Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN HASIL OBSERVASI

LINGKUNGAN PASAR BANYUASRI

OLEH:
1. I GUSTI NYOMAN ANTON SURYA DIPUTRA (1915051027)
2. NI KADEK ELSA TIARI (1917051019)
3. ANAK AGUNG AYU SUWANDEWI (1915051003)
4. DWI ANJASARI (1914091019)
5. NI MADE PUTRI CANDRA SARI (1917051240)

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA


SINGARAJA
2019
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan hasil observasi
dengan judul “Laporan Hasil Observasi Lingkungan Pasar Banyuasri” yang mana,
tujuan dari penulisan laporan ini untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Tri Hita
Karana.
. Kami menyadari, tidak tidak ada manusia yang sempurna, sehingga bila
terdapat kesalahan, baik dalam penulisan atau dalam pembahasan laporan ini,
dimohon kritik dan sarannya., sehingga bila terdapat kesalahan, baik dalam penulisan
atau dalam pembahasan laporan ini, dimohon kritik dan sarannya.
Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacannya. Sebelumnya, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahahan kata-
kata yang kurang berkenan dan kami mohon kritik yang membangun untuk
memperbaiki laporan ini.

Singaraja, 15 Desember 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan.............................................................................................2
1.4 Manfaat...........................................................................................................2
1.5 Metode Penulisan............................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................4
2.1 Penerapan Tri Hita Karana pada Pasar Tradisional........................................4
2.2 Nilai-Nilai Kultur THK Berpengaruh Terhadap Orientasi Pasar...................6
2.3 Peran dan Kaitan Tri Hita Karana pada Pasar................................................8
2.4 Implikasi Penerapan Tri Hita Karana.............................................................9
BAB III........................................................................................................................11
PENUTUP...................................................................................................................11
3.1 Simpulan.......................................................................................................11
3.2 Saran.............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pasar tradisional merupakan pasar yang berperan penting dalam memajukan
pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan memiliki keunggulan bersaing secara
alamiah. Keberadaan pasar tradisional ini sangat membantu, tidak hanya bagi
pemerintah daerah ataupun pusat tetapi juga para masyarakat yang menggantungkan
hidupnya dalam kegiatan berdagang, karena didalam pasar tradisional terdapat
banyak aktor yang memiliki arti penting dan berusaha untuk mensejahterakan
kehidupannya baik itu pedagang, pembeli, pekerja panggul dan sebagainya. Mereka
semua adalah aktor yang berperan penting dalam mempertahankan eksistensi pasar
tradisional di Indonesia.
Dalam pasar tradisional terdapat banyak interaksi yang tidak ditemukan dalam
pasar modern, dimana para pedagang pasar tradisional tidak membeli suatu barang
dagangan yang akan mereka jajakan di tokonya dalam jumlah yang besar dari agen,
hal ini disebabkan karena keterbatasan modal yang mereka miliki tidak mencukupi
untuk membeli barang-barang dalam jumlah yang besar kemudian juga mereka tidak
memiliki fasilitas yang lengkap untuk menyimpan barang dagangan terlalu banyak
karena pedagang tidak memiliki tempat yang luas untuk menyimpan barang
dagangannya seperti yang terlihat pada pasar modern.
Perkembangan globalisasi, laju kondisi sosial ekonomi masyarakat, dan
perubahan sistem nilai telah membawa perubahan. Perubahan terhadap pola
kehidupan dan kebutuhan masyarakat. Untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan
masyarakat muncul berbagai fasilitas perbelanjaan, pasar sebagai salah satu fasilitas
perbelanjaan selama ini sudah menyatu dan memiliki tempat penting dalam
kehidupan masyarakat. Bagi masyarakat, pasar bukan sekedar tempat bertemunya
penjual dan pembeli, pasar juga wadah interaksi sosial dan representasi nilai-nilai

1
tradisional. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli
serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung. Bangunan
biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh
penjual maupun suatu pengelola pasar.
Dalam lingkungan pasar juga terdapat aspek-aspek THK yaitu aspek
pawongan (hubungan dengan manusia), aspek palemahan (tempat terjadinya aktivitas
di pasar/ lingkungan pasar), dan aspek parhyangan (hubungan dengan tuhan).
Prinsip-prinsip ini terkristalisasi dalam falsafah Tri Hita Karana.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara menerapakan Tri Hita Karana dalam pasar tradisional?
2. Apakah nilai-nilai kultur THK berpengaruh terhadap orientasi pasar?
3. Bagaimana peran dan kaitan antara lingkungan pasar manusia, dan tuhan pada
pasar?
4. Apakah konsep Tri Hita Karana sudah berjalan semestinya pada saat ini?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui bagaiman cara menerapkan Tri Hita Karana dalam pasar
tradisional.
2. Untuk mengetahui pengaruh nilai-nilai THK terhadap orientasi pasar.
3. Untuk mengetahui peran dan kaitan antara lingkungan pasar ,manusia ,dan
tuhan pada pasar.
4. Untuk mengetahui apakah konsep Tri Hita Karana sudah berjalan semestinya
pada saat ini.

1.4 Manfaat

2
Manfaat dari penulisan laopran ini adalah untuk menambah wawasan
mengenai penerapan THK di pasar. Seperti:

1. Mengetahui bagaimana cara menerapkan Tri Hita Karana dalam pasar


tradisional.
2. Untuk mengetahui pengaruh nilai-nilai kultur THK terhadap orientasi pasar.
3. Untuk mengetahui peran dan kaitan antara lingkungan pasar, manusia, dan
tuhan pada pasar.
4. Untuk mengetahui apakah konsep Tri Hita Karana sudah berjalan semestinya
pada saat ini.

