Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH FITOPLANTON

Disusun oleh:

Irama Rauli Tarigan

18502030

Universitas negeri Manado

Fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam

Jurusan Biologi

2020
PENDAHULUAN

A. Definisi Fitoplankton

Fitoplankton adalah komponen autotrof plankton. Autotrof adalah organisme


yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik
dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen
autotrof berfungsi sebagai produsen.

Nama fitoplankton diambil dari istilah Yunani, phyton atau "tanaman" dan


πλαγκτος ("planktos"), berarti "pengembara" atau "penghanyut". Sebagian besar
fitoplankton berukuran terlalu kecil untuk dapat dilihat dengan mata telanjang. Akan
tetapi, ketika berada dalam jumlah yang besar, mereka dapat tampak sebagai warna
hijau di air karena mereka mengandung klorofil dalam sel-selnya (walaupun warna
sebenarnya dapat bervariasi untuk setiap spesies fitoplankton karena kandungan
klorofil yang berbeda atau memiliki tambahan pigmen seperti phycobiliprotein).
(Thurman, H. V., 1997)

Fitoplankton memperoleh energi melalui proses yang


dinamakan fotosintesis sehingga mereka harus berada pada bagian permukaan
permukaan (disebut sebagai zona euphotic) lautan, danau atau kumpulan air yang
lain. Melalui fotosintesis, fitoplankton menghasilkan banyak oksigen yang
memenuhi atmosfer Bumi.(Thurman, H. V., 1997)

Kemampuan mereka untuk mensintesis sendiri bahan organiknya menjadikan


mereka sebagai dasar dari sebagian besar rantai makanan di ekosistem lautan dan di
ekosistem air tawar.(Richtel, M., 2007)

Disamping cahaya, fitoplankton juga sangat tergantung dengan


ketersediaan nutrisi untuk pertumbuhannya. Nutrisi-nutrisi ini terutama makronutrisi
sepertinitrat, fosfat atau asam silikat, yang ketersediaannya diatur oleh kesetimbangan
antara mekanisme yang disebut pompa biologis dan upwelling pada air bernutrisi
tinggi dan dalam. Akan tetapi, pada beberapa tempat di Samudra Dunia seperti di
Samudra bagian Selatan, fitoplankton juga dipengaruhi oleh ketersediaan
mironutrisi besi. Hal ini menyebabkan beberapa ilmuan menyarankan
penggunaan pupuk besi untuk membantu mengatasi karbondioksida akibat aktivitas
manusia di atmosfer. (Richte l, M., 2007)

B. Klasifikasi Fitoplankton
Fitoplankton dicirikan dengan pigmen yang berkaitan dengan proses
fotosintesa. Selanjutnya proses fotosintesa yang dilakukan oleh algae berkaitan
dengan klorofil a (kecuali pada alga hijau biru), dimana pigmen tersebut merupakan
sel organ kloroplas. Pigmen yang terdapat dalam kloroplas tersebut digunakan
sebagai kriteria untuk mengelompokkan alga ke dalam kelas (Bold dan Wynne,
1985).
Menurut Romimohtarto dan Juwana (2001) meskipun membentuk sejumlah
biomasa di laut, fitoplankton ini hanya diwakili oleh beberapa divisi saja, sebagian
besar diantaranya bersel satu dan bersifat mikroskopik. Sachlan (1982) membagi
algae menjadi beberapa divisi yaitu : Cyanophyta (alga hijau biru), Chrysophyta (alga
kuning), Chlorophyta (alga hijau), Pyrrophyta (dinoflagellata), Euglenophyta,
Phaeophyta (alga coklat), Rhodhophyta (alga merah).
1. Chyanophyta (Alga hijau biru)

http://www.google.co.id/imgres?q=chyAnophyta
Morfologi Chyanophyta
Sering juga disebut sebagai alga hijau biru. (blue green algae), merupakan
organisme prokariotik yang mempunyai klorofil a, dan dalam proses
fotosintesisnya membebaskan oksigen. Pigmen dari alga kelompok ini terdapat di
dalam tilakoid, tidak membentuk platida. Pigmen – pigmen yang terkandung
dalam kelompok alga tersebut meliputi klorofil a (hijau), karoten (jingga),
fikosianin (biru), dan fikoeretrin (merah). Cadangan makanannya berupa
polyglucan dan butir – butir cyanophycin. Dinding sel tersusun oleh alanin,
glukosamin, asam muramik, asam glutamat, dan asam diaminopimelat. Dinding
sel bagian luar seringkali dikelilingi selaput bergelatin. Ciri-ciri Cyanophyta :
a) Bentuk organisme ini bisa uniseluler (chroocococcus , Anacystis); koloni
(Merismopedia, Nostoc, Microcystis) atau filament (Oscillatoria,
Microcoleus, Abaena). Sel yang membentuk koloni adalah serupa sedangkan
bentuk filament tersusun dari sekumpulan sel yang membentuk rantai trikoma
(seperti tabung), dan selubung.
b) Memiliki klorofil, karotenoid serta pigmen fikobilin yang terdiri dari
fikosianin (berwarna biru) dan fikoeritin (berwarna merah).
c) Dinding sel mengandung peptida, hemiselulosa dan selulosa, kadang-kadang
berlendir.
d) Inti sel tidak memiliki membran (prokariot)
Habitat Cyanophyta
Habitat anggota Cyanophyta bervariasi, dapat ditemukan di perairan dengan
salinitas yang bervariasi, juga di temukan di dalam tanah. Beberapa ditemukan di
atmosfer. Ada juga jenis – jenis yang ditemukan di sumber air panas yang
suhunya 73 - 74°C. Sejumlah alga hijau biru tumbuh berasosiasi dengan
organisme lain, misalnya Anabaena yang hidup pada akar Cycas dan paku air
Azolla.
Cyanophyta terdiri atas spesies yang uniseluler, koloni, atau filamen. Pada
alga uniseluler, reproduksi dilakukan dengan pembelahan sel. Alga berbentuk
filamen (berbentuk seperti benang) tersusun atas atau beberapa deret sel yang
disebut trichoma, dan memperbanyak diri dengan fragmentasi (potongan filamen
yang terpisah dari induknya dan tumbuh menjadi individu baru). Bagian fragmen
dari trichoma (potongan filamen) itu disebut hormogonia dan bersifat motil. Salah
satu contoh cyanophyta.
Spirullina sp.

http://www.google.co.id/imgres?q=spirulina
Klasifikasi dan Morfologi Spirullina
Divisi : Cyanophyta
Klas : Cyanophyceae
Ordo : Oscilatoriales
Famili : Oscilatoriaceae
Genus : Spirullina
Spesies : Spirullina sp.
Spirullina termasuk dalam divisi Cyanophyta. Pada Cyanophyta terdapat 2
pigmen tambahan yaitu fikosiamin (biru) dan fikoeritrin (merah) yang menutupi
warna hijau klorofil sehingga mengakibatkan terjadinya warna hijau-biru. Tipe
paling umum dari ganggang ini adalah filamen pada spirullina, filamen yang
berbentuk mempunyai tipe tidak bercabang. (Loveless, 1989)
Ciri-cirinya :
1) Berwarna hijau kebiruan
2) Selnya berkoloni / mempunyai filamen terpilin menyerupai spiral (helix)
sehingga disebut alga hijau biru berfilamen.
3) Selnya berbentuk silindris dengan dinding sel tipis.
Spirulina, ganggang biru hijau ini ditemukan pada air payau yang bersifat
alkalis. Salah satu spesies Spirulina telah lama dikonsumsi sebagai bahan pangan
di daerah Afrika. Bahkan pada abad ke-16, bangsa Astec Indian ditemukan
sebagai pengguna Spirulina yang merupakan sumber protein utama dan ternyata
kemudian ditemukan mengandung berbagai vitamin. Ada beberapa
spesies Spirulina yang telah ditelaah secara baik. Spirulina yang tumbuh di
Meksiko dikenal sebagai Spirulina maxima, dan di Afrika Spirulina
platensis. Spirulina maxima terlihat sebagai benang filamen bersel banyak dengan
ukuran panjang 200-300 dan lebar 5-70 mikron. Suatu filamen dengan 7 spiral
akan mencapai ukuran 1000 mikron dan berisi 250-400 sel (Angka dan Suhartono
2000).

2. Chrysophyta (alga kuning)

http://www.google.co.id/imgres?q=chrysophyta
Habitat dan morfologi Chrysophyta
Anggota kelompok ini ditemukan hampir di setiap habitat air (air tawar, laut,
atau payau) sebagai bentos, plankton, dan juga hidup di tanah. Chrysophyta
mengandung pigmen karoten dan xantovil yang melimpah dan menutupi
klorofilnya, menyebabkan warna hijau kekuningan sampai coklat keemasan.
Pigmen terdapat dalam plastida yang dikelilingi reticulum endoplasma. Cadangan
makanan berupa ß-glucan, chrysolaminaran yang disebut leucocin.
Ciri-cirinya :
1. Chrysophytes dengan kloroplas emas-coklat, berisi chlorophylls a dan c,
danmayoritas carotenes dan xanthophylls, termasuk fucoxanthin.
2. Berbentuk sel tunggal dan berbenruk koloni
3. Umumnya tidak mempunyai dinding sel
4. Alat gerak terdiri dari flagel. Salah satu contoh Chrysophyta.

