Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Pola Makan


2.1.1. Definisi
Makanan adalah bahan dari alam atau makhluk hidup yang berupa
bahan mentah, yang dapat dikonsumsi dengan cara diproses atau dimasak
dahulu dengan cara yang sesuai. Makanan dapat dikonsumsi oleh manusia
atau hewan untuk menambah energi atau kekuatan. Selain untuk
menambah energi, makanan juga berguna untuk kesehatan, pertumbuhan,
dan perkembangan pada makhluk hidup. Makanan dapat berupa air,
lemak, protein, karbihidrat, da senyawa organik lainnya (Rahman & J.
McCarthy, 2009).

2.1.2. Manfaat dan Sumber Zat Gizi


Zat Gizi mempunyai dua bentuk yaitu zat gizi makro yang terdiri dari
karbohidrat, protein, dan lemak. Zat gizi mikro yaitu terdiri dari vitamin
dan mineral. Tubuh manusia membutuhkan semua zat gizi untuk tenaga
saat melakukan aktivitas sehari-hari. Selain sebagi tenaga, zat gizi juga
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan manusia atau mahkluk
hidup.

a. Zat Energi
a). Karbohidrat : merupakan sumber energi an kekuataan utama yang
diperlukan oleh tubuh ketika melakukan aktivitas. Karbohidrat
terdiri dari karbohidrat seederhana yang didalamnya monosakarida,
disakarida, dan karbohidrat komplek.
b). Lemak : merupakan trigliserol yang terdiri dari asam-asam lemak
yang merupakan penghasil sumber energi juga yang tidak kalah
dengan karbohidrat. Asam lemak dibagi menjadi dua golongan
yaitu, lemak jenuh dan lemak tidak jenuh.
Kebutuhan kalori pada remaja laki – laki lebih tinggi jika
dibandingkan dengan perempuan [ CITATION Sto05 \l 1033 ]. Menurut

5
6

Soetardjo (2011) angka Kecukupan Energi (AKG) pada remaja putri usia
10 – 12 tahun sebanyak 2050 kcal, usia 13 – 15 tahun 2350 kcal, dan untuk
usia 16 – 19 tahun sebanyak 2200 kcal. Pada remaja laki – laki dengan
usia yang sama membutuhkan energy sebanyak 2050 kcal, 2400 kcal, 2600
kcal. Sebanyak 60% dari total kalori yang dibutuhkan digunakan untuk
metabolisme basal (CDPH, 2012). Aktifitas fisik memerlukan jumlah
energi yang lebih tinggi dibandingan dengan kebutuhan energi yang
digunakan untuk pertumbuhan. Kebutuhan energi yang tidak tercukupi
dapat disebabkan karena kurangnya sumber yang dapat menghasilkan
energi.
b. Zat Pembangun
Protein : merupakan zat gizi yang berguna sebagai pembangun sel-sel
tubuh yang rusak ataupun sel tubuh yang baru, dan pembangun
struktur serta fungsi seldalam tubuh. Selain sebagai zat pembangun,
protei juga sangat pentig dan tidak kalah dengan karbohidrat dan
lemak sebagai sumber energi.

Kebutuhan protein yang dibutuhkan remaja tergantung dengan tingkat


pertumbuhan setiap individu [ CITATION CDP12 \l 1033 ]. Angka kecukupan
protein pada remaja laki – laki adalah 50 gram untuk usia 10 – 12 tahun,
60 gram untuk usia 13 – 15 tahun, dan 65 gram untuk usia 16 – 19 tahun.
Angka kecukupan protein pada remaja putri dengan usia yang sama secara
berurutan adalah 50 gram, 57 gram, dan 55 gram [ CITATION SSo11 \l 1033 ].
Kebutuhan protein tertinggi pada remaja putri adalah pada usia 11 – 14
tahun sedangkan untuk remaja laki – laki adalah usia 15 – 18 tahun
[ CITATION Sto05 \l 1033 ].

