Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH FISIOLOGI TUMBUHAN

RESPIRASI

DISUSUN OLEH :

SABRINA INTAN MAULIDA 1813041046

NI MADE RINA PUSPITA DEWI 1813041053

JURUSAN BIOLOGI DAN PERIKANAN KELAUTAN


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
2020
KATA PENGANTAR

Kami panjatkan puja dan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Fisiologi Tumbuhan tentang Respirasi tepat pada waktunya Adapun makalah Fisiologi
Tumbuhan tentang Respirasi ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan
bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya
bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu
dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang
ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Fisiologi Tumbuhan tentang Respirasi
ini dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap
pembaca.

Singaraja, 24 Mei 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR ………………………………………….…………… ii

DAFTAR ISI …………………………………………….………………….. iii

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………… 1

A. Latar Belakang …………………………………………………….2

B. Rumusan Masalah ……………………………………… ...……….2

C. Tujuan Penulisan …………………………………………...…….. 2

BAB II PEMBAHASAN …………………………………………………….

Penambatan Karbon Dioksida & Sintesis Karbohidrat

13.1 Kuosien respirasi …………………………………………………………..

13.2 Pembentukan gula heksosa dari karbohidrat cadangan…………………….

13.3 Glikolisis……………………………………………………………………

13.4 Fermentasi……………………………………………………………….….

13.5 Struktur mitokondria dan respirasi………………………………………….

13.6 Daur Krebs………………………………………………………………….

13.7 Sistem pengangkutan elektron dan fosforilasi oksidatif……………………

13.8 Perhitungan energi glikolisis , daur Krebs dan

sistim pengangkutan elektron………………………………………………


13.9 Respirasi resisten – sianida…………………………………………………

13.10 Lintasan pentose fosfat……………………………………………………

13.11 Produksi molekul melalui respirasi yang

Digunakan untuk proses sintesis…………………………………………

13.12 Pengendalian biokimia respirasi…………………………………………

13.13 Faktor yang mempengaruhi respirasi……………………………………

BAB III PENUTUP ………………………………………………………….

Simpulan ………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam pengertian sehari-hari, bernafas sekedar diartikan sebagai proses pertukaran gas di paru-
paru. Tetapi secara biologis, pengertian respirasi tidaklah demikian. Pernafasan lebih menunjuk
kepada proses pembongkaran atau pembakaran zat sumber energi di dalam sel-sel tubuh untuk
memperoleh energy atau tenaga. Zat makanan sumber tenaga yang paling utama adalah
karbohidrat.
            Respirasi tidak hanya terdapat pada hewan dan manusia tetapi , juga terdapat pada
tumbuhan . Tumbuhan juga menyerap O2 untuk pernafasannya, umumnya diserap melalui daun
(stomata). Pada keadaan aerob, tumbuhan melakukan respirasi aerob. Bila dalam keadaan
anaerob atau kurang oksigen, jaringan melakukan respirasi secara anaerob. Misal pada akar yang
tergenang air. Pada respirasi aerob, terjadi pembakaran (oksidasi) zat gula (glukosa) secara
sempurna, sehingga menghasilkan energi jauh lebih besar (36 ATP) daripada respirasi anaerob (2
ATP saja). Demikian pula respirasi yang terjadi pada jazad renik (mikroorganisma). Sebagian
mikroorgaanisme melakukan respirasi aerobik (dengan zat asam), anerobik (tanpa zat asam) atau
cara keduanya (aerobik fakultatif).
            Respirasi merupakan bagian penting di dalam kehidupan tumbuhan untuk beradaptasi
dengan lingkungan nya. Dengan demikian diharapkan dapat  mengetahui bagaimana tahapan
respirasi sebenarnya  pada tumbuhan dengan harapan  dapat memperoleh manfaat pengetahuan
dan memperkaya khasanah ilmu pendidikan .
B. RUMUSAN MASALAH

1) Apa yang dimaksud dengan Kuosien respirasi ?

2) Jelaskan Pembentukan gula heksosa dari karbohidrat cadangan ?

3) Jelaskan apa yang dimaksud Glikolisis !

4) Apa yang dimaksud Fermentasi ?

5) Jelaskan bagaimana Struktur mitokondria dan respirasi !

6) Jelaskan proses Daur Krebs !

7) Bagaimana Sistem pengangkutan elektron dan fosforilasi oksidatif ?

8) Jelaskan Perhitungan energi glikolisis , daur Krebs dan sistim pengangkutan elektron

9) Respirasi resisten – sianida ?

10) Apa yang dimaksud Lintasan pentose fosfat ?

11) Produksi molekul melalui respirasi yang digunakan untuk proses sintesis ?

12) Jelaskan Pengendalian biokimia respirasi ?

13) Apa saja Faktor yang mempengaruhi respirasi ?

C. TUJUAN PENULISAN

1) Untuk mengetahui apa itu Kuosien respirasi

2) Untuk mengetahui Pembentukan gula heksosa dari karbohidrat cadangan

3) Untuk mengetahui apa yang dimaksud Glikolisis

4) Untuk mengetahui Apa yang dimaksud Fermentasi

5) Untuk mengetahui bagaimana Struktur mitokondria dan respirasi

6) Untuk mengetahui proses Daur Krebs

7) Untuk mengetahui Bagaimana Sistem pengangkutan elektron dan fosforilasi oksidatif


8) Untuk mengetahui Perhitungan energi glikolisis , daur Krebs dan sistim pengangkutan
elektron

9) Untuk mengetahui Respirasi resisten – sianida

10) Untuk mengetahui Apa yang dimaksud Lintasan pentose fosfat

11) Untuk mengetahui Produksi molekul melalui respirasi yang digunakan untuk proses sintesis

12) Untuk mengetahui Pengendalian biokimia respirasi

13) Untuk mengetahui Apa saja Faktor yang mempengaruhi respirasi


13.1 Kuosien respirasi

Reaksi respirasi merupakan reaksi katabolisme yang memecah molekul-molekul gula menjadi
molekul anorganik berupa CO2 dan H2O (Salisbury, 1995)

Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik


menjadi CO2, H2O dan energi. Namun demikian respirasi pada hakikatnya adalah reaksi redoks,
dimana substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator
mengalami reduksi menjadi H2O.

Respirasi yaitu suatu proses pembebasan energi yang tersimpan dalam zat sumber energi melalui
proses kimia dengan menggunakan oksigen. Dari respirasi akan dihasilkan energi kimia ATP
untak kegiatan kehidupan, seperti sintesis (anabolisme), gerak, pertumbuhan.

Respirasi dalam biologi adalah proses mobilisasi energi yang dilakukan jasad hidup melalui
pemecahan senyawa berenergi tinggi (SET) untuk digunakan dalam menjalankan fungsi hidup.
Dalam pengertian kegiatan kehidupan sehari-, respirasi dapat disamakan dengan pernapasan.
Namun, istilah respirasi mencakup proses-proses yang juga tidak tercakup pada istilah
pernapasan. Respirasi terjadi pada semua tingkatan organisme hidup, mulai dari individu hingga
satuan terkecil, sel. Apabila pernapasan biasanya diasosiasikan dengan penggunaan oksigen
sebagai senyawa pemecah, respirasi tidak melulu melibatkan oksigen.
Pada dasarnya, respirasi adalah proses oksidasi yang dialami SET sebagai unit penyimpan energi
kimia pada organisme hidup. SET, seperti molekul gula atau asam-asam lemak, dapat dipecah
dengan bantuan enzim dan beberapa molekul sederhana. Karena proses ini adalah reaksi
eksoterm (melepaskan energi), energi yang dilepas ditangkap oleh ADP atau NADP membentuk
ATP atau NADPH. Pada gilirannya, berbagai reaksi biokimia endotermik (memerlukan energi)
dipasok kebutuhan energinya dari kedua kelompok senyawa terakhir ini.

Kebanyakan respirasi yang dapat disaksikan manusia memerlukan oksigen sebagai oksidatornya.
Reaksi yang demikian ini disebut sebagai respirasi aerob. Namun, banyak proses respirasi yang
tidak melibatkan oksigen, yang disebut respirasi anaerob. Yang paling biasa dikenal orang adalah
dalam proses pembuatan alkohol oleh khamir Saccharomyces cerevisiae. Berbagai bakteri
anaerob menggunakan belerang (atau senyawanya) atau beberapa logam sebagai oksidator.

Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: a) Ketersediaan substrat
Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi.
Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang
rendah pula. Demikian sebliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi
akan meningkat.Ketersediaan Oksigen. Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi,
tetapi besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda
antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak
banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk
berrespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara. b) Suhu. Pengaruh faktor suhu
bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi
respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC, tetapi hal ini tergantung pada
masing-masing spesies.Tipe dan umur tumbuhan. Masing-masing spesies tumbuhan memiliki
perbedaan metabolsme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda
pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi
dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa
pertumbuhan.

13.2 Pembentukan gula heksosa dari karbohidrat cadangan


Heksosa adalah monosakarida yang tersususn atas enam atom karbon. Rumus kimia senyawa
heksosa adalah C6H12O6. Berdasarkan gugus fungsinya, heksosa dikelomopokkan menjadi
aldoheksosa dan ketoheksosa. Gula heksosa dapat disintesis secara biologis, maupun kimiawi.
Selain gula heksosa sederhana, seperti glukosa, mannosa, dan heksosa, sebuah makhluk hidup
dapat mengandung berbagai turunan dari heksosa. Turunan heksosa dapat terbentuk melalui
substitusi gugus hidroksil dengan gugus lainnya, atau ketika sebuah atom karbon pada heksosa
teroksidasi menjadi sebuah gugus karboksil. Gugus hidroksil pada heksosa dapat mengalami
substitusi dengan berbagai gugus kimia, seperti gugus amino, atau gugus fosfat. Di dalam
makhluk hidup, substitusi gugus hidroksil pada heksosa dapat memiliki peran penting Sebagai
contoh, turunan glukosamin yang berperan dalam penyusunan komponen dinding sel bakteri.
Disini, glukosamin dihasilkan melalui substitusi gugus hidroksil pada atom karbon nomor dua
dengan gugus amino. Selain itu, turunan heksosa yang terfoforilasi (mengalami kondensasi
dengan gugus fosfat) memiliki berbagai peran penting dalam berbagai proses metabolisme, salah
satunya adalah pembentukan senyawa karbohidrat kompleks. Pada sintesis karbohidrat
kompleks, heksosa yang terfosforilasi berperan sebagai senyawa perantara. Selain itu, tujuan lain
sel melakukan fosforilasi heksosa adalah untuk menjebak gula di dalam sel. Hal ini karena
sebagian besar sel tidak memiliki transporter membran pada membran selnya. Lebih jauh lagi,
gula heksosa yang terfosforilasi juga beperan penting dalam pembentukkan nukleotida,
komponen penyusun asam deoksiribonukleat.

13.3 Glikolisis

Glikolisis merupakan suatu proses pengubahan glukosa menjadi dua molekul asam piruvat
dengan menciptakan dua ATP dan dua NADH. Glikolisis berlangsung pada sel mikroorganisme,
tumbuhan, dan hewan melalui 10 tahap reaksi. Proses ini berlangsung di sitoplasma dengan
dukungan 10 jenis enzim yang berbeda.

Glikolisis merupakan tahapan pertama dari respirasi aerob guna memproses gula menjadi energi
dalam bentuk ATP (adenosin trifosfat). Respirasi aerob sendiri terjadi pada 4 tahapan yaitu
glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs serta transpor elektron.
ATP yang akan dihasilkan dalam glikolisis nantinya digunakan untuk berbagai proses yang
memerlukan energi, sebab ATP merupakan molekul penyimpan energi. Sementara NADH
nantinya akan menjalani proses transfer elektron untuk menghasilkan ATP. Sebuah molekul
NADH dalam transfer elektron akan memproduksi 3 molekul ATP.

Jenis – Jenis Glikolisis

 Glikolisis Aerobik

Terjadi pada saat oksigen berlimpah. Produk akhirnya merupakan piruvat bersama dengan
produksi delapan molekul ATP.

 Glikolisis anaerob

Terjadi pada saat oksigen langka. Hasil akhirnya merupakan laktat bersama dengan produksi dua
molekul ATP.

Singkatnya, seluruh proses glikolisis menyertakan pemecahan satu molekul glukosa dan
menciptakan 2 molekul NADH, 2 molekul ATP, 2 molekul air dan 2 molekul asam piruvat.

C6H12O6 + 2 NAD + + 2 ADP + 2 P i —> 2 C3H3O3 – Piruvat + 2 NADH + 2H + + 2 ATP +


2 H2O

Setiap tahap dihasilkan energi kecil yang berlangsung atas dukungan berbagai enzim dalam
sitoplasma yang bekerja dalam koordinasi.

Hasil Glikolisis

Pada proses glikolisis, satu molekul glukosa akan dipecah untuk memproduksi dua molekul asam
piruvat, dua molekul ATP dan dua NADH (Reduced nikotinamida adenin dinukleotida) yang
membawa elektron.
Maka kesimpulan dari hasil glikolisis ialah 2 molekul ATP dan 2 molekul piruvat. Namun, perlu
diketahui bahwa proses awal glikolisis (tahap pertama) berbeda dengan tahapan ini yang mana
memerlukan 2 molekul ATP.
Sehingga hasil proses glikolisis hanya dapat menghasilkan 2 molekul asam piruvat karena
sebelumnya butuh (modal) 2 ATP.

