Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

MENDESAIN PEMBELAJARAN BERDASARKAN KOMPETENSI

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas


Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu : Dr. Aguswan Khotibul Umam

Disusun Oleh Kelompok 11 :

DEVI NUR KHOLIFAH (1901031021)


FIDA HARDIYANTI (1901031029)
REYHANA NUR AZIZAH (1901031054)

KELAS B

SEMESTER 2
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
TAHUN AKADEMIK 2020

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena


dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga
kami berterima kasih kepada Bapak Aguswan yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Mendesain Pembelajaran Berdasarkan
Kompetensi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi pembaca.

Metro, 30 Maret 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.........................................................................1

B. Rumusan Masalah...................................................................................1

C. Tujuan Penulisan.....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................3

A. Kemampuan Guru Dalam Mendesain Pembelajaran.........................3

1. Pentingnya Desain Pembelajaran..............................................................5

2. Pengertian Desain Pembelajaran...............................................................6

B. Perencanaan Pembelajaran....................................................................6
C. Langkah-Langkah Mendesain Pembelajaran......................................9

BAB III PENUTUP.......................................................................................12


A. Kesimpulan...............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kompetensi adalah kecakapan yang memandai untuk melakukan sesuatu


tugas atau sebagai memiliki keterampilan dan kecakapan yang di isyaratkan.
Sedangkan kompetensi menurut Van Looy, Van Dierdonck, And Gemmel
menyatakan kompetensi adalah sebuah karakteristik manusia yang
berhubungan dengan efektivitas performa, karakteristik ini dapat di lihat seperti
gaya bertindak, berperilaku, dan berfikir.
Kompetensi yang harus dikusai peserta didik perlu diyatakan sedemikian
rupa agar dapat dinilai, sebagai wujud hasil belajar peserta didik mengacu pada
pengalaman langsung. Peserta didik perlu mengetahui tujuan belajar, dan
tingkat-tingkat penguasaan yang akan digunakan sebagai criteria pencapaian
secara eksplinsit, dikembangkan berdasarkan tujuan-tujuan yang telah di
tetapkan, dan memiliki konstribusi terhadap kompetensi-kompetensi yang
sedang dipelajarin. Penilaian terhadap pencapain kompetensi perlu dilakukan
secara objektif, berdasarkan kinerja peserta didik, dengan bukti penguasaan
mereka terhadap pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap sebagai hasil
belajar. Dengan demikian dalam pembelajaran yang di rancang berdasarkan
kompetensi, penilaian tidak dilakukan berdasarkan pertimbangan yang bersifat
subjektif.
Oleh karena itu, kompetensi merupakan faktor penentuan berhasil
tindaknya tujuan pembelajaran. Dengan kompetensi yang tinggi yang dimiliki
oleh peserta didik maka tentu hal ini dapat menentukan kualitas pembelajaran
yang berkualitas tinggi dalam segala hal, baik kognitif, efektif, maupun
psikologi.

B. Rumusan Masalah
Dalam penulisan makalah ini akan dirumuskan beberapa masalah antara
lain adalah sebagai berikut:
1. apa saja karakteristik kompetensi Spencer ?
2. apakah yang di maksut dengan perencanaan pembelajaran?
3. Apa saja langkah-langkah untuk mendesai pembelajaran Berbagai model
yang dapat dikembangkan?
4. bagaimana cara guru mendesai pembelajaran?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui apa saja karakteristik kompetensi Spencer.
2. Mengetahui apa yang di maksut dengan perencanaan pembelajaran.
3. Mengetahui Apa saja langkah-langkah untuk mendesai pembelajaran
Berbagai model yang dapat dikembangkan.
4. Mengetahui bagaimana cara guru mendesai pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kemampuan Guru Dalam Mendesain Pembelajaran


Spencer and Spencer mendefinisikan kemampuan sebagai
karakteristik yang menonjol dari seorang individu yang berhubungan dengan
kinerja efektif dan/atau superior dalam suatu pekerjaan atau situasi. R.M.
Guion dalam Spencer and Spencer mendefinisikan kemampuan atau
kompetensi sebagai karakteristik yang menonjol bagi seseorang dan
mengindikasikan cara-cara berperilaku atau berpikir dalam segala situasi, dan
berlangsung terus dalam periode waktu yang lama. Dari pendapat tersebut
dapat dipahami bahwa kemampuan adalah merujuk pada kinerja seseorang
dalam suatu pekerjaan yang bisa dilihat dari pikiran, sikap, dan perilakunya.
Lebih lanjut Spencer and Spencer membagi lima karakteristik kompetensi
sebagai berikut.
1. Motif
Motif adalah sesuatu yang orang pikirkan dan inginkan yang
menyebabkan sesuatu. Contohnya, orang yang termotivasi dengan prestasi
akan mengatasi segala hambatan untuk mencapai tujuan, dan bertanggung
jawab melaksanakannya.
2. Sifat
Sifat adalah karakteristik fisik tanggapan konsisten terhadap situasi atau
informasi. Contoh penglihatan yang baik adalah kompetensi sifat fisik bagi
seorang pilot. Begitu halnya dengan kontrol diri emosional dan inisiatif
adalah lebih kompleks dalam merespon situasi secara konsisten.
Kompetensi sifat ini pula sangat dibutuhkan dalam memecahkan masalah
dan melaksanakan panggilan tugas.
3. Konsep Diri
Konsep diri adalah sikap, nilai, dan image diri seseorang. Contoh,
kepercayaan diri. Kepercayaan atau keyakinan seseorang agar dia menjadi
efektif dalam semua situasi adalah bagian dari konsep diri.
4. Pengetahuan
Pengetahuan adalah informasi yang seseorang miliki dalam bidang
tertentu. Contoh, pengetahuan ahli bedah terhadap urat syaraf dalam tubuh
manusia.
5. Keterampilan
Keterampilan adalah kemampuan untuk melakukan tugas-tugas yang
berkaitan dengan fisik dan mental. Contoh kemampuan fisik adalah
keterampilan programer komputer untuk menyusun data secara beraturan.

3
Sedangkan kemampuan berpikir analitis dan konseptual adalah berkaitan
dengan kemampuan mental atau kognitif seseorang.
Mereka juga mengkategorikan kompetensi ke dalam dua bagian, yaitu
threshold competences dan differentiating competence. Threshold competences
adalah karakteristik esensial ( biasanya pengetahuan atau keterampilan dasar,
seperti kemampuan membaca) yang seseorang butuhkan untuk menjadi efektif
dalam suatu pekerjaan, tetapi bukan untuk membedakan pelaku superior dari
yang rata-rata. Contoh pengetahuan pedagang tentang produk atau kemampuan
mengisi faktur. Differentiating competences membedakan pelaku yang superior
dari yang biasanya. Contoh orientasi prestasi yang diekspresikan dalam tujuan
seseorang adalah lebih tinggi dari yang dikehendaki oleh organisasi.
Perbedaan pokok antara profesi guru dan profesi lainnya adalah terletak
pada tugas dan tanggung jawabnya. Tugas dan tanggung jawab tersebut erat
kaitannya dengan kemampuan yang disyaratkan untuk memangku profesi
tersebut. Kemampuan dasar tersebut tidak lain adalah kompetensi guru.
Kompetensi guru merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku
guru atau tenaga kependidikan yang tampak sangat berarti. Perilaku disini
merujuk bukan hanya pada perilaku nyata, tetapi juga meliputi hal-hal yang
tidak tampak. Charles E. Jhonsons et. al mengemukakan bahwa kemampuan
merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan
sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Dikatakan rasional karena mempunyai
arah atau tujuan tertentu. Barlow mengemukakan bahwa kemampuan guru
adalah kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajibannya secara
bertanggung jawab dan layak. Dengan demikian, kemampuan guru merupakan
kapasitas internal yang dimiliki guru dalam melaksanakan tugas profesinya.
Cooper, dalam Sudjana, mengemukakan empat kompetensi guru, yakni :
a. Mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia;
b. Mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya;
c. Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat dan
bidang studi yang dibinanya;
d. Mempunyai keterampilan teknik mengajar.
Menurut Grasser ada empat hal yang harus dikuasai guru, yakni:
a. Menguasai bahan pelajaran;
b. Kemampuan mendiagnosis tingkah laku siswa;
c. Kemampuan melaksanakan proses pengajaran;
d. Kemampuan mengukur hasil belajar siswa.
Sementara Nana Sudjana telah membagi kompetensi guru dalam tiga bagian,
yaitu sebagai berikut.
a. Kompetensi bidang kognitif, artinya kemampuan intelektual;
b. Kompetensi bidang sikap, artinya kesiapan dan kesediaan guru terhadap
berbagai hal berkenaaan dengan tugas dan profesinya;
c. Kompetensi perilaku/performance, artinya kemampuan guru dalam berbagai
keterampilan/berperilaku.

4
Ketiga bidang kompetensi di atas tidak berdiri sendiri, tetapi saling
berhubungan dan saling memengaruhi satu sama lain. George J. Mouly
mengatakan bahwa ketiga bidang tersebut mempunyai hubungan hierarkis.
Artinya saling mendasari satu sama lain.
Menurut Crow dan Crow kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran
meliputi:
1. Penguasaan subject-matter yang akan diajarkan;
2. Keadaan fisik dan kesehatannya;
3. Sifat-sifat pribadi dan kontrol emosinya;
4. Memahami sifat – hakikat dan perkembangan manusia;
5. Pengetahuan dan kemampuannya untuk menerapkan prinsip-prinsip belajar;
6. Kepekaan dan aspirasinya terhadap perbedaan kebudayaan, agama, dan
etnis;
7. Minatnya terhadap perbaikan profesional dan pengayaan kultural yang terus-
menerus dilakukan.