Caetoceros calitrans

http://www.google.co.id/imgres?q=chaetoceros+calcitrans

Klasifikasi Caetoceros calitrans


Divisi : Chrysophyta
Klas : Bacciliariophyceae
Ordo : Centrales
Famili : Coscinidisceacae
Genus : Chaetoceros
Spesies : Chaetoceros calcitrans
Caetoceros calitrans merupakan fitoplankton yang umumnya digunakan
sebagai pakan alami. Caetoceros calitrans merupakan diatome yang termasuk
dalam divisio thalophyta dan subdivisio algae, yang termasuk dalam ordo
centrales . ciri-cirinya :
a) Berbentuk seperti silindris
b) Kebanyakan hidup dilaut.
c) Selnya memiliki dinding yang mengandung pasir (silikat, SiO2) oleh
karena itu sering disebut ganggang kerisik/ ganggang kelikir.
Morfologi
Pigmen, Chrysophyta berwarna keemasan, warna keemasan pada
Chrysophytadisebabkan oleh karoten dan xantofil. Disamping itu Chrysophyta
mempunyai pigmenfotosintesis termasuk klorofil dan karotenoid seperti
fukoxantin dan diadinoxantin.Chrysophyta memiliki klorofil A dan C dan
klorofil tersebut tersimpan didalamkloroplas yang berbentuk cakram atau
lembaran. Sebenarnya Caetoceros calitrans merupakan jasad-jasad bersel
tunggal. Tetapi banyak diantara mereka yang membentuk rangkaian, sehingga
merupakan suatu koloni. Susunan selnya mirip sebuah kotak yang ada tutupnya.
(Blod, 1985).
3. Chlorophyta (alga hijau)

http://microbewiki.kenyon.edu/images/thumb/3/30/Ulva_lobata.jpg/300px-
Ulva_lobata.jpg
Morfologi
Chlorophyta merupakan kelompok besar (lebih dari 7000 spesies) yang
anggotanya terdiri dari algae hijau yang hidup sebagai plankton di air tawar dan
sebagian kecil di air laut. berbentuk filamen nonmotil atau thaloid, dan
mempunyai flagella. Sel-selnya dikelilingi oleh dinding selulosa yang sama
dengan tanaman hijau multiseluler seperti halnya kloroplasnya. Hal ini
mendukung argumentasi bahwa Chlorophyta termasuk dalam kingdom tumbuhan.
Diduga ancestornya merupakan autotrof fotosintetik yang merupakan penyatuan
endosimbiotik antara eukariotik heterotrofik dan Cyanobacteria.
Habitat
Habitat Chrysophyta umumnya hidup di air tawar (90%) yang merupakan
suatu penyusun plankton atau sebagai bentos bersel besar ada yang hidup di air
laut(10%), terutama dekat pantai. Ada jenis chlorophyceae yang hidup pada
tanah-tanah yang basah. Bahkan diantaranya ada yang tahan akan kekeringan.
Sebagian lainnya hidup bersimbiosis dengan lichenes, dan ada yang intraseluler
pada binatang rendah. Salah satu Chlorophyta

Chlorella sp.

http://www.google.co.id/imgres?q=chlorella+sp

Klasifikasi dan Morfologi

Nama Chlorella berasal dari zat berwarna hijau (chlorophyll) yang juga
berfungsi sebagai katalisator dalam proses fotosintesis. (Steenblock, 2000).
Chlorella sp. oleh Bold dan Wynne (1985) dikategorikan ke dalam alga hijau
yang memiliki jumlah genera sekitar 450 dan jumlah spesies lebih dari 7500.
Nama alga hijau diberikan karena kandungan zat hijau (chlorophyll) yang
dimilikinya sangat tinggi, bahkan melebihi jumlah yang dimiliki oleh beberapa
tumbuhan tingkat tinggi.

Klasifikasi Chlorella sp. menurut Bold dan Wynne (1985) dan Vashista
(1999) adalah sebagai berikut :

Divisi : Chlorophyta

Ordo : Chlorophyceae

Famili : Oocystaceae

Genus : Chlorella

Spesies : Chlorella sp.

Cir-ciri :

a) Hidup dalam koloni atau bergerombol.


b) Diameter sel umumnya berkisar antara 2-12 mikron
c) Warnanya hijau karena pigmen yang mendominasi adalah klorofil (Bold,
1980).
d) Merupakan organisme eukariotik (memiliki inti sel)
e) Dinding sel yang terdiri atas selulosa dan pektin, sedangkan protoplasmanya
berbentuk cawan (Isnansetyo dan Kurniastuty, 1995).

Habitat

Berdasarkan habitat hidupnya Chlorella dapat dibedakan menjadi Chlorella


air tawar dan Chlorella air laut. Chlorella air tawar dapat hidup dengan kadar
salinitas hingga 5 ppt, sementara Chlorella air laut dapat mentolerir salinitas
antara 33-440 ppt (Blod dan Wynne, 1985). Menurut Hirata (1981) in Rostini
(2007), beberapa spesies Chlorella air laut dapat mentolerir kondisi lingkungan
yang relatif bervariasi. Tumbuh optimal pada salinitas 25-34 ppt sementara pada
salinitas 15 ppt tumbuh lambat dan tidak tumbuh paapa salinitas 0 ppt dan 60 ppt.

C. Manfaat Fitoplankton
Fitoplankton secara ekologis berperan sebagai sumber makanan bagi berbagai
hewan, menghasilkan zat kapur yang berguna bagi pertumbuhan karang di daerah
tropis (Dexbury dan Dexbury 1989). Alga juga berperan sebagai pencegah
pergerakan substrat, penyaring air dan berperan dalam produksi primer di lautan
(Dawes 1981). Sebagai sumber karaginan agar dan alginat diproduksi
dari Kappaphycus, Euchema, Gracillaria, Gellidium, Sargassum dan Turbinaria.
Sargassum dapat pula dipergunakan sebagai pupuk pertanian (Odum, 1996). Manfaat
lain dari alga sebagai bahan obat-obatan dalam bidang farmasi seperti antibakteri,
antijamur, antibiotik, menurunkan tekanan darah dan sebagainya (Hurtado dkk, 1992;
Trono, 1997).

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyebaran fitoplankton


1. Suhu
Suhu di lautan adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan
organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun
perkembangan dari organisme. Oleh karena itu tidak mengherankan jika banyak
dijumpai bermacam-macam jenis hewan yang terdapat di berbagai tempat di dunia
(Hutabarat dan Evans, 1985).
Fitoplankton hanya dapat hidup dengan baik di tempat-tempat yang mempunyai
sinar matahari yang cukup. Akibatnya penyebaran fitoplankton besar pada lapisan
permukaan laut saja. Keadaan yang demikian memungkinkan untuk terjadinya proses
fotosintesis. Sejak sinar matahari yang diserap oleh lapisan permukaan laut, maka
lapisan ini relatif panas sampai ke kedalaman 200 m (Hutabarat dan Evans, 1985). 
2. Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi rata-rata seluruh garam yang terdapat di dalam air
laut. Konsentrasi ini biasanya sebesar 3% dari berat seluruhnya atau sering juga
disebut bagian perseribu (permil) dan biasa ditulis dengan 35‰. Konsentrasi garam-
garam ini jumlahnya relative sama dalam setiap contoh-contoh air laut, sekalipun
mereka diambil dari tempat yang berbeda di seluruh dunia (Hutabarat dan
Evans,1985).
Hampir semua organisme laut dapat hidup pada daerah yang mempunyai
perubahan salinitas yang sangat kecil, misalnya daerah estuaria adalah daerah yang
mempunyai salinitas rendah karena adanya sejumlah air tawar yang masuk yang
berasal dari daratan dan juga disebabkan karena adanya pasang surut di daerah ini
kisaran salinitas yang normal untuk kehidupan organisme di laut adalah berkisar
antara 30-35 ppm (Gosari, 2002).
Perubahan salinitas yang dapat mempengaruhi organisme terjadi di zona intertidal
melalui dua cara. Yang pertama karena zona intertidal terbuka pada saat pasang surut
dan kemudian digenangi air atau aliran air akibat hujan lebat, akibatnya salinitas akan
turun secara drastis (Nybakken, 1992).