1.5 Metode Penulisan


1. Metode Pustaka yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan
mengumpulkan data dari pustaka yang berhubunga dengan alat. Baik berupa
buku maupun informasi di internet.
2. Diskusi yaitu mendapatkan data dengan cara bertanya secara langsung kepada
teman-teman yang mengetahui tentang informasi yang diperlukan dalam
membuat proyek.
3. Observasi yaitu datang langsung ke tempat tujuan untuk melihat langsung
keadaan lingkungan berdasarkan tempat yang diamati.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Penerapan Tri Hita Karana pada Pasar Tradisional


3.1 PEMBAHASAN
4.1 A. Defenisi Individu
5.1 Istilah individu berasal dari kata individera yang berarti suatu kesatuan
6.1 organisme yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau tidak bisa
dipisahkan.
7.1 Individu merupakan kata benda dari individual yang berarti orang
atau
8.1 perseorangan (Echols,1975: 519). Individu berarti tidak dapat dibagi,
tidak
9.1 dapat dipisahkan; keberadaannya sebagai makhluk yang pilah, tunggal
dan
10.1 khas. Seseorang berbeda dengan orang lain karena ciri – cirinya yang khusus
11.1 itu (Webster’s : 743).
12.1 Menurut kamus Echols & Shadaly, individu adalah kata benda dari
13.1 individual yang berarti orang, perseorangan, oknum (Echols, 1975:
519).
14.1 Individu berasal dari kata yunani yaitu “individium” yang artinya
“tidak
15.1 terbagi”.
16.1 Dalam ilmu sosial paham individu, menyangkut tabiat dengan kehidupan
17.1 dan jiwa yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia.
18.1 Individu merupakan kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia
19.1 perseorangan bukan sebagai manusia keseluruhan.
20.1 Bedasarkan pengertian di atas seseorang atau individu dapat merangsang
21.1 perkembangan potensi yang di milikinya dan akan membawa
perubahan-
22.1 perubahan apa saja yang di inginkan dalam kebiasaan dan sikapnya
pada
23.1 kehidupan sehari-hari. Tiap individu pada dasarnya merupakan suatu kesatuan
24.1 yang berbeda antara satu dengan lainnya. Ia belum peduli dengan apa yang
25.1 terjadi di luar dirinya sendiri. Ia sudah senang jika kebutuhan fisiknya sudah

4
26.1 terpenuhi. Ada dua segi yang dapat menjadi sudut pandang perbedaan ini, yaitu
27.1 horizontal dan vertikal.
28.1 Sisi horizontal merupakan perbedaan individu dalam bidang mental, antara
29.1 lain tingkat kecerdasan, bakat, minat, ingatan, emosi dan lainnya. Sedangkan
30.1 perbedaan vertikal adalah perbedaan yang berhubungan dengan aspek
fisik,
31.1 seperti bentuk badan, tinggi badan, ukuran badan (besar atau kecil), kekuatan
32.1 dan sebagainya. Dalam perkembangan yang selanjutnya ia akan mulai
33.1 mengenal lingkungannya, memebutuhkan alat komunikasi (bahasa),
34.1 membutuhkan teman, keamanan dan yang lainnya. Semakin besar
anak
35.1 tersebut maka akan semakin banyak kebutuhan non fisiknya atau
psikologis
36.1 yang di butuhkan dirinya.
PEMBAHASAN
A. Defenisi Individu
Istilah individu berasal dari kata individera yang berarti suatu kesatuan
organisme yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau tidak bisa dipisahkan.
Individu merupakan kata benda dari individual yang berarti orang atau
perseorangan (Echols,1975: 519). Individu berarti tidak dapat dibagi, tidak
dapat dipisahkan; keberadaannya sebagai makhluk yang pilah, tunggal dan
khas. Seseorang berbeda dengan orang lain karena ciri – cirinya yang khusus
itu (Webster’s : 743).
Menurut kamus Echols & Shadaly, individu adalah kata benda dari
individual yang berarti orang, perseorangan, oknum (Echols, 1975: 519).
Individu berasal dari kata yunani yaitu “individium” yang artinya “tidak
terbagi”.
Dalam ilmu sosial paham individu, menyangkut tabiat dengan kehidupan
dan jiwa yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia.
Individu merupakan kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia
perseorangan bukan sebagai manusia keseluruhan.
Bedasarkan pengertian di atas seseorang atau individu dapat merangsang
perkembangan potensi yang di milikinya dan akan membawa perubahan-
perubahan apa saja yang di inginkan dalam kebiasaan dan sikapnya pada
kehidupan sehari-hari. Tiap individu pada dasarnya merupakan suatu kesatuan
yang berbeda antara satu dengan lainnya. Ia belum peduli dengan apa yang
terjadi di luar dirinya sendiri. Ia sudah senang jika kebutuhan fisiknya sudah
terpenuhi. Ada dua segi yang dapat menjadi sudut pandang perbedaan ini, yaitu
horizontal dan vertikal.
Sisi horizontal merupakan perbedaan individu dalam bidang mental, antara
lain tingkat kecerdasan, bakat, minat, ingatan, emosi dan lainnya. Sedangkan
perbedaan vertikal adalah perbedaan yang berhubungan dengan aspek fisik,
seperti bentuk badan, tinggi badan, ukuran badan (besar atau kecil), kekuatan
dan sebagainya. Dalam perkembangan yang selanjutnya ia akan mulai

5
mengenal lingkungannya, memebutuhkan alat komunikasi (bahasa),
membutuhkan teman, keamanan dan yang lainnya. Semakin besar anak
tersebut maka akan semakin banyak kebutuhan non fisiknya atau psikologis
yang di butuhkan dirinya.
PEMBAHASAN
A. Defenisi Individu
Istilah individu berasal dari kata individera yang berarti suatu kesatuan
organisme yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau tidak bisa dipisahkan.
Individu merupakan kata benda dari individual yang berarti orang atau
perseorangan (Echols,1975: 519). Individu berarti tidak dapat dibagi, tidak
dapat dipisahkan; keberadaannya sebagai makhluk yang pilah, tunggal dan
khas. Seseorang berbeda dengan orang lain karena ciri – cirinya yang khusus
itu (Webster’s : 743).
Menurut kamus Echols & Shadaly, individu adalah kata benda dari
individual yang berarti orang, perseorangan, oknum (Echols, 1975: 519).
Individu berasal dari kata yunani yaitu “individium” yang artinya “tidak
terbagi”.
Dalam ilmu sosial paham individu, menyangkut tabiat dengan kehidupan
dan jiwa yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia.
Individu merupakan kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia
perseorangan bukan sebagai manusia keseluruhan.
Bedasarkan pengertian di atas seseorang atau individu dapat merangsang
perkembangan potensi yang di milikinya dan akan membawa perubahan-
perubahan apa saja yang di inginkan dalam kebiasaan dan sikapnya pada
kehidupan sehari-hari. Tiap individu pada dasarnya merupakan suatu kesatuan
yang berbeda antara satu dengan lainnya. Ia belum peduli dengan apa yang
terjadi di luar dirinya sendiri. Ia sudah senang jika kebutuhan fisiknya sudah
terpenuhi. Ada dua segi yang dapat menjadi sudut pandang perbedaan ini, yaitu
horizontal dan vertikal.
Sisi horizontal merupakan perbedaan individu dalam bidang mental, antara
lain tingkat kecerdasan, bakat, minat, ingatan, emosi dan lainnya. Sedangkan
perbedaan vertikal adalah perbedaan yang berhubungan dengan aspek fisik,
seperti bentuk badan, tinggi badan, ukuran badan (besar atau kecil), kekuatan
dan sebagainya. Dalam perkembangan yang selanjutnya ia akan mulai
mengenal lingkungannya, memebutuhkan alat komunikasi (bahasa),
membutuhkan teman, keamanan dan yang lainnya. Semakin besar anak
tersebut maka akan semakin banyak kebutuhan non fisiknya atau psikologis
yang di butuhkan dirinya.
PEMBAHASAN
A. Defenisi Individu
Istilah individu berasal dari kata individera yang berarti suatu kesatuan
organisme yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau tidak bisa dipisahkan.
Individu merupakan kata benda dari individual yang berarti orang atau
perseorangan (Echols,1975: 519). Individu berarti tidak dapat dibagi, tidak

6
dapat dipisahkan; keberadaannya sebagai makhluk yang pilah, tunggal dan
khas. Seseorang berbeda dengan orang lain karena ciri – cirinya yang khusus
itu (Webster’s : 743).
Menurut kamus Echols & Shadaly, individu adalah kata benda dari
individual yang berarti orang, perseorangan, oknum (Echols, 1975: 519).
Individu berasal dari kata yunani yaitu “individium” yang artinya “tidak
terbagi”.
Dalam ilmu sosial paham individu, menyangkut tabiat dengan kehidupan
dan jiwa yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia.
Individu merupakan kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia
perseorangan bukan sebagai manusia keseluruhan.
Bedasarkan pengertian di atas seseorang atau individu dapat merangsang
perkembangan potensi yang di milikinya dan akan membawa perubahan-
perubahan apa saja yang di inginkan dalam kebiasaan dan sikapnya pada
kehidupan sehari-hari. Tiap individu pada dasarnya merupakan suatu kesatuan
yang berbeda antara satu dengan lainnya. Ia belum peduli dengan apa yang
terjadi di luar dirinya sendiri. Ia sudah senang jika kebutuhan fisiknya sudah
terpenuhi. Ada dua segi yang dapat menjadi sudut pandang perbedaan ini, yaitu
horizontal dan vertikal.
Sisi horizontal merupakan perbedaan individu dalam bidang mental, antara
lain tingkat kecerdasan, bakat, minat, ingatan, emosi dan lainnya. Sedangkan
perbedaan vertikal adalah perbedaan yang berhubungan dengan aspek fisik,
seperti bentuk badan, tinggi badan, ukuran badan (besar atau kecil), kekuatan
dan sebagainya. Dalam perkembangan yang selanjutnya ia akan mulai
mengenal lingkungannya, memebutuhkan alat komunikasi (bahasa),
membutuhkan teman, keamanan dan yang lainnya. Semakin besar anak
tersebut maka akan semakin banyak kebutuhan non fisiknya atau psikologis
yang di butuhkan dirinya.
PEMBAHASAN
A. Defenisi Individu
Istilah individu berasal dari kata individera yang berarti suatu kesatuan
organisme yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau tidak bisa dipisahkan.
Individu merupakan kata benda dari individual yang berarti orang atau
perseorangan (Echols,1975: 519). Individu berarti tidak dapat dibagi, tidak
dapat dipisahkan; keberadaannya sebagai makhluk yang pilah, tunggal dan
khas. Seseorang berbeda dengan orang lain karena ciri – cirinya yang khusus
itu (Webster’s : 743).
Menurut kamus Echols & Shadaly, individu adalah kata benda dari
individual yang berarti orang, perseorangan, oknum (Echols, 1975: 519).
Individu berasal dari kata yunani yaitu “individium” yang artinya “tidak
terbagi”.
Dalam ilmu sosial paham individu, menyangkut tabiat dengan kehidupan
dan jiwa yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia.
Individu merupakan kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia

7
perseorangan bukan sebagai manusia keseluruhan.
Bedasarkan pengertian di atas seseorang atau individu dapat merangsang
perkembangan potensi yang di milikinya dan akan membawa perubahan-
perubahan apa saja yang di inginkan dalam kebiasaan dan sikapnya pada
kehidupan sehari-hari. Tiap individu pada dasarnya merupakan suatu kesatuan
yang berbeda antara satu dengan lainnya. Ia belum peduli dengan apa yang
terjadi di luar dirinya sendiri. Ia sudah senang jika kebutuhan fisiknya sudah
terpenuhi. Ada dua segi yang dapat menjadi sudut pandang perbedaan ini, yaitu
horizontal dan vertikal.
Sisi horizontal merupakan perbedaan individu dalam bidang mental, antara
lain tingkat kecerdasan, bakat, minat, ingatan, emosi dan lainnya. Sedangkan
perbedaan vertikal adalah perbedaan yang berhubungan dengan aspek fisik,
seperti bentuk badan, tinggi badan, ukuran badan (besar atau kecil), kekuatan
dan sebagainya. Dalam perkembangan yang selanjutnya ia akan mulai
mengenal lingkungannya, memebutuhkan alat komunikasi (bahasa),
membutuhkan teman, keamanan dan yang lainnya. Semakin besar anak
tersebut maka akan semakin banyak kebutuhan non fisiknya atau psikologis
yang di butuhkan dirinya.
PEMBAHASAN
A. Defenisi Individu
Istilah individu berasal dari kata individera yang berarti suatu kesatuan
organisme yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau tidak bisa dipisahkan.
Individu merupakan kata benda dari individual yang berarti orang atau
perseorangan (Echols,1975: 519). Individu berarti tidak dapat dibagi, tidak
dapat dipisahkan; keberadaannya sebagai makhluk yang pilah, tunggal dan
khas. Seseorang berbeda dengan orang lain karena ciri – cirinya yang khusus
itu (Webster’s : 743).
Menurut kamus Echols & Shadaly, individu adalah kata benda dari
individual yang berarti orang, perseorangan, oknum (Echols, 1975: 519).
Individu berasal dari kata yunani yaitu “individium” yang artinya “tidak
terbagi”.
Dalam ilmu sosial paham individu, menyangkut tabiat dengan kehidupan
dan jiwa yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia.
Individu merupakan kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia
perseorangan bukan sebagai manusia keseluruhan.
Bedasarkan pengertian di atas seseorang atau individu dapat merangsang
perkembangan potensi yang di milikinya dan akan membawa perubahan-
perubahan apa saja yang di inginkan dalam kebiasaan dan sikapnya pada
kehidupan sehari-hari. Tiap individu pada dasarnya merupakan suatu kesatuan
yang berbeda antara satu dengan lainnya. Ia belum peduli dengan apa yang
terjadi di luar dirinya sendiri. Ia sudah senang jika kebutuhan fisiknya sudah
terpenuhi. Ada dua segi yang dapat menjadi sudut pandang perbedaan ini, yaitu
horizontal dan vertikal.
Sisi horizontal merupakan perbedaan individu dalam bidang mental, antara