1. Pentingnya Desain Pembelajaran


Mahasiswa sebagai calon tenaga pengajar (guru), aktivitas
kegiatannya tidak dapat dilepaskan dengan proses pengajaran. Sementara
proses pengajaran merupakan suatu proses yang sistematis, yang tiap
komponennya sangat menentukan keberhasilan belajar anak didik. Sebagai
suatu sistem, proses belajar itu saling berkaitan dan bekerja sama untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapainya.
Menurut Mudhafir, sistem dapat diartikan sebagai suatu kesatuan
unsur-unsur yang saling berintegrasi dan berinteraksi secara fungsional yang
memproses masukan menjadi keluaran. Sedangkan ciri-cirinya antara lain:
a) Ada tujuan yang ingin dicapai;
b) Ada fungsi-fungsi untuk mencapai tujuan;
c) Ada komponen yang melaksanakan fungsi-fungsi tersebut;
d) Ada interaksi antarkomponen;
e) Ada penggabungan yang menimbulkan jalinan keterpaduan;
f) Ada proses transformasi;
g) Ada proses balikan untuk perbaikan;
h) Ada daerah batasan dan lingkungan.
Atwi Suparman memberikan makna terhadap sistem yang berarti
benda, peristiwa, kejadian atau cara yng terorganisasi yang terdiri dari
bagian-bagian yang lebih kecil dan seluuh bagian secara bersama-sama
befungsi untuk mencapai tujuan tertentu.
Agar proses pengajaran mata pelajaran tertentu ini dapat terlaksana dengan
baik, maka salah satu yang perlu dibenahi adalah perbaikan kualitas tenaga
pengajarnya.

5
2. Pengertian Desain Pembelajaran
Ada beberapa definisi tentang perencanaan yang rumusannya berbeda
satu dengan yang lain. Cunningham misalnya mengemukakan bahwa
perencanaan itu ialah menyeleksi dan menghubungkan pengetahuan, fakta,
imajinasi, dan asumsi untuk masa yang akan datang dengan tujuan
memvisualisasi dan memformulasi hasil yang diinginkan, urutan kegiatan
yang diperlukan, dan perilaku dalam batas-batas yang dapat diterima yang
akan digunakan dalam penyelesaian.
Definisi yang kedua mengemukakan bahwa perencanaan adalah
hubungan antara apa yang ada sekarang ( wht is) dengan bagaimana
seharusnya (what should be) yang bertalian dengan kebutuhan, penentuan
tujuan, prioritas, program, dan alokasi sumber. Bagaimana seharusnya adalah
mengacu pada masa yang akan datang.
Definisi lain tentang perencanaan dirumuskan sangat pendek, yaitu
perencanaan adalah suatu cara untuk mengantisipasi dan menyeimbangkan
perubahan.
Berdasarkan rumusan diatas, maka dapat dibuat suatu rumusan baru
tentang apa itu perencanaan, yakni suatu cara yang memuaskan untuk
membuat suatu kegiatan dapat berjalan dengan baik, disertai dengan berbagai
langkah yang antisipatif guna memperkecil kesenjangan yang terjadi sehingga
kegiatan tersebut mencapai tujuan yng telah ditetapkan.

B. Perencanaan Pembelajaran

Pembelajaran atau pengajaran menurut Degeng adalah upaya untuk


membelajarkan siswa. Konsep pembelajaran yang dipakai dalam buku ini
memiliki maksud yang sama dengan konsep pembelajaran yang telah disusun
sebelumnya (Uno, Hamzah: 19998). Dalam hal ini istilah pembelajaran
memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk
membelajarkan siswa. Oleh karena itu, pembelajaran menaruh perhatian pada
“bagaimana membelajarkan siswa”, dan bukan pada “apa yang dipelajari
siswa”.
Pembelajaran yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk
merancangnya agar rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat
memenuhi harapan dan tujuan pembelajaran.

