KELAS B
SEMESTER 2
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
TAHUN AKADEMIK 2020
i
KATA PENGANTAR
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Mendesain Pembelajaran Berdasarkan
Kompetensi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3
B. Perencanaan Pembelajaran....................................................................6
C. Langkah-Langkah Mendesain Pembelajaran......................................9
iii
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini akan dirumuskan beberapa masalah antara
lain adalah sebagai berikut:
1. apa saja karakteristik kompetensi Spencer ?
2. apakah yang di maksut dengan perencanaan pembelajaran?
3. Apa saja langkah-langkah untuk mendesai pembelajaran Berbagai model
yang dapat dikembangkan?
4. bagaimana cara guru mendesai pembelajaran?
1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa saja karakteristik kompetensi Spencer.
2. Mengetahui apa yang di maksut dengan perencanaan pembelajaran.
3. Mengetahui Apa saja langkah-langkah untuk mendesai pembelajaran
Berbagai model yang dapat dikembangkan.
4. Mengetahui bagaimana cara guru mendesai pembelajaran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Sedangkan kemampuan berpikir analitis dan konseptual adalah berkaitan
dengan kemampuan mental atau kognitif seseorang.
Mereka juga mengkategorikan kompetensi ke dalam dua bagian, yaitu
threshold competences dan differentiating competence. Threshold competences
adalah karakteristik esensial ( biasanya pengetahuan atau keterampilan dasar,
seperti kemampuan membaca) yang seseorang butuhkan untuk menjadi efektif
dalam suatu pekerjaan, tetapi bukan untuk membedakan pelaku superior dari
yang rata-rata. Contoh pengetahuan pedagang tentang produk atau kemampuan
mengisi faktur. Differentiating competences membedakan pelaku yang superior
dari yang biasanya. Contoh orientasi prestasi yang diekspresikan dalam tujuan
seseorang adalah lebih tinggi dari yang dikehendaki oleh organisasi.
Perbedaan pokok antara profesi guru dan profesi lainnya adalah terletak
pada tugas dan tanggung jawabnya. Tugas dan tanggung jawab tersebut erat
kaitannya dengan kemampuan yang disyaratkan untuk memangku profesi
tersebut. Kemampuan dasar tersebut tidak lain adalah kompetensi guru.
Kompetensi guru merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku
guru atau tenaga kependidikan yang tampak sangat berarti. Perilaku disini
merujuk bukan hanya pada perilaku nyata, tetapi juga meliputi hal-hal yang
tidak tampak. Charles E. Jhonsons et. al mengemukakan bahwa kemampuan
merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan
sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dikatakan rasional karena mempunyai
arah atau tujuan tertentu. Barlow mengemukakan bahwa kemampuan guru
adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajibannya secara
bertanggung jawab dan layak. Dengan demikian, kemampuan guru merupakan
kapasitas internal yang dimiliki guru dalam melaksanakan tugas profesinya.
Cooper, dalam Sudjana, mengemukakan empat kompetensi guru, yakni :
a. Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia;
b. Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya;
c. Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan
bidang studi yang dibinanya;
d. Mempunyai keterampilan teknik mengajar.
Menurut Grasser ada empat hal yang harus dikuasai guru, yakni:
a. Menguasai bahan pelajaran;
b. Kemampuan mendiagnosis tingkah laku siswa;
c. Kemampuan melaksanakan proses pengajaran;
d. Kemampuan mengukur hasil belajar siswa.
Sementara Nana Sudjana telah membagi kompetensi guru dalam tiga bagian,
yaitu sebagai berikut.
a. Kompetensi bidang kognitif, artinya kemampuan intelektual;
b. Kompetensi bidang sikap, artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap
berbagai hal berkenaaan dengan tugas dan profesinya;
c. Kompetensi perilaku/performance, artinya kemampuan guru dalam berbagai
keterampilan/berperilaku.
4
Ketiga bidang kompetensi di atas tidak berdiri sendiri, tetapi saling
berhubungan dan saling memengaruhi satu sama lain. George J. Mouly
mengatakan bahwa ketiga bidang tersebut mempunyai hubungan hierarkis.
Artinya saling mendasari satu sama lain.
Menurut Crow dan Crow kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran
meliputi:
1. Penguasaan subject-matter yang akan diajarkan;
2. Keadaan fisik dan kesehatannya;
3. Sifat-sifat pribadi dan kontrol emosinya;
4. Memahami sifat – hakikat dan perkembangan manusia;
5. Pengetahuan dan kemampuannya untuk menerapkan prinsip-prinsip belajar;
6. Kepekaan dan aspirasinya terhadap perbedaan kebudayaan, agama, dan
etnis;
7. Minatnya terhadap perbaikan profesional dan pengayaan kultural yang terus-
menerus dilakukan.
5
2. Pengertian Desain Pembelajaran
Ada beberapa definisi tentang perencanaan yang rumusannya berbeda
satu dengan yang lain. Cunningham misalnya mengemukakan bahwa
perencanaan itu ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta,
imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan
memvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan
yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang
akan digunakan dalam penyelesaian.
Definisi yang kedua mengemukakan bahwa perencanaan adalah
hubungan antara apa yang ada sekarang ( wht is) dengan bagaimana
seharusnya (what should be) yang bertalian dengan kebutuhan, penentuan
tujuan, prioritas, program, dan alokasi sumber. Bagaimana seharusnya adalah
mengacu pada masa yang akan datang.
Definisi lain tentang perencanaan dirumuskan sangat pendek, yaitu
perencanaan adalah suatu cara untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan
perubahan.
Berdasarkan rumusan diatas, maka dapat dibuat suatu rumusan baru
tentang apa itu perencanaan, yakni suatu cara yang memuaskan untuk
membuat suatu kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai
langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga
kegiatan tersebut mencapai tujuan yng telah ditetapkan.
B. Perencanaan Pembelajaran
6
Perbaikan kualitas pembelajaran haruslah diawali dengn perbaikan
desain pembelajaran. Hal ini dimungkinkan karena dalam desain
pembelajaran, tahapan yang akan dilakukn oleh guru atau dosen dalam
mengajar telah terancang dengan baik, mulai dari mengadakan analisis dari
tujuan pembelajaran sampai dengan pelaksanaan evaluasi sumatif yang
tujuannya untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
2. Pembelajaran dirancang dengan Pendekatan Sistem
Untuk mencapai kualitas pembelajaran, maka desain pembelajaran
yang dilakukan haruslah didasarkan pada pendekatan sistem. Hal ini
disadari bahwa dengan pendekatan sistem akan memberikan peluang yang
lebih besar dalam mengintegrasikan semua variabel yang memengaruhi
belajar, termasuk keterkaitan antarvariabel pengajaran, yakni variable
kondisi pembelajaran, variabel metode, dan variabel hasil pembelajaran.
7
pembelajaran yang langsung dapat diukur setelah selesai pelaksanaan
pembelajaran, dan hasil pembelajaran yang dapat terukur setelah melalui
keseluruhan proses pembelajara, atau hasil pengiring.
6. Desain Pembelajaran di Arahkan pada Kemudahan Belajar
Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa dan perancangan
pembelajaran merupakan penataan upaya tersebut agar mucul perilaku
belajar. Dalam kondisi yang ditata dengan baik, strategi yang direncanakan
akan memberikan peluang dicapainya hasil pembelajaran. Dengan desain
pembelajaran, setiap kegiatan yang dilakukan guru telah terencan, dan guru
dapat dengan mudah melakukan kegiatan pembelajaran. Jika hal ini
dilakukan dengan baik, maka sudah tentu sasaran akhir dari pembelajaran,
yaitu tercapainya kemudahan belajar siswa dapat dicapai.
