MUSKULOSKELETAL
• Nyeri/ngilu.
• Kelelahan.
• Gangguan tidur.
• Peradangan, pembengkakan, dan kemerahan.
• Penurunan rentang gerak.
• Hilangnya fungsi.
• Kesemutan.
• Mati rasa atau kekakuan.
• Kelemahan otot atau kekuatan cengkeraman menurun.
A. Dislokasi
Ketika kontak tersebut sudah tidak ada, sendi tersebut dikatakan mengalami
dislokasi.
Sama seperti patah tulang, subluksasi dan dislokasi sendi juga terjadi karena
ketidakseimbangan antara gaya yang didapat oleh sendi dengan gaya yang
dapat ditahan oleh sendi.
CEDERA PADA SENDI
Occult joint
instability
Subluksasi Dislokasi
B. Sprain dan Strain
Sprain adalah robekan atau
peregangan dari suatu otot,
ligamen dan sendi,
2) ICE, yaitu memberi kompres dingin pada bagian tubuh yang terkena
cedera dengan tujuan untuk mengurangi rasa sakit dan dingin akan membantu
menghentikan pendarahan.
.
KETIKA MENGALAMI CEDERA BARU
DIHINDARI HARM,YAITU
C. Fraktur
• c) Fraktur Kompleksitas
• Fraktur jenis ini terjadi dua keadaan contohnya pada bagian exstermitas
terjadi patah tulang dan pada sendinya juga terjadi dislokasi.
PATAH TULANG TERBUKA MENURUT GUSTILLO DIBAGI
MENJADI TIGA DERAJAT, YANG DITENTUKAN OLEH BERAT
RINGANNYA LUKA DAN FRAKTUR YANG TERJADI.
Tipe I: luka kecil kurang dari 1 cm, terdapat sedikit kerusakan jaringan, tidak terdapat
tanda-tanda trauma yang hebat pada jaringan lunak. Fraktur yang terjadi biasanya
bersifat simpel, tranversal, oblik pendek atau komunitif.
Tipe II: laserasi kulit melebihi 1 cm tetapi tidak terdapat kerusakan jaringan yang hebat
atau avulsi kulit. Terdapat kerusakan yang sedang dan jaringan.
Tipe III: terdapat kerusakan yang hebat pada jaringan lunak termasuk otot, kulit dan
struktur neovaskuler dengan kontaminasi yang hebat.
Dibagi dalam 3 sub tipe lagi tipe IIIA : jaringan lunak cukup menutup tulang yang patah,
tipe IIIB : disertai kerusakan dan kehilangan janingan lunak, tulang tidak dapat di tutup
jaringan lunak dan tipe IIIC : disertai cedera arteri yang memerlukan repair segera.
MENURUT APLEY SOLOMON FRAKTUR DIKLASIFIKASIKAN BERDASARKAN GARIS PATAH
TULANG DAN BERDASARKAN BENTUK PATAH TULANG.
greenstick, yaitu fraktur dimana satu sisi tulang retak dan sisi lainnya bengkok,
transversal, yaitu fraktur yang memotong lurus pada tulang,
spiral, yaitu fraktur yang mengelilingi tungkai/lengan tulang,
obliq, yaitu fraktur yang garis patahnya miring membentuk sudut melintasi tulang.
BERDASARKAN BENTUK PATAH TULANGNYA:
komplet, yaitu garis fraktur menyilang atau memotong seluruh tulang dan fragmen tulang
biasanya tergeser,
inkomplet, meliputi hanya sebagian retakan pada sebelah sisi tulang,
fraktur kompresi, yaitu fraktur dimana tulang terdorong ke arah permukaan tulang lain
avulsi, yaitu fragmen tulang tertarik oleh ligament,
communited (segmental), fraktur dimana tulang terpecah menjadi beberapa bagian.
simple, fraktur dimana tulang patah dan kulit utuh, fraktur dengan perubahan posisi, yaitu
ujung tulang yang patah berjauhan dari tempat yang patah, fraktur tanpa perubahan posisi,
yaitu tulang patah, posisi pada tempatnya yang normal,
fraktur komplikata, yaitu tulang yang patah menusuk kulit dan tulang terlihat.