8
lain tingkat kecerdasan, bakat, minat, ingatan, emosi dan lainnya. Sedangkan
perbedaan vertikal adalah perbedaan yang berhubungan dengan aspek fisik,
seperti bentuk badan, tinggi badan, ukuran badan (besar atau kecil), kekuatan
dan sebagainya. Dalam perkembangan yang selanjutnya ia akan mulai
mengenal lingkungannya, memebutuhkan alat komunikasi (bahasa),
membutuhkan teman, keamanan dan yang lainnya. Semakin besar anak
tersebut maka akan semakin banyak kebutuhan non fisiknya atau psikologis
yang di butuhkan dirinya.
PEMBAHASAN
A. Defenisi Individu
Istilah individu berasal dari kata individera yang berarti suatu kesatuan
organisme yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau tidak bisa dipisahkan.
Individu merupakan kata benda dari individual yang berarti orang atau
perseorangan (Echols,1975: 519). Individu berarti tidak dapat dibagi, tidak
dapat dipisahkan; keberadaannya sebagai makhluk yang pilah, tunggal dan
khas. Seseorang berbeda dengan orang lain karena ciri – cirinya yang khusus
itu (Webster’s : 743).
Menurut kamus Echols & Shadaly, individu adalah kata benda dari
individual yang berarti orang, perseorangan, oknum (Echols, 1975: 519).
Individu berasal dari kata yunani yaitu “individium” yang artinya “tidak
terbagi”.
Dalam ilmu sosial paham individu, menyangkut tabiat dengan kehidupan
dan jiwa yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia.
Individu merupakan kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia
perseorangan bukan sebagai manusia keseluruhan.
Bedasarkan pengertian di atas seseorang atau individu dapat merangsang
perkembangan potensi yang di milikinya dan akan membawa perubahan-
perubahan apa saja yang di inginkan dalam kebiasaan dan sikapnya pada
kehidupan sehari-hari. Tiap individu pada dasarnya merupakan suatu kesatuan
yang berbeda antara satu dengan lainnya. Ia belum peduli dengan apa yang
terjadi di luar dirinya sendiri. Ia sudah senang jika kebutuhan fisiknya sudah
terpenuhi. Ada dua segi yang dapat menjadi sudut pandang perbedaan ini, yaitu
horizontal dan vertikal.
Sisi horizontal merupakan perbedaan individu dalam bidang mental, antara
lain tingkat kecerdasan, bakat, minat, ingatan, emosi dan lainnya. Sedangkan
perbedaan vertikal adalah perbedaan yang berhubungan dengan aspek fisik,
seperti bentuk badan, tinggi badan, ukuran badan (besar atau kecil), kekuatan
dan sebagainya. Dalam perkembangan yang selanjutnya ia akan mulai
mengenal lingkungannya, memebutuhkan alat komunikasi (bahasa),
membutuhkan teman, keamanan dan yang lainnya. Semakin besar anak
tersebut maka akan semakin banyak kebutuhan non fisiknya atau psikologis
yang di butuhkan dirinya.
PEMBAHASAN
A. Defenisi Individu

9
Istilah individu berasal dari kata individera yang berarti suatu kesatuan
organisme yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau tidak bisa dipisahkan.
Individu merupakan kata benda dari individual yang berarti orang atau
perseorangan (Echols,1975: 519). Individu berarti tidak dapat dibagi, tidak
dapat dipisahkan; keberadaannya sebagai makhluk yang pilah, tunggal dan
khas. Seseorang berbeda dengan orang lain karena ciri – cirinya yang khusus
itu (Webster’s : 743).
Menurut kamus Echols & Shadaly, individu adalah kata benda dari
individual yang berarti orang, perseorangan, oknum (Echols, 1975: 519).
Individu berasal dari kata yunani yaitu “individium” yang artinya “tidak
terbagi”.
Dalam ilmu sosial paham individu, menyangkut tabiat dengan kehidupan
dan jiwa yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia.
Individu merupakan kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia
perseorangan bukan sebagai manusia keseluruhan.
Bedasarkan pengertian di atas seseorang atau individu dapat merangsang
perkembangan potensi yang di milikinya dan akan membawa perubahan-
perubahan apa saja yang di inginkan dalam kebiasaan dan sikapnya pada
kehidupan sehari-hari. Tiap individu pada dasarnya merupakan suatu kesatuan
yang berbeda antara satu dengan lainnya. Ia belum peduli dengan apa yang
terjadi di luar dirinya sendiri. Ia sudah senang jika kebutuhan fisiknya sudah
terpenuhi. Ada dua segi yang dapat menjadi sudut pandang perbedaan ini, yaitu
horizontal dan vertikal.
Sisi horizontal merupakan perbedaan individu dalam bidang mental, antara
lain tingkat kecerdasan, bakat, minat, ingatan, emosi dan lainnya. Sedangkan
perbedaan vertikal adalah perbedaan yang berhubungan dengan aspek fisik,
seperti bentuk badan, tinggi badan, ukuran badan (besar atau kecil), kekuatan
dan sebagainya. Dalam perkembangan yang selanjutnya ia akan mulai
mengenal lingkungannya, memebutuhkan alat komunikasi (bahasa),
membutuhkan teman, keamanan dan yang lainnya. Semakin besar anak
tersebut maka akan semakin banyak kebutuhan non fisiknya atau psikologis
yang di butuhkan dirinya.
PEMBAHASAN
A. Defenisi Individu
Istilah individu berasal dari kata individera yang berarti suatu kesatuan
organisme yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau tidak bisa dipisahkan.
Individu merupakan kata benda dari individual yang berarti orang atau
perseorangan (Echols,1975: 519). Individu berarti tidak dapat dibagi, tidak
dapat dipisahkan; keberadaannya sebagai makhluk yang pilah, tunggal dan
khas. Seseorang berbeda dengan orang lain karena ciri – cirinya yang khusus
itu (Webster’s : 743).
Menurut kamus Echols & Shadaly, individu adalah kata benda dari
individual yang berarti orang, perseorangan, oknum (Echols, 1975: 519).
Individu berasal dari kata yunani yaitu “individium” yang artinya “tidak

