Anda di halaman 1dari 7

TUGAS

KEPERAWATAN GAWAT DARURAT DAN MANAJEMEN BENCANA


MASALAH KEPERAWATAN DAN PENATALAKSANAAN
EMERGENCY RESPIRATORY

Disusun Oleh :

DISUSUN OLEH:

Wahyuningtias Nurul Kurnia Sari


PO.71.20.3.18.073
V.B

DOSEN PEMBIMBING : Ns. SapondraWijaya,S.Kep,M.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN LUBUK LINGGAU
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
A. Penatalaksaan Emergency Respiratory
Tujuan utama pengobatan adalah untuk memperbaiki masalah ancaman
dengan segera antara lain :
1. Terapi Oksigen
Oksigen adalah obat dengan sifat terapeutik yang penting dan secara
potensial mempunyai efek samping toksik. Pasien tanpa riwayat penyakit
paru-paru tampak toleran dengan oksigen 100% selama 24-27 jam tanpa
abnormalitas fisiologis yang spesifik.
2. Vetilasi Mekanik
Aspek penting perwaatan ARDS adalah ventilasi mekanik. Terapi
modalitas ini bertujuan untuk memberikan dukungan ventilasi sampai
integritas membran alveolakapiler kembali mmebaik. Dua tujuan tambahan
adalah :
a. Memelihara ventilasi adekuat dan oksigen selema periode kritis
hipoksemia berat.
b. Mengatsi faktor etiologi yang mengawali penyebab distress pernafasan.
3. Positif and Expiratory Breathing (PEEB)
Ventilasi dan oksegen adekuat diberikan melalui volume ventilator
dengan tekanan dan kemampuan alira yang tinggi, dimana PEEB dapat di
tambahkan . positif and expiratory breathing (PEEB) dipertahankan dalam
alveoli melalui siklus pernafasan untuk mecegah alveoli kolaps pada akhir
ekpirasi.
Komplikasi utama PEEB adalah penurunan curah jantung da
barotrauma. Hal tersebut seringkali terjadi jika pasien diventilasi dengan tidal
volume di atas 15ml/kg atau PEEB tingkat tinggi. Peralata selang dada
torakstomi darurat harus siap sedia.
4. Pemantauan oksigen Arteri Adekuat
Sebagian besar volume oksigen di transpor ke jaringan dalam bentuk
oksihemoglobin. Bila anemia terjadi, kandunga oksigen dalam darah menurun.
Sebagian akibat efek ventialsi mekanik PEEB pengukuran seri hemoglobin
perlu dilakukan untuk kalkulasi kandungan oksigen yang akan menetukan
kebutuha untuk transfusi sel darah merah.
5. Terapi farmakologi
Penggunaan kortisteroid untuk terapi masih kontroversial. Rapi
Sebealumnya terapi antibiotik diberika untuk profilaksis, tetapi pengalaman
menujukan bahwa hal ini tidka dapat mencegah sepsis gram negatife yang
berbahaya. Akhirnnya antibiotik profilaksis tidak lagi digunakan.
6. Pemeliharaan jalan nafas
Selang endotracheal atau selang trakheostomi disediakan tidak hanya
sebagai jalan nafas, tetapi juga melindungi jalan nafas ( dengan cuff utuh),
memberikan dukuga ventilasi kontiu dan memberikan konsentrasi oksigen
terus-menerus. Pemeliharaan jalan nafas meliputi: menatahui waktu
penghisapan, teknik penghisapan, tekanan cuff adekuat, pencegahan nekrosis
tekanan nasal dsan oral untuk membuang secret, dan pemonitoran konstan
terhadap jalan nafas bagian atas.
7. Pencegahan Infeksi
Perhatian penting terhadapa sekresipada saluran pernafasan bagian atas
dan bawah serta pencegahan infeksi melalui teknik penghisapan yang tealh
dilakukan. Infeksi nosocomial adalah infeksi yang disapatkan di rumah sakit.
8. Dukungan Nutrisi
Malnutrisi merupakan masalh umu pada paseien dengan masalah kritis.
Nutrisi parental total (hiperalimentsi intravena) atau pemberian makanan
melalui selang dapat memperbaiki malnutrisi dan kemungkinan pasien untuk
menghindari gagal nafas sehubugan dengan nutrisi buruk pada otot inspirsi.
9. Monitor semua sistem terhadap respon tarapi dan potensial komplikasi
Rata-rata mortalita 50-70%, dapat menimbulkan gejal sisa saat
penyembuhan. Prognosis jangka panjag baik. Abnormalitas obstruksif
terbatas, defek difusi sedang dan hipoksemia selama latihan.
B. Masalah Keperawatan Emergency Respiratory

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan hipersekresi jalan napas
(SDKI edisi 1,2017).

1. Definisi: ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan


nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten

2. Tanda dan gejala:


Gejala dan tanda mayor
 Subjektif : (tidak tersedia)
 Objektif :
a) Batuk tidak efektif

b) Tidak mampu batuk

c) Sputum berlebih

d) Mengi, wheezing dan /atau ronkhi kering

e) Mekonium di jalan nafas (pada neonatus)


Gejala dan tanda minor
 Subjektif:
a) Dispnea

b) Sulit bicara

c) Ortopnea
 Objektif
a) Gelisah

b) Sianosis

c) Bunyi nafas menurun frekuensi napas berubah


b. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolism

1. Definisi: asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan


metabolisme

2. Tanda dan gejala:


Gejala dan tanda mayor
 Subjektif: (tidak tersedia)
 Objektif:
a) Berat badan menurun minimal 10% di bawah rentang ideal
Gejala dan tanda minor
 Subjektif:
a) Cepat kenyang setelah makan

b) Kram/nyeri abdomen

c) Nafsu makan menurun


 Objektif
a) Bising usus hiperaktif

b) Otot pengunyah lemah

c) Otot menelan lemah

d) Membran mukosa pucat

e) Sariawan

f) Serum albumin turun

g) Rambut rontok berlebih

h) diare
c. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen

1) Definisi: ketidakcukupan energi untuk melakukan aktivitas sehari-hari


2) Tanda dan gejala
Gejala dan tanda mayor
Subjektif:
a) Mengeluh lelah
Objektif:
a) Frekuensi jantungmeningkat >20% dari kondisi istirahat
Gejala dan tanda minor
Subjektif:
a) Dispnea saat/setelah aktivitas

b) Merasa tidak nyaman setelah beraktivitas

c) Merasa lemah
Objektif:
a) Tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat

b) Gambaran EKG menunjukan aritmia saat/setelah aktivitas

c) Gambaran EKG menunjukan iskemia

d) Sianosis
DAFTAR PUSTAKA

PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Tindakan Keperawatan


Edisi 1 .Jakarta :DPP PPNI

PPNI.2018.Standar luaran Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Kriterian Hasil


Keperawatan Edisi 1 .Jakarta :DPP PPNI

PPNI.2018.Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi Dan Indikator Diagnostik


Keperawatan Edisi 1 . Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai