekanan darah secara tiba-tiba pada orang yang
hipertensi esencial
2. Hipertensi renovaskular
3. Glomerulonefritis akut
4. Eklampsia
5. Feokromositoma
6. Sindroma putus obat antihipertensi
7. Trauma kepala berat
8. Tumor yang mensekresikan renin
9. Penggunaan katekolamin pada penderita yang menggunakan MAO
inhibitor
B. Etiologi
Krisis hipertensi sering diperkirakan karena masalah sekunder dari
keadaan lain, ternyata penyebab yang tersering adalah tidak adekuatnya
pengobatan hipertensi sebelumnya, penyebab lain adalah hipertensi reno-
vaskular, hipertensi reno-parenkim, feokromositoma, hiperaldosteronisme
primer .
C. Epidemiologi
Pada pasien HT kronik diperkirakan sekitar 1-2% akan mengalami
krisis HT dalam kurun waktu hidupnya, diantaranya HT emergensi
diperkirakan kurang lebih 25% kasus. Insiden tahunan HT emergensi
diperkirakan sebanyak 1-2 kasus per 100.000 pasien. Faktor risiko yang
paling penting didapatkan pada krisis HT adalah mereka yang tidak
terdiagnosis atau tidak patuh menjalani pengobatan. Mortalitas selama
perawatan di rumah sakit pada krisis HT diperkirakan sebanyak 4-7%.
Angka kematian dalam 1 tahun diantara pasien dengan HT emergensi
mencapai angka lebih dari 79%.
HT emergensi dan urgensi perlu dibedakan dengan cara anamnesis
dan pemeriksaan fisik, karena baik faktor risiko dan penanggulangannya
berbeda. Krisis HT bisa terjadi pada keadaan-keadaan sebagai berikut:
akselerasi peningkatan TD yang tiba-tiba, HT renovaskuler,
glomerulonephritis akut, eclampsia, phaeokromositoma, penderita HT
yang tidak meminum obat atau minum obat anti-HT tidak teratur, trauma
kepala, tumor yang mensekresi renin, dan minum obat precursor
cathecolamine (misalnya MAO inhibitor). Suatu Penelitian longitudinal
oleh Saguner AM dkk-2010 mendapatkan hasil bahwa, ketidak-patuhan
terhadap pengobatan merupakan faktor risiko terpenting krisis HT.
D. Patofisiologi
Terjadinya akibat peningkatan secara mendadak resistensi perifer
sistemik (systemic vascular resistance) yang disebabkan oleh terjadinya
peningkatan hormone vasokonstriktor sistemik ( angiotensin II,
vasopressin, norepinephrin )
Organ yang terlibat karena hipertensi :
Susunan saraf pusat (memiliki peranan autoregulasi )
Ginjal ( punya peranan autoregulasi )
Jantung
Pankreas dan usus
G. Pendekatan
Bedakan apakah hipertensi emergensi atau urgensi dengan menilai
adanya kerusakan organ target, telusuri riwayat penyakit sebelumnya,
adakah hipertensi serta pengobatannya, penyakit ginjal dan jantung serta
kelainan neurology, pemeriksaan fisik tekanan darah dalam beberapa kali
pengukuran, pemeriksaan funduskopi dapat membedakan keadaan urgensi
bila tak ada kelainan pada pembuluh darah retina, tidak ada spasme
maupun eksudat sedangkan pada hipertensi emergensi dijumpai papil
edema dan eksudasi yang berat, pemeriksaan jantung dan aorta ,
pemeriksaan neurologist.
Tes laboratorium meliputi test terhadap proteinuria, hematuria,
darah perifer, faal ginjal berupa elektrolit dan BUN/SC. Foto thorak
diperlukan untuk mencari kardiomegali atau edema paru. EKG untuk
evaluasi kardiologi
H. Pengobatan
Pada hipertensi emergensi diperlukan penurunan tekanan darah
dalam satuan menit akan tetapi tidak perlu mencapai batas normal dan
akan tercapai apabila menggunakan obat parenteral dengan batas
penurunan tekanan darah tidak melebihi 20% Mean arterial pressure,
sedangkan pada hipertensi urgensi dapat digunakan obat oral.
B. SARAN
Kiranya dengan adanya pembelajaran mengenai keperawatan kritis
ini dapat menjadi bahan terapan nyata dalam meningkatkan pelayanan
kesehatan dalam masyarakat.
Menjadikan bahan ajaran dalam kelas ini nyata dalam lingkup kerja
sehingga tercipta kesehatan optimal pada tunas bangsa yang akan menjadi
generasi hebat penerus bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Fauci, A.S., Braunwald, E., Kasper, D.L., Hauser, S.L., Longo, D.L., Jameson,
J.L., Loscalzo, J., 2008. Harrison’s: Principles of Internal Medicine.
17th ed. New York: McGraw-Hill Companies
Hayes, P., Mackay T., 1997, Gagal Jantung dalam Buku Saku Diagnosis dan
Terapi. Penerbit EGC, Jakarta
Ismail., Soegondo, S., Uyainah, A., Trisnohadi, H., Atmakusuma, D., Alwi, I.,
Karyadi, H., Subadri, H., Tadjoedin, H., Syafiq, M., Wardhani, A, 2006,
Panduan Pelayanan Medik. Penerbit Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: halaman 67-71
Kaplan NM. Clinical Hypertension. Baltimore: William & Wilkins 2002: 339-
354
Katzung, B.G., 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 6. Editor Agoes,
H.A., Jakarta: EGC. pp. 159, 160.
Lange, McPhee, S.J., Papadakis, M.A., 2009. Current Medical Diagnosis &
Treatment: fourty-eighth edition. New York: The McGraw-Hill
Companies. pp.376.
Mansjoer, A, 2001, Gagal Jantung, dalam : A. Mansjoer (editor) Kapita Selekta
Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Penerbit Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, Hal.: 434-437
Panggabean, M., 2007, Gagal Jantung Akut, dalam : Sudoyo (editor) Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II, Edisi IV, Penerbit Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal.: 1503-1504
Rahman, 2007, Angina Pektoris Stabil, dalam : Sudoyo (editor) Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid III, Edisi IV, Penerbit Ilmu Penyakit Dalam
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, hal.: 1611-1614