Enzim Glikolitik

Enzim yang terlibat dalam glikolisis adalah sebagai berikut:

 Heksokinase : enzim fosforilasi, ia bekerja pada gula 6-karbon seperti glalcatose.


fruktosa mannose, glukosa. Enzim ini mengangkut reaksi pada langkah pertama
glikolisis. Dalam aksi glukosa enzim ini diubah menjadi glukosa-6-fosfat.
 Phoshphoglucoisomerase : enzim isomerisasi aldosa-ketose. Enzim
phoshpoglucoisomerase merupakan enzim mengkatalisis reaksi isomerisasi pada langkah
kedua glikolisis, di mana glukosa 6-fosfat diubah menjadi fruktosa 6-fosfat.
 Phsophofructokinase : Enzim phsophorylates ini F ^ P menjadi fruktosa 1,6-bifosfat di
tahap ketiga glikolisis. Reaksi ini terjadi dengan memusnakan molekul ATP.
 Aldolase : Ini enzim mengkatalisis tahap keempat jalur glikolisis. Enzim aldolase
membagi fruktosa 1,6 bispohsphate menjadi perantara dua molekul karbon,
gliseraldehida 3-fosfat dan dihidroksiaseton fosfat.
 Triose Phsophate Isomerase : enzim isomerisasi. Enzim ini mengkatalisis tahap kelima
glikolisis dimana DHAP yang isomerised ke gliseraldehida 3-fosfat.
 Gliseraldehida dehidrogenase 3-fosfat : Enzim ini mengkatalisis langkah 6 glikolisis, di
mana G3P yang terfosforilasi dan teroksidasi menjadi 1,3 bifosfogliserat dan NAD +
direduksi menjadi NADH.
 Fosfogliserat kinase : enzim ini mengkatalisis reaksi fosforilasi pada jenjang substrat.
Pada reaksi ini kinase enzim fosfogliserat memfosforilasi ADP untuk memproduksi 3-
fosfogliserat dan ATP.
 Fosfogliserat mutase : Enzim ini mengkatalisis tahap ke-8 glikolisis. Ini ialah reaksi
mutasi di mana enzim membantu pembentukan 3-fosfogliserat menjadi 2-fosfogliserat.
 Enolase : Enzim ini mengangkut reaksi dehidrasi sederhana. Molekul 2-fosfogliserat
mendapati dehidrasi guna membangun fosfoenolpiruvat.
 Kinase piruvat : Enzim ini mengkatalisis langkah terakhir dari glikolisis merupakan
reaksi fosforilasi tingkat substrat, yaitu di mana gugus fosfat dari fosfoenolpiruvat
dikirim ke molekul ADP menciptakan ATP kedua dari glikolisis dan piruvat.

13.4 Fermentasi

Sebagai suatu proses fermentasi memerlukan:

 Mikroba sebagai inokulum


 Tempat (wadah) untuk menjamin proses fermentasi berlangsung dengan optimal.
 Substrat sebagai tempat tumbuh (medium) dan sumber nutrisi bagi mikroba.

Sifat Fermentasi

Fermentasi mempunyai sifat, sifat fermentasi terbagi dua tipe  yaitu aerobik ( oksigen ) dan
anaerobik ( tanpa oksigen ).

 Tipe Fermentasi Aerobik

Fermentasi aerobik adalah fermentasi yang pada prosesnya memerlukan oksigen. Semua
organisme untuk hidupnya memerlukan sumber energi yang diperoleh dari hasil metabolisme
bahan pangan, dimana organism itu berada. Mikroorganisme adalah organisme yang
memerlukan energi tersebut. Bahan energi yang paling banyak digunakan mikroorganisme untuk
tumbuh adalah glukosa. Dengan adanya oksigen maka mikroorganisme dapat mencerna glukosa
menghasilkan air, karbondioksida, dan sejumlah besar energi. Fermentasi yang terdapat pada 
tipe fermentasai aerobik, yaitu :

o Fermentasi asam cuka

Merupakan suatu contoh fermentasi yang berlangsung dalam keadaan aerob. Fermentasi ini
dilakukan oleh bakteri asam cuka ( acetobacter aceti ) dengan substrat etanol. Energi yang
dihasilkan 5 kali lebih besar dari energi yang dihasilkan oleh fermentasi alkohol secara anaerob.
Reaksi Kimia :

CH12O6 à 2C2H5OH à 2CH3COOH +H2O+116 kkal

 Tipe Fermentasi Anaerobik

Fermentasi anaerobik adalah fermentasi yang pada prosesnya tidak memerlukan oksigen.
Beberapa mikro organisme dapat mencerna bahan energinya tanpa adanya oksigen jadi hanya
sebagian bahan energi itu dipecah, yang dihasilkan adalah sebagian dari energi, karbondioksida
dan air , termasuk sejumlah asam laktat , asetat, etanol, asam volatile ,alkohol, dan ester.

Pada fermentasi anaerob, zat-zat organik dikatabolisme tanpa kehadiran oksigen yang berarti
tidak adanya akseptor elektron eksternal melainkan melalui keseimbangan reaksi oksidasi-
reduksi internal. Produk dihasilkan selama proses penerimaan elektron yang dilepaskan saat
pemecahan zar-zat organik. Oleh karenanya zat-zat organik tersebut berperan sebagai akseptor
dan donor elektron. Pada fermentasi, substrat hanya dioksidasi sebagian dan oleh karena itu
hanya sedikit energi yang bisa dihasilkan.

 Fermentasi asam laktat

Fermentasi asam laktat adalah respirasi yang terjadi pada sel hewan atau manusia, ketika
kebutuhan oksigen tidak tercukupi akibat bekerja terlalu berat. Peristiwa ini dapat terjadi diotot
dalam kondisi anaerob. Reaksi Kimia :

C6H12O6 –> 2CH3CH(OH)COOH + 2ATP

Secara umum, fermentasi asam laktat perlu melalui dua tahapan, antara lain:
1. Proses fermentasi Homolactic

Pada proses ini terjadi perubahan glukosa mnjadi piruvat. Lalu terbentuklah 2 molekul asam
laktat. Proses ini menggunakan enzim laktat Dehidrogenase.

2. Proses Fermentasi Heterofermentatif

Proses inin menggunakan piruvat sebagai penghasil asam laktat, etanol dan karbon dioksida
sebagai hasil bawa bentuan enzim dehidrogenanse laktat dan piruvat dekarboksilase

 Fermentasi alkohol

Fermentasi alkohol merupakan suatu reaksi pengubahan glukosa menjadi etanol ( etil alkohol )
dan karbon dioksida. Organisme yang berperan yaitu Saccharomyces cerevisiae (ragi) untuk
pembuatan tape, roti atau minuman keras.

Reaksi Kimia: C6H12O6 → 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP

Faktor yang Mempengaruhi Proses Fermentasi

Fermentasi bahan pangan merupakan hasil kegiatan beberapa mikroorganisme. Agar proses
fermentasi dapat berjalan dengan baik, tentunya beberapa faktor yang mempengaruhi kegiatan
dari mikroorganisme perlu pula diperhatikan. Sehingga apabila kita berbicara mengenai faktor-
faktor yang mempengaruhi proses fermentasi, tentunya tidak lepas dari kegiatan mikroorganisme
itu sendiri. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi proses fermentasi meliputi suhu, oksigen,
substrat dan air.