Dasar Perlunya Perencanaan Pembelajaran


Untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan
sistem. Perencanaan desain pembelajaran dicukn pada bagaimana seseorang
belajar. Sasaran akhir dari perencanaan desain pembelajaran adalah mudahnya
siswa untuk belajar.
Inti dari desain pembelajaran yang dibuat adalah penetapan metode
pembelajaran yang optimal untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
1. Perbaikan Kualitas Pembelajaran

6
Perbaikan kualitas pembelajaran haruslah diawali dengn perbaikan
desain pembelajaran. Hal ini dimungkinkan karena dalam desain
pembelajaran, tahapan yang akan dilakukn oleh guru atau dosen dalam
mengajar telah terancang dengan baik, mulai dari mengadakan analisis dari
tujuan pembelajaran sampai dengan pelaksanaan evaluasi sumatif yang
tujuannya untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
2. Pembelajaran dirancang dengan Pendekatan Sistem
Untuk mencapai kualitas pembelajaran, maka desain pembelajaran
yang dilakukan haruslah didasarkan pada pendekatan sistem. Hal ini
disadari bahwa dengan pendekatan sistem akan memberikan peluang yang
lebih besar dalam mengintegrasikan semua variabel yang memengaruhi
belajar, termasuk keterkaitan antarvariabel pengajaran, yakni variable
kondisi pembelajaran, variabel metode, dan variabel hasil pembelajaran.

3. Desain Pembelajaran Mengacu pada Bagaimana Seseorang Belajar


Kualitas pembelajaran juga banyak tergantung pada bagaimana
pembelajaran itu dirancang. Rancangan pembelajaran biasanya dibuat
berdasarkan pendekatan perancangnya. Apakah bersifat intuitif atau bersifat
ilmiah. Jika bersifat intuitif, maka rancangan pembelajaran tersebut banyak
diwarnai oleh kehendak perancangnya. Akan tetapi, jika dibuat berdasarkan
pendekatan ilmiah, maka rancangan pembelajaran diwarnai oleh berbagai
teori yang dikemukakan oleh para ilmuan pembelajaran. Disamping itu,
pendekatan lain adalah pembuatan rancangan pembelajaran bersifat intuitif
ilmiah yang merupakan paduan antara keduanya. Berdasarkan tiga
pendekatan, maka pendekatan intuitif ilmiah akan dapat menghasilkan
pembelajaran yang lebih sahih dari dua pendekatan lainnya, apabila
digunakan secara terpisah.
Berbagai teori yang telah dikembangkan mengenai belajar,misalnya
teori behavioristik yang menekankan pada perilaku yang tampak sebagai
hasil belajar.

4. Desain Pembelajaran Diacukan pada Siswa Perorangan


Seseorang dalam belajar memiliki potensi yang perlu dikembangkan.
Tindakan atau perilaku belajar dapat ditata atau di pengaruhi, tetapi tindakan
atau perilaku belajar itu akan tetap berjalan sesuai dengan karakteristik
siswa. Hal yang merupakan karakteristik siswa adalah perkembangan
intelektual siswa, tingkat motivasi, kemapuan berpikir, gaya kognitif, gaya
belajar, kemampuan awal dan lain-lain. Berdasarkan karakteristik ini, maka
rancangan pembelajaran mau tidak mau harus diacukan pada pertimbangan
ini.
5. Desain Pembelajaran Harus Diacukan pada Tujuan
Hasil pembelajaran mencakup hasil langsung dan hasil tak
langsung(pengiring). Perancangan pembelajaran perlu memilah hasil

7
pembelajaran yang langsung dapat diukur setelah selesai pelaksanaan
pembelajaran, dan hasil pembelajaran yang dapat terukur setelah melalui
keseluruhan proses pembelajara, atau hasil pengiring.
6. Desain Pembelajaran di Arahkan pada Kemudahan Belajar
Pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa dan perancangan
pembelajaran merupakan penataan upaya tersebut agar mucul perilaku
belajar. Dalam kondisi yang ditata dengan baik, strategi yang direncanakan
akan memberikan peluang dicapainya hasil pembelajaran. Dengan desain
pembelajaran, setiap kegiatan yang dilakukan guru telah terencan, dan guru
dapat dengan mudah melakukan kegiatan pembelajaran. Jika hal ini
dilakukan dengan baik, maka sudah tentu sasaran akhir dari pembelajaran,
yaitu tercapainya kemudahan belajar siswa dapat dicapai.
7. Desain Pembelajaran Melibatkan Variabel Pembelajaran
Desain pembelajaran diupayakan mencakup semua variabel
pengajaran yang dirasa turut memengaruhi belajar. Ada tiga variabel
pembelajaran yang perlu dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran.
Ketiga variabel tersebut adalah kondisi, metode, dan hasil pembelajaran.
Kondisi pembelajaran mencakup semua variabel yang tidak dapat
dimanipulasi oleh perencana pembelajaran, dan harus diterima apa adanya.
Yang termasuk dalam variabel ini adalah tujuan pembelajaran, karakteristik
bidang studi, dan karakteristik siswa. Sedangkan variabel metode
pembelajaran mencakup semua cara yang dapat dipakai untuk mencapai
tujuan pembelajaran dalam kondisi tertentu. Yang termasuk dalam variabel
ini adalah strategi pengorganisasian pembelajaran, strategi penyampaian
pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran. Sedangkan variabel
hasil pembelajaran mencakup semua akibat yang muncul dari penggunaan
metode tertentu pada kondisi tertentu, seperti keefektifan pembelajaran,
efisiensi pembelajaran, dan daya tarik pembelajaran.
8. Desain Pembelajaran Penetapan Metode untuk Mencapai Tujuan
Inti dari desain pembelajaran adalah menetapkan metode
pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang
diinginkan. Fokus utama dalam perancangan pembelajaran adalah pada
pemilihan, penetapan, dan pengembangan variabel metode pembelajaran.
Pemilihan metode pembelajaran harus didasarkan pada analisis kondisi dan
hasil pembelajaran.
Ada tiga prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam upaya menetapkan metode
pembelajaran. Ketiga prinsip tersebut adalah
1) Tidak ada satu metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan
dalam semua kondisi;
2) Metode (strategi) pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang
berbeda dan konsisten pada hasil pembelajaran;
3) Kondisi pembelajaran yang berebda bisa memiliki pengaruh yang
konsisten pada hasil pembelajaran.