10
terbagi”.
Dalam ilmu sosial paham individu, menyangkut tabiat dengan kehidupan
dan jiwa yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia.
Individu merupakan kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia
perseorangan bukan sebagai manusia keseluruhan.
Bedasarkan pengertian di atas seseorang atau individu dapat merangsang
perkembangan potensi yang di milikinya dan akan membawa perubahan-
perubahan apa saja yang di inginkan dalam kebiasaan dan sikapnya pada
kehidupan sehari-hari. Tiap individu pada dasarnya merupakan suatu kesatuan
yang berbeda antara satu dengan lainnya. Ia belum peduli dengan apa yang
terjadi di luar dirinya sendiri. Ia sudah senang jika kebutuhan fisiknya sudah
terpenuhi. Ada dua segi yang dapat menjadi sudut pandang perbedaan ini, yaitu
horizontal dan vertikal.
Sisi horizontal merupakan perbedaan individu dalam bidang mental, antara
lain tingkat kecerdasan, bakat, minat, ingatan, emosi dan lainnya. Sedangkan
perbedaan vertikal adalah perbedaan yang berhubungan dengan aspek fisik,
seperti bentuk badan, tinggi badan, ukuran badan (besar atau kecil), kekuatan
dan sebagainya. Dalam perkembangan yang selanjutnya ia akan mulai
mengenal lingkungannya, memebutuhkan alat komunikasi (bahasa),
membutuhkan teman, keamanan dan yang lainnya. Semakin besar anak
tersebut maka akan semakin banyak kebutuhan non fisiknya atau psikologis
yang di butuhkan dirinya.
PEMBAHASAN
A. Defenisi Individu
Istilah individu berasal dari kata individera yang berarti suatu kesatuan
organisme yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau tidak bisa dipisahkan.
Individu merupakan kata benda dari individual yang berarti orang atau
perseorangan (Echols,1975: 519). Individu berarti tidak dapat dibagi, tidak
dapat dipisahkan; keberadaannya sebagai makhluk yang pilah, tunggal dan
khas. Seseorang berbeda dengan orang lain karena ciri – cirinya yang khusus
itu (Webster’s : 743).
Menurut kamus Echols & Shadaly, individu adalah kata benda dari
individual yang berarti orang, perseorangan, oknum (Echols, 1975: 519).
Individu berasal dari kata yunani yaitu “individium” yang artinya “tidak
terbagi”.
Dalam ilmu sosial paham individu, menyangkut tabiat dengan kehidupan
dan jiwa yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia.
Individu merupakan kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia
perseorangan bukan sebagai manusia keseluruhan.
Bedasarkan pengertian di atas seseorang atau individu dapat merangsang
perkembangan potensi yang di milikinya dan akan membawa perubahan-
perubahan apa saja yang di inginkan dalam kebiasaan dan sikapnya pada
kehidupan sehari-hari. Tiap individu pada dasarnya merupakan suatu kesatuan
yang berbeda antara satu dengan lainnya. Ia belum peduli dengan apa yang

11
terjadi di luar dirinya sendiri. Ia sudah senang jika kebutuhan fisiknya sudah
terpenuhi. Ada dua segi yang dapat menjadi sudut pandang perbedaan ini, yaitu
horizontal dan vertikal.
Sisi horizontal merupakan perbedaan individu dalam bidang mental, antara
lain tingkat kecerdasan, bakat, minat, ingatan, emosi dan lainnya. Sedangkan
perbedaan vertikal adalah perbedaan yang berhubungan dengan aspek fisik,
seperti bentuk badan, tinggi badan, ukuran badan (besar atau kecil), kekuatan
dan sebagainya. Dalam perkembangan yang selanjutnya ia akan mulai
mengenal lingkungannya, memebutuhkan alat komunikasi (bahasa),
membutuhkan teman, keamanan dan yang lainnya. Semakin besar anak
tersebut maka akan semakin banyak kebutuhan non fisiknya atau psikologis
yang di butuhkan dirinya.
PEMBAHASAN
A. Defenisi Individu
Istilah individu berasal dari kata individera yang berarti suatu kesatuan
organisme yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau tidak bisa dipisahkan.
Individu merupakan kata benda dari individual yang berarti orang atau
perseorangan (Echols,1975: 519). Individu berarti tidak dapat dibagi, tidak
dapat dipisahkan; keberadaannya sebagai makhluk yang pilah, tunggal dan
khas. Seseorang berbeda dengan orang lain karena ciri – cirinya yang khusus
itu (Webster’s : 743).
Menurut kamus Echols & Shadaly, individu adalah kata benda dari
individual yang berarti orang, perseorangan, oknum (Echols, 1975: 519).
Individu berasal dari kata yunani yaitu “individium” yang artinya “tidak
terbagi”.
Dalam ilmu sosial paham individu, menyangkut tabiat dengan kehidupan
dan jiwa yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia.
Individu merupakan kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia
perseorangan bukan sebagai manusia keseluruhan.
Bedasarkan pengertian di atas seseorang atau individu dapat merangsang
perkembangan potensi yang di milikinya dan akan membawa perubahan-
perubahan apa saja yang di inginkan dalam kebiasaan dan sikapnya pada
kehidupan sehari-hari. Tiap individu pada dasarnya merupakan suatu kesatuan
yang berbeda antara satu dengan lainnya. Ia belum peduli dengan apa yang
terjadi di luar dirinya sendiri. Ia sudah senang jika kebutuhan fisiknya sudah
terpenuhi. Ada dua segi yang dapat menjadi sudut pandang perbedaan ini, yaitu
horizontal dan vertikal.
Sisi horizontal merupakan perbedaan individu dalam bidang mental, antara
lain tingkat kecerdasan, bakat, minat, ingatan, emosi dan lainnya. Sedangkan
perbedaan vertikal adalah perbedaan yang berhubungan dengan aspek fisik,
seperti bentuk badan, tinggi badan, ukuran badan (besar atau kecil), kekuatan
dan sebagainya. Dalam perkembangan yang selanjutnya ia akan mulai
mengenal lingkungannya, memebutuhkan alat komunikasi (bahasa),
membutuhkan teman, keamanan dan yang lainnya. Semakin besar anak

