Anda di halaman 1dari 58

KEDARURATAN

MUSKULOSKELETAL

JAMIL SIDIK S =============== STIKES PERTAMEDIKA


MUSCULO : MUSCLE = OTOT
SKELETAL : SKELETON : RANGKA
KEDARURATAN
MUSKOLOSKELETAL
Kedaruratan muskuloskeletal adalah kondisi terjadinya gangguan fungsi
pada ligamen, otot, saraf, sendi dan tendon, serta tulang.

Sistem muskuloskeletal tubuh sendiri adalah struktur yang mendukung


anggota badan, leher, dan punggung.
Cedera dari trauma muskuloskeletal biasanya memberikan disfungsi struktur
disekitarnya dan struktur pada bagian yang dilindungi atau disangganya. Gangguan
muskuloskeletal yang paling sering terjadi akibat suatu trauma adalah kontusio,
strain, sprain, dislokasi dan subluksasi.
FAKTOR RISIKO

• Risiko terjadinya kedaruratan muskuloskeletal dipengaruhi oleh berbagai


faktor, antara lain:
• Paksaan: Menggunakan kekuatan untuk melakukan suatu kegiatan, seperti
mengangkat, mendorong, menarik, ataupun membawa benda-benda berat.
• Pengulangan: Melakukan tindakan sama berulang kali dengan otot atau
sendi yang sama.
• Postur: Membungkuk atau memutar tubuh kamu untuk waktu yang lama.
• Getaran: Mengoperasikan mesin dan peralatan yang bergetar.
FAKTOR LAIN.....

• Usia: Lanjut usia cenderung mengalami nyeri muskuloskeletal dari sel-sel


tubuh yang rusak.
• Pekerjaan: Beberapa pekerjaan membutuhkan tugas yang berulang atau
menyebabkan sikap tubuh yang buruk, sehingga membuat kamu berisiko
mengalami gangguan muskuloskeletal.

• Tingkat aktivitas: Menggunakan otot terlalu berlebihan, maupun terlalu lama


tidak aktif, seperti duduk sepanjang hari dapat menyebabkan gangguan
muskuloskeletal.
• Gaya hidup: Atlet lebih sering berisiko untuk gangguan muskuloskeletal
GEJALA GANGGUAN MUSCULO

• Nyeri/ngilu.
• Kelelahan.
• Gangguan tidur.
• Peradangan, pembengkakan, dan kemerahan.
• Penurunan rentang gerak.
• Hilangnya fungsi.
• Kesemutan.
• Mati rasa atau kekakuan.
• Kelemahan otot atau kekuatan cengkeraman menurun.
A. Dislokasi

Pergeseran sendi dapat berupa subluksasi atau dislokasi.

Subluksasi sendi adalah kondisi di mana masih terdapat kontak antara


permukaan tulang - tulang penyusun sendi.

Ketika kontak tersebut sudah tidak ada, sendi tersebut dikatakan mengalami
dislokasi.
Sama seperti patah tulang, subluksasi dan dislokasi sendi juga terjadi karena
ketidakseimbangan antara gaya yang didapat oleh sendi dengan gaya yang
dapat ditahan oleh sendi.
CEDERA PADA SENDI

Occult joint
instability

Subluksasi Dislokasi
B. Sprain dan Strain
Sprain adalah robekan atau
peregangan dari suatu otot,
ligamen dan sendi,

Strain adalah suatu kondisi


nyeri pada otot yang disebabkan
karena adanya tarikan yang
berlebihan dari otot tersebut.
KLASIFIKASI SPRAIN (MARILYNN,):

• Sprain derajat I (kerusakan minimal)


• Nyeri tanpa pembengkakan, tidak ada memar, kisaran pembengkakan aktif dan pasif, menimbulkan nyeri, prognosis baik
tanpa adanya kemungkinan instabilitas atau gangguan fungsi.

• Sprain derajat II (kerusakan sedang)


• Pembengkakan sedang dan memar, sangat nyeri, dengan nyeri tekan yang lebih menyebar dibandingkan derajat I.
Kisaran pergerakan sangat nyeri dan tertahan, sendi mungkin tidak stabil, dan mungkin menimbulkan gangguan fungsi.

• Sprain derajat III (kerusakan kompit pada ligamen)


• Pembengkakan hebat dan memar, instabilitas stuktural dengan peningkatan kirasan gerak yang abnormal (akibat
putusnya ligamen), nyeri pada kisaran pergerakan pasif mungkin kurang dibandingkan derajat yang lebihh rendah
(serabut saraf sudah benar-benar rusak). Hilangnya fungsi yang signifikan mungkin membutuhkan pembedahan untuk
mengembalikan fungsinya.
RICE, yaitu:
1) REST, yaitu mengistirahatkan anggota tubuh yang terkena cedera agar tidak
menambah luas cedera tersebut.