PENGKAJIAN
• Penting ditanyakan
• Petunjuk akan cedera yang mungkin diderita pasien
• Kesesuaian cerita dengan berat ringannya cedera
• Child abuse
• Terdapat gaya yang cukup untuk menyebabkan
kerusakan tulang atau jaringan lunak / fraktur atau
dislokasi
• Orang tua/osteoporosis
• Ca metastase } Gaya yang diperlukan
lebih kecil
MEKANISME CEDERA
• Jatuh
• KLL
• Trauma olahraga
• Perkelahian
• Luka tusuk
• Luka tembak
• dll
MEKANISME CEDERA
MEKANISME CEDERA
MEKANISME CEDERA
PERDARAHAN PADA TRAUMA
MUSKULOSKELETAL
Mekanisme fisiologis tubuh :
• Mengaktifkan sistim pembekuan darah untuk mengurangi perdarahan
• Memperbaiki integritas membran sell dan kapiler untuk meningkatkan
reabsorbsi cairan
• Meningkatkan aliran darah kolateral untuk merangsang penyembuhan
CEDERA JARINGAN LUNAK
Occult joint
instability
Subluksasi Dislokasi
FRAKTUR FEMUR
• Trauma mayor
• Pada orang tua : fraktur collum femur
• Fraktur femur tertutup : 1 – 1,5 liter
• Gambaran klinis :
• Nyeri, tidak dapat menahan BB
• Deformitas : pemendekan tungkai, exo/endorotasi
• Oedema
• Syok
FOKUS INITIAL - ASS
• Initial Assessment - ABC’s
• History – SAMPLE
• Chief Complaint
• Mechanism of injury
• Onset of symptoms
• Focused Physical Assessment
• Observation
• Inspection
• Palpation
• 5 P’s
Illinois EMSC 34
INTERVENTIONS
• R - Rest/immobilize
• I - Ice
• C - Compression
• E - Elevation
• S - Support
Illinois EMSC 35
Beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pemasangan bidai, yaitu:
a. Bidai harus cukup panjang. Pada kasus patah tulang: Melewati sendi yang
ada di pangkal dan ujung tulang yang patah. Pada kasus cedera sendi:
Mencapai dua tulang yang mengapit sendi yang cedera.
b. Bidai harus cukup kuat untuk menghindari gerakan pada bagian yang
patah tulang atau sendi yang cedera, namun tidak mengganggu sirkulasi.
c. Bila tidak ada alat yang kaku untuk dijadikan bidai, bagian tubuh yang cedera
bisa diikatkan dengan bagian tubuh yang sehat, misalnya dengan
membalut lengan ke tubuh, atau membalut kaki ke kaki yang sehat.
• Relieve impaired
• Decrease pain neurological function or
muscle spasms
• Decrease swelling
• Reduce blood and fluid
loss into tissues
37
IMMOBILIZATION/SPLINTING
KEY POINTS
• Immobilize joint above • Minimize movement of
and below injury
extremity during
• Assess neurovascular
status distal to injury splinting
prior to splint application
and again right after splint • Secure splint to provide
application support and compression
• If angulation at fracture
site without • Reassess/monitor
neurovascular neurovascular status
compromise, immobilize
as presented every 5-10 minutes
38
HIP DISLOCATION
- ORTHOPEDIC EMERGENCY!
- USUALLY CAUSED BY AUTO ACCIDENT
- POSTERIOR DISLOCATION MOST COMMON
-HIP FLEXED AND LEG ROTATED INTERNALLY
- SEVERE PAIN ON ATTEMPT TO STRAIGHTEN
HIP DISLOCTION MANAGEMENT
Gambaran klinis :
• Pembengkakan pada pelvis atau extremitas yang terkena
• Nyeri
• Tanda-2 syok
• Gejala-gejala sindroma kompartemen
• Ganggguan neurovaskuler distal dari daerah cedera
SINDROMA KOMPARTEMEN
Gambaran klinis :
• Nyeri pada peregangan pasif
• Gangguan sensoris (paresthesi, tebal)
• Kelemahan otot progresif
• Oedema
• Peningkatan tekanan dalam kompartemen
• Hilangnya denyut nadi
PRINSIP PENANGGULANGAN
CEDERA MUSKULOSKELETAL
1. Rekognisi (mengenali),
2. Reduksi (mengembalikan),
3. Retaining (mempertahankan),
4. Rehabilitasi ( pemulihan )
SUMMARY
• REMEMBER PRIORITIES
• ABCs FIRST
• CRITICAL PATIENTS
• IMMOBILZE SPINE