12
tersebut maka akan semakin banyak kebutuhan non fisiknya atau psikologis
yang di butuhkan dirinya.
PEMBAHASAN
A. Defenisi Individu
Istilah individu berasal dari kata individera yang berarti suatu kesatuan
organisme yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau tidak bisa dipisahkan.
Individu merupakan kata benda dari individual yang berarti orang atau
perseorangan (Echols,1975: 519). Individu berarti tidak dapat dibagi, tidak
dapat dipisahkan; keberadaannya sebagai makhluk yang pilah, tunggal dan
khas. Seseorang berbeda dengan orang lain karena ciri – cirinya yang khusus
itu (Webster’s : 743).
Menurut kamus Echols & Shadaly, individu adalah kata benda dari
individual yang berarti orang, perseorangan, oknum (Echols, 1975: 519).
Individu berasal dari kata yunani yaitu “individium” yang artinya “tidak
terbagi”.
Dalam ilmu sosial paham individu, menyangkut tabiat dengan kehidupan
dan jiwa yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup manusia.
Individu merupakan kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia
perseorangan bukan sebagai manusia keseluruhan.
Bedasarkan pengertian di atas seseorang atau individu dapat merangsang
perkembangan potensi yang di milikinya dan akan membawa perubahan-
perubahan apa saja yang di inginkan dalam kebiasaan dan sikapnya pada
kehidupan sehari-hari. Tiap individu pada dasarnya merupakan suatu kesatuan
yang berbeda antara satu dengan lainnya. Ia belum peduli dengan apa yang
terjadi di luar dirinya sendiri. Ia sudah senang jika kebutuhan fisiknya sudah
terpenuhi. Ada dua segi yang dapat menjadi sudut pandang perbedaan ini, yaitu
horizontal dan vertikal.
Sisi horizontal merupakan perbedaan individu dalam bidang mental, antara
lain tingkat kecerdasan, bakat, minat, ingatan, emosi dan lainnya. Sedangkan
perbedaan vertikal adalah perbedaan yang berhubungan dengan aspek fisik,
seperti bentuk badan, tinggi badan, ukuran badan (besar atau kecil), kekuatan
dan sebagainya. Dalam perkembangan yang selanjutnya ia akan mulai
mengenal lingkungannya, memebutuhkan alat komunikasi (bahasa),
membutuhkan teman, keamanan dan yang lainnya. Semakin besar anak
tersebut maka akan semakin banyak kebutuhan non fisiknya atau psikologis
yang di butuhkan dirinya.
Tri Hita Karana merupakan konsep atau ajaran dalam agama hindu yang
selalu menitikberatkan bagaimana antara sesama bisa hidup secara rukun dan damai.
Tri hita karana bisa diartikan secarai tiga penyebab leksikal yang berarti tiga
penyebab kebahagiaan. Tri yang artinya tiga Hita artinya sejahtera dan Karana artinya

13
penyebab. Ada pun tiga hal tersebut adalah parahyangan, pawongan dan palemahan.
Pembagian ajaran Tri hita karana meliputi
1. Parahyangan
   Parahyangan berasal dari kata hyang yang artinya Tuhan. Dalam arti yang
sempit parahyangan berarti tempat suci untuk memuja Tuhan. Menurut tinjauan
dharma susilanya, manusia menyembah dan berbakti kepada tuhan disebabkan oleh
sifat-sifat prana(mulia) yang dimilikinya. Dalam lingkunagn pasar juga terkait dengan
parahayangan atau hubungan dengan tuhan. Di pasar tradisional khususnya di Bali
pasti terdapat tempat suci atau pelinggih untuk melakukan persembahyangan. Agar
terlaksananya THK khususnya parahayangan (hubungan dengan tuhan) pada
lingkungan pasar tradisional, kita harus selalu ingat kepada tuhan. Misalnya sebelum
berjualan para pedagang di pasar khususnya di Bali pasti selalu melakukan
persembahyangan dan menghaturkan canang. Hal ini biasanya dilakukan supaya
kegiatan jual beli barang dagangan menjadi lancar. Kita sebagai umat yang beragama
yang bernaunga dibawah perlindunganya sangat berhutang budi lahir bhatin kepada
beliau. dapat kita sajikan kepada beliau hanyalah dengan jalan mengaturkan parama
sukmaning idep atau rasa terima kasih kita yang setinggi-tingginya kepada beliau.
Contoh implemenasi rasa syukur kita kepada tuhan adalah dengan jalan  sujud
bhakti mengaturkan yadnya dan persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kita sebagai umat manusia yang beragama dan bersusila harus menjunjung
dan memenuhi kewajiban antara lain, cinta pada kebenaran, kejujuran, keiklasan dan
keadilan. Dengan demikian jelaslah hubungan manusia dengan tuhan. Hubungan ini
harus dipupuk dan ditingkatkan terus kearah yang lebih suci lahir dan bhatin. Sesuai
dengan swardharmaning umat yang religious, yakni untuk dapat mencapai
“moksartham jagadhita ya caitri dharma” yakni untuk  mencapai kebahagiaan hidup
duniawi dan kesempurnaan kebahagiaan rohani yang langgeng (moksa).

2. Pawongan
Pawongan berasal dari kata wong (dalam bahasa jawa) yang artinya orang.
Pawongan adalah perihal yang berkaitan dengan orang dalam suatu kehidupan

14
masyarakat. Dalam arti yang sempit artinya kelompok manusia yang
bermasyarakat yang tinggal dalam satu wilayah. Selain menyelaraskan hubungan
dengan tuhan, kita sebagai mahluk sosial kita juga harus membina hubungan dengan
sesama manusia dan mahluk lainnya. Dalam lingkungan pasar pasti terjadi interaksi
dengan banayak orang. Agar terciptanya THK khuusnya pawongan (hubungan
dengan manusia) maka para pedagang di pasar harus bersikap ramah terhadap para
pembeli yang datang agar terciptanya hubungan dan komunikasi yang baik antar
pembeli dan pedagang di pasar sehingga terwujudnya THK di lingkungan pasar.
    