3. Potensial Hidrogen (pH)


pH merupakan pengukuran asam atau basa suatu larutan. Keasaman terjadi karena
berlebihnya ion H+ pada suatu larutan, sedangkan alkalinitas terjadi karena
berlebihnya ion OH- pada suatu larutan. Potensial hidrogen atau sifat keasaman atau
basa (alkalinitas) suatu larutan sangatlah penting dalam faktor kelarutan dalam air
laut terutama terhadap pengendapan mineral atau unsur-unsur dan kehidupan
organisme pada suatu kondisi tertentu (Hutabarat dan Evans, 1985).
Derajat keasaman (pH) adalah nilai logaritma tentang besarnya konsentrasi ion
hidrogen sehingga menunjukkan kondisi air atau tanah tersebut basa atau asam. Pada
umumnya kedalaman dasar juga mencirikan nilai pH dari air laut dan substrat
dasarnya sehingga dapat diketahui bahwa tingkat keasaman pada daerah yang lebih
dalam akan lebih rendah dibandingkan pada daerah yang lebih dangkal (Usman,
2006).

4. Arus
Menurut Hutabarat dan Evans (1985), arus merupakan pergerakan massa air yang
disebabkan oleh adanya perbedaaan densitas atau angin. Arus dapat dibagai menjadi
arus permukaan dan arus upwelling. Arus dapat disebabkan oleh angin, juga
dipengaruhi oleh faktor topografi dasar laut, pulau-pulau yang ada disekitarnya, gaya
coriolis dan perbedaan densitas air laut.
Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan oleh
tiupan angin, atau karena perbedaan densitas air laut atau dapat pula disebabkan oleh
gerakan gelombang panjang termasuk pasang surut (Nontji, 2005).

5. Kekeruhan
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan bahan-bahan yang terdapat dalam
perairan. Kekeruhan air dapat disebabkan oleh lumpur, partikel tanah, serpihan
tanaman, dan fitoplankton. Kekeruhan yang tinggi mengakibatkan pertumbuhan
organisme yang menyesuaikan diri pada air yang jernih menjadi terhambat dan dapat
pula menyebabkan kematian karena mengganggu proses respirasi (Hutagalung et al.,
1997).

6. DO
Oksigen yang terdapat dalam air laut terdiri dari dua bentuk senyawa, yaitu terikat
dengan unsur lain dan sebagai molekul bebas. Kelarutan molekul oksigen yang
terdapat dalam air laut dipengaruhi secara fisika, sebagai contoh kelarutannya sangat
dipengaruhi oleh suhu air. Sumber utama oksigen dalam air laut berasal dari udara
melalui proses difusi dan dari hasil fotosintesis fitoflankton pada siang hari faktor-
faktor yang dapat menurunkan kadar oksigen dalam air laut adalah kenaikan suhu air,
respirasi (khususnya malam hari), adanya lapisan minyak di atas permukaan air laut
dan masuknya limbah organik yang mudah terurai (Hutagalung et al., 1997).

Faktor lain yang mempengaruhi penyebaran plankton adalah faktor kimiawi.


Menurut Sachlan (1972), penyebaran plankton dalam perairan dipengaruhi oleh sifat
fototaksis. Fitoplankton bersifat fototaksis positif, dan zooplankton bersifat fototaksis
negatif.
DAFTAR PUSTAKA

Richtel, M. 2007 "Recruiting Plankton to Fight Global Warming", New York Times


Thurman, H. V. 1997. Introductory Oceanography. New Jersey, USA: Prentice Hall
College. ISBN 0132620723.
Laporan Praktik Kerja Nyata. Studi tentang Kultur Chaetoceros calcitrans sebagai
Pakan Alami Di Balai Budidaya Air Payau Kec. Panarukan Kab. Situbondo Jawa
Timur. Oleh Diesy Kurniasari 2005.
Bold, H.C. and Michael J. Wynne. 1985. Introduction to the Algae. Prestice Hall Inc.,
Englewood Cliffs. N.J. 07632. Sec. Ed. 720pp.s
Romimoharto, K. Dan S. Juwana, 2001. Biologi Laut. Ilmu Pengetahuan tentang
Biota Laut. Djambatan. Jakarta. 540 hal.
Laporan Praktik Kerja Nyata. Studi tentang Kultur Spirullina sp. Di Balai
Pengembangan Budidaya Ari Payau Jepara. Oleh Yudha Riatri Setiarini 2005.
Loveless,A.R.1989.Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik 2.PT
Gramedia.Jakarta
Angka SL, Suhartotno TS. 2000. Bioteknologi Hasil Laut. Bogor: Pusat Kajian
Sumber Daya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor. Hlm 49-56.
http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/11876/C09dap.pdf

Anda mungkin juga menyukai