2) ICE, yaitu memberi kompres dingin pada bagian tubuh yang terkena
cedera dengan tujuan untuk mengurangi rasa sakit dan dingin akan membantu
menghentikan pendarahan.

3) COMPRESSION, yaitu memberikan balutan tekan pada anggota tubuh


yang cedera dengan tujuan untuk mengurangi pembengkakan.

4) ELEVATION, yaitu meninggikan anggota tubuh yang cedera untuk


mengurangi pembengkakan.

.
KETIKA MENGALAMI CEDERA BARU
DIHINDARI HARM,YAITU

• 1) H : HEAT, pemberian panas pada bagian cedera justru akan meningkatkan


pendarahan.
• 2) A : ALCOHOL, akan meningkatkan pembengkakan.
• 3) R : RUNNING, terlalu dini akan memperburuk cedera.
• 4) M : MASSAGE, tidak boleh diberikan pada masa akut karena akan
merusak jaringan
Gangguan Muskuluskeletal

C. Fraktur

Patah tulang atau fraktur didefinisikan sebagai hilangnya atau adanya


gangguan integritas dari tulang, termasuk cedera pada sumsum
tulang, periosteum, dan jaringan yang ada disekitarnya. (Moran,)

Fraktur ekstrimitas adalah fraktur yang terjadi pada tulang yang


membentuk lokasi ekstrimitas atas (radius, ulna, carpal) dan
ekstrimitas bawah (pelvis, femur, tibia, fibula, metatarsal, dan lain -
lain).
Fraktur dapat dibagi kedalam 3 jenis yaitu :

a) Fraktur Tertutup / Close fraktur


Fraktur tertutup adalah jenis fraktur yang tidak disertai dengan luka pada bagian
luar permukaan kulit tidak lah rusak/masih utuh, sehingga bagian tulang yang
patah tidak berhubungang dengan bagian luar.

b) Fraktur Terbuka / Open Fraktur


Fraktur terbuka adalah suatu kondisi patah tulang yang disertai dengan luka pada
daerah tulang yang patah, atau adanya kerusakan pada permukaan kulit sekitar,
sehingga bagian tulang yang patah berhubungan dengan udara luar, biasanya
juga ikut terjadinya pendarahan yang banyak, tulang yang patah juga ikut terlihat
menonjol keluar dari permukaan kulit, namun tidak semua fraktur terbuka
membuat tulang terihat menonjol keluar.Pada fraktur jenis ini memerlukan
pertolongan lebih cepat karena adanya resiko terjadinya infeksi dan faktor
penyulit lainnya.
FRAKTUR DAPAT DIBAGI KEDALAM 3 JENIS YAITU :

• c) Fraktur Kompleksitas

• Fraktur jenis ini terjadi dua keadaan contohnya pada bagian exstermitas
terjadi patah tulang dan pada sendinya juga terjadi dislokasi.
PATAH TULANG TERBUKA MENURUT GUSTILLO DIBAGI
MENJADI TIGA DERAJAT, YANG DITENTUKAN OLEH BERAT
RINGANNYA LUKA DAN FRAKTUR YANG TERJADI.

Tipe I: luka kecil kurang dari 1 cm, terdapat sedikit kerusakan jaringan, tidak terdapat
tanda-tanda trauma yang hebat pada jaringan lunak. Fraktur yang terjadi biasanya
bersifat simpel, tranversal, oblik pendek atau komunitif.
Tipe II: laserasi kulit melebihi 1 cm tetapi tidak terdapat kerusakan jaringan yang hebat
atau avulsi kulit. Terdapat kerusakan yang sedang dan jaringan.
Tipe III: terdapat kerusakan yang hebat pada jaringan lunak termasuk otot, kulit dan
struktur neovaskuler dengan kontaminasi yang hebat.
Dibagi dalam 3 sub tipe lagi tipe IIIA : jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah,
tipe IIIB : disertai kerusakan dan kehilangan janingan lunak, tulang tidak dapat di tutup
jaringan lunak dan tipe IIIC : disertai cedera arteri yang memerlukan repair segera.
MENURUT APLEY SOLOMON FRAKTUR DIKLASIFIKASIKAN BERDASARKAN GARIS PATAH
TULANG DAN BERDASARKAN BENTUK PATAH TULANG.

Berdasarkan garis patah tulangnya:

greenstick, yaitu fraktur dimana satu sisi tulang retak dan sisi lainnya bengkok,
transversal, yaitu fraktur yang memotong lurus pada tulang,
spiral, yaitu fraktur yang mengelilingi tungkai/lengan tulang,
obliq, yaitu fraktur yang garis patahnya miring membentuk sudut melintasi tulang.
BERDASARKAN BENTUK PATAH TULANGNYA:

komplet, yaitu garis fraktur menyilang atau memotong seluruh tulang dan fragmen tulang
biasanya tergeser,
inkomplet, meliputi hanya sebagian retakan pada sebelah sisi tulang,
fraktur kompresi, yaitu fraktur dimana tulang terdorong ke arah permukaan tulang lain
avulsi, yaitu fragmen tulang tertarik oleh ligament,
communited (segmental), fraktur dimana tulang terpecah menjadi beberapa bagian.
simple, fraktur dimana tulang patah dan kulit utuh, fraktur dengan perubahan posisi, yaitu
ujung tulang yang patah berjauhan dari tempat yang patah, fraktur tanpa perubahan posisi,
yaitu tulang patah, posisi pada tempatnya yang normal,
fraktur komplikata, yaitu tulang yang patah menusuk kulit dan tulang terlihat.
PENGKAJIAN

• Mengidentifikasi tanda-tanda fraktur


• Melakukan penatalaksanaan pada klien fraktur
TRAUMA MUSKULOSKELETAL

• Sering terjadi, jarang mengancam


jiwa
• Bisa merupakan bagian dari multi
trauma
• Ingat ABC
MEKANISME CEDERA

• Penting ditanyakan
• Petunjuk akan cedera yang mungkin diderita pasien
• Kesesuaian cerita dengan berat ringannya cedera
• Child abuse
• Terdapat gaya yang cukup untuk menyebabkan
kerusakan tulang atau jaringan lunak / fraktur atau
dislokasi
• Orang tua/osteoporosis
• Ca metastase } Gaya yang diperlukan
lebih kecil
MEKANISME CEDERA

• Jatuh
• KLL
• Trauma olahraga
• Perkelahian
• Luka tusuk
• Luka tembak
• dll
MEKANISME CEDERA
MEKANISME CEDERA
MEKANISME CEDERA
PERDARAHAN PADA TRAUMA
MUSKULOSKELETAL
Mekanisme fisiologis tubuh :
• Mengaktifkan sistim pembekuan darah untuk mengurangi perdarahan
• Memperbaiki integritas membran sell dan kapiler untuk meningkatkan
reabsorbsi cairan
• Meningkatkan aliran darah kolateral untuk merangsang penyembuhan
CEDERA JARINGAN LUNAK

• Terganggunya integritas kulit → tempat masuknya mikro organisme


• Macam kerusakan jaringan lunak :
• Abrasi
• Avulsi
• Kontusi
• Laserasi
• Puncture
CEDERA PADA SENDI

Occult joint
instability

Subluksasi Dislokasi
FRAKTUR FEMUR

• Trauma mayor
• Pada orang tua : fraktur collum femur
• Fraktur femur tertutup : 1 – 1,5 liter
• Gambaran klinis :
• Nyeri, tidak dapat menahan BB
• Deformitas : pemendekan tungkai, exo/endorotasi
• Oedema
• Syok
FOKUS INITIAL - ASS
• Initial Assessment - ABC’s
• History – SAMPLE
• Chief Complaint
• Mechanism of injury
• Onset of symptoms
• Focused Physical Assessment
• Observation
• Inspection
• Palpation
• 5 P’s

Illinois EMSC 34
INTERVENTIONS

• R - Rest/immobilize
• I - Ice
• C - Compression
• E - Elevation
• S - Support

Illinois EMSC 35
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pemasangan bidai, yaitu:

a. Bidai harus cukup panjang. Pada kasus patah tulang: Melewati sendi yang
ada di pangkal dan ujung tulang yang patah. Pada kasus cedera sendi:
Mencapai dua tulang yang mengapit sendi yang cedera.

b. Bidai harus cukup kuat untuk menghindari gerakan pada bagian yang
patah tulang atau sendi yang cedera, namun tidak mengganggu sirkulasi.

c. Bila tidak ada alat yang kaku untuk dijadikan bidai, bagian tubuh yang cedera
bisa diikatkan dengan bagian tubuh yang sehat, misalnya dengan
membalut lengan ke tubuh, atau membalut kaki ke kaki yang sehat.

d. Jangan meluruskan (reposisi) tangan atau kaki yang mengalami


deformitas, pasang bidai apa adanya.
SPLINTING INDICATIONS

• Prevention of further • Stabilize fracture or


injury dislocation

• Relieve impaired
• Decrease pain neurological function or
muscle spasms

• Decrease swelling
• Reduce blood and fluid
loss into tissues

37
IMMOBILIZATION/SPLINTING
KEY POINTS
• Immobilize joint above • Minimize movement of
and below injury
extremity during
• Assess neurovascular
status distal to injury splinting
prior to splint application
and again right after splint • Secure splint to provide
application support and compression
• If angulation at fracture
site without • Reassess/monitor
neurovascular neurovascular status
compromise, immobilize
as presented every 5-10 minutes

38
HIP DISLOCATION

- ORTHOPEDIC EMERGENCY!
- USUALLY CAUSED BY AUTO ACCIDENT
- POSTERIOR DISLOCATION MOST COMMON
-HIP FLEXED AND LEG ROTATED INTERNALLY
- SEVERE PAIN ON ATTEMPT TO STRAIGHTEN
HIP DISLOCTION MANAGEMENT

- SPLINT IN MOST COMFORTABLE POSITION


- DOCUMENT SENSATION AND PULSE
- PROMPT TRANSPORT
- BE ALERT FOR ASSOCIATED KNEE INJURIES
OR FRACTURES
AMPUTASI

• Dapat parsial atau total


• ‘Life over limb’
• Luka tajam lebih baik
prognosanya untuk disambung
kembali dibandingkan trauma
avulsi
• Pikirkan kemungkinan replantasi
AMPUTASI
Gambaran klinis :
• Hilangnya bagian tubuh
• Nyeri
• Perdarahan
• Syok
CRUSH INJURIES

• Kerusakan jaringan lunak yang


hebat

• Kerusakan seluler, vaskuler dan


saraf

• Hancurnya tulang dan otot


• Syok hipovolemia
CRUSH INJURIES

Gambaran klinis :
• Pembengkakan pada pelvis atau extremitas yang terkena
• Nyeri
• Tanda-2 syok
• Gejala-gejala sindroma kompartemen
• Ganggguan neurovaskuler distal dari daerah cedera
SINDROMA KOMPARTEMEN

• Akibat peningkatan tekanan dalam kompartemen


• Mengakibatkan gangguan aliran darah kapiler dan
iskemia seluler
• Sering pada tungkai bawah dan lengan bawah
• Penyebab : internal (dari dalam) atau external
• Penekanan pada saraf, otot, pemb.darah
SINDROMA KOMPARTEMEN

Kompartemen pada Kompartemen pada


cruris antebrachi
SINDROMA KOMPARTEMEN

Gambaran klinis :
• Nyeri pada peregangan pasif
• Gangguan sensoris (paresthesi, tebal)
• Kelemahan otot progresif
• Oedema
• Peningkatan tekanan dalam kompartemen
• Hilangnya denyut nadi
PRINSIP PENANGGULANGAN
CEDERA MUSKULOSKELETAL

1. Rekognisi (mengenali),
2. Reduksi (mengembalikan),
3. Retaining (mempertahankan),
4. Rehabilitasi ( pemulihan )
SUMMARY

• NOTE MECHANISM OF INJURY

• REMEMBER PRIORITIES

• ABCs FIRST

• TREAT FOR HEMORRHAGIC SHOCK

• VISUALIZE INJURIES AREA

• CHEK AND RECORD PULSE AND SENSATION


SUMMARY

• CRITICAL PATIENTS

• DON’T WASTE TIME ON MINOR SPLINTING

• IMMOBILZE SPINE

• IMMOBILIZE JOINT ABOVE AND BELOW

• IF DOUBT, SPLINT POTENTIAL FRACTURE


PENYEMBUHAN FRAKTUR
PROSES PENYAMBUNGAN TULANG MENURUT APLEY DIBAGI DALAM 5 FASE

1. Fase hematoma terjadi selama 1- 3 hari

2. Fase proliferasi terjadi selama 3 hari sampai 2 minggu

3. Fase pembentukan kalus terjadi selama 2-6 minggu

4. Fase konsolidasi terjadi dalam waktu 3 minggu – 6 bulan.

5. Fase remodelling terjadi selama 6 minggu hingga 1 tahun.


terimakasih

Anda mungkin juga menyukai