8
C. Langkah-Langkah Mendesain Pembelajaran
Berbagai model dapat dikembangkan dalam mengorganisasi pengajaran.
Salah satu di antaranya adalah model Dick and Carey (1985) dengan langkah-
langkah sebagaia berikut:
1) Mengidentifikasi tujuan umum pengajaran;
2) Melaksanakan analisis pengajaran;
3) Mengidentifikasi tingakah laku masukan dan karakteristik siswa;
4) Merumuskan tujuan performasi;
5) Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan;
6) Mengembangkan strategi pengajaran;
7) Mengembangkan dan memilih material pengajaran;
8) Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif;
9) Merevisi bahan pembelajaran;
10) Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.

Secara umum penggunaan desain pengajaran menurut Dick and Carey sebagai
berikut.
1. Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah dimana setiap langkah sangat
jelas maksud dan tujuannya, sehingga bagi perancang pemula sangat cocok
sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang lain.
2. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukkan hubungan
yang sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan
langkah yang lainnya. Dengan kata lain, sistem yang terdapat pada Dick and
Carey sangat ringkas, namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke
urutan berikutnya.
3. Langkah awal pada model Dick and Carey adalah mengidentifikasi tujuan
pengajaran. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi
maupun sekolah menengah dan sekolah dasar, khusunya dalam mata
pelajaran tertentu dimana tujuan pengajaran pada kurikulum dapat
melahirkan suatu rancangan pembelajaran.
Berikut ini akan dijelaskan langkah demi langkah yang telah ditetapkan oleh
Dick and Carey.
1. Mengidentifikasi Tujuan Umum Pembelajaran
Mengapa tujuan umum pembelajaran harus diidentifikasi ?
sebagaimana kita ketahui bahwa sasaran akhir dari suatu program
pembelajaran adalah tercapainya tujuan umum pembelajaran tersebut. Oleh
karena itu, setiap perancang harus mempertimbangkan secara mendalam
tentang rumusan tujuan umum pengajaran yang akan ditentukannya.
Mempertimbangkan secara mendalam artinya, untuk merumuskan tujuan
umum pembelajaran harus mempertimbangkan karakteristik bidang studi,
karakteristik siswa, dan kondisi lapangan.

