Anda di halaman 1dari 5

PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PENGRAJIN BATIK

(Studi di Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan dan ESDM


Kabupaten Sidoarjo dan Industri Kecil Kampoeng Batik Jetis Kabupaten Sidoarjo)

Yesy Yusro Kumalasari, Agus Suryono, Mochamad Rozikin


Jurusan Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya, Malang
E-mail: yesy_kumalasari@yahoo.com

Abstract: Coaching and Empowerment Batik Craftsmen (Studies in the Department of


Cooperatives, SMEs, Industry, Commerce and Energy and Mineral Resources Sidoarjo District
and Small Industry Kampoeng Batik Jetis Sidoarjo District). Economic conditions in Indonesia,
one of which is supported by the Small and Medium Enterprises (SMEs). The existence of a small
business can be a driver of the economy. Sidoarjo is a city that SMEs have a considerable amount
of industry, one of which is a small industry batik craftsmen located in Kampoeng Batik Jetis.
Required commitment of the government to develop and solve the problems of small industry batik
craftsmen. Efforts are made Department of Cooperatives, SMEs, Industry, Commerce and Energy
and Mineral Resources Sidoarjo District is by coaching and empowerment. The results of
coaching and empowerment conducted by Diskoperindag and EMR Sidoarjo District already
provides benefits and good impact for batik craftsmen. However, the impact is not evenly
distributed either perceived by all of batik craftsmen because yet thorough guidance and
empowerment is done to all the craftsmen batik in Kampoeng Batik Jetis.

Keywords: coaching, empowerment, small industry

Abstrak: Pembinaan dan Pemberdayaan Pengrajin Batik (Studi di Dinas Koperasi, UKM,
Perindustrian, Perdagangan dan ESDM Kabupaten Sidoarjo dan Industri Kecil Kampoeng
Batik Jetis Kabupaten Sidoarjo). Kondisi perekonomian di Indonesia salah satunya ditopang
oleh Usaha Kecil Menengah (UKM). Keberadaan usaha kecil dapat menjadi penggerak
perekonomian masyarakat. Sidoarjo merupakan kota UKM yang memiliki jumlah industri yang
cukup banyak, salah satunya adalah industri kecil pengrajin batik yang terletak di Kampoeng Batik
Jetis. Diperlukan komitmen pemerintah untuk mengembangkan dan mengatasi permasalahan
industri kecil pengrajin batik. Upaya yang dilakukan Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian,
Perdagangan dan ESDM Kabupaten Sidoarjo yaitu dengan pembinaan dan pemberdayaan. Hasil
dari pembinaan dan pemberdayaan yang dilakukan oleh Diskoperindag dan ESDM Kabupaten
Sidoarjo sudah memberikan manfaat dan dampak yang baik bagi pengrajin batik. Akan tetapi,
dampak baik tersebut belum merata dirasakan oleh seluruh pengrajin batik dikarenakan pembinaan
dan pemberdayaan belum menyeluruh dilakukan kepada semua pengrajin batik di Kampoeng
Batik Jetis.

Kata kunci: pembinaan, pemberdayaan, industri kecil

Pendahuluan dan petunjuk pelaksanaan yang dikeluarkan


Pembangunan merupakan suatu usaha atau instansi yang terendah.
proses perbaikan yang tiada akhir untuk berubah Potensi sumber daya yang besar yang
menjadi lebih baik lagi dan demi tercapainya dimiliki oleh Indonesia salah satunya adalah
tingkat kesejahteraan atau mutu hidup potensi sumber daya ekonomi. Kondisi
masyarakat. Menurut Slamet yang dikutip perekonomian di Indonesia salah satunya
dalam Mardikanto dan Soebiato (2012, h.6) ditopang oleh perekonomian Usaha Kecil
untuk tercapainya tujuan-tujuan pembangunan, Menengah (UKM). Menurut Gubernur Bank
maka kegiatan pembangunan memerlukan Indonesia Agus Martowardojo yang dikutip dari
“teknologi-teknologi” tertentu. Pengertian situs www.kabarbisnis.com bahwa UKM ini
teknologi tersebut adalah kebijakan dan memberikan kontribusi hingga 99% bagi
peraturan-peraturan yang dikeluarkan baik oleh perkembangan ekonomi Indonesia yang pada
pemerintah pusat sampai dengan petunjuk teknis tahun lalu mencapai 6,2% dan sisanya 1%
dalam bentuk usaha besar. UKM merupakan

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 1, Hal. 66-70 | 66


satu sektor yang mampu bertahan dalam situasi Penelitian ini diharapkan dapat memberi
ekonomi global yang sedang tertekan. sumbangan pemikiran kepada pemerintah dan
Kabupaten Sidoarjo merupakan kota UKM sebagai referensi bagi pembaca secara umum
yang terbanyak di Indonesia. Salah satu industri maupun para praktisi akademik khususnya.
kecil yang khas dari Sidoarjo yaitu Batik Tulis
Sidoarjo. Batik merupakan warisan budaya Tinjauan Pustaka
Indonesia yang harus dilestarikan. Menurut 1. Pembinaan
Musman dan Arini (2011, h.1) bahwa batik Menurut S. Hidayat (1985, h.26) pembi-
Indonesia merupakan suatu keseluruhan teknik, naan adalah suatu usaha yang dilakukan secara
teknologi serta pengembangan motif dan sadar dan berencana, teratur dan terarah, untuk
budaya yang terkait, yang oleh UNESCO meningkatkan pengetahuan, sikap dan keteram-
ditetapkan sebagai warisan Kemanusiaan untuk pilan subjek didik dengan tindakan-tindakan dan
Budaya Lisan dan Non-Bendawi sejak Oktober pengarahan, bimbingan, pengem-bangan, stimu-
2009. lasi dan pengawasan untuk mencapai tujuan
Pada tanggal 3 Mei 2008 Bupati Sidoarjo yang diharapkan.
meresmikan Jetis sebagai daerah industri batik Menurut A. Mangunhardjono (1986, h.14)
dan diberi nama “Kampoeng Batik Jetis”. terdapat tiga fungsi pembinaan, yaitu:
Industri kecil batik di Kampoeng batik Jetis (1)Penyampaian informasi dan pengetahuan,
pada tahun 2007 mengalami penurunan (2)Perubahan dan pengembangan sikap, dan (3)
produksi yang mengakibatkan pengrajin hampir Latihan dan pengembangan tentang kecakapan
gulung tikar dalam usahanya. Hal tersebut dan keterampilan. Dari fungsi pembinaan
karena sumber daya manusia dari pengrajin tersebut dapat digunakan salah satu atau pun
batik di Kampoeng Batik Jetis sangat rendah ketiganya.
sehingga berdampak pada usaha yang dijalani. Melalui pembinaan seseorang dapat
Seperti yang diungkapkan oleh Wulandari meningkatkan kesejahteraan hidupnya dengan
(2011, h.67) bahwa tantangan besar yang memanfaatkan keterampilan dan pengetahuan
dihadapi oleh industri batik di Indonesia adalah yang telah mereka dapat. Pembinaan merupakan
sumber daya manusia. suatu cara seseorang untuk mencapai tujuan
Upaya yang dapat dilakukan pemerintah yang hendak dicapai. Adapun tujuan dari
yaitu dengan melakukan pembinaan dan pembinaan menurut A. Mangunhardjono (1986,
pemberdayaan. Jika dilihat dari peran h.13) adalah: (a) Melihat diri dan pelaksanaan
pemerintah dalam Peraturan Pemerintah Nomor hidup serta kerjanya, (b) Menganalisis situasi
32 Tahun 1998 Tentang Pembinaan dan hidup dan kerjanya dari segala segi positif dan
Pengembangan Usaha Kecil, maka sudah jelas negatifnya, (c) Mencari masalah hidup dan
bahwa perlunya peran pemerintah untuk masalah dalam kerjanya, (d) Mencari hal yang
melakukan pembinaan terhadap sektor industri sebaiknya diubah dan diperbaiki, (e)
kecil agar tetap berperan dalam mewujudkan Merencanakan sasaran dan program dalam
perekonomian nasional yang semakin baik dan hidup dan kerjanya setelah mengikuti
seimbang. Pembinaan dan pemberdayaan meru- pembinaan.
pakan cara yang dapat ditempuh pemerintah
daerah Kabupaten Sidoarjo melalui Dinas 2. Pemberdayaan
Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdagangan Menurut Undang-Undang Nomor 20
dan ESDM (Diskoperindag). Diskoperindag Tahun 2008 pasal 1 ayat 8 tentang Usaha Mikro,
dan ESDM Kabupaten Sidoarjo melakukan Kecil dan Menengah menyatakan bahwa
pembinaan dan pemberdayaan dengan berbagai pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan
pelatihan dan fasilitasi yang diberikan guna oleh pemerintah, dunia usaha dan masyarakat
untuk mengembangkan industri kecil pengrajin dalam bentuk penumbuhan iklim usaha
batik. Berdasarkan uraian tersebut, maka pembinaan dan pengembangan sehingga usaha
rumusan masalah yang dibahas yaitu tentang kecil mampu menumbuhkan dan memperkuat
pembinaan dan pemberdayaan pengrajin batik dirinya menjadi usaha yang tangguh dan
yang dilakukan oleh Diskoperindag dan ESDM mandiri. Menurut Sulistiyani (2004, h.80)
Kabupaten Sidoarjo. tujuan dari adanya pemberdayaan adalah untuk
Tujuan penelitian untuk mengetahui, membentuk individu dan masyarakat menjadi
mendeskripsikan dan menganalisis mengenai mandiri. Proses pemberdayaan masyarakat
pembinaan dan pemberdayaan pengrajin batik menurut Prijono yang dikutip dalam Suryono
Kampoeng Batik Jetis yang dilakukan oleh (2006, h.147) dapat dilakukan melalui tiga
Diskoperindag dan ESDM Kabupaten Sidoarjo. tahapan, yaitu: tahap inisiasi, tahap
partisipatoris, dan tahap emansipatoris. Terdapat