7. Desain Pembelajaran Melibatkan Variabel Pembelajaran
Desain pembelajaran diupayakan mencakup semua variabel
pengajaran yang dirasa turut memengaruhi belajar. Ada tiga variabel
pembelajaran yang perlu dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran.
Ketiga variabel tersebut adalah kondisi, metode, dan hasil pembelajaran.
Kondisi pembelajaran mencakup semua variabel yang tidak dapat
dimanipulasi oleh perencana pembelajaran, dan harus diterima apa adanya.
Yang termasuk dalam variabel ini adalah tujuan pembelajaran, karakteristik
bidang studi, dan karakteristik siswa. Sedangkan variabel metode
pembelajaran mencakup semua cara yang dapat dipakai untuk mencapai
tujuan pembelajaran dalam kondisi tertentu. Yang termasuk dalam variabel
ini adalah strategi pengorganisasian pembelajaran, strategi penyampaian
pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran. Sedangkan variabel
hasil pembelajaran mencakup semua akibat yang muncul dari penggunaan
metode tertentu pada kondisi tertentu, seperti keefektifan pembelajaran,
efisiensi pembelajaran, dan daya tarik pembelajaran.
8. Desain Pembelajaran Penetapan Metode untuk Mencapai Tujuan
Inti dari desain pembelajaran adalah menetapkan metode
pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang
diinginkan. Fokus utama dalam perancangan pembelajaran adalah pada
pemilihan, penetapan, dan pengembangan variabel metode pembelajaran.
Pemilihan metode pembelajaran harus didasarkan pada analisis kondisi dan
hasil pembelajaran.
Ada tiga prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam upaya menetapkan metode
pembelajaran. Ketiga prinsip tersebut adalah
1) Tidak ada satu metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan
dalam semua kondisi;
2) Metode (strategi) pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang
berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran;
3) Kondisi pembelajaran yang berebda bisa memiliki pengaruh yang
konsisten pada hasil pembelajaran.
8
C. Langkah-Langkah Mendesain Pembelajaran
Berbagai model dapat dikembangkan dalam mengorganisasi pengajaran.
Salah satu di antaranya adalah model Dick and Carey (1985) dengan langkah-
langkah sebagaia berikut:
1) Mengidentifikasi tujuan umum pengajaran;
2) Melaksanakan analisis pengajaran;
3) Mengidentifikasi tingakah laku masukan dan karakteristik siswa;
4) Merumuskan tujuan performasi;
5) Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan;
6) Mengembangkan strategi pengajaran;
7) Mengembangkan dan memilih material pengajaran;
8) Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif;
9) Merevisi bahan pembelajaran;
10) Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
Secara umum penggunaan desain pengajaran menurut Dick and Carey sebagai
berikut.
1. Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah dimana setiap langkah sangat
jelas maksud dan tujuannya, sehingga bagi perancang pemula sangat cocok
sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain.
2. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukkan hubungan
yang sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan
langkah yang lainnya. Dengan kata lain, sistem yang terdapat pada Dick and
Carey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke
urutan berikutnya.
3. Langkah awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi tujuan
pengajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi
maupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khusunya dalam mata
pelajaran tertentu dimana tujuan pengajaran pada kurikulum dapat
melahirkan suatu rancangan pembelajaran.
Berikut ini akan dijelaskan langkah demi langkah yang telah ditetapkan oleh
Dick and Carey.
1. Mengidentifikasi Tujuan Umum Pembelajaran
Mengapa tujuan umum pembelajaran harus diidentifikasi ?
sebagaimana kita ketahui bahwa sasaran akhir dari suatu program
pembelajaran adalah tercapainya tujuan umum pembelajaran tersebut. Oleh
karena itu, setiap perancang harus mempertimbangkan secara mendalam
tentang rumusan tujuan umum pengajaran yang akan ditentukannya.