c. Zat Pengatur
a) Vitamin : merupakan zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
pertumbuhan dan perkembangan dalam tubuh, walaupun
jumlahnya sangat sedikit. Vitamin dibagi menjadi dua yaitu,
vitamin larut dalam air dan vitamin larut dalam lemak. Vitami
larut dalam air yaitu terdiri dari vitami B1, B2, B3, B6, B12, asam
b) Pantonetat, asam folat, biotin, dan vitamin C. Vitamin yang larut
dalam lemak yaitu vitamin A, D, E, dan K.
c) Mineral : penting untuk pertumbuhan dan perkembangan,
khususnya pada tulang. Kalsium merupakan salah satu mineral
yang baik untuk pertumbuhan tulang.
d. Air : memiliki beberapa fungsi bagi tubuh yaitu, sebagai pembentuk
tubuh, sebagai pelarut, pengatur suhu dalam tubuh, dan berfungsi
sebagai metabolisme dan pembuangan racun yang terjadi dalam tubuh.
e. Serat : berperan utama dalam proses eliminasi fekal, yaitu untuk
mempermudah dalam buang air besar, mencegah terjadinya konstipasi
pada tubuh (Makanan, 2013).

2.2. Konsep Remaja


2.2.1. Definisi
Remaja adalah masa atau periode perkembangan memasuki tahun
permulaan pubertas dan pembentukkan kemandirian yang berkembang
secara dinamis yang ditunjukkan melalui perubahan fisiologis, psikososial,
dan budaya. Masa remaja biasa terjadi ketika seseorang mencapai umur
10-18 tahun. Perubahan akan terjadi pada masa ii, seperti perubahan fisik,
karena faktor hormonal, perubahan psikologis, dan lain-lain (Curtis, 2015).

Masa remaja yaitu masa dimana terjadinya perubahan perilaku atau


sikap dari anak-anak menuju masa selanjutnya, yaitu masa remaja. Proses
ini dapat dikatan masa peralihan atau transisi yang dapat dipengaruhi oleh
faktor biologis dan psiklogis (Hidayanti & Farid, 2106).

2.2.2. Tahapan Remaja

Masa remaja mempunyai beberapa tahapan yang dibagi berdasarkan


jumlah usia atau umur seorang remaja, dari tiap tahapan atau fase remaja
memiliki ciri khusus sendiri-sendiri. Tahapan remaja dibagi menjadi dua,
yaitu masa remaja awal dengan rentang usia antara 13-17 tahun dan
tahapan remaja akhir yaitu rentang usia antara 17-18 tahun. Tahapan
remaja awal, remaja masih berada dalam peralihan dari masa anak-anak
menuju masa remaja. Tahapan remaja akhir yaitu masa dimana tahap

5
6

perkembangan remaja semakin matang atau menjadi lebih dewasa, dan


siap untuk memasuki tahap perkembangan masa dewasa (Hidayanti &
Farid, 2106).

2.2.3. Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Remaja

a. Pertumbuhan Fisik

Terjadinya pertumbuhan dan perkembangan fisik pada masa remaja,


khususnya pada tahap remaja awal. Pertumbuhan yang terjadi yaitu seperti
pembesaran ukuran payudara pada remaja wanita, pembesaran testis pada
remaja laki-laki, mulai nampaknya karakteristik seks apad tiap remaja.
Pertumbuhan rambut pada bagian-bagian tertentu. Pertumbuhan hormon dan
reproduktif mulai terbentuk pada masa ini. Terjadinya menstruasi pada
remaja wanita dan mimpi basah pada remaja laki-laki.

b. Identitas

Pada bagian ini, mulai terjadinya proses ketertarikan antara lawan jenis
pada tiap remaja. Terjadi pula penerimaan dan penolakkan. Remaja mulai
melakukan untuk memperbaiki citra diri, bentuk tubuh, sifat atau perilakunya,
serta peran terhadap jenis gendernya.

c. Kemampuan Berpikir

Kemampuan remaja dalam berfikir mejadi lebih meningkat, tetapi kadang


juga lambat. Remaja mulai bisa membandingkan atara norma dan peraturan
yang berlaku di lingkungan sekitar, bisa beradaptasi dengan keadaan yang
ada. Remaja dapat membedakan hal baik dan buruk yang menurutnya sesuai.

d. Hubungan dengan Orang Tua

Tahap remaja awal, remaja masih mengingkan ketergantungan yang lebih


kepada orang tua atau keluarga, sedangkan pada tahap remaja akhir, remaja
mulai melakukan pelepasan kontrol terhadap ketergantungan antara remaja
dengan orang tua atau keluarganya.

e. Hubungan dengan Teman Sebaya


Remaja mulai dapat mengeksplorasi antara kemampuan yang dimilikinya
dengan lingkungan di sekitarnya, biasanya terjadi di lingkungan sekolah,
karena di lingkungan ini terdapat banyak sekali yang seumuran atau sebaya
yang dapat mendorong remaja untuk lebih berani mengeksplor. Hubungan
dengan tema seabaya dapat terjadi, seperti tingkat kepercayaan terhadap
teman untuk bercerita suatu masalah yang sedang dihadapi atau mungkin
yang lainnya (Wulandari, 2014).

2.3. Konsep Anemia

2.3.1 Definisi
Anemia merupakan suatu kondisi dimana jumlah kadar darah
hemoglobin yang kurang dari nilai normal, kurangnya asam folat, zat besi,
dan zat makanan yang kurang diserap oleh tubuh, dapat menimbulkan
kelelahan, badan lemah, penurunan kemampuan dalam melakukan aktivas
atau pekerjaan. Kondisi ini terjadi karena kadar hemoglobin yang kurang
tersebut sangat berpengaruh dalam tubuh. Respon tubuh menjadi lemah
karena zat besi, asam folat yang kurang terserap oleh tubuh. Akibatnya tubuh
mudah merasa lelah, lemas, dan kurang bersemangat, sehingga aktivitas tidak
dapat dilakukan dengan baik (Masyarakat, 2014).
Anemia adalah pengurangan jumlah sel darah merah padat (hematokrit)
dengan kuantitas dan volume hemoglobin yang kurang dari nilai normal.
Anemia dapat terjadi bila pelepasan eritrosit kedalam sirkulasi menurun dan
penghancuran eritrosit yang meningkat tanpa diimbangi oleh peningkatan
produksi eritrosit dalam tubuh (Bjianti & dkk, 2010). Ketika terjadi anemia
tubuh merasa sangat lemah dan tidak dapat melakukan aktivitas semaksimal
mungkin. Selain itu, ketika seseorang anemia proses berfikirpunn menjadi
lambat atau konsentrasi menjadi turun.
2.3.2 Klasifikasi Anemia
a. Klasifikasi berdasarkan morfologi :

a) Anemia Normositik
b) Anemia Normokronik
Peningkatan konsentrasi Hb tidak pernah terjadi.

5
6

c) Anemia Normositik Normokronik :


Jumlah dan bentuk sel darah normal, tetapi individu menderita
anemia yang disebabkan karena kehilangan darah akut, hemolisis
atau penyakit kronik.
d) Anemia Makrositik Normokronik :
Jumlah sel darah merah lebih besar dari nilai normal, tetapi
konsentrasi Hb normal.
e) Anemia Makrositik Hipokromik :
Jumlah sel darah merah lebih sedikit dari nilai normal dan
konsentrasi Hb kurang dari normal.

b. Klasifikasi berdasarkan etiologi/ patologi

a) Anemia Hemorrhagi
Anemia ini timbul karena terjadinya perdarahan akut dan respon
dari perdarahan tersebut.
b) Anemia Hemolitik
c) Anemia gangguan pada sisntesis Hemoglobin
Anemia jenis disebabkan karena defisiensi Fe/ zat besi, perdarahan
krois, dan parasit (Bjianti & dkk, 2010).

2.3.3 Etiologi Anemia


a. Asupan Fe yang tidak memadai

Angka kecukupan Gizi pada Fe yaitu sebesar 26 mikrogram/hari. Hal


ini terjadi karena ada beberapa faktor yang mempengaruhi. Pada wanita
hamil dan menstruasi memerlukan kecukupan Fe yang lebih banyak.

b. Peningkatan Kebutuhan Fisiologi

Biasanya terjadisaat wanita sedang hamil, karena memerlukan energi


yang lebih dari kebutuhannya sendiri. Hal tersebut karena bayi dalam
kandungannya juga memerlukan energi. Selain wanita hamil, remaja purtri
juga memerlukan kebutuhan fisiologi yang lebih, apalagi ketika
menstruasi.
c. Kehilangan Banyak Darah

Kehilangan darah dapat terjadi ketika setelah melakukan operasi, donor


darah, pengobatan suatu penyakit, dan mestruasi. Hal dapat memicu
timbulnya anemia, khususnya pada wanita (Masyarakat, 2014).

d. Malabsorbsi

Kejadian ini sering dialami oleh seseorang dengan gastrektomi parsial,


karena kurangnya asam lambung dan makanan sering diserap melalui
bagian atas usus halus.

e. Transfusi feto-maternal
Tejadinya kebocoran darah, hal ini dialami oleh wanita hamil yang
terjadi pada masa fetus dan awal masa neonatus.
f. Hemoglobinuria
Terjadi pada anak-anak yang mempunyai katup jantung buatan.
Kehilangan zat besi karena penyerapanyang kurang dan pengeluaran zat
besi yang berlebih melelui eliminasi urin.
g. Aktivitas yang berlebih
Aktivitas yang berlebih dapat menyebabkan anemia karena tubuh cepat
merasa lelah, energi berkurang dan intake energi yang masuk ke tubuh
tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, khususnyazat besi (Fitriany &
Saputri, 2018).

2.3.4 Pathofisiologi Anemia


Anemia merupakan kondisi dimana hasil keseimbangan lama zat
besi yang ada dalam tubuh, terjadinya kadar hemoglobin yang menurun
yang tiak sesuai batas normal. Terjadi keseimbangan besi yang negatif
dalam tubuh, ketika hal ini terjadi terus-menerus dan tidak segera
ditangani akan menyebabkan cadangan besi dalam tubuh berkurang. Ada
tiga tahapan dalam hal ini, tahap pertama yaitu iron depletionterjadi
penyerapan besi non heme yang meingkat, ditandai dengan tubuh yang
tidak memeiliki zat besi atau zat besi kurang, tetapi hemoglobin dan
protein besi laiinya normal. Tahap kedua disebut dengan iron deficient

5
6

erythroprotein, yaitu terjadinya suplai zat besi yang kurang untuk


menunjag eritropoisis. Tahap ketiga atau iron deficiency anemia terjadi
bila besi yang menuju eritroid sumsum tulang yang tidak cukup, sehingga
meneyebabkan hemoglobin turun dan anemia (Fitriany & Saputri, 2018).

2.3.5 Manifestasi Klinis Anemia


a. Rendahnya konsentrasi hemoglobin (Hb)

b. Hemotokrit nilai ambang batas

c. Rendahnya produksi sel darah merah eritrosit (hemolisis)

d. Kehilangan darah yang berlebih

e. Wajah nampak pucat dan anemis (Masyarakat, 2014).

f. Kuku berubah bentuknya menjadi seperti sendok yaitu cekung

g. Terjadi atrop lidah (lidah aka merasa licin karene papil lidah hilang)

h. Angular chelitis (peradangan pada susut mulut)

i. Disfagia yang disebabkan oleh kerusakan epitel hipofaring (dapat terjadi


penurunan fungsi intelektual dan fungsi motorik yang terganggu) (Fitriany
& Saputri, 2018).

2.3.6 Pemeriksaan Penunjang Anemia


Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk anemia yaitu dengan
pemeriksaan darah lengkap, untuk mengetahui berapa kadar hemoglobin,
RDW (Red blood cell distribution width), RBC, dan MCV yang ada pada
tubuh.

2.3.7 Penatalaksanaan Anemia


Penderita anemia harus mengonsumsi 60-120 mg Fe per hari dan
meningkatkan asupan makanan. Hal ini untuk mencegah dan mengatasi
resiko anemia. Meningkatkan suplemen Fe juga berguna untuk
meningkatkan intake Fe. Konsusmsi makanan yang tinggi zat besi, seperti
bayam, dan buah-buahan yang tinggi zat besi, seperti buah cerry.
Konsumsi produk serealjuga dapat meningkatkan intake Fe dalam tubuh
(Masyarakat, 2014).

Untuk mengurangi anemia juga dapat dilakukan perawatan


makanan bisa dengan konsumsi tepung terigu dengan folat, gula, susu, dan
garam yang mengandung zat besi dapat menjadi simpanan besi dalam
tubuh dalam jangka panjang. Selain itu memasak dalam wadah besi juga
dapat menigkatkan kandungan zat besi dalam makanan.

Apabila terjadi anemia yang sangat berat, dapat dilakukan transfusi


darah kepada penderita. Hal ini biasanya dilakukan pada pederita anemia
dengan kadar hemoglobin <4 g/dl (Fitriany & Saputri, 2018).

Anda mungkin juga menyukai