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 1, Hal. 66-70 | 67


model-model pemberdayaan menurut Suryono kualitatif. Lokasi penelitian di Kabupaten
dan Trilaksono (2008, h.26) beberapa model Sidoarjo dan situs penelitian di Dinas Koperasi,
pemberdayaan masyarakat, antara lain: (1) UKM, Perindustrian, Perdagangan dan ESDM
Model People Centre Development, (2) Model Kabupaten Sidoarjo. Data primer diperoleh
Lingkaran Setan Kemiskinan Versi Nurkse, (3) dengan wawancara. Data sekunder diperoleh
Model Kemitraan, (4) Model Grameen Bank, dengan mencari dokumen-dokumen yang sesuai
(5) Sri mahila SEWA Sahakari Bank. tema penelitian.
Adapun yang menjadi fokus penelitian
3. Industri Kecil adalah: (1)Pembinaan dan Pemberdayaan
Menurut Undang-Undang Nomor. 5 pengrajin batik di Kampoeng batik Jetis yang
Tahun 1984 tentang Industri, Industri dilakukan Diskoperindag dan ESDM Kabupaten
merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah Sidoarjo, (2) Manfaat dan dampak yang
bahan mentah, bahan baku, barang setengah dihasilkan dari pembinaan dan pemberdayaan
jadi, dan barang jadi menjadi barang yang pengrajin batik dan (3) Faktor pendukung dan
dengan nilai yang lebih tinggi untuk penghambat yang mempengaruhi dalam
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang pembinaan dan pemberdayaan pengrajin batik di
bangun dan perekayasaan industri. Menurut Kampoeng Batik Jetis Kabupaten Sidoarjo.
Tambunan (2002, h.73) masalah yang sering Analisis data menggunakan metode analisis
dihadapi oleh industri kecil yaitu sebagai model interaktif yang menurut Miles dan
berikut: masalah kesulitan pemasaran, masalah Huberman yang dikutip Sugiyono (2013, h.91)
keterbatasan finansial, masalah keterbatasan ada tahapan yang harus dilalui yakni: reduksi
sumber daya manusia, masalah bahan baku, data, penyajian data, dan menarik kesimpulan.
dan masalah keterbatasan teknologi.
Pembahasan
4. Peran Pemerintah dalam Pembinaan 1. Pembinaan dan Pemberdayaan Pengrajin
dan Pemberdayaan Industri Kecil Batik di Kampoeng Batik Jetis yang
Jika dilihat dari peran pemerintah dalam dilakukan Dinas Koperasi, UKM,
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1998 Perindustrian, Perdagangan dan ESDM
tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kabupaten Sidoarjo
Kecil ini, mengatakan bahwa sudah jelas Sidoarjo yang merupakan kota UKM
perlunya peran pemerintah dalam pembinaan memiliki jumlah industri kecil yang dapat
dan pengembangan usaha kecil dalam sektor menjadi kegiatan ekonomi masyarakat Sidoarjo.
industri kecil agar tetap berperan dalam Dari banyaknya jumlah industri kecil di
mewujudkan perekonomian nasional yang Sidoarjo yang merupakan produk unggulan
semakin baik dan seimbang berdasarkan daerah salah satunya adalah industri kecil batik.
demokrasi ekonomi di Indonesia. Tidak bisa dpungkiri masih banyak
Sesuai dengan Peraturan Daerah Provinsi permasalahan yang dihadapi oleh industri kecil
Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2011 Tentang batik, salah satunya adalah rendahnya sumber
Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan daya manusia.
Menengah pada pasal 14 yang dapat dilakukan Pemerintah melalui Diskoperindag dan
pemerintah dalam pemberdayaan Usaha Mikro, ESDM Kabupaten Sidoarjo melakukan suatu
Kecil dan Menengah yaitu dalam bentuk: (1) pembinaan dan pemberdayaan untuk mengatasi
Fasilitasi permodalan, (2) Dukungan kemu- permasalahan yang dialami oleh industri kecil
dahan memperoleh bahan baku dan fasilitas batik di Kampoeng Batik Jetis. Adapun
pendukung dalam proses produksi, (3) pembinaan yang dilakukan, yaitu: (1) Pembi-
Pendidikan dan pelatihan untuk meningkatkan naan pengembangan sumber daya manusia, dan
kemampuan manajerial dan produksi serta lain- (2) Pembinaan peningkatan kemampuan
lain jenis pendidikan dan pelatihan yang dapat teknologi. Pengembangan sumber daya manusia
mendukung pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil yang dilakukan yaitu berupa pelatihan desain
dan Menengah, (4) Pelibatan dalam pameran dan motivasi kewirausahaan akan tetapi
perdagangan untuk memperluas akses pasar, (5) pembinaan tersebut belum menyeluruh
Pelibatan dalam proses pengadaan barang dan dilakukan kepada pengrajin batik di Kampoeng
jasa yang dilakukan instansi pemerintah, (6) Batik Jetis. Pembinaan peningkatan kemampuan
Fasilitasi HAKI. teknologi yang berupa kemampuan teknologi
dalam produksi batik dan kemampuan teknologi
Metode Penelitian dalam pemasaran. Hasil dari pelatihan tersebut
Jenis penelitian yang digunakan adalah belum optimal karena kurangnya kesadaran
metode penelitian deskriptif dengan pendekatan pengrajin batik untuk mengikuti pelatihan.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 1, Hal. 66-70 | 68