Mempertimbangkan secara mendalam artinya, untuk merumuskan tujuan
umum pembelajaran harus mempertimbangkan karakteristik bidang studi,
karakteristik siswa, dan kondisi lapangan.
9
Dick and Carey (1985) menjelaskan bahwa, tujuan pengajaran adalah
untuk menentukan apa yang dapat dilakukan oleh anak didik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Rumusan tujuan umum pembelajaran menurut Dick and Carey (1985)
harus jelas dan dapat diukur, berbentuk tingkah laku. Pandangan lain seperti
Hamzah Uno dan Miarso mengumukakan rumusan pembelajaran yang baik
adalah menggunakan istilah yang operasional, berbentuk hasil belajar,
berbentuk tingkah laku, jelas hanya mengukur satu tingkah laku. Pendapat
lain dikemukakan Mudhafir rumusan tujuan pembelajaran yang baik
meliputi formulasi dalam bentuk yang operasional, bentuk produk belaja,
dalam tingkah laku siswa, jelas tingkah laku yang ingin dicapai,hanya
mengandung satu tujuan belajar, tingkat keluasan yang sesuai, rumusan
kondisi pembelajaran jelas dan cantumkan standar tingkah laku yang dapat
diterima. Sedangkan Degeng dan Hamzah Uno mengemukakan ada tiga
komponen utama dari suatu rumusan tujuan pembelajaran yaitu perilaku,
kondisi, dan derajat kriteria keberhasilan.
2. Melakukan Analisis Pembelajaran
Mengapa dilakukan analisis pembelajaran? Dengan cara analisis
pembelajaran ini akan diidentifikasi keterampilan-keterampilan bawahan
(subordinate skills). Dick and Carey mengatakan bahwa tujuan pengajaran
yang telah diidentifikasi perlu dianalisis untuk mengenali keterampilan-
keterampilan bawahan yang mengharuskan anak didik belajar menguasainya
langkah-langkah prosedural bawahan yang ada harus diikuti anak didik
untuk dapat belajar tertentu.
Menurut Gagne, Briggs, dan Wager tujuan analisis pengajaran adalah
untuk menentukan keterampilan-keterampilan yang akan dijangkau oleh
tujuan pembelajaran, serta memungkinkan untuk membuat keputusan yang
diperlukan dalam urutan mengajar.
Untuk menemukan keterampilan-keterampilan bawahan yang
bersumber dari tujuan pembelajaran, digunakan pendekatan hierarki.
Mengapa menggunakan pendekatan hierarki, karena anak didik dituntut
harus mampu memecahkan masalah atau melakukan kegiatan informasi
yang tidak dijumpai sebelumnya.
Mengapa perlu menganilisis subordinate skills? Karena apabila
keterampilan bawahan yang seharusnya dikuasai tidak diajarkan maka
banyak anak didik tidak akan memiliki latar belakang yng diperlukan untuk
mencapai tujuan, dengan demikian pembelajaran menjadi tidak efektif. Cara
yang digunakan untuk mengidentifikasi subordinate skills tersebut adalah
dengan cara memilih keterampilan bawahan yang berhubungan langsung
dengan ranah tujuan pembelajaran.
3. Mengidentifikasi Tingkah Laku Masukan dan Karakteristik Mahasiswa
Mengapa perlu mengidentifikasi tingkah laku masukan dan
karakteristik siswa dalam mengembangkan program pembelajaran? Karena
untuk mengetahui kualitas perseorangan untuk dapat dijadikan sebagai
petunjuk dalam mempreskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran.
10
Aspek-aspek yang diungkap dalam kegiatan ini bisa berupa bakat, motivasi
belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir, minat, atau kemampuan awal.
4. Merumuskan Tujuan Performansi
Dick and Carey menyatakan bahwa tujuan performansi terdiri dari:
1) Tujuan harus menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan, atau
diperbuat oleh anak didik;
2) Menyebutkan tujuan,memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi
syarat, yang hadir pada waktu anak didik berbuat;
3) Menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai untuk perbuatan anak
didik yang dimaksudkan pada tujuan.
Gagne, Briggs, dan Mager menjelaskan bahwa fungsi performansi
objektif antara lain:
a) Menyediakan suatu sarana dalam kaitannya dengan pembelajaran
untuk mencapai tujuan;
b) Menyediakan suatu sarana berdasarkan suatu kondisi belajar yang
sesuai;
c) Memberikan arah dalam mengembangkan pengukuran atau penilaian
dan membantu anak didik dalam usaha belajarnya.
5. Mengembangkan Butir-Butir Tes Acuan Patokan
Tes acuan patokan terdiri atas (soal-soal) yang secara langsung
mengukur istilah patokan yang dideskripsikan dalam suatu perangkap tujuan
khusus. Itilah patokan (criterion) dipergunakan karena soal-soal tes
merupakan rambu-rambu untuk menentukan kelayakan penampilan siswa
dalam tujuan, maksudnya keberhasilan siswa dalam tes ini menentukan
apakah siswa telah mencapai tujuan khusu yang telah ditentukan atau
belum. Oleh karena itu, tes acuan patokan (criterion-referenced test ) disebut
juga tes acuan tujuan (objective-referenced test).
11
Tes sisipan merupakan tes acuan patokan yang melayani dua fungsi penting,
yaitu:
1) Mengetes setelah satu atau dua tujuan pembelajaran diajarkan, sebelum
pascates;
2) Untuk mengetes kemajuan anak didik sehingga dapat dilakukan
perbaikan (remedial) yang dibutuhkan sebelum pascates yang lebih
formal, pascates atau postes merupakan tes acuan patokan yang
mencakup seluruh tujuan pembelajaran yang mencerminkan tingkat
perolehan belajar, sehingga dapat diidentifikasi bagian-bagian mana
diantara tujuan pembelajaran yang belum tercapai.
6. Mengembangkan Strategi Pembelajaran
Dalam strategi pembelajaran, menjelaskan komponen umum suatu
perangkat material pembelajaran dan mengembangkan material secara
prosedural haruslah berdasarkan karakteristik siswa. Untuk itu sebelum
mengembangkan materi perlu dilihat kembali karakteristik siswa. Dalam
tulisan lain dianjurkan melihat pula karakteristik materi. Dick and Carey,
mengemukakan bahwa dalam merencanakan dalam satu unit pembelajaran
ada tiga tahap, yaitu:
1) Mengurutkan dan merumpunkan tujuan ke dalm pembelajaran;
2) Merencanakan prapembelajaran, pengetesan, dan kegiatan tindak lanjut;
3) Menyusun alokasi waktu berdasarkan strategi pembelajaran.
Dengan mengurutkan tujuan ke dalam pembelajaran dapat membuat
pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Komponen strategi pembelajaran
terdiri dari:
a) Kegiatan Prapembelajaran
Mengapa harus ada kegiatan prapembelajaran? Kegiatan
prapembelajaran dianggap penting karena dapat memotivai anak didik
atau mahasiswa untuk mempelajari mata kuliah perencanaan
pembelajaran misalnya. Disamping dapat memotivasi, juga mereka akan
mendapat petunjuk-petunjuk yang sesuai untuk mencapai tujuan
pembelajaran sehingga pada akhir perkuliahan siswa(mahasiswa) mampu
menguasainya.
b) Penyajian Informasi
Mengapa harus ada penyajian informasi? Penyajian informasi
harus dilakukan karena dengan adanya penyajian informasi tersebut, anak
didik (mahasiswa) akan tahu seberapa jauh material pembelajaran yang
harus mereka pelajari, disajikan sesuai dengan urutannya, keterlibatan
mereka dalam setiap urutan pembelajaran.
c) Peran Serta Mahasiswa
Anak didik (siswa atau mahasiswa) harus diberi kesempatan
berlatih (terlibat) dalam setiap langkah pembelajaran sesuai dengan
tujuan pembelajaran, apakah itu dalam bentuk tanya jawab, mengerjakan
soal-soal latihan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan semakin
12
terlibatnya siswa atau mahasiswa pada setiap kegiatan pembelajaran,
diharapkan semakin baik perolehan belajar anak didik (siswa atau
mahasiswa) tersebut.
d) Pengetesan
Untuk keperluan pengetesan ada empat macam tes acuan patokan yang
dapat digunakan, yaitu:
1) Tes tingkah laku masukan;
2) Prates;
3) Tes sisipan;
4) Pascates.
Untuk pengetesan keempat macam tes tersebut perlu dilakukan
karena dari keempat macam tes tersebut sesuai dengan fungsinya akan
memberikan umpan balik bagi pengajar untuk memperbaiki, merevisi,
baik material pembelajaran, strategi, maupun strategi pembelajaran.
e) Kegiatan Tindak Lanjut
Kegiatan tindak lanjut harus dilakukan karena rancangan
pembelajaran dalam mata kuliah atau mata pelajaran tertentu dapat
dikuasai seluruhnya oleh anak didik (siswa atau mahasiswa) diukur pada
penguasaan pascates. Mengapa harus ada alokasi waktu? Hal ini
dimaksudkan agar menjadi pedoman bagi pengajar dalam melaksanakan
pembelajaran (tatap muka) sehingga tidak menyimpang dari alokasi
waktu yang telah ditetapkan.
13
Menurut Dick and Carey, ada tiga fase pokok penilaian formatif, yaitu
sebagai berikut.
1) Fase perorangan atau fase klinis. Pada fase ini perancang bekerja
dengan siswa secara perseorangan untuk memperoleh data guna
menyempurnakan bahan pembelajaran. Data yang dimaksud disini
biasanya kesalahan-kesalahan.
2) Fase kelompok kecil, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari delapan
sampai sepuluh orang yang merupakan wakil cerminan populasi sasaran
mempelajari bahan secara mandiri, dan kemudian diuji untuk
memperoleh data yang diperlukan.
3) Fase uji lapangan. Boleh diikuti oleh siswa banyak. Tekanan dalam uji
coba lapangan ini adalah pada pengujian prosedur yang diperlukan
untuk memberlakukan pembelajaran itu dalam suatu keadaan yang
sangat nyata. Mengapa uji coba lapangan perlu dilaksanakan? Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah perubahan-perubahan yang
telah dibuat dari hasil penilaian perseorangan dan penilaian kelompok
kecil telah efektif jika digunakan dalam keperluan pembelajaran.
9. Merevisi Bahan Pembelajaran
Untuk menyempurnakan bahan pembelajaran sehingga lebih
menarik, efektif apabila digunakan dalam keperluan pembelajaran sehingga
memudahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Untuk dapat merevisi pembelajaran, dilakukan sesuai data yang diperoleh
dari evaluasi formatif, yaitu penilaian perseorangan, penilaian kelompok
kecil, dan hasil akhir uji coba lapangan.
Dick and Carey mengemukakan ada dua revisi yang perlu dipertimbangkan,
yaitu:
1) Revisi terhadap isi atau substansi bahan pembelajaran agar lebih cermat
digunakan sebagai alat belajar;
2) Revisi terhadap cara-cara yang dipakai dalam menggunakan bahan
pembelajaran.
Untuk keperluan bahan pembelajaran ada empat mcam keterangan
pokok yang menjadi sumber dalam melakukan revisi, yaitu;
1) Ciri anak didik dan tingkh laku masukan;
2) Tanggapan langsung terhadappembelajaran termasuk tes sisipan;
3) Hasil pembelajaran pascates;
4) Jawaban terhadap kuesioer.
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
15
Daftar Pustaka
Uno, Hamzah B. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
2008
16