 Suhu
Suhu sebagai salah satu faktor lingkungan terpenting yang mempengaruhi dan menentukan
macam organisme yang dominan selama fermentasi. Beberapa hal sehubungan dengan suhu
untuk setiap mikroorganisme dapat digolongkan sebagai berikut :

1.
1. Suhu minimum, di bawah suhu itu pertumbuhan mikroorganisme tidak terjadi
lagi.
2. Suhu optimum, sebagai suhu yang memungkinkan pertumbuhan mikroorganisme
paling cepat.
3. Suhu maksimum, di atas suhu itu pertumbuhan mikroorganisme tidak mungkin
terjadi lagi.

 Oksigen

Udara atau oksigen selama proses fermentasi harus diatur sebaik mungkin untuk memperbanyak
atau menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Setiap mikroba membutuhkan oksigen yang
berbeda jumlahnya untuk pertumbuhan atau membentuk sel-sel baru dan untuk fermentasi.

 Substrat

Seperti halnya makhluk lain, mikroorganisme juga membutuhkan suplai makanan yang akan
menjadi sumber energi, dan menyediakan unsur-unsur kimia dasar untuk pertumbuhan sel.
Substrat ( makanan ) yang dibutuhkan oleh mikroba untuk kelangsungan hidupnya berhubungan
erat dengan komposisi kimianya. Kebutuhan mikroorganisme akan substrat juga berbeda-beda.

Ada yang memerlukan substrat lengkap dan ada pula yang tumbuh subur dengan substrat yang
sangat sederhana. Hal itu karena beberapa mikroorganisme ada yang memiliki sistem enzim
( katalis biologis ) yang dapat mencerna senyawa-senyawa yang tidak dapat dilakukan oleh
mikro organisme lain. Komposisi kimia hasil pertanian yang terpenting adalah ptotein,
karbohidrat dan lemak. Pada pH 7,0 protein mudah sekali digunakan oleh bakteri sebagai
substrat. Karbohidrat seperti pektin, pati dan lainnya merupakan substrat yang baik bagi kapang
dan beberapa khamir.

 Air

Mikroorganisme tidak dapat tumbuh tanpa adanya air. Air dalam substrat yang digunakan untuk
pertumbuhan mikroorganisme dinyatakan dalam istilah water activity atau aktivitas air = aw,
yaitu perbandingan antara tekanan uap dari larutan (P) dengan tekanan uap air murni (Po) pada
suhu yang sama.

13.5 Struktur mitokondria dan respirasi

Mitokondria adalah pusat tenaga sel. Pada tumbuhan, sebagaimana pada hewan, mereka
memecah gula untuk memberikan sel dengan energi yang dibutuhkan. Struktur mitokondria
adalah kunci untuk fungsi mereka. Selama 20 tahun terakhir, para peneliti menyelidiki
mitokondria tanaman telah heran dengan variasi fenomenal organel ini tampilan relatif terhadap
rekan-rekan mamalia dan jamur mereka. Mitokondria tanaman telah berevolusi strategi yang
berbeda untuk pemeliharaan genom, pendekodean genetik, regulasi gen, dan organel segregasi.
Fungsi fisiologis dan biokimia mereka telah sama berkembang untuk memenuhi tuntutan spesifik
organisme fotosintetik “berakar” di tempat. Genom mitokondria menyandikan hanya sebagian
kecil dari informasi genetik yang diperlukan untuk biogenesis dan fungsi mereka, sebagian besar
adalah yang berasal inti. Oleh karena itu, dapat diasumsikan bahwa sejumlah besar fitur genetik
dan biokimia yang unik ditampilkan dalam mitokondria tanaman muncul dalam konteks
koevolusi inti mitokondria khusus untuk kerajaan tumbuhan.

Respirasi pada Tumbuhan, Respirasi memiliki arti bernafas. Respirasi dilakukan oleh semua
makhluk hidup sebagai proses kehidupan. Bernafas merupakan proses masuknya oksigen dan
keluarnya karbondioksida sebagai hasil proses respirasi. Paparan matahari merupakan salah satu
komponen dalam fotosintesis. Energi kimia yang terbentuk dalam molekul organik kemudian
dilepaskan untuk menyediakan simpanan energi untuk kebersinambungan hidup makhluk hidup.
Proses pelepasan energi yang menyediakan energi untuk keperluan tersebut disebut proses
respirasi. Berikut ini akan dibahas tentang respirasi pada tumbuhan agar lebih jelas. Respirasi
merupakan suatu proses reaksi katabolisme yang memecah molekul- molekul gula menjadi
molekul anorganik berupa karbondioksida (CO2) dan air (H2O), (Salisbury, 1995). Respirasi
merupakan proses penghirupan oksigen melalui organ pernafasan untuk memecah senyawa
organik CO2, H2O, dan energi. Respirasi pada hakikatnya merupakan reaksi redoks dimana
dioksidadi menjadi CO2 sedangkan O2 diserap sebagai oksidator dan mengalami perubahan
menjadi H2O. Respirasi merupakan proses pelepasan energi yang tersimpan dan sumber energi
melalui proses kimia menggunakan oksigen. Proses respirasi mengeluarkan energi kimia ATP
sebagai penggerak respirasi.

13.6 Daur Krebs


Siklus asam sitrat atau yang dikenal juga dengan sebagai siklus krebs atau siklus asam
trikarboksilat merupakan lintasan akhir bersama oksidasi karbohidrat, lipid dan protein. Siklus
Krebs adalah proses utama kedua dalam reaksi pernafasan sel. Siklus Krebs ini ditemukan oleh
Hans Krebs (1900-1981). Reaksi pernafasan sel tersebut disebut juga sebagai daur asam sitrat
atau daur asam trikarboksilat. Hans Krebs (1937) yang telah memberikan sumbangan percobaan
eskperimental dan konseptual agar siklus ini dapat dipahami. Siklus Krebs terkait dengan segi
metabolisme biokimia yang sebenarnya, bahan yang masuk berasal dari karbohidrat dapat keluar
membentuk lemak, sedangkan bahan yang masuk berasal dari asam amino dapat keluar
membentuk karbohidrat. Namun, teramat jarang ialah dari lemak menuju karbohidrat.