Pemberdayaan yang dilakukan oleh Kesimpulan
Diskoperindag dan ESDM Kabupaten Sidoarjo Upaya pemerintah Kabupaten Sidoarjo
yaitu: (1) Fasilitasi akses permodalan, dan (2) untuk mendukung pertumbuhan industri kecil
Fasilitasi pemasaran. Diskoperindag dan ESDM terutama pengrajin batik Kampoeng Batik Jetis
Kabupaten Sidoarjo bekerja sama dengan Bank yaitu dengan melakukan pembinaan dan
Jatim untuk masalah akses permodalan. pemberdayaan. Hasil dari pembinaan dan
Kemudian untuk memberikan fasilitasi pema- pemberdayaan yang dilakukan oleh Disko-
saran Diskoperindag dan ESDM mengadakan perindag dan ESDM Kabupaten Sidoarjo sudah
pameran, promosi dan misi dagang yang sudah memberikan manfaat dan dampak yang baik
berjalan dengan baik dan hasilnya cukup bagi pengrajin batik. Akan tetapi, dampak baik
memuaskan. tersebut belum merata dirasakan oleh seluruh
pengrajin batik dikarenakan pembinaan dan
2. Manfaat dan Dampak yang dihasilkan dari pemberdayaan belum menyeluruh dilakukan
Pembinaan dan Pemberdayaan Pengrajin kepada semua pengrajin batik di Kampoeng
Batik di Kampoeng Batik Jetis Kabupaten Batik Jetis.
Sidoarjo
Manfaat yang dihasilkan dari pembinaan Saran
dan pemberdayaan pengrajin batik Kampoeng 1. Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian,
Batik Jetis yaitu memiliki pengetahuan dan Perdagangan dan ESDM Kabupaten
keterampilan serta motivasi yang lebih tinggi Sidoarjo perlu melakukan pendataan ter-
untuk terus megembangkan usahanya. Sedang- hadap pengrajin batik di Kampoeng Batik
kan dampak yang dihasilkan dari pembinaan Jetis yang pernah mengikuti atau pun yang
dan pemberdayaan yaitu pemasaran semakin belum pernah mengikuti pembinaan dan
meluas, desain yang semakin inovatif, pemberdayaan agar tidak salah sasaran
meningkatkan jumlah produksi dan kualitas dalam proses pembinaan dan pember-
produk yang semakin bagus. dayaan.
2. Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian,
3. Faktor Pendukung dan Penghambat yang Perdagangan dan ESDM Kabupaten
Mempengaruhi dalam Pembinaan dan Sidoarjo perlu melakukan diagnosa kese-
Pemberdayaan Pengrajin Batik di hatan industri yang harus dilakukan oleh
Kampoeng Batik Jetis Kabupaten Sidoarjo tenaga pendamping yang ahli dalam bidang
Faktor pendukung internal dalam industri. Diagnosa kesehatan industri akan
pembinaan dan pemberdayaan yang dilakukan menganalisis kebutuhan yang dibutuhkan
Diskoperindag dan ESDM antara lain: (1) industri kecil pengrajin batik sehingga
Adanya akses teknologi yang membantu pembinaan dan pemberdayaan yang dila-
pegawai Diskoperindag dan ESDM untuk kukan sesuai dengan kebutuhan industri
melakukan peninjauan perkembangan industri pengrajin batik.
pengrajin batik. (2) Adanya kerja sama antara 3. Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian,
pemerintah dengan BUMN yang menjadikan Perdagangan dan ESDM Kabupaten
Diskoperindag dan ESDM lebih mudah untuk Sidoarjo sebaiknya tidak perlu berubah-
melaksanakan pembinaan dan pemberdayaan. ubah karena dengan perubahan yang sering
Faktor pendukung Eksternal, antara lain: (1) terjadi justru menjadi penghambat dalam
Produk yang sudah dikenal masyarakat. (2) keberlanjutan program dan strategi yang
Adanya dukungan dari pemerintah Kabupaten dilaksanakan.
Sidoarjo. 4. Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian,
Adanya faktor penghambat Internal dari Perdagangan dan ESDM Kabupaten
pembinaan dan pemberdayaan yang dilakukan Sidoarjo perlu melakukan evaluasi pro-
Diskoperindag dan ESDM antara lain: (1) gram. Selama ini yang sering dilakukan
Struktur organisasi yang tidak terintegrasi, oleh Diskoperindag dan ESDM hanya
pegawai yang bekerja tidak sesuai dengan evaluasi keuangan akan tetapi evaluasi
tupoksi. (2) Terbatasnya dana yang menjadikan program tidak pernah dilaksanakan..
kurang otimalnya pembinaan dan pemberdayaan 5. Sumber daya manusia di dalam Dinas
pengrajin batik. Faktor penghambat eksternal Koperasi, UKM, Perindustrian, Perdaga-
yaitu: (1) Kurangnya kesadaran pengrajin batik ngan dan ESDM Kabupaten Sidoarjo
untuk mengikuti pelatihan yang diberikan sebaiknya bekerja sesuai dengan tugas
Diskoperindag dan ESDM Kabupaten Sidoarjo pokok dan fungsi masing-masing.
dan (2) Minimnya tenaga kerja pada industri
kecil batik.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 1, Hal. 66-70 | 69


