KELAS B SEMESTER 2
Assalamu’alaikum wr.wb.
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga
makalah Psikologi Pendidikan tentang “Proses Belajar dan Pembelajaran” ini bisa selesai
pada waktunya.
Terima kasih kepada Bapak Dr.Aguswan Khotibul Umam selaku dosen pengampu mata
kuliah Psikologi Pendidikan. Terima kasih juga kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik. Kami
berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas
dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik.
Wassalamu’alaikum wr.wb.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
..............................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan Masalah....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar.................................................................................9
B. Teori Pokok Belajar..............................................................................15
..............................................................................................................
C. Proses Tahapan Belajar........................................................................19
D. Aplikasi Teori Belajar Dalam Kurikulum dan Pembelajaran................24
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian belajar ?
2. Apa saja teori pokok belajar ?
3. Bagaimana proses dan tahapan dalam belajar ?
4. Bagaimana aplikasi teori belajar dalam kurikulum dan pembelajaran ?
C. Tujuan Masalah
1. Memahami makna belajar
2. Memahami teori pokok belajar
3. Memahami proses dan tahapan belajar
4. Memahami aplikasi teori belajar dalam kurikulum dan pembelajaran
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Belajar
Belajar dalam arti luas merupakan suatu proses yang memungkinkan
timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku baru yang bukan disebabkan oleh
kematangan dan sesuatu hal yang bersifat sementara sebagai hasil dari terbentuknya
respon utama. Belajar merupakan aktivitas, baik fisik maupun psikis yang
menghasilkan perubahan tingkah laku yang baru pada diri individu yang belajar
dalam bentuk kemampuan yang relatif konstan dan bukan disebabkan oleh
kematangan atau sesuatu yang bersifat sementara.
Perubahan kemampuan yang disebabkan oleh kematangan, pertumbuhan, dan
perkembangan seperti anak yang mampu berdiri dari duduknya atau perubahan fisik
yang disebabkan oleh kecelakaan tidak dapat dikategorikan sebagai hasil dari
perbuatan belajar meskipun perubahan itu berlangsung lama dan konstan. Menurut
Slameto bahwa belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
dari pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.1
Perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil dari perbuatan belajar terjadi
secara sadar, bersifat kontinu dan fungsional, bersifat positif dan aktif, bersifat
konstan, bertujuan atau terarah, serta mencakup seluruh aspek tingkah laku. Ciri-ciri
perubahan tingkah laku sebagai hasil dari perbuatan belajar tersebut tampak dengan
jelas dalam berbagai pengertian belajar menurut pandangan para ahli pendidikan dan
psikologi yaitu :
1
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, cet 3; Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995, h. 2.
yang secara relatif tetap, misalnya makanan yang menimbulkan keluarnya air liur.
Pada umumnya, perangsang-perangsang yang demikian itu mendahului respons
yang ditimbulkannya. Kedua, operant response, yaitu respons yang timbul dan
berkembangnya diikuti oleh perangsang-perangsang tertentu yang disebut
reinforcing stimuli atau reinforce, karena perangsang-perangsang tersebut
memperkuat respons yang telah dilakukan oleh organisme. Jadi, seorang akan
menjadi lebih giat belajar apabila mendapat hadiah sehingga responsnya menjadi
lebih intensif atau kuat.2
Belajar menurut pandangan Skinner adalah kesempatan terjadinya peristiwa
yang menimbulkan respons belajar, baik konsekuensinya sebagai hadiah maupun
teguran atau hukuman. Dengan demikian, pemilihan stimulus yang deskriminatif
dan penggunaan penguatan dapat merangsang individu lebih giat belajar, sehingga
belajar merupakan hubungan antara stimulus dengan respons.
Gagne membagi segala sesuatu yang dipelajari individu yang disebut the
domains of learning itu menjadi lima kategori. Pertama, keterampilan motoris
(motor skill), yaitu koordinasi dari berbagai gerakan badan. Kesua, informasi
verbal, yaitu menjelaskan sesuatu dengan berbicara, menulis, dan menggambar.
Ketiga, kemampuan intelektual, yaitu menggunakan simbol-simbol dalam
mengadakan interaksi dengan dunia luar. Keempat, strategi kognitif, yaitu belajar
2
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, cet 17; Jakarta: Rajawali Pers, 2010), h. 271
mengingat dan berpikir memerlukan organisasi keterampilan yang internal
(internal organized skill). Kelima, sikap, yaitu sikap belajar yang penting dalam
proses belajar.
Piaget adalah seorang psikolog yang fokus mempelajari berpikir pada anak-
anak sebab ia yakin dengan cara berpikir anak-anak akan dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan epistemologi. Piaget berpendapat bahwa ada dua proses
yang terjadi dalam pekembangan kognitif anak, yaitu proses assimilations dan
proses accommodations.
Piaget menjelaskan tiga cara bagi anak untuk sampai pada cara mengetahui
sesuatu, yaitu melalui interaksi sosial, melalui pengetahuan fisik, dan melalui
logico-mathematical.
Jelaslah bahwa Piaget memandang belajar sebagai suatu proses asimilasi dan
akomodasi dari hasil assosiasi dengan lingkungan dan pengamatan yang tidak
sesuai antara informasi baru yang diperoleh dengan informasi yang telah diketahui
sebelumnya.
(1) manusia memiliki kekuatan wajar untuk belajar sehingga siswa tidak harus
belajar tentang hal-hal yang tidak berarti
(4) belajar yang bermakna bagi masyarakat modern berarti belajar tentang proses-
proses belajar, keterbukaan belajar mengalami sesuatu, bekerjasama dengan
melakukan pengubahan diri secara terus menerus
(5) belajar yang optimal akan terjadi bila siswa berpartisipasi secara bertanggung
jawab dalam proses pembelajaran
(6) belajar mengalami (experiental learning) dapat terjadi bila siswa mengevaluasi
dirinya sendiri
(7) belajar mengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-
sungguh.
Belajar dalam pandangan Rogers di atas pada dasarnya bertumpu pada prinsip
kebebasan dan perbedaan individu dalam pendidikan. Dengan demikian, peserta
didik akan lebih mengenal dirinya, menerima diri sebagaimana adanya, dan
akhirnya merasa bebas memilih dan berbuat menurut individualitasnya dengan
penuh tanggung jawab.
5. Belajar menurut Pandangan Benjamin S. Bloom
Mengacu pada uraian tentang belajar menurut pandangan para ahli pendidikan
dan psikologi di atas, secara singkat dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan
aktivitas psiko dan fisik yang menghasilkan perubahan atas pengetahuan, sikap,
dan keterampilan yang relatif bersifat konstan. Meskipun para ahli sepakat bahwa
inti dari perbuatan belajar adalah perubahan tingkah laku, tetapi terdapat
bermacam-macam cara untuk mendapatkan perubahan itu. Setiap perbuatan belajar
mempunyai ciri masing-masing sesuai dengan sudut pandang masing-masing ahli.
B. Teori Pokok Belajar
1. Connectionisme (Koneksionisme)
Teori ini di cetuskan oleh Edward L Thorndike, yang dihasilkan dari
eksperimennya pada tahun 1890 pada seekor kucing untuk mengetahui fenomena
belajar. Dari eksperimen yang dilakukan itu maka muncullah teori belajar yang
menurutnya belajar adalah hasil hubungan antara stimulus dan respon, yang dikenal
dengan S-R Bond Theory. Menurutnya dari berbagai situasi yang diberikan seekor
hewan akan memberikan sejumlah respon, dan tindakan yang dapat terbentuk
bergantung pada kekuatan koneksi atu ikatan antara situasi dan respon tertentu.
Kemudian ia menyimpulkan bahwa semua tingkah laku manusia baik pikiran maupun
tindakan dapat dianalisis dalam bagian-bagian dari dua struktur yang sederhana, yaitu
stimulus dan respon. Dengan demikian, menurut pandangan ini dasar terjadinya
belajar adalah pembentukan asosiasi antara stimulus dan respon. Oleh karena itu teori
Thorndike ini disebut juga dengan teori asosiasi.3
Menurut teori ini, apa yang sesunggunya di pelajari orang, misalnya seorang
siswa, adalah reaksi atau respons terakhir yang muncul atas sebuah rangsangan atau
stimulus. Artinya, setiap peristiwa belajar hanya mungkin terjadi sekali untuk
selamanya atau sama sekali tak terjadi (Raber, 1989:153)
5
M. Mochlis Solichin, Psikologi Belajar Aplikasi Teori-Teori Belajar Dalam Proses Pembelajaran,
(Yogyakarta: SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga, 2012), Hlm 57-59
terutama mengingat kecenderungannya yang serba mekanisme dan otomatis seperti
robot atau mesin.6
Teori psikologi kogniti fadalah bagian terpenting dari sains kognitif yang
telah member kontribusi yang sangat berarti dalam perkembangan psikologi belajar.
Sains kognitif merupakan himpunan disiplin yang terdiri atas: psikologi kognitif,
ilmu-ilmu computer, linguistic, intelegensi buatan, matematika, epistimologi, dan
psikologi syaraf.
Social Learning Theory (Teori Belajar Sosial) adalah sebuah teori belajar yang
muncul belakangan dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya.berbeda dengan
penganut behaviorisme lainnya. Tokoh yang mempopuerkan teori ini adalah Albert
Bandura, yang berpandangan bahwa tidak hanya merupakan refleks otomatis atau
stimulus (S-R) Bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul sebagaihasil
interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif individu itu sendiri.
Ada dua prinsip teori pembelajaran ini, yaitu peniruan (imitation) dan
penyajian contoh perilaku (modeling). Teori ini juga masih mementingkan
6
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), Hlm 101-102
7
Ibid, Muhibbin Syah, hlm.103
conditioning. Melalui pemberian reward dan punishment, seorang individu akan
berfikir dan memutuskan perilaku social mana yang perlu dilakukan.8
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti
“berjalan ke depan”. Kata ini mempunyai konotasi urutan langkah atau kemajuan
yang mengarah pada suatu sasaran atau tujuan. Menurut Chaplin (1972), proses
adalah: Any change in any object or organism, particulary a behaioral or
psychological change (Proses adalah suatu perubahan khususnya yang
menyangkut perubahan tingkah laku atau perubahan kejiwaan). Dalam psikologi
belajar, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya
beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu (Reber,
1988).
Jika kita perhatikan ungkapan any change in any object or organism dalam
definisi Chaplin di atas dan kata-kata “cara-cara atau langkah-langkah” (manners
or operations) dalam definisi Reber tadi, istilah “tahapan perubahan” dapat kita
pakai sebagai padanan kata proses. Jadi, proses belajar dapat diartikan sebagai
tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam
diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif alam arti berorientasi ke arah yang
lebih maju daripada keadaan sebelumnya.
8
M. Mochlis Solichin, Psikologi Belajar Aplikasi Teori-Teori Belajar Dalam Proses Pembelajaran,
(Yogyakarta:SUKA-Press UIN Sunan Kalijaga, 2012), Hlm 61
2) Fase-fase dalam Proses Pembelajaran
Adapun fase-fase belajar yang dikemukakan oleh Robert Gagne ada 8 fase,
yaitu:
a) Motivation
b) Apprehencion
Adalah suatu tahapan pada diri siswa untuk memberikan perhatian pada
bagian-bagian yang esensial dari suatu kejadian instruksional bila belajar akan
terjadi, dimana dalam fase ini seseorang memperhatikan stimulus tertentu
kemudian menangkap artinya dan memahami stimulus tersebut untuk kemudian
ditafsirkan sendiri dengan berbagai cara. Misalnya “golden eye” bisa ditafsirkan
sebagai jembatan di amerika atau sebuah judul film. Stimulus itu dapat spontan
diterima atau seorang Guru dapat memberikan stimulus agar siswa
memperhatikan apa yang akan diucapkan.
c) Acquistion
d) Retention
Fase ini berhubungan langsung dengan ingatan, sedangkan ingatan sendiri ada
2 macam, yaitu :
g) Performance
Adalah fase penampilan adalah suatu tahapan pada diri siswa untuk
memperlihatkan kemampuan mereka bahwa siswa dapat belajar dari sesuatu
melalui penampilan yang tampak, seperti mempelajari struktur kalimat dalam
bahasa mereka dapat membuat kalimat yang benar.
h) Feedback
Adalah suatu tahapan pada diri guru untuk memberikan umpan balik
kepada siwa sebagai perwujudan bahwa siswa telah mengerti atau belum
mengerti tentang apa yang diajarkan.
Menurut Jerome S. Brunner, salah seorang penentang teori S-R Bond, dalam proses
pembelajaran siswa menempuh tiga fase, yaitu:
Dalam fase informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah
keterangan mengenai materi yan sedang dipelajar. Diantara informasi yan diperoleh itu
ada yang sama sekali baru dan berdiri sendiri ada pula yang berfungsi menambah,
memperluas, dan memperdaln pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.
Dalam fase transformasi, informasi yang telah diperoleh itu di analisis, diubah, atau
ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau konseptual supaya kelak pada
gilirannya dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas. Bagi siswa pemula, fase ini
akan berlangsung lebih mudah apabila disertai dengan bimbingan anda selaku guru yang
diharapkan kompeten dalam mentransfer strategi kognitif yan tepat untuk melakukan
pembeljaran materi pelajaran tertentu.
3. Fase Evaluasi
Dalam fase evaluasi, seorang siswa akan menilai sendiri sampai sejauh manakah
pengetahuan ( informasi yng telah di transformasikan tadi ) dapat dimanfaatkan untuk
memahami gejala-gejala lain atau memecahkan masalah yang dihadapi.
Menurut Arno F Wittig (1981) dalam bukunya Psychology of learning, setiap proses
belajar selalu berlangsung dalam tiga tahapan yaitu: 1) acquisition(tahap
perolehan/penerimaan informasi); 2) storage(tahap penyimpanan informasi); 3)
retrieval(tahap mendapatkan kembali informasi).
Pada tingkatan acquisition seorang siswa mulai menerima informasi sebagai stimulus dan
melakukan respons terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru.
Pada tahap ini terjadi pila asimilasi antara pemahaman dengan perilaku baru dalam
keseluruhan perilakunya. Proses acquisitiondalam belajar merupakan tahap paling
mendasar. Kegagalan dalam tahap ini akan mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap
berikutnya.
Pada tingkatan storage seorang siswa secara otomatis akan mengalami proses
penyimpanan pemahaman dan perilaku baru yang ia proleh ketika menjalani proses
acquitision. Peristiwa ini sudah tentu melibatkan fungsi short term dan long term memori.
Pada tingkatan retrieval seorang siwa akan mengaktifkan kembai fungsi-fungsi sistem
memorinya, misalnya ketika ia menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. Proses
retrieval pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam mengungkapkan dan
memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori berupa informasi, simbol,
pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai respons atau stimulus yang sedang dihadapi.
Tidak memadai lagi untuk menyiapkan sumber daya manusia abat mega
kompetisi. Model pembelajaran yang menekankan proses deduksi, proses tranfer
pengetahuan oleh guru kepada siswa tidak mampu menjangkau kecepatan perubahan
yang terjadi adalah indikasi dan ketidakmampuan model pembelajaran yang
menekankan proses tranfer pengetahuan dalam memenuhi tuntutan pasar tenaga kerja
yang berkembang.
Tetapi harus lebih pada penggunaan peralatan kognitif (“cognitive tools”), dan
tidak hanya mengembangkan berpikir simbolik abstrak tetapi harus lebih pada
perolehan pengalaman langsung dalam interaksinya dengan objek dan situasi riil di
lapangan11. Model pembelajaran yang perlu dikembangkan dan diimplementasikan
pada semua tingkat pendidikan, adalah model pembelajaran dengan paradigma baru,
yaitu yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir ilmiah,
berkembangkannya “sense of enquairy” dan kemampuan berpikir kreatif 12. Suatu
model pembelajaran yang kondusif bagi berkembangnya kemampuan dasar untuk -
“basic learning tools” yang memungkinkan individu untuk berkembang dan mencipta
diri seoptimal mungkin.
13
Ibid. De Vito. Hlm 120
yang sekarang dihadapi dengan apa yang pernah dihadapi sebelumnya. Implikasi teori
belajar kognitivisme dalam pengembangan desain pembelajaran adalah bahwa:
1. Siswa akan lebih mudah mengingat dan memahami suatu pelajaran jika pelajaran
itu disusun berdasarkan pola dan logika tertentu. Materi/bahan pelajaran disusun dari
yang sederhana menuju yang rumit dan kompleks.
2. Belajar dengan pemahaman lebih baik daripada hafalan, sesuatu yang baru harus
memiliki kesesuaian dengan struktur kognitif sebelunya. Pembelajaran dirancang
untuk dapat menunjukkan keterkaitan antara apa yang akan dipelajari siswa dengan
apa yang telah diketahui/dikuasai sebelumnya.
1. Siswa akan lebih mudah mengingat dan memahami suatu pelajaran jika pelajaran
itu disusun berdasarkan pola dan logika tertentu. Materi/bahan pelajaran disusun dari
yang sederhana menuju yang rumit dan kompleks.
2. Belajar dengan pemahaman lebih baik daripada hafalan, sesuatu yang baru harus
memiliki kesesuaian dengan struktur kognitif sebelunya. Pembelajaran dirancang
untuk dapat menunjukkan keterkaitan antara apa yang akan dipelajari siswa dengan
apa yang telah diketahui/dikuasai sebelumnya.
BAB III
15
Suparno, Paul dkk 2002. Reformasi Pendidikan: Sebuah Rekomendasi. (Yogyakarta: Kanisius) Hlm 61
16
Ibid. Suparno, Paul dkk Hlm 42
PENUTUP
A. Kesimpulan
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku ataupun potensi
perilaku sebagai dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Ciri-ciri belajar yaitu yang
memenuhi 9 unsur-unsur pokok yaitu ; Perilaku (Siswa yang bertindak belajar), Tujuan
(Memperoleh hasil belajar dan pengalaman hidup), Proses (Internal pada diri pembelajar),
Tempat (Sembarang tempat), Lama waktu (Sepanjang hayat), Syarat terjadi (Motivasi
belajar kuat), ukuran keberhasilan (Dapat memecahkan masalah), Faedah (Mempertinggi
martabat pribadi) hasil. ( Hasil belajar sebagai dampak pengajaran dan pengiring).
B. Saran
Untuk membuat pendidikan ini berjalan lebih baik lagi, para siswa harus
meningkatkan belajarnya dan aktif ketika pelajaran berlangsung. Dan bagi seorang guru
harus menggunakan metode pengajaran yang lebih baik lagi, ketika pembelajaran
berlangsung. Yang membuat siswa merasa senang di kelas dan menggugah selera siswa
untuk lebih rajin dalam belajar baik dalam kelas maupun nanti ketika di rumah. Untuk itu
cara pengajarannya pun harus yang menarik agar tidak membuat jenuh.
DAFTAR PUSTAKA
Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, cet 3; Jakarta: PT Rineka Cipta, 1995
Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, cet 17; Jakarta: Rajawali Pers, 2010
Suparno, Paul dkk 2002. Reformasi Pendidikan: Sebuah Rekomendasi. (Yogyakarta: Kanisius)
M. Mochlis Solichin, Psikologi Belajar Aplikasi Teori-Teori Belajar Dalam Proses Pembelajaran, (Yogyakarta:
SUKA-Press UIN Sunan KaliJaga, 2012
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009