Siklus asam sitrat (siklus krebs, siklus asam trikarboksilat) adalah serangkaian reaksi di
mitokondria yang mengoksidasi gugus asetil pada asetil-koA dan mereduksi koenzim yang
teroksidasi melalui rantai transport elektron yang berhubungan dengan pembentukan ATP.
Siklus diawali dengan reaksi antara gugus asetil pada asetil-koA dan asam dikarboksilat empat-
karbon oksaloasetat yang membentuk asam trikarboksilat enam-karbon, yaitu sitrat. Pada reaksi-
reaksi berikutnya, terjadi pembebasan dua molekul CO2 dan pembentukan ulang
oksaloaasetat.Siklus asam sitrat adalah bagian integral dari proses penyediaan energi dalam
jumlah besar yang dibebaskan selama oksidasi bahan bakar terjadi. Selama oksidasi asetil-koA,
koenzim-koenzim mengalami reduksi dan kemudian direoksidasi di rantai respiratorik yang
dikaitkan dengan pembentukan ATP.jalur katabolik utama untuk asetil-KoA pada organisme
aerob. Aseti-KoA, produk katabolisme karbohidrat, protein, dan lipid, dibawa ke siklus asam
sitrat dan dioksidasi menjadi CO2 disertai pembebasan ekuivalen pereduksi (2H). Oksidasi 2H
selanjutnya di rantai respiratorik menyebabkan fosforilasi ADP menjadi ATP.Untuk satu putaran
siklus, dihasilkan 11 ATP melalui fosforilasi oksidatif dan 1 ATP dihasilkan di tingkat substrat
dari perubahan suksinil-KoA menjadi suksinat.Proses ini bersifat aerob yang memerlukan
oksigen sebagai oksidan terakhir dari koenzim-koenzim yang tereduksi. Enzim-enzim pada
siklus asam terletak di matriks mitokondria, baik bebas maupun terikat pada membran dalam
mitokondria serta membran krista, tempat enzim-enzim rantai respiratorik berada.

Hasil Siklus Krebs

Pada akhir siklus krebs ini akan terbentuk kembali asam oksaloasetat yang berikatan dengan
molekul asetil koenzim A yang lain dan berlangsung kembali siklus krebs, karena selama reaksi
oksidasi pada molekul glukosa hanya dihasilkan 2 molekul asetil koenzim A, maka siklus krebs
harus berlangsung sebanyak 2 kali. Jadi hasil bersih dari oksidasi 1 molekul glukosa akan
dihasilkan 2 ATP dan 4 CO2 serta 8 pasang atom H yang akan masuk ke rantai transpor elektron.

13.7 Sistem pengangkutan elektron dan fosforilasi oksidatif

Transpot elektron adalah tahap akhir dalam respirasi sel aerobik yang meliputi proses
perpindahan elektron dari molekul donor (misal: NADH, substrat organik) menuju aseptor
terakhir yakni oksigen. NADH yang terdapat di mitokondria berasal dari tiga proses utama ; daur
Krebs, glikolisis, dan di daun oksidasi glisin yang dihasilkan selama fotorespirasi. Bila NADH
dioksidasi, akan dihasilkan ATP. Dengan cara yang serupa ubikuinol yang dihasilkan oleh asam
suksinat dehidrogenase dalam daur Krebs, juga dioksidasi untuk menghasilkan ATP. Walaupun
oksidasi ini melibatkan pengambilan O2 dan pembentukan H2O, baik NADH ataupun ubikuinol
tidak dapat bergabung secara langsung  dengan O2 untuk membentuk H2O. yang terjadi
elektronnya ditransfer melalui beberapa senyawa antara sebelum H 2O terbentuk. Pembawa
electron ini merupakan system pengangkutan electron mitokondria. Pengangkutan electron
dimulai dari pembawa yang secara termodinamika sulit untuk direduksi (yaitu yang mempunyai
potensial reduksi negative) ke pembawa yang mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk
menerima electron (mempunyai potensial reduksi yang lebih tinggi, bahkan positif). Setiap
pembawa dari system tersebut biasanya menerima electron hanya dari pembawa sebelumnya
yang terdekat. Mereka diatur dalam bentuk alur di dalam membrane mitokondria bagian dalam.,
dan terdapat beberapa ribu system pengangkutan electron ditiap mitokondria.
System pengangkutan electron mitokondria melibatkan sitokrom (sampai empat jenis b dan dua
jenis c) dan beberapa kuinon, khususnya ubikuinon. Juga terdapat beberapa flavoprotein
(riboflavin yang mengandung protein), beberapa protein besi-belerang (Fe-S) yang serupa
dengan feredoksin, sebuah enzim sitokrom oksidase, dan beberapa pembawa electron lainnya
yang belum diidentifikasi. Sitokrom dan sitokrom oksidase mengandung besi sebagai bagian dari
gugus heme. Flavoprotein mengandung flavin adenine dinukleotida (FAD) atau serupa flavin
mononukleotida (FMN) sebagai gugus prostetik yang menempel.

Sitokrom dan protein Fe-S dapat menerima atau mentransfer hanya satu electron setiap kali.
Ubikuinon, seperti plastokuinon kloroplas, menerima dan mentransfer dua electron dan dua H +,
hal yang sama juga terjadi pada flavoprotein. Sifat ubikuinon dan flavoprotein sangat penting
dalam pembentukan gradient pH antara matriks (pH sekitar 8,5) yang melintasi membrane dalam
ke ruang antarmembran (pH mendekati 7), sebab gradient pH ini mendorong pembentukan ATP
dari ADP dan Pi .

Di mitokondria, pembentukan ATP dari ADP dan Pi secara tidak langsung di dorong oleh
kecendeungan O2 secata termodinamika untuk tereduksi, dan proses ini disebut fosforolasi
oksidatif. Fosforilasi dikatalis oleh factor perangkai atau ATP sintase. ATP sintase ini
mempunyai jarum dan pentul, dan meruak melintasi membrane dalam. Pentulnya menghadap
dan meruak ke matriks, sedangkan tangkainya meruak keluar menuju ruang antarmembran antara
membrane dalam dan membrane luar. ATP dibentuk pada pentul di dalam matriks, kemudian
diangkut menuju sitosol oleh transport-balasan dengan ADP berikutnya. ATP kemudian dipindah
dengan segera melintasi membrane luar yang jauh lebih permeable menuju sitosol, tempat ATP
menjalankan berbagai fungsinya. Membrane luar mempunyai porin, saluran yang melalukan
molekul dengan bobot molekul kurang dari sekitar 5 kDa, sehingga nukleotida dan berbagai
metabolit lainnya dapat melewati membrane itu dengan mudah.

Fosfat juga perlu untuk pembentukan ATP, dan fosfat dibawa melintasi membrane dalam yang
jauh kurang permeable ke dalam matriks oleh dua system transport-balasan yang secara
bersamaan membawa OH- atau asam dikarboksilat, misalnya malat keluar dari matriks menuju
ruang antarmembran. Sebuah system transport balasan serupa mengkatalisis pertukaran OH- dan
piruvat.