Daftar Pustaka
Hidayat, S. (1985). Pembinaan Generasi Muda. Surabaya: Studi Group.
Mangunhardjono, A. (1986). Pembinaan arti dan Metodenya. Yogyakarta: PN Kanisius.
Mardikanto, Totok dan Poerwoko, Soebiato. (2012). Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif
Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Marto, Agus. (2013). Perekonomian RI ditopang oleh Sektor UMKM. Diakses melalui
http://kabarbisnis.com/read/2841689. Diakses pada 15 September 2013.
Musman, Asti dan Ambar, Arini. (2011). Batik: Warisan Adiluhung Nusantara. Yogyakarta: G-Media.
Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 1998 Tentang Pembinaan dan Pengembangan Usaha Kecil,
Jakarta, Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia.
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Pemberdayaan Usaha
Mikro, Kecil dan Menengah (c.14), Surabaya, Pusat Jaringan Dokumentasi dan Informasi
Hukum Provinsi Jawa Timur.
Sugiyono. (2013). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sulistiyani, Ambar Teguh. (2004). Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta: IKAPI.
Suryono, Agus. (2006). Ekonomi Politik Pembangunan dalam Perspektif Teori Ilmu Sosial. Malang:
Universitas Negeri Malang (UM Press).
Suryono, Agus dan Nugroho, Trilaksono. (2008). Paradigma, Model, Pendekatan Pembangunan, dan
Pemberdayaan Masyarakat Di Era Otonomi Daerah. Malang: Bayumedia Publishing.
Tambunan, Tulus. (2002). Usaha Kecil dan Menengah di Indonesia: Beberapa Isu Penting. Jakarta:
Salemba Empat.
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 Tentang Industri (c.1), Jakarta, Badan Pengelola Lingkungan
Hidup Daerah
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (c.1), Jakarta,
Bank Indonesia.
Wulandari, Ari. (2011). Batik Nusantara: Makna Filosofis, Cara Pembuatan dan Industri Batik.
Yogyakarta: ANDI.

Jurnal Administrasi Publik (JAP), Vol. 2, No. 1, Hal. 66-70 | 70

Anda mungkin juga menyukai