9
Dick and Carey (1985) menjelaskan bahwa, tujuan pengajaran adalah
untuk menentukan apa yang dapat dilakukan oleh anak didik setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Rumusan tujuan umum pembelajaran menurut Dick and Carey (1985)
harus jelas dan dapat diukur, berbentuk tingkah laku. Pandangan lain seperti
Hamzah Uno dan Miarso mengumukakan rumusan pembelajaran yang baik
adalah menggunakan istilah yang operasional, berbentuk hasil belajar,
berbentuk tingkah laku, jelas hanya mengukur satu tingkah laku. Pendapat
lain dikemukakan Mudhafir rumusan tujuan pembelajaran yang baik
meliputi formulasi dalam bentuk yang operasional, bentuk produk belaja,
dalam tingkah laku siswa, jelas tingkah laku yang ingin dicapai,hanya
mengandung satu tujuan belajar, tingkat keluasan yang sesuai, rumusan
kondisi pembelajaran jelas dan cantumkan standar tingkah laku yang dapat
diterima. Sedangkan Degeng dan Hamzah Uno mengemukakan ada tiga
komponen utama dari suatu rumusan tujuan pembelajaran yaitu perilaku,
kondisi, dan derajat kriteria keberhasilan.
2. Melakukan Analisis Pembelajaran
Mengapa dilakukan analisis pembelajaran? Dengan cara analisis
pembelajaran ini akan diidentifikasi keterampilan-keterampilan bawahan
(subordinate skills). Dick and Carey mengatakan bahwa tujuan pengajaran
yang telah diidentifikasi perlu dianalisis untuk mengenali keterampilan-
keterampilan bawahan yang mengharuskan anak didik belajar menguasainya
langkah-langkah prosedural bawahan yang ada harus diikuti anak didik
untuk dapat belajar tertentu.
Menurut Gagne, Briggs, dan Wager tujuan analisis pengajaran adalah
untuk menentukan keterampilan-keterampilan yang akan dijangkau oleh
tujuan pembelajaran, serta memungkinkan untuk membuat keputusan yang
diperlukan dalam urutan mengajar.
Untuk menemukan keterampilan-keterampilan bawahan yang
bersumber dari tujuan pembelajaran, digunakan pendekatan hierarki.
Mengapa menggunakan pendekatan hierarki, karena anak didik dituntut
harus mampu memecahkan masalah atau melakukan kegiatan informasi
yang tidak dijumpai sebelumnya.
Mengapa perlu menganilisis subordinate skills? Karena apabila
keterampilan bawahan yang seharusnya dikuasai tidak diajarkan maka
banyak anak didik tidak akan memiliki latar belakang yng diperlukan untuk
mencapai tujuan, dengan demikian pembelajaran menjadi tidak efektif. Cara
yang digunakan untuk mengidentifikasi subordinate skills tersebut adalah
dengan cara memilih keterampilan bawahan yang berhubungan langsung
dengan ranah tujuan pembelajaran.
3. Mengidentifikasi Tingkah Laku Masukan dan Karakteristik Mahasiswa
Mengapa perlu mengidentifikasi tingkah laku masukan dan
karakteristik siswa dalam mengembangkan program pembelajaran? Karena
untuk mengetahui kualitas perseorangan untuk dapat dijadikan sebagai
petunjuk dalam mempreskripsikan strategi pengelolaan pembelajaran.

10
Aspek-aspek yang diungkap dalam kegiatan ini bisa berupa bakat, motivasi
belajar, gaya belajar, kemampuan berpikir, minat, atau kemampuan awal.
4. Merumuskan Tujuan Performansi
Dick and Carey menyatakan bahwa tujuan performansi terdiri dari:
1) Tujuan harus menguraikan apa yang akan dapat dikerjakan, atau
diperbuat oleh anak didik;
2) Menyebutkan tujuan,memberikan kondisi atau keadaan yang menjadi
syarat, yang hadir pada waktu anak didik berbuat;
3) Menyebutkan kriteria yang digunakan untuk menilai untuk perbuatan anak
didik yang dimaksudkan pada tujuan.
Gagne, Briggs, dan Mager menjelaskan bahwa fungsi performansi
objektif antara lain:
a) Menyediakan suatu sarana dalam kaitannya dengan pembelajaran
untuk mencapai tujuan;
b) Menyediakan suatu sarana berdasarkan suatu kondisi belajar yang
sesuai;
c) Memberikan arah dalam mengembangkan pengukuran atau penilaian
dan membantu anak didik dalam usaha belajarnya.
5. Mengembangkan Butir-Butir Tes Acuan Patokan
Tes acuan patokan terdiri atas (soal-soal) yang secara langsung
mengukur istilah patokan yang dideskripsikan dalam suatu perangkap tujuan
khusus. Itilah patokan (criterion) dipergunakan karena soal-soal tes
merupakan rambu-rambu untuk menentukan kelayakan penampilan siswa
dalam tujuan, maksudnya keberhasilan siswa dalam tes ini menentukan
apakah siswa telah mencapai tujuan khusu yang telah ditentukan atau
belum. Oleh karena itu, tes acuan patokan (criterion-referenced test ) disebut
juga tes acuan tujuan (objective-referenced test).

Mengapa Perancang Harus Mengembangkan Tes Acuan Patokan?


Bagi seorang perancang pembelajaran harus mengembangkan butir tes
acuan patokan, karena hasil tes pengukuran tersebut berguna untuk:
1) Mendiagnosis dan menempatkannya dalam kurikulum;
2) Menceklis hasil belajar dan menemukan kesalahan pengertian sehingga
dapat diberikan pembelajaran remedial sebelum pembelajaran
dilanjutkan;
3) Menjadi dokumen kemajuan belajar.

Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan, Dick and Carey


merekomendasikan empat macam tes acuan patokan, yaitu:
1) Test entry behaviors, merupakan tes acuan patokan untuk mengukur
keterampilan sebagaimana adanya pada permulaan pembelajaran.
2) Pretes, merupakan tes acuan patokan yang berguna bagi keperluan
tujuan-tujuan yang telah dirancang sehingga diketahui seberapa jauh
pengetahuan anak didik terhadap semua keterampilan yang berada diatas
batas yaitu keterampilan prasyarat.

11
Tes sisipan merupakan tes acuan patokan yang melayani dua fungsi penting,
yaitu:
1) Mengetes setelah satu atau dua tujuan pembelajaran diajarkan, sebelum
pascates;
2) Untuk mengetes kemajuan anak didik sehingga dapat dilakukan
perbaikan (remedial) yang dibutuhkan sebelum pascates yang lebih
formal, pascates atau postes merupakan tes acuan patokan yang
mencakup seluruh tujuan pembelajaran yang mencerminkan tingkat
perolehan belajar, sehingga dapat diidentifikasi bagian-bagian mana
diantara tujuan pembelajaran yang belum tercapai.
6. Mengembangkan Strategi Pembelajaran
Dalam strategi pembelajaran, menjelaskan komponen umum suatu
perangkat material pembelajaran dan mengembangkan material secara
prosedural haruslah berdasarkan karakteristik siswa. Untuk itu sebelum
mengembangkan materi perlu dilihat kembali karakteristik siswa. Dalam
tulisan lain dianjurkan melihat pula karakteristik materi. Dick and Carey,
mengemukakan bahwa dalam merencanakan dalam satu unit pembelajaran
ada tiga tahap, yaitu:
1) Mengurutkan dan merumpunkan tujuan ke dalm pembelajaran;
2) Merencanakan prapembelajaran, pengetesan, dan kegiatan tindak lanjut;
3) Menyusun alokasi waktu berdasarkan strategi pembelajaran.
Dengan mengurutkan tujuan ke dalam pembelajaran dapat membuat
pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Komponen strategi pembelajaran
terdiri dari:
a) Kegiatan Prapembelajaran
Mengapa harus ada kegiatan prapembelajaran? Kegiatan
prapembelajaran dianggap penting karena dapat memotivai anak didik
atau mahasiswa untuk mempelajari mata kuliah perencanaan
pembelajaran misalnya. Disamping dapat memotivasi, juga mereka akan
mendapat petunjuk-petunjuk yang sesuai untuk mencapai tujuan
pembelajaran sehingga pada akhir perkuliahan siswa(mahasiswa) mampu
menguasainya.
b) Penyajian Informasi
Mengapa harus ada penyajian informasi? Penyajian informasi
harus dilakukan karena dengan adanya penyajian informasi tersebut, anak
didik (mahasiswa) akan tahu seberapa jauh material pembelajaran yang
harus mereka pelajari, disajikan sesuai dengan urutannya, keterlibatan
mereka dalam setiap urutan pembelajaran.
c) Peran Serta Mahasiswa
Anak didik (siswa atau mahasiswa) harus diberi kesempatan
berlatih (terlibat) dalam setiap langkah pembelajaran sesuai dengan
tujuan pembelajaran, apakah itu dalam bentuk tanya jawab, mengerjakan
soal-soal latihan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan semakin

12
terlibatnya siswa atau mahasiswa pada setiap kegiatan pembelajaran,
diharapkan semakin baik perolehan belajar anak didik (siswa atau
mahasiswa) tersebut.
d) Pengetesan
Untuk keperluan pengetesan ada empat macam tes acuan patokan yang
dapat digunakan, yaitu:
1) Tes tingkah laku masukan;
2) Prates;
3) Tes sisipan;
4) Pascates.
Untuk pengetesan keempat macam tes tersebut perlu dilakukan
karena dari keempat macam tes tersebut sesuai dengan fungsinya akan
memberikan umpan balik bagi pengajar untuk memperbaiki, merevisi,
baik material pembelajaran, strategi, maupun strategi pembelajaran.
e) Kegiatan Tindak Lanjut
Kegiatan tindak lanjut harus dilakukan karena rancangan
pembelajaran dalam mata kuliah atau mata pelajaran tertentu dapat
dikuasai seluruhnya oleh anak didik (siswa atau mahasiswa) diukur pada
penguasaan pascates. Mengapa harus ada alokasi waktu? Hal ini
dimaksudkan agar menjadi pedoman bagi pengajar dalam melaksanakan
pembelajaran (tatap muka) sehingga tidak menyimpang dari alokasi
waktu yang telah ditetapkan.

7. Mengembangkan dan Memilih Material Pembelajaran


Dick and Carey menyarankan ada tiga pola yang dapat diikuti oleh
pengajar untuk merancang atau menyampaikan pembelajaran, yaitu:
a) Pengajar merancang bahan pembelajaran individual, semua tahap
pembelajaran dimasukan ke dalam bahan, kecuali prates dan pascates;
b) Pengajar memilih dan mengubah bahan yang ada agar sesuai dengan
strategi pembelajaran. Peran pengajar akan bertambah dalam
menyampaikan pembelajaran.
c) Pengajar tidak memakai bahan, tetapi menyampaikan semua
pembelajaran menurut strategi pembelajarannya yang telah disusunnya.
Kebaikan dari strategi ini adalah pengajar dapat dengan segera
memperbaiki dan memperbarui pembelajaran apabila terjadi perubahan isi.
Sedangkan kerugiannya adalah sebagian besar waktu tersisa untuk
menyampaikan informasi sehingga sedikit sekali waktu untuk membantu
anak didik (mahasiswa).
8. Mendesain dan Melaksanakan Evaluasi Formatif
Mengapa evaluasi formatif perlu dilakukan? Karena evaluasi ini
adalah salah satu langkah dalam mengembangkan desain pembelajaran yang
berfungsi untuk mengumpulkan data untuk perbaikan pembelajaran.

13
Menurut Dick and Carey, ada tiga fase pokok penilaian formatif, yaitu
sebagai berikut.
1) Fase perorangan atau fase klinis. Pada fase ini perancang bekerja
dengan siswa secara perseorangan untuk memperoleh data guna
menyempurnakan bahan pembelajaran. Data yang dimaksud disini
biasanya kesalahan-kesalahan.
2) Fase kelompok kecil, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari delapan
sampai sepuluh orang yang merupakan wakil cerminan populasi sasaran
mempelajari bahan secara mandiri, dan kemudian diuji untuk
memperoleh data yang diperlukan.
3) Fase uji lapangan. Boleh diikuti oleh siswa banyak. Tekanan dalam uji
coba lapangan ini adalah pada pengujian prosedur yang diperlukan
untuk memberlakukan pembelajaran itu dalam suatu keadaan yang
sangat nyata. Mengapa uji coba lapangan perlu dilaksanakan? Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah perubahan-perubahan yang
telah dibuat dari hasil penilaian perseorangan dan penilaian kelompok
kecil telah efektif jika digunakan dalam keperluan pembelajaran.
9. Merevisi Bahan Pembelajaran
Untuk menyempurnakan bahan pembelajaran sehingga lebih
menarik, efektif apabila digunakan dalam keperluan pembelajaran sehingga
memudahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Untuk dapat merevisi pembelajaran, dilakukan sesuai data yang diperoleh
dari evaluasi formatif, yaitu penilaian perseorangan, penilaian kelompok
kecil, dan hasil akhir uji coba lapangan.
Dick and Carey mengemukakan ada dua revisi yang perlu dipertimbangkan,
yaitu:
1) Revisi terhadap isi atau substansi bahan pembelajaran agar lebih cermat
digunakan sebagai alat belajar;
2) Revisi terhadap cara-cara yang dipakai dalam menggunakan bahan
pembelajaran.
Untuk keperluan bahan pembelajaran ada empat mcam keterangan
pokok yang menjadi sumber dalam melakukan revisi, yaitu;
1) Ciri anak didik dan tingkh laku masukan;
2) Tanggapan langsung terhadappembelajaran termasuk tes sisipan;
3) Hasil pembelajaran pascates;
4) Jawaban terhadap kuesioer.

10. Mendesain dan Melaksanakan Evaluasi Sumatif


Mengapa perlu dilaksanakan evaluasi sumatif? Karena melalui
evaluasi sumatif dapat ditetapkan atau diberi nilai apakah suatu desain
pembelajaran, dimana dasar keputusan penilaian didasarkan pada
keefektifan dan efisiensi dalam kegiatan belajar mengajar. Oleh karena itu,
evaluasi sumatif diarahkan pada keberhasilan pencapaian tujuan yang telah
ditetapkan, yang diperlihatkan oleh unjuk kerja siswa

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Desain pembelajaran adalah praktek penyusunan media tekhnologi


komunikasi dari isi untuk membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan
secara efektif antara guru dan peserta didik yang meliputi penentuan status
awal dari pemahaman peserta didik yang meliputi penentuan status awal dari
pemahaman peserta didik, perumusan tujuan pembelajaran dan merancangnya.
Kompetensi adalah kemampuan siswa atau mahasiswa untuk
mengerjakan sesuatu dengan baik sebagai hasildari proses pembelajaran atau
pendidikan yang diikutinya. Sehingga kompetensi merupakan kemampuan
yang harus dimiliki oleh individu dalam melaksanakan tugas-tugas sesuai
dengan uraian tugas yang dilakukanya. Sementara karakteristik kompetensi
meliputi motives, traits, self concent, knowledge,skills. Cara mendesai
kompetensi alternative pertama mendesain kompetensi atau tujuan
pembelajaran atau hasil belajar mata kuliah atau mata pelajaran yang anda
mampu berdasarkan KBK (kurikulum berbasis kompetensi), lazimimya ada
tiga komponen yang harus di rumuskan khususnya dalam KBK, yaitu: standar
kompetensi, kompetensi dasar, indicator.
Tujuan pembelajaran adalah suatu pertanyaan yang spesifik yang
diyatakan dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk
tulisan untuk menggambarkan hasil belajar yang di harapkan.

15
Daftar Pustaka

Uno, Hamzah B. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
2008

16

Anda mungkin juga menyukai