3. Palemahan
Palemahan berasal dari kata lemah yang artinya tanah. Palemahan juga berarti
bhuana atau alam. Dalam artinya yang sempit palemahan berarti wilayah suatu
pemukiaman atau tempat tinggal.
Manusia hidup di muka bumi ini memerlukan ketentraman, kesejukan,
kedamaian dan kesenangan lahir dan bhatin. Manusia hidup di alam dan dari hasil
alam. Hal inilah yang melandasi terejadinya hubungan harmonis antara manusia
dengan alam semesta ini. Dalam lingkungan pasar yang merupakan palemahan
adalah tempat dimana terjadinya proses jual beli barang di pasar. Agar terciptanya
THK di pasar khususnya palemahan maka kita harus selalu menjaga kebersihan
tempat tersebut agar terciptanya keindahan dan kenyamanan di tempat tersebut atau
di lingkungan pasar tersebut.

2.2 Nilai-Nilai Kultur THK Berpengaruh Terhadap Orientasi Pasar


Budaya merupakan suatu pengetahuan dimana masyarakat menggunakan
pengalamannya untuk menghasilkan suatu sikap diri dan perilaku sosial. Budaya
merupakan sekumpulan pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat dan
kebiasaan yang diperoleh sebagai anggota sebuah perkumpulan atau komunitas
tertentu. Kumpulan budaya-budaya inilah nantinya membentuk budaya nasional yang
membedakan mereka dalam menetapkan tujuan. Budaya nasional merupakan suatu

15
pola pemikiran, perasaan dan tindakan satu kelompok sosial, yang membedakannya
dengan kelompok sosial lain.

THK merupakan sebuah filosofi sekaligus telah menjadi way of life


masyarakat Bali dalam segala aspek kehidupan. THK mengandung elemen
parahyangan (hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan), pawongan
(hubungan harmonis antar manusia), palemahan (hubungan harmonis antara manusia
dengan lingkungan), yang pada dasarnya analog dengan sistem kebudayaan. Konsep
budaya THK merupakan konsep yang mengedepankan prinsip-prinsip kebersamaan,
keselarasan, dan keseimbangan antara tujuan ekonomi, pelestarian lingkungan dan
budaya, serta estetika dan spiritual. Sehubungan dengan itu, para pelaku bisnis
beserta seluruh komponen masyarakat Bali diwajibkan mengimplementasikan budaya
THK dalam segala aspek kehidupan. Demikian pula dalam pelaksanakan aktivitas
bisnis seharusnya mempertimbangkan keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan
duniawi dan kebutuhan yang bersifat surgawi (religius). Apabila prinsip parahyangan
dikaitkan dengan bisnis, harus disadari bahwa aktivitas manusia yang berbisnis itu
adalah persembahan kepada Tuhan. Kegiatan bisnis tidak hanya untuk satu tujuan,
yakni menikmati keuntungan maksimal, namun harus ada kesadaran dari kalangan
bisnis bahwa kegiatan yang dilakukan pada hakikatnya dikontrol oleh Tuhan.
Demikian pula, apabila prinsip pawongan dikaitkan dengan kegiatan bisnis maka para
pelaku bisnis pada hakekatnya adalah sosok manusia sebagai makhluk Tuhan yang
tidak berbeda dengan sesama manusia lainnya. Pelaku bisnis haruslah menjaga
harmonisasi dengan sesama secara internal di dalam perusahaan maupun secara
eksternal dengan lingkungan agar tidak terjadi konflik dengan para stakeholders.

Dalam palemahan pelaku bisnis diharapkan mampu menjaga harmonisasi


hubungan dengan lingkungan. Apabila terjadi disharmoni, misalnya dengan cara
mengeksploitasi lingkungan secara berlebihan, maka pada saatnya pasti akan
membahayakan kelangsungan kegiatan bisnis. Terkait dengan palemahan manusia
bisa bertindak dengan menguasai lingkungan, tunduk kepada lingkungan, atau
bertindak serasi dan harmonis dengan lingkungan. Atas dasar alasan tersebut, para

16
pelaku bisnis di Bali berkewajiban mengedepankan prinsip-prinsip keseimbangan
berdasarkan konsep THK. Hal ini dimaksudkan agar pelaksanaan aktivitas bisnis
sesuai dengan tujuan dan kaidah nilai-nilai budaya dan agama sehingga segala hasil
yang didapat (artha) dilandasi oleh nilai-nilai dharma. Hasil analisis faktor
konfirmatori menunjukkan bahwa pawongan merupakan determinan utama dari
kultur THK nilai-nilai harmonisasi yang terkandung di dalam kultur THK
berpengaruh signifikan terhadap orientasi pasar. Dengan demikian, penerapan nilai-
nilai kultur THK yang semakin baik telah terbukti mampu meningkatkan pelaksanaan
orientasi pasar. Hal ini terbukti dari pengaruh signifikan antara nilai -nilai kultur THK
terhadap orientasi pasar.

Orientasi kewirausahaan berpengaruh signifikan terhadap orientasi pasar.


Maknanya bahwa semakin tinggi orientasi kewirausaan maka semakin tinggi tingkat
orientasi pasar. Oleh karena itu, kemampuan untuk melakukan inovasi, selalu
proaktif, dan keberanian untuk mengambil risiko berperan penting dalam menunjang
pelaksanaan orientasi pasar.

2.3 Peran dan Kaitan Tri Hita Karana pada Pasar


A. Parahyangan
Parhyangan adalah sebuah konsep yang menginginkan adanya harmoni antara
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini kegiatan berdagang haruslah
disadari bahwa aktivitas manusia yang berdagang itu adalah suatu bentuk
persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Bukan hanya dengan satu tujuan yaitu
menikmati keuntungan yang sebesar besarnya, dengan demikian haruslah ada
kesadaran dari kalangan kaum dagang bahwa kegiatanya pada hakekatnya dikontrol
serta diketahui oleh Tuhan Yang Maha Esa. Pelaksanaan berdagang harus ada
kesadaran bahwa hukum karma (Karma Phala atau hasil perbuatan) tetap berlaku
dalam apa yang mereka lakukan. Oleh karena itu pelaku berdagang di pasar
Banyuasri sebagai tujuan orang berbelanja haruslah berusaha menjaga harmoni secara

17
internal dan juga dengan kalangan eksternal atau masyarakat pelanggannya. Aspek
Parhyangan adalah suatu aspek keyakinan bahwa manusia memiliki kewajiban untuk
berbuat sesuatu pada alam dan untuk sesama manusia sebagai suatu sujud rasa hormat
pada Tuhan Yang Maha Esa.
B. Pawongan
Pawongan adalah sebuah konsep yang menginginkan adanya harmoni antara
manusia dengan sesamanya. Dalam kegiatan pasar Banyuasri sebagai tempat
berdagang sayur dan dan buah-buahan haruslah disadari bahwa pelaku pedagang pada
hakekatnya adalah sosok manusia sebagai mahluk Tuhan. Sebagai mahluk Tuhan
pelaku pedagang itu tidak akan ada bedanya dengan manusia lainnya, yang mungkin
adalah pedagang, tukang parkir maupun tukang angkut barang di pasar tersebut. Oleh
karenanya pelaku pedagang khususnya di pasar Banyuasri, Kabupaten Buleleng,
haruslah bisa menjaga harmonis dengan sesamanya yang secara interen yang ada
dalam lingkungan pasar, dan eksteren ada dalam lingkungan masyarakat di luar pasar,
dengan demikian tidak ada konflik yang akan menyebabkan kegiatan berdagang tidak
berlanjut.
C. Palemahan
Pelemahan adalah konsep yang menginginkan adanya harmoni antara
manusia dengan lingkungan sekitarnya. Jika terjadi disharmoni, misalnya eksploitasi
lingkungan alam secara berlebihan (tidak proporsional) maka akan terjadi ancaman
terhadap kegiatan berdagang yang ada di pasar Banyuasri.

2.4 Implikasi Penerapan Tri Hita Karana


Masyarakat adat Bali sebagai masyarakat sosial, dalam peradabannya juga
memiliki konsep norma yang mengatur kehidupannya dalam peradaban sejak jaman
dikenalnya kebudayaan yang terkenal dengan konsep kosmologi Tri Hita Karana dan
merupakan falsafah hidup yang bertahan hingga kini walaupun berada dalam konsep-
konsep perubahan sosial yang selalu berdinamika sebagai salah satu ciri atau karakter
peradaban.

18
Dalam mengimplementasikan konsep Tri Hita Karana yang dimaksud, sangat
ditekankan bahwa ketiga unsurnya harus diaplikasikan secara utuh dan terpadu.
Unsur parahyangan, pawongan, dan palemahan tidak ada yang menduduki porsi yang
istimewa. Senantiasa seimbang dalam pemikiran, seimbang dalam ucapan dan
seimbang pula dalam segala tindakan. Sebagai konsep keharmonisan Hindu, Tri Hita
Karana telah memberikan apresiasi yang luar biasa dari berbagai masyarakat dunia.
Konsep dasar Tri Hita Karana tersebut dan bila dikaji dari konsep dasar dialektika
hukum alam sebagaimana tergambarkan diatas maka konsep berupa: Hubungan yang
harmonis antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan), Hubungan
yang harmonis antara manusia dengan sesamanya, dan Hubungan yang harmonis
antara manusia dengan lingkungannya.

Dalam lingkungan pasar pun konsep Tri Hita Karana dapat diaplikasikan
seperti hubungan terhadap Tuhan melalui tempat suci yang terdapat di dalam pasar
disebut dengan Pura Melanting, hubungan manusia dengan manusia yaitu antara
pedagang dengan pembeli dan hubungan manusia dengan lingkungan itu sendiri.
Seperti yang kita ketahui, hubungan manusia dengan lingkungan pasar masih belum
berjalan sempurnya. Kenyamanan pembeli saat berbelanja di pasar patut
dipertanyakan karena persoalan yang kerap terjadi adalah kebersihan pasar. Observasi
pada pasar Banyuasri penulis melihat bahwa pasar tersebut masih dalam tahap
revitalisasi yang mana para pedagang saling berdesakan dalam menjajakan
dagangannya. Selain itu, masalah kebersihan dalam area wilayahnya masih belum
diperhatikan. Demi meningkatkan kesadaran para pedagang, tampaknya harus
dilakuakn himbauan bahwa antara pedagang dan pembeli berkomitmen dalam
menjaga lingkungan pasar baik itu mengurangi sampah plastik dengna membawa
sendiri tas belanja. Selain itu dengan menambah tempat sampah pada beberapa area
lingkungan pasar Banyuasri agar mempermudah pengunjung untuk membuat sampah
pada tempatnya. Dengan dimulai dari kebersihan lingkungan akan menibulkan
hubungan yang baik juga dengan pawongan dan parahyangan.

19
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan
Tri Hita Karana merupakan konsep atau ajaran dalam agama hindu yang
selalu menitikberatkan bagaimana antara sesama bisa hidup secara rukun dan damai.
Tri hita karana bisa diartikan secarai tiga penyebab leksikal yang berarti tiga
penyebab kebahagiaan. Parhyangan adalah sebuah konsep yang menginginkan
adanya harmoni antara manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam hal ini
kegiatan berdagang haruslah disadari bahwa aktivitas manusia yang berdagang itu
adalah suatu bentuk persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pawongan adalah
sebuah konsep yang menginginkan adanya harmoni antara manusia dengan
sesamanya. Pelemahan adalah konsep yang menginginkan adanya harmoni antara
manusia dengan lingkungan sekitarnya. Dalam lingkungan pasar pun konsep Tri Hita
Karana dapat diaplikasikan seperti hubungan terhadap Tuhan melalui tempat suci
yang terdapat di dalam pasar disebut dengan Pura Melanting, hubungan manusia
dengan manusia yaitu antara pedagang dengan pembeli dan hubungan manusia
dengan lingkungan itu sendiri.

3.2 Saran

Sebaiknya penerapan THK di lingkungan pasar harus tetap dilakukan yaitu


prinsip parhayangan, pawongan, dan palemahan supaya terciptanya keselarasan
antara tuhan, manusia, maupun alam. Sebelum berjualan para pedagang di pasar
khususnya di Bali pasti selalu melakukan persembahyangan dan menghaturkan
canang. Hal ini biasanya dilakukan supaya kegiatan jual beli barang dagangan
menjadi lancar. Tidak boleh saling membedakan antar pawongan yang terdapat pada
lingkungan pasar dan hal yang tidak boleh dilupakan adalah kebersihan lingkungan

20
yang ada pada area pasar. Kebersihan lingkungan merupakan kunci utama dalam
melakukan aktivitas lainnya.

21
Lampiran

Jalan Utama sebelah timur Pasar Banyuasri

Pura Melanting Pasar Banyuasri

Truk pengangkut sampah Pasar Banyuasri

22
Suasana pedangang di Pasar Banyuasri

23

Anda mungkin juga menyukai