Lintasan utama pengangkutan electron dimulai dengan NADH + H+ yang terbentuk di matriks
oleh enzim daur Krebs. Kedua electron dan kedua H+ menuju flavoprotein yang mengandung
FMN, yang lalu membawa electron ke protein Fe-S. besi dalam Fe-S ini dapat menerima hanya
satu electron pada satu saat dan tidak menerima H+, kedua H+ di transfer ke dalam ruang
antarmembran. Ini merupakan langkah pertama dari empat langkah yang dilakukan sepasang H +
untuk pindah dari matriks melewati membrane dalam mitokondria bersama-sama dengan dua
electron. Fe-S tereduksi akan memindahkan electron ke ubikuinon (UQ), yang dengan 2H + yang
diambil dari matriks akan tereduksi menjadi ubikuinol (UQH 2). Dari UQH2, electron akan pindah
satu persatu menuju ke berbagai sitokrom b. Kedua H+ dari UQH2 ditransfer keluar ke ruang
antarmembran. Protein Fe-S lainnya akan menerima dan mentransfer electron ke Fe 3+ di sitokrom
c1 dengan pengeluaran ketiga dari sepasang H+. Dari sitokrom c1, electron diterima oleh
sitokrom c, kemudian ditransfer ke O2 membentuk H2O yang dikatalisis oleh sitokrom oksidase.
Oksidase ini mengandung komponen a dan a3 yang tak terpisahkan dan juga beberapa
polipeptida lainnya yang mengandung total dua ion tembaga yang menjalani oksidasi-reduksi
antara bentuk Cu+ dan Cu2+. Kedua tembaga tersebut terlibat dalam pengangkutan electron antara
komponen besi dari sitokrom a dan a3. Menyertai oksidasi sitokrom c oleh sitokrom oksidase,
sepasang H+ lainnya dipindah dari matriks ke ruang antarmembran. Pada aliran electron ini nilai
potensial reduksi NADH (Eo = -0,32V) ke O2 (Eo = +0,82V), sehingga perubahan seluruhnya
+1,14 V. Untuk tiap NADH yang dilepaskan pada glikolisis dan untuk tiap ubikuinol yang
dibentuk pada daur Krebs oleh oksidasi suksinat, hanya dua ATP yang terbentuk.

Fosforilasi oksidatif dari semua substrat mitokondria dilepas dari pengangkutan electron oleh
berbagai senyawa pencerai. Sebagian pencerai menetralkan gradient pH dengan membawa H + ke
dalam matriks, mencegah fosforilasi oksidatif, tapi tetap mempertahankan kelangsungan
pengangkutan electron. Dinitrifenol pencerai yang cukup efektif  di mitokondria, dapat
mempercepat pengangkutan electron dan respirasi. Yaitu memperkecil gradient pH sepanjang
membrane dalam dan memungkinkan H+ diangkut keluar dengan lebih mudah oleh factor
perangkai ATPase.
13.8 Perhitungan energi glikolisis , daur Krebs dan sistim pengangkutan elektron

 Tahap ini membutuhkan energi dari ATP (adenosin trifosfat). ATP yang telah melepaskan
energi yang disimpannya akan berubah menjadi ADP.
 Glukosa 6-fosfat akan diubah menjadi fruktosa 6-fosfat yang dikatalisis oleh enzim
fosfohexosa isomerase.
 Fruktosa 6-fosfat akan diubah menjadi fruktosa 1,6-bifosfat, reaksi ini dikatalisis oleh enzim
fosfofruktokinase. Dalam reaksi ini dibutuhkan energi dari ATP.
 Fruktosa 1,6-bifosfat (6 atom C) akan dipecah menjadi gliseraldehida 3-fosfat (3 atom C) dan
dihidroksi aseton fosfat (3 atom C). Reaksi tersebut dikatalisis oleh enzim aldolase.
 Satu molekul dihidroksi aseton fosfat yang terbentuk akan diubah menjadi gliseraldehida 3-
fosfat oleh enzim triosa fosfat isomerase. Enzim tersebut bekerja bolak-balik, artinya dapat pula
mengubah gliseraldehida 3-fosfat menjadi dihdroksi aseton fosfat.
 Gliseraldehida 3-fosfat kemudian akan diubah menjadi 1,3-bifosfogliserat oleh enzim
gliseraldehida 3-fosfat dehidrogenase. Pada reaksi ini akan terbentuk NADH.
 Kemudian 1,3 bifosfogliserat akan diubah menjadi 3-fosfogliserat oleh enzim fosfogliserat
kinase. Para reaaksi ini akan dilepaskan energi dalam bentuk ATP.
 Kemudian 3-fosfogliserat akan diubah menjadi 2-fosfogliserat oleh enzim fosfogliserat
mutase.
 Kemudian 2-fosfogliserat akan diubah menjadi fosfoenol piruvat oleh enzim enolase.
 Fosfoenolpiruvat akan diubah menjadi piruvat yang dikatalisis oleh enzim piruvat kinase.
Dalam tahap ini juga dihasilkan energi dalam bentuk ATP.

Satu molekul asam piruvat yang dihasilkan memiliki total energi tersimpan kira-kira sebesar 546
kcal, sedangkan energi yang tersimpan dalam satu molekul glukosa sekitar 686 kcal. Sehingga
energi yang tersimpan dalam dua molekul asam piruvat lebih besar daripada satu molekul
glukosa sebagai bahan dasarnya.

Hasil akhir glikolisis adalah 2 molekul asam piruvat dengan 2 ATP dan 2 NADH.
Persamaan reaksi glikolisis

Molekul ATP yang terbentuk sebenarnya ada 4, namun 2 ATP telah digunakan untuk membayar
hutang ATP yang telah dipakai pada tahap reaksi pertama dan ketiga. Dalam tahap awalnya,
proses glikolisis membutuhkan dua ATP sebagai sumber energi. Namun dalam tahap
selanjutnya, glikolisis akan menghasilkan ATP yang dapat digunakan untuk membayar hutang
ATP yang telah digunakan di awal dan masih ada sisa ATP yang dapat digunakan untuk fungsi
yang lain.

Daur Krebs

Satu molekul asetil ko-A yang masuk siklus krebs akan menghasilkan 1 ATP, 3 NADH, 1
FADH2 dan 2 CO2. Karena satu molekul glukosa akan diubah menjadi dua asetil ko-A, maka satu
molekul glukosa yang menjalani siklus krebs akan menghasilkan 2 ATP, 6 NADH, 2 FADH 2,
dan 4 CO2.

Molekul NADH dan FADH2 nantinya akan masuk transfer elektron untuk menghasilkan ATP.
Satu molekul NADH akan diproses untuk menghasilkan 3 ATP, sedangkan satu molekul FADH 2
akan menghasilkan 2 ATP.

13.9 Respirasi resisten – sianida

Laju respirasi jaringan bergantung pada aktifitas metabolik dari jaringan tersebut. Secara umum
semakin tinggi aktifitas metabolisme dari suatu jaringan, semakin tinggi laju respirasi dari
jaringantersebut. Tunas yang sedang berkemang menunjukkan laju respirasi yang sangat tinggi
dan umumnya laju respirasi jaringan vegetatif akan menurun dari titik pertumbuhan ke daerah
yang lebih terdiferensiasi. Jaringan tumbuhan yang telah dewasa, biasanya laju respirasinya tetap
atau menurun dengan lambat dengan bertambahanya umur dan tingkat penuaan. Kekecualian
terjadi pada kondisi klimakterik, dimana peningkatan laju respirasi terjadi pada proses
pemasakan buah dan penuaan daun yang gugur/lepas dan bunga potong. Hal ini dikarenakan
adanya produksi etilen endogenous yang dapat meningkatkan aktifitas lintasan alternatif resisten
sianida pada membran dalam mitokondria.

13.10 Lintasan pentose fosfat

Lintasan pentose fosfat adalah reaksi yang berbeda dari glikolisi maupun siklus krebs. Lintasan
Pentosa Fosfat (LPF) berlangsung di sitosol dan terbentuk dari lima senyawa atom karbon.
Reaksi lintasan LPF ini melibatkan glukosa 6P yang kemudian dioksidasi oleh enzim
dehidrogenase membentuk senyawa 6-fosfogluko-nonlakton dan dihidrolisis menjadi 6-
fosfoglukonat oleh suatu enzim laktonase. Reaksi hasil dari LPF yaitu pentose fosfat. Fungsi dari
LPF ini yaitu memproduksi NADH yang kemudian dioksidasi menjadi ATP. Selain itu juga
pembentukan senyawa fenolik seperti sianin dan lignin dan menghasilkan bahan baku unit ribosa
dan deoksiribosa pada nukleotida RNA dan DNA. Makhluk hidup di muka bumi ini selalu
memerlukan energi dalam kehidupannya sehari-hari. Dalam proses penyediaan energi baik pada
tumbuhan maupun manusia, selalu melalui berbagai rentetan reaksi kimia. Seluruh proses kimia
atau reaksi kimia yang terjadi di dalam sel yang berupa reaksi penyusunan energi dan reaksi
penggunaan energi biasa kita sebut dengan Metabolisme. Energi yang ada dalam tubuh manusia
haruslah seimbang sesuai yang dibutuhkan oleh tubuhnya Jalur metabolik yang utama untuk
penggunaan glukosa adalah glikolisis dan lintasan pentosa fosfat. Lintasan pentosa fosfat atau
heksosa monofosfat shunt merupakan jalur alternatif untuk metabolisme glukosa. Lintasan
pentosa fosfat lebih kompleks dari pada glikolisis. Lintasan ini tidak menghasilkan ATP.
Glukosa, fruktosa, dan galaktosa secara kuantitatif merupakan heksosa terpenting yang diserap
dari traktus gastrointestinal. Ketiga unsur ini berasal dari masing-masing pati, sukrosa, dan
laktosa yang terdapat di dalam makanan. Untuk konversi fruktosa dan galaktosa menjadi glukosa
telah dibentuk lintasan yang khusus terutama di hati

13.11 Produksi molekul melalui respirasi yang digunakan untuk proses sintesis

Respirasi merupakan suatu proses reaksi katabolisme yang memecah molekul- molekul gula
menjadi molekul anorganik berupa karbondioksida (CO2) dan air (H2O), (Salisbury,
1995). Respirasi merupakan proses penghirupan oksigen melalui organ pernafasan untuk
memecah senyawa organik CO2, H2O, dan energi. Respirasi pada hakikatnya merupakan reaksi
redoks dimana dioksidadi menjadi CO2 sedangkan O2 diserap sebagai oksidator dan mengalami
perubahan menjadi H2O. Respirasi merupakan proses pelepasan energi yang tersimpan dan
sumber energi melalui proses kimia menggunakan oksigen. Proses respirasi mengeluarkan energi
kimia ATP sebagai penggerak respirasi. NADH digunakan untuk sintesis biomolekul, produksi
ATP di transpor elektron, dll. Asam piruvat dipecah lebih lanjut untuk memanen energi yang
masih tersimpan dalam ikatan-ikatan kimia senyawa ini. Energi ini digunakan untuk aktivitas sel
dan kehidupan tumbuhan seperti sintesis (anabolisme), gerak, pertumbuhan, perkembangan.
Energi kimia yang dihasilkan dari proses respirasi adealah energi kimia dalam bentuk ATP atu
senyawa berenergi tinggi lainnya (NADH dan FADH). Respirasi juga menghasilkan
karbondioksida yang berperan pada keseimbangan karbon di alam. Respirasi pada tumbuhan
berlangsung siang dan malam karena cahaya bukan merupakan syarat. Jadi proses respirasi
selalu berlangsung sepanjang waktu selama tumbuhan hidup.

13.12 Pengendalian biokimia respirasi

1. Penangkapan oksigen dari udara bebas di lingkungan


2. Proses transportasi gas gas dalam tumbuhan secara keseluruhan berlangsung secara
difusi.
3. Oksigen masuk ke dalam sel tumbuhan dan mengalami difusi melalui ruang antar sel,
sitoplasma dan membran sel.
4. Karbondioksida (CO2) yang dihasilkan akan dikeluarkan dari sel tumbuhan melalui
proses difusi juga ke dalam ruang antar sel.
5. Setelah O2 diambil dari udara bebas kemudian, mulailah proses respirasi yang terdiri dari
tahapan glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus asan nitrat dan transpor elektron.

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Laju Respirasi

Menurut Salisbury, 1995 faktor- faktor yang mempengaruhi respirasi antara lain suhu, jenis dan
jumlah substrat, kelembaban, dan jumlah oksigen. Laju respirasi dipengaruhi oleh beberapa
faktor berikut :

1. Suhu
Suhu sangat mempengaruhi laju respirasi terkait faktor Q10, semakin tinggi suhu maka lajur
respirasi akan semakin tinggi. Namun hal ini juga tergantung dari masing masing spesies untuk
peningkatan laju respirasinya.

2. Jenis dan Jumlah Substrat

Substrat dalam tanaman merupakan bahan penting dalam proses respirasi. Jika kandungan
substrat rendah maka laju respirasi juga akan rendah dan sebaliknya.

3. Kelembaban

Tingkat kelembaban ini juga sama dengan suhu. Suhu yang tinggi akan menyebabkan tingkat
kelembaban tanaman rendah dan sebaliknya. Kemudian mempengaruhi kecepatan laju respirasi.
Semakin rendah tingkat kelembabannya maka laju respirasi semakin pelan dan sebaliknya
semakin tinggi kelembaban maka laju respirasi juga semakin tinggi.

4. Jumlah Oksigen

Ketersediaan oksigen juga mempengaruhi laju respirasi. Namun ketersediaan oksigen di udara
umumnya lebih banyak dibandingkan yang dibutuhkan oleh tanaman dalam berespirasi.
Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi
tumbuhan.

       5. Tipe dan Usia Tumbuhan

Masing masing tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme. Proses metabolisme dan respirasi
berbanding lurus. Pada tumbuhan yang masih muda laju respirasi tinggi karena laju
metabolismenya juga tinggi dalam masa pertumbuhan. Sedangkan pada tumbuhan yang tua laju
respirasinya lebih rendah.

 Zat Penghambat Respirasi

Terdapat zat penghambat respirasi, yaitu sebagai berikut :

 Sianida
 Fluoride
 Iodo asetat
 CO diberikan pada jaringan
 Eter, aseton, kloroform

13.13 Faktor yang mempengaruhi respirasi

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Laju Respirasi

Menurut Salisbury, 1995 faktor- faktor yang mempengaruhi respirasi antara lain suhu, jenis dan
jumlah substrat, kelembaban, dan jumlah oksigen. Laju respirasi dipengaruhi oleh beberapa
faktor berikut :

1. Suhu

Suhu sangat mempengaruhi laju respirasi terkait faktor Q10, semakin tinggi suhu maka lajur
respirasi akan semakin tinggi. Namun hal ini juga tergantung dari masing masing spesies untuk
peningkatan laju respirasinya.

2. Jenis dan Jumlah Substrat

Substrat dalam tanaman merupakan bahan penting dalam proses respirasi. Jika kandungan
substrat rendah maka laju respirasi juga akan rendah dan sebaliknya.

3. Kelembaban

Tingkat kelembaban ini juga sama dengan suhu. Suhu yang tinggi akan menyebabkan tingkat
kelembaban tanaman rendah dan sebaliknya. Kemudian mempengaruhi kecepatan laju respirasi.
Semakin rendah tingkat kelembabannya maka laju respirasi semakin pelan dan sebaliknya
semakin tinggi kelembaban maka laju respirasi juga semakin tinggi.

4. Jumlah Oksigen
Ketersediaan oksigen juga mempengaruhi laju respirasi. Namun ketersediaan oksigen di udara
umumnya lebih banyak dibandingkan yang dibutuhkan oleh tanaman dalam berespirasi.
Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi
tumbuhan.

       5. Tipe dan Usia Tumbuhan

Masing masing tumbuhan memiliki perbedaan metabolisme. Proses metabolisme dan respirasi
berbanding lurus. Pada tumbuhan yang masih muda laju respirasi tinggi karena laju
metabolismenya juga tinggi dalam masa pertumbuhan. Sedangkan pada tumbuhan yang tua laju
respirasinya lebih rendah.

 Zat Penghambat Respirasi

Terdapat zat penghambat respirasi, yaitu sebagai berikut :

 Sianida
 Fluoride
 Iodo asetat
 CO diberikan pada jaringan
 Eter, aseton, kloroform
KESIMPULAN

Respirasi yaitu suatu proses pembebasan energi yang tersimpan dalam zat sumber energi melalui
proses kimia dengan menggunakan oksigen. Dari respirasi akan dihasilkan energi kimia ATP
untak kegiatan kehidupan, seperti sintesis (anabolisme), gerak, pertumbuhan. Heksosa adalah
monosakarida yang tersususn atas enam atom karbon. Rumus kimia senyawa heksosa adalah
C6H12O6. Berdasarkan gugus fungsinya, heksosa dikelomopokkan menjadi aldoheksosa dan
ketoheksosa. Gula heksosa dapat disintesis secara biologis, maupun kimiawi. Selain gula heksosa
sederhana, seperti glukosa, mannosa, dan heksosa, sebuah makhluk hidup dapat mengandung
berbagai turunan dari heksosa. Turunan heksosa dapat terbentuk melalui substitusi gugus
hidroksil dengan gugus lainnya, atau ketika sebuah atom karbon pada heksosa teroksidasi
menjadi sebuah gugus karboksil. Transpot elektron adalah tahap akhir dalam respirasi sel aerobik
yang meliputi proses perpindahan elektron dari molekul donor (misal: NADH, substrat organik)
menuju aseptor terakhir yakni oksigen. NADH yang terdapat di mitokondria berasal dari tiga
proses utama ; daur Krebs, glikolisis, dan di daun oksidasi glisin yang dihasilkan selama
fotorespirasi. Bila NADH dioksidasi, akan dihasilkan ATP. Dengan cara yang serupa ubikuinol
yang dihasilkan oleh asam suksinat dehidrogenase dalam daur Krebs, juga dioksidasi untuk
menghasilkan ATP. Walaupun oksidasi ini melibatkan pengambilan O2 dan pembentukan H2O,
baik NADH ataupun ubikuinol tidak dapat bergabung secara langsung  dengan O2 untuk
membentuk H2O. Energi ini digunakan untuk aktivitas sel dan kehidupan tumbuhan seperti
sintesis (anabolisme), gerak, pertumbuhan, perkembangan. Energi kimia yang dihasilkan dari
proses respirasi adealah energi kimia dalam bentuk ATP atu senyawa berenergi tinggi lainnya
(NADH dan FADH). Respirasi juga menghasilkan karbondioksida yang berperan pada
keseimbangan karbon di alam. Respirasi pada tumbuhan berlangsung siang dan malam karena
cahaya bukan merupakan syarat. Jadi proses respirasi selalu berlangsung sepanjang waktu
selama tumbuhan hidup. Respirasi merupakan proses pelepasan energi yang tersimpan dan
sumber energi melalui proses kimia menggunakan oksigen. Proses respirasi mengeluarkan energi
kimia ATP sebagai penggerak respirasi. NADH digunakan untuk sintesis biomolekul, produksi
ATP di transpor elektron, dll. Asam piruvat dipecah lebih lanjut untuk memanen energi yang
masih tersimpan dalam ikatan-ikatan kimia senyawa ini. Energi ini digunakan untuk aktivitas sel
dan kehidupan tumbuhan seperti sintesis (anabolisme), gerak, pertumbuhan, perkembangan.
Energi kimia yang dihasilkan dari proses respirasi adealah energi kimia dalam bentuk ATP atu
senyawa berenergi tinggi lainnya (NADH dan FADH). Respirasi juga menghasilkan
karbondioksida yang berperan pada keseimbangan karbon di alam. Respirasi pada tumbuhan
berlangsung siang dan malam karena cahaya bukan merupakan syarat. Jadi proses respirasi
selalu berlangsung sepanjang waktu selama tumbuhan hidup.
DAFTAR PUSTAKA

Champbell, N.A,dkk.2002. “Biologi”. Edisi lima Jilid satu. Erlangga:Jakarta

Dwidjoseputro. 1986. Biologi. Erlangga. Jakarta.

Jasin,Maskoeri.1989. “Biologi Umum Untuk Perguruan Tinggi”. Bina Pustakatama:Surabaya

Kimball, J.W. 2002. Fisiologi Tumbuhan. Erlangga. Jakarta.

Lovelles. A. R. 1997. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk daerah Tropik. PT  Gramedia.


Jakarta.

Simbolon, Hubu dkk. 1989. Biologi Jilid 3. Erlangga. Jakarta.

Syamsuri. I. 2000. Biologi. Erlangga. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai