Anda di halaman 1dari 20

ASUHAN KEPERAWATAN

STROKE

Disusun Oleh :

Nama : Ririn Putri Damaiyanti


NIM : PO.71.20.3.18.059
Semester : V.B

DOSEN PEMBIMBING : H. Jhon feri S.Kep,Ns, M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN LUBUK LINGGAU
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki naskah ini.

Akhir kata kami berharap semoga pembelajaran dalam makalah ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Lubuklinggau, Oktober 2020

Ririn Putri D
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan
peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan
di otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau
kematian. Stroke masih merupakan masalah medis yang menjadi masalah
kesakitan dan kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 di Amerika
Serikat. Sebanyak 10% penderita stroke mengalami kelemahan yang
memerlukan perawatan.(Batticaca, 2008)
Secara global, penyakit serebrovaskular (stroke) adalah penyebab
utama kedua kematian. Ini adalah penyakit yang dominan terjadi pada
pertengahan usia dan orang dewasa yang lebih tua. WHO memperkirakan
bahwa pada tahun 2005, stroke menyumbang 5,7 juta kematian di seluruh
dunia, setara dengan 9,9 % dari seluruh kematian. Lebih dari 85 % dari
kematian ini akan terjadi pada orang yang hidup di negara-negara
berpenghasilan rendah dan menengah dan sepertiga akan pada orang yang
berusia kurang dari 70 tahun. Stroke disebabkan oleh gangguan suplai
darah ke otak, biasanya karena pembuluh darah semburan atau diblokir
oleh gumpalan darah. Ini memotong pasokan oksigen dan nutrisi,
menyebabkan kerusakan pada jaringan otak.(Organization, 2015)
Kalimantan Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia
dengan penderita stroke cukup tinggi. Penderitanya melebihi prevalensi
stroke di daerah perkotaan secara nasional. Singkawang merupakan kota
di Kalimantan Barat dengan prevalensi stroke yang terus meningkat dari
tahun ke tahun. Berdasarkan penelitian di lima rumah sakit yang ada di
Kota Singkawang menunjukkan, adanya peningkatan jumlah pasien stroke
yang dirawat. Jumlah tersebut belum termasuk pasien stroke yang dirujuk
dan dirawat di rumah sakit selain di Singkawang serta pasien yang berobat
ke puskesmas. Jumlah kekambuhan stroke juga menunjukkan angka yang
tinggi.(Hutapea, 2015)
B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi stroke?


2. Apa etiologi stroke?
3. Apa tanda dan gejala stroke?
4. Apa patofisiologi stroke?
5. Apa pathway stroke?
6. Bagaimana pelaksanaan medis dan keperawatan stroke?
7. Bagaimana asuhan keperawatan stroke?

.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Stroke adalah gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan
defisit neurologis mendadak sebagai akbat iskemia atau hemoragi sirkulasi
saraf otak. (Mansjoer, 2007)
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan
peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan
di otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau
kematian.(Batticaca, 2008)
Stroke dapat juga diartikan sebagai gangguan fungsional otak yang

bersifat:

 fokal dan atau global


 akut
 berlangsung antara 24 jam atau lebih
 disebabkan gangguan aliran darah otak
 tidak disebabkan karena tumor/infeksi
Stroke dapat digolongkan sesuai dengan etiologi atau dasar perjalanan
penyakit. Sesuai dengan perjalanan penyakit, stroke dapat dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Serangan iskemik sepintas (TIA) : merupakan gangguan neurologis
fokal yang timbul mendadak dan menghilang dalam beberapa menit
sampai beberapa jam.
2. Progresif/inevolution (stroke yang sedang berkembang) : perjalanan
stroke berlangsung perlahan meskipun akut. Stoke dimana deficit
neurologisnya terus bertambah berat.
3. Stroke lengkap/completed : gangguan neurologis maksimal sejak
awal serangan dengan sedikit perbaikan. Stroke dimana deficit
neurologisnya pada saat onset lebih berat, bisa kemudian
membaik/menetap
Klasifikasi berdasarkan patologi:
1. Stroke hemoragi: stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah
sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi
antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa.
2. Stroke non hemoragi: stroke yang disebabkan embolus dan thrombus.
B. Etiologi

Penyebab stroke menurut (Arif, 2010):

1. Thrombosis Cerebral

Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti
di sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur.Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan
gejala neurologis memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu penebalan dan
pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria, basilar, aorta dan arteri
iliaka (Hutapea, 2015). Aterosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta
berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah.Manifestasi
klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui
mekanisme berikut:
1. Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.
2. Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis.
3. Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan
thrombus (embolus).
4. Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan
terjadi perdarahan.
b. Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteri (Radang pada arteri )
d. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara.Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung
yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral.Emboli tersebut berlangsung
cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini
dapat menimbulkan emboli:
a. Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease (RHD).
b. Myokard infark
c. Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk pengosongan
ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu
kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-embolus kecil.
d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endocardium.
2. Haemorhagi
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam
ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri.Perdarahan ini dapat
terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah
otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga
terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
 Hipertensi yang parah.
 Cardiac Pulmonary Arrest
 Cardiac output turun akibat aritmia
4. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:
 Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
 Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

B. Patofisiologi Dan WOC


Setiap kondisi yang meyebabkan perubahan perfusi darah pada otak
yang menyebabkan keadaan hipoksia. Hipoksia yang berlangsung lama
dapat menyebakan iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu yang
singkat kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan defisit sementara dan
bukan defisit permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi dalam waktu lama
dapat menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan infark pada otak.
Setiap defisit fokal permanen akan bergantung pada daerah otak
mana yang terkena. Daerah otak yang terkena akan menggambarkan
pembuluh darah otak yang terkena. Pembuluh darah yang paling sering
mengalami iskemik adalah arteri serebral tengah dan arteri karotis interna.
Defisit fokal permanen dapat diketahui jika klien pertama kali mengalami
iskemik otak total yang dapat teratasi.
Jika aliran darah ke tiap bagian otak terhambat karena trombus atau
emboli, maka mulai terjadi kekurangan suplai oksigen ke jaringan otak.
Kekurangan okigen dalam satu menit dapat menunjukan gejala yang dapat
pulih seperti kehilangan kesadaran. Sedangkan kekurangan oksigen dalam
waktu yang lebih lama menyebabkan nekrosis mikroskopik neuron-neuron.
Area yang mengalami nekrosis disebut infark.
Gangguan peredaran darah otak akan menimbulkan gangguan pada
metabolisme sel-sel neuron, dimana sel-sel neuron tidak mampu menyimpan
glikogen sehingga kebutuhan metabolisme tergantung dari glukosa dan
oksigen yang terdapat pada arteri-arteri menuju otak.
Perdarahan intrakranial termasuk perdarahan ke dalam ruang
subaraknoid atau ke dalam jaringan otak sendiri. Hipertensi mengakibatkan
timbulnya penebalan dan degeneratif pembuluh darah yang menyebabkan
rupturnya arteri serebral sehingga perdarahan menyebar dengan cepat dan
menimbulkan perubahan setempat serta iritasi pada pembuluh darah otak.
Perdarahan biasanya berhenti karena pembentukan trombus oleh
fibrin trombosit dan oleh tekanan jaringan. Setelah 3 minggu, darah mulai
direabsorbsi. Ruptur ulangan merupakan resiko serius yang terjadi
sekitar 7-10 hari setelah perdarahan pertama.
Ruptur ulangan mengakibatkan terhentinya aliran darah kebagian
tertentu, menimbulkan gegar otak dan kehilagan kesadaran, peningkatan
tekanan cairan serebrospinal (CSS), dan menyebabkan gesekan otak (otak
terbelah sepanjang serabut). Perdarahan mengisi ventrikel atau hematoma
yang merusak jaringan otak.
Perubahan sirkulasi CSS, obstruksi vena, adanya edema dapat
meningkatkan tekanan intrakranial yang membahayakan jiwa dengan cepat.
Peningkatan tekanan intrakranial yang tidak diobati mengakibatkan herniasi
unkus atau serebellum. Disamping itu, terjadi bradikardia, hipertensi
sistemik, dan gangguan pernafasan.
Darah merupakan bagian yang merusak dan bila terjadi
hemodialisa, darah dapat mengiritasi pembuluh darah, menigen, dan otak.
Darah dan vasoaktif yang dilepas mendorong spasme arteri yang berakibat
menurunnya perfusi serebral. Spasme serebri atau vasospasme biasa terjadi
pada hari ke-4 sampai ke-10 setelah terjadinya perdarahan dan
menyebabkan vasokonstriksi arteri otak. Vasospasme merupakan kompikasi
yang mengakibatkan terjadinya penurunan fokal neurologis, iskmik otak dan
infark. (Batticaca, 2008)
WOC STROKE
C.Tanda dan Gejala

Stoke menyebabkan defisit neurologik, bergantung pada lokasi lesi


(pembuluh darah mana yang tersumbat), ukuran area yang perfusinya tidak
adequat dan jumlah aliran darah kolateral. Stroke akan meninggalkan gejala
sisa karena fungsi otak tidak akan membaik sepenuhnya.
a. Kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh (hemiparese atau hemiplegia)
b. Lumpuh pada salah satu sisi wajah “Bell’s Palsy”
c. Tonus otot lemah atau kaku
d. Menurun atau hilangnya rasa
e. Gangguan lapang pandang “Homonimus Hemianopsia”
f. Gangguan bahasa (Disatria: kesulitan dalam membentuk
kata; afhasia atau disfasia: bicara defeksif/kehilangan bicara).
g. Gangguan persepsi
h. Gangguan status mental
D. Manifestasi Klinis

Gejala klinis yang timbul tergantung dari jenis stroke.


1. Gejala klinis pada stroke hemoragik, berupa:
a) Defisit neurologis mendadak
b) Kadang-kadang tidak terjadi penurunan kesadaran
c) Terjadi terutama pada usia >50 tahun
d) Gejala neurologis yang timbul tergantung pada berat
ringagangguan pembuluh darah dan lokasinya.
2. Gejala klinis pada stroke akut berupa:
a) Kelumpuhan wajah atau anggota badan (biasanya hemiparesis)
yang timbul mendadak
b) Gangguan sensibilitas pada satu anggota badan (gangguan
hemisensorik)
c) Perubahan mendadak pada status mental (kesadaran menurun)
d) Mulut mencong atau tidak simetris ketika menyeringai
e) Gangguan penglihatan
f) Gangguan daya ingat
g) Bicara pelo atau cadel
h) Mual dan muntah
i) Nyeri kepala hebat
j) Vertigo
k) Gangguan fungsi otak. (Smeltzer, 2002)

E. Pemeriksaan Diagnostik

1. Angiografi serebral
Membantu menunjukkan penyebab stroke secara spesifik, misalnya
pertahanan atau sumbatan arteri.
2. Skan Tomografi Komputer (Computer Tomography scan – CT-scan)
Mengetahui adamya tekanan normal dan adanya trombosis, emboli
serebral, dan tekanan intrakranial (TIK). Peningkatan TIK dan cairan yang
mengandung darah menunjukan adanya perdarahan subarakhnoid dan
perdarahan intrakranial. Kadar protein total meningkat, beberapa kasus
trombosis disertai proses inflamasi.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Menunjukan daerah infark, perdarahan, malformasi arteriovena
(MAV).
4. Ultrasonografi doppler (USG doppler)
Mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri
karotis [aliran darah atau timbulnya plak]) dan arteriosklerosis.
5. Elektroensefalogram (Electroencephalogram-EEG)
Mengidentifikasi masalah pada otak dan memperlihatkan daerah
lesi yang spesifik.
6. Sinar X tengkorak
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang
berlawanan dari massa yang meluas, klasifikasi karotis interna terdapat
pada trombosis serebral; klasifikasi parsial dinding aneurisma ada
perdarahan subarakhnoid.
7. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan cara memeriksakan
darah rutin, gula darah, urine rutin, cairan serebrospinal, analisa gas darah
(AGD), biokimia darah, dan elektrolit. (Batticaca, 2008)

F. Penatalaksanaan Medik

Penatalaksaan medik pada klien dengan stroke meliputi:


a) Non pembedahan
 Terapi antikoagulan. Kontraindikasi pemberian terapi antikoagulan
pada klien dengan riwayat ulkus, eremia dan kegagalan hepar.
Sodium heparin diberikan secara subkutan atau melalui IV drip.
 Phenytonin (Dilantin) dapat digunakan untuk mencegah kejang.
 Enteris-coated, misalnya aspirin dapat digunakan untuk lebih dulu
menghancurkan trombotik dan embolik.
 Epsilon-aminocaproic acid (Amicar) dapat digunakan untuk
menstabilkan bekuan diatas anuarisma yang ruptur.
 Calcium channel blocker (Nimodipine) dapat diberika untuk
mengatasi vasospasme pembuluh darah.
b) Pembedahan
 Karotid endarteretomi untuk mengangkat plaque atherosclerosis.
 Superior temporal arteri-middle serebra arteri anatomisis dengan
melalui daerah yang tersumbat dan menetapkan kembali aliran
darah pada daerah yang dipengaruhi. (Mansjoer, 2007)
G. Penatalaksanaan Keperawatan

 Pemasangan jalur intravena dengan cairan normal salin 0,9% dengan


kecepatan 20 ml/jam. Cairan hipotonis seperti dekstrosa 5% sebaiknya
tidak digunakan karena dapat memperhebat edema serebri.
 Pemberian oksigen melalui nasal kanul.
 Jangan memberikan apapun melalui mulut.
 Pemeriksaan EKG
 Pemeriksaan rontgen toraks.
 Pemeriksaan darah: Darah perifer lengkap dan hitung trombosit

Gambaran tentang stoke


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin,
pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS,
nomor register, diagnose medis.
2. Keluhan utama
Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo,
dan tidak dapat berkomunikasi.
3. Riwayat penyakit sekarang
Serangan stroke hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada
saat klien sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual,
muntah bahkan kejang sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan
separoh badan atau gangguan fungsi otak yang lain.
4. Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia,
riwayat trauma kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat
anti koagulan, aspirin, vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.
5. Riwayat penyakit keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes
militus.
B. Pengumpulan data:
a. Aktivitas/istirahat
Klien akan mengalami kesulitan aktivitas akibat kelemahan, hilangnya
rasa, paralisis, hemiplegi, mudah lelah, dan susah tidur.
b. Sirkulasi
Adanya riwayat penyakit jantung, katup jantung, disritmia, CHF,
polisitemia.Dan hipertensi arterial.
c. Integritas Ego.
Emosi labil, respon yang tak tepat, mudah marah, kesulitan untuk
mengekspresikan diri.
d. Eliminasi
Perubahan kebiasaan Bab. dan Bak.Misalnya inkoontinentia urine, anuria,
distensi kandung kemih, distensi abdomen, suara usus menghilang.
e. Makanan/caitan :
Nausea, vomiting, daya sensori hilang, di lidah, pipi, tenggorokan,
dysfagia
f. Neuro Sensori
Pusing, sinkope, sakit kepala, perdarahan sub arachnoid, dan
intrakranial.Kelemahan dengan berbagai tingkatan, gangguan penglihatan,
kabur, dyspalopia, lapang pandang menyempit. Hilangnya daya sensori
pada bagian yang berlawanan dibagian ekstremitas dan kadang-kadang
pada sisi yang sama di muka.
g. Nyaman/nyeri
Sakit kepala, perubahan tingkah laku kelemahan, tegang pada otak/muka.
h. Respirasi
Ketidakmampuan menelan, batuk, melindungi jalan nafas.Suara nafas,
whezing, ronchi.
i. Keamanan
Sensorik motorik menurun atau hilang mudah terjadi injury.Perubahan
persepsi dan orientasi Tidak mampu menelan sampai ketidakmampuan
mengatur kebutuhan nutrisi.Tidak mampu mengambil keputusan.
j. Interaksi sosial
Gangguan dalam bicara, Ketidakmampuan berkomunikasi. (Santosa,
2007)
C. Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif b.d Gangguan neurologis
2. Gangguan persepsi sensori b.d hipoksia serebral
3. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan neuromuskuler
D. Rencana Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif b.d gangguan neurologis.
SLKI: Pola napas

 Frekuensi napas
 Keseimbangan asam-basa
 Konservasi energi
 Status neurologis

SIKI : Manajemen jalan napas

Observasi:

 Monitor pola napas(frekuensi,kedalaman,usaha napas)


 Monitor bunyi napas tambahan(mis.Wheezing,mengi,ronkhikering
 Monitor sputum(jumlah,warna,aroma)

Terapeutik:

 Posisikan semi fowler atau fowler


 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
 Berikan oksigen,jika perlu.

Edukasi:

 Anjurkan asupan cairan 2000ml/hari, jika tidak kontraindikasi


 Ajarkan teknik batuk efektif

Kolaborasi:

 Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik,


jikaperlu.

2. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan neurologis

SLKI: Komunikasi verbal

 Dukungan sosial
 Fungsi sensori
 Kesadaran diri
 Proses informasi
 Status neurologi
 Statuskognitif
SIKI: Dukungan kepatuhan program pengobatan

Observasi:

 Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan.

Terapeutik:

 Buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik.


 Buat jadwal pendampingan keluarga untuk bergantian menemani
pasien selama menjalani program pengobatan,jika perlu.
 Dokumentasikan aktivitas selama menjalani proses pengobatan.
 Diskusikan hal-hal yang dapat mendukung atau menghambat
berjalannya program pengobatan.
 Libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang
dijalani.

Edukasi:

 Informasikan program pengobatan yang harusdijalani.


 Informasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratu rmenjalani
program pengobatan.
 Anjurkan keluarga untuk mendampingi dan merawat pasien selama
menjalani program pengobatan.
 Anjurkan pasien dan keluarga melakukan konsultasi kepelayanan
kesehatan terdekat, jikaperlu.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan
peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan
di otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau
kematian. Stroke masih merupakan masalah medis yang menjadi masalah
kesakitan dan kematian nomor 2 di Eropa serta nomor 3 di Amerika
Serikat. Sebanyak 10% penderita stroke mengalami kelemahan yang
memerlukan perawatan. Pengkajian yang sangat diperhatikan dalam
asuhan keperawatan stroke ini adalah pemeriksaan fisik 12 saraf kranial.
Diagnosa yang dapat diangkat pada asuhan keperawatan pasien dengan
stroke ini adalahGangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
tidak adekuatnya sirkulasi darah serebral, Kerusakan mobilitas fisik
berhubungan dengan gangguan neuromuskular, Defisit perawatan diri
berhubungan dengan gangguan neuromuskular, Defisit pengetahuan:
keluarga berhubungan dengan keterbatasan kognitif, Kerusakan
komunikasi verbal behubungan dengan kerusakan neuromuskular,
Perubahan persepsi sensori berhubungan dengan trauma neurologis,
Gangguan harga diri berhubungan dengan perubahan psikososial dan
Resiko tinggi terhadap menelan behubungan dengan kerusakan
neuromuskular.
B. Saran
Agar pengetahuan tentang “Askep pada Klien Stroke” dapat di
pahami dan dimengerti oleh para pembaca sebaiknya makalah ini di
pelajari dengan baik karena dengan mengetahui “Askep pada Klien
Stroke” dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam ilmu medis.
Karena dengan bertambah nya pengetahuan dan wawasan tersebut maka
kita akan temotivasi lagi untuk belajar menjadi orang yang lebih baik
dalam hal ilmu pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

Arif, M. (2010). Pengkajian Keperawatan Pada Praktik Klinik. . Jakarta: Salemba Medika.

Batticaca, F. B. (2008). Asuhan Keperawatan Dengan Sistem Persarafan. Jakarta:


Salemba Medika.

Hutapea, R. (2015). Kalimantan Barat, Penderita Stroke Tertinggi. Depok: tersedia dalam
www.sinarharapan.co/news/read/150513024/kalimantan-barat-penderita-stroke-
tertinggi%20o (diunggah pada tanggal 13 Mei 2015 pukul 14:15 WIB, diakses pada
tanggal 4 Mei 2020

Mansjoer, A. d. (2007). Kapita Selekta Kedokteran, Jilid Kedua. . Jakarta: Media


Aesculapius FKUI.

Organization, W. H. (2015). STEPwise approach to stroke surveillance. Geneva: tersedia


dalam www.who.int/chp/steps/stroke/en/ (diakses pada tanggal 4 Mei 2020 pukul
19.00 WIB )

Smeltzer, d. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8
Vol 2. alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai