Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

PANDANGAN ISLAM TENTANG ZAKAT DAN PAJAK


Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok pada Mata Kuliah Pendidikan
Agama Islam dengan Dosen Pembimbing :
Drs. MUSTAQIM FADHIL, M.S.I

Disusun Oleh :
NAUFAL YUDHA KURNIAWAN (20191331051)
MOH ALFAN AZIDDIN NUR KHOIRI (20191331059)
MUHAMMAD SYAHRU MUHAROM (20191331060)
KRISTIAN SUWARNO (20191331062)
ILHAM INDRAA BUANA (20191331066)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2019
MAKALAH
PANDANGAN ISLAM TENTANG ZAKAT DAN PAJAK
Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas kelompok pada Mata Kuliah Pendidikan
Agama Islam dengan Dosen Pembimbing :
Drs. MUSTAQIM FADHIL, M.S.I

Disusun Oleh :
NAUFAL YUDHA KURNIAWAN (20191331051)
MOH ALFAN AZIDDIN NUR KHOIRI (20191331059)
MUHAMMAD SYAHRU MUHAROM (20191331060)
KRISTIAN SUWARNO (20191331062)
ILHAM INDRAA BUANA (20191331066)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2019

3
Kata Pengantar
 
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji syukur
kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, Hidayah, dan Inayah-
Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah pendidikan agama islam dengan
judul "Mengapa Manusia Harus Beragam Dan Bagaimana Agama Dapat Membahagiakan
Ummat Manusia" tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami upayakan dan didukung bantuan
berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk itu tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
merampungkan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan lapang
dada kami membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang ingin memberi saran
maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini dapat
diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca untuk
mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.
 
 

Surabaya,26 November 2019


 
 
Penyusun

4
5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam melaksanakan pembangunan pemerintah membutuhkan dana untuk pemenuhan
hal-hal yang dibutuhkan, dana tersebut diambil oleh pemerintah melalui pajak yang diambil
dari masyarakat sehingga pajak ini menjadi salah satu kewajiban masyarakat. Namun di sisi
lain, selain adanya kewajiban untuk membayar pajak, masyarakat yang beragama Islam
mempunyai kewajiban lain yang harus ditunaikan yaitu membayar zakat.
Kedudukan zakat penting dalam kehidupan manusia karena merupakan bentuk
pelaksanaan interaksi manusia sebagai makhluk sosial dan juga mendorong manusia untuk
berusaha mendapatkan harta benda sehingga dapat menunaikan kewajibannya berzakat
sebagai bukti pelaksanaan rukun Islam.
Zakat dan pajak merupakan dua hal yang penting dan tidak dapat dipungkiri
keberadaannya dalam kehidupan masyarakat sehingga timbul permasalahan mengenai hal
mana yang harus lebih diutamakan.
Oleh karena itu, penyusun akan mencoba memaparkan lebih jauh lagi mengenai zakat
dan pajak ini dalam makalah kami yang berjudul Pandangan Islam tentang Pajak dan Zakat.

1.2 Rumusan Masalah


Pandangan Islam Tentang Zakat Dan Pajak

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini, antara lain:

1. Mengetahui pengertian zakat dan pajak.


2. Mengetahui orang yang membayar zakat harus membayar pajak, dan sebaliknya,
atau harus membayar kedua-duanya.
3. Mengetahui pendapat ulama tentang kewajiban membayar zakat dan pajak
tersebut.

6
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1Al-Qur’an
 Surat At-Taubah Ayat 29

َ ‫ق ِمنَ الَّ ِذينَ أُوتُوا ْال ِكت‬


‫َاب‬ ِّ ‫قَاتِلُوا الَّ ِذينَ اَل ي ُْؤ ِمنُونَ بِاهَّلل ِ َواَل بِ ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر َواَل يُ َح ِّر ُمونَ َما َح َّر َم هَّللا ُ َو َرسُولُهُ َواَل يَ ِدينُونَ ِدينَ ْال َح‬
َ‫اغرُون‬ِ ‫ص‬ َ ‫َحتَّ ٰى يُ ْعطُوا ْال ِج ْزيَةَ ع َْن يَ ٍد َوهُ ْم‬
Arab-Latin: Qātilullażīna lā yu`minụna billāhi wa lā bil-yaumil-ākhiri wa lā yuḥarrimụna mā
ḥarramallāhu wa rasụluhụ wa lā yadīnụna dīnal-ḥaqqi minallażīna ụtul-kitāba ḥattā yu'ṭul-
jizyata 'ay yadiw wa hum ṣāgirụn

Artinya : "Perangilah orang¬orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak pula kepada
hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan
Rasul¬Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (Agama Allah), yaitu
orang¬orang yang diberi Al¬kitab kepada mereka, sampai mereka membayar "Jizyah"
dengan patuh, sedang mereka dalam keadaan tunduk."
 Surat At-Taubah Ayat 103

‫صاَل تَكَ َس َك ٌن لَهُ ْم ۗ َوهَّللا ُ َس ِمي ٌع َعلِي ٌم‬ َ ‫ُخ ْذ ِم ْن أَ ْم َوالِ ِه ْم‬
َ ‫ص َدقَةً تُطَهِّ ُرهُ ْم َوتُ َز ِّكي ِه ْم بِهَا َو‬
َ ‫صلِّ َعلَ ْي ِه ْم ۖ إِ َّن‬

Arab-Latin: Khuż min amwālihim ṣadaqatan tuṭahhiruhum wa tuzakkīhim bihā wa ṣalli


'alaihim, inna ṣalātaka sakanul lahum, wallāhu samī'un 'alīm

Terjemah Arti: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa
kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.

7
BAB III
GAMBARAN UMUM

3.1 ZAKAT
Zakat adalah sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh umat Muslim untuk diberikan
kepada golongan yang berhak menerima, seperti fakir miskin dan semacamnya, sesuai dengan
yang ditetapkan oleh syariah. Zakat termasuk rukun Islam ke-4 dan menjadi salah satu unsur
paling penting dalam menegakkan syariat Islam.
Oleh karena itu, hukum zakat adalah wajib bagi setiap Muslim yang telah memenuhi syarat-
syarat tertentu. Zakat juga merupakan bentuk ibadah seperti shalat, puasa, dan lainnya dan
telah diatur dengan rinci berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.
Zakat terdiri dari dua macam:

1. Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dikeluarkan umat Muslim menjelang hari raya Idul Fitri
atau pada bulan Ramadan. Zakat fitrah dapat dibayar dengan setara 3,5 liter (2,5 kilogram)
makanan pokok dari daerah yang bersangkutan. Makanan pokok di Indonesia adalah nasi,
maka yang dapat dijadikan sebagai zakat adalah berupa beras.

2. Zakat Maal

Zakat maal (harta) adalah zakat penghasilan seperti hasil pertanian, hasil pertambangan, hasil
laut, hasil perniagaan, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing jenis
penghasilan memiliki perhitungannya sendiri.

Dalam Undang-Undang (UU) tentang Pengelolaan Zakat Nomor 38 Tahun 1998, pengertian
zakat maal adalah bagian dari harta yang disisihkan oleh seorang Muslim atau badan yang
dimiliki orang Muslim sesuai ketentuan agama untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya.

8
UU tersebut juga menjelaskan tentang zakat fitrah, yaitu sejumlah bahan pokok yang
dikeluarkan pada bulan Ramadan oleh setiap Muslim bagi dirinya dan bagi orang yang
ditanggungnya, yang memiliki kewajiban makan pokok untuk sehari pada hari raya Idul Fitri.

Baca Juga: Jenis Zakat yang Mesti Anda Keluarkan dan Rumus Menghitungnya

Perhitungan Zakat
zakat
Cara Menghitung Zakat

1. Zakat Fitrah

Zakat Fitrah per orang = 3,5 liter x harga beras per liter. Contoh: harga beras yang biasa kamu
makan sehari-hari Rp 10.000 per liter, maka zakat fitrah yang harus dibayar per orang sebesar
Rp 35.000. Jika dihitung dari segi berat, maka zakat fitrah per orang = 2,5 kg x harga beras
per kg.

2. Zakat Maal

Zakat Maal = 2,5% x jumlah harta yang tersimpan selama 1 tahun. Menghitung nisab zakat
maal = 85 x harga emas pasaran per gram.

Contoh: Umi punya tabungan Rp 100 juta, deposito Rp 200 juta, rumah kedua yang
dikontrakkan senilai Rp 500 juta, dan emas perak senilai Rp 200 juta. Total harta yang
dimiliki Rp 1 miliar. Semua harta sudah dimiliki sejak 1 tahun lalu.

Misal harga 1 gram emas sebesar Rp 600 ribu, maka batas nisab zakat maal 85 x Rp 600 ribu
= Rp 51 juta. Karena harta Umi lebih dari limit nisab, maka ia harus membayar zakat maal
sebesar Rp 1 miliar x 2,5% = Rp 25 juta per tahun.

9
3. Zakat penghasilan

Untuk mengetahui zakat penghasilan, kurangi total pendapatan dengan utang. Lalu hasilnya
dikali 2,5%. Nisab zakat penghasilan adalah 520 x harga makanan pokok.

Contoh: Irman menerima gaji bulanan Rp 7 juta. Punya utang cicilan motor sebesar Rp 1 juta.
Maka sisa penghasilan tersebut masih Rp 6 juta. Di sisi lain, rata-rata harga beras 1 kg adalah
Rp 10 ribu. Jadi batas nisab zakat penghasilan 520 x Rp 10 ribu = Rp 5,2 juta.

Karena sisa gaji sudah melebihi batas nisab, maka zakat penghasilan yang wajib dibayar
adalah Rp 6 juta x 2,5% = Rp 150 ribu.

Penerima Zakat
Siapa saja yang berhak menerima zakat? Yang berhak mendapatkan zakat menurut kaidah
Islam dibagi menjadi 8 golongan. Golongan-golongan tersebut adalah:

1. Fakir
Golongan orang yang hampir tidak memiliki apapun sehingga tidak mampu memenuhi
kebutuhan pokok hidupnya.
2. Miskin
Golongan orang yang memiliki sedikit harta, tetapi tidak bisa mencukupi kebutuhan dasar
untuk hidupnya.
3. Amil
Orang yang mengumpulkan dan membagikan zakat.
4. Mu'alaf
Orang yang baru masuk atau baru memeluk agama Islam dan memerlukan bantuan untuk
menyesuaikan diri dengan keadaan baru.

5. Hamba Sahaya
Orang yang ingin memerdekakan dirinya.
6. Gharimin

10
Orang yang berutang untuk memenuhi kebutuhannya, dengan catatan bahwa kebutuhan
tersebut adalah halal. Akan tetapi tidak sanggup untuk membayar utangnya.
7. Fisabilillah
Orang yang berjuang di jalan Allah.
8. Ibnus Sabil
Orang yang kehabisan biaya dalam perjalanannya dalam ketaatan kepada Allah.

Dengan memenuhi kewajiban sebagai umat Muslim untuk membayar zakat, tentu saja
banyak kebaikan yang bisa didapat. Beberapa kebaikan tersebut di antaranya adalah:

 Mempererat tali persaudaraan antara masyarakat yang kekurangan dengan yang


berkecukupan
 Mengusir perilaku buruk yang ada pada seseorang
 Sebagai pembersih harta dan menjaga seseorang dari ketamakan harta
 Ungkapan rasa syukur atas nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepadamu
 Untuk pengembangan potensi diri bagi umat Islam
 Memberi dukungan moral bagi orang yang baru masuk agama Islam.
 Menciptakan Ketenangan
Zakat dapat memberikan ketenangan dan ketentraman, bukan hanya kepada penerima tapi juga
kepada orang yang membayar zakat. Perlu diingat bahwa segala hal baik yang telah kamu
lakukan pasti akan mendapatkan balasan dari Allah SWT, seperti berzakat maka tidak akan
mengurangi sedikitpun hartamu, tapi Allah menjanjikan akan melipatgandakannya.

3.2 PAJAK
Pajak adalah pungutan wajib yang dibayar rakyat untuk negara dan akan digunakan untuk
kepentingan pemerintah dan masyarakat umum. Rakyat yang membayar pajak tidak akan
merasakan manfaat dari pajak secara langsung, karena pajak digunakan untuk kepentingan
umum, bukan untuk kepentingan pribadi. Pajak merupakan salah satu sumber dana pemerintah
untuk melakukan pembangunan, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Pemungutan
pajak dapat dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan undang-undang.

Berdasarkan UU KUP NOMOR 28 TAHUN 2007, pasal 1, ayat 1, pengertian Pajak adalah
kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

11
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan
pengertian tersebut, maka pajak memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Pajak Merupakan Kontribusi Wajib Warga Negara


Artinya setiap orang memiliki kewajiban untuk membayar pajak. Namun hal tersebut hanya
berlaku untuk warga negara yang sudah memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif. Yaitu
warga negara yang memiliki Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) lebih dari Rp2.050.000 per
bulan. Jika Anda adalah karyawan/pegawai, baik karyawan swasta maupun pegawai pemerintah,
dengan total penghasilan lebih dari Rp2 juta, maka wajib membayar pajak. Jika Anda adalah
wirausaha, maka setiap penghasilan akan dikenakan pajak sebesar 1% dari total penghasilan
kotor/bruto (berdasarkan PP 46 tahun 2013).

2. Pajak Bersifat Memaksa Untuk Setiap Warga Negara


Jika seseorang sudah memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif, maka wajib untuk
membayar pajak. Dalam undang-undang pajak sudah dijelaskan, jika seseorang dengan sengaja
tidak membayar pajak yang seharusnya dibayarkan, maka ada ancaman sanksi administratif
maupun hukuman secara pidana.

3. Warga Negara Tidak Mendapat Imbalan Langsung


Pajak berbeda dengan retribusi. Contoh retribusi: ketika mendapat manfaat parkir, maka harus
membayar sejumlah uang, yaitu retribusi parkir, namun pajak tidak seperti itu. Pajak merupakan
salah satu sarana pemerataan pendapatan warga negara. Jadi ketika membayar pajak dalam
jumlah tertentu, Anda tidak langsung menerima manfaat pajak yang dibayar, yang akan Anda
dapatkan berupa perbaikan jalan raya di daerah Anda, fasilitas kesehatan gratis bagi keluarga,
beasiswa pendidikan bagi anak Anda, dan lain-lainnya.

4. Berdasarkan Undang-undang
Artinya pajak diatur dalam undang-undang negara. Ada beberapa undang-undang yang mengatur
tentang mekanisme perhitungan, pembayaran, dan pelaporan pajak.

Perspektif Pajak Dari Sisi Ekonomi dan Hukum


Sebagai sumber pendapatan utama negara, pajak memiliki nilai strategis dalam perspektif
ekonomi maupun hukum. Berdasarkan 4 ciri di atas, pajak dapat dilihat dari 2 perspektif, yaitu:

12
a) Pajak dari perspektif ekonomi

Hal ini bisa dinilai dari beralihnya sumber daya dari sektor privat (warga negara) kepada sektor
publik (masyarakat). Hal ini memberikan gambaran bahwa pajak menyebabkan 2 situasi menjadi
berubah, yaitu:

Pertama, berkurangnya kemampuan individu dalam menguasai sumber daya untuk kepentingan
penguasaan barang dan jasa.

Kedua, bertambahnya kemampuan keuangan negara dalam penyediaan barang dan jasa publik
yang merupakan kebutuhan masyarakat.

b) Pajak dari perspektif hukum

Perspektif ini terjadi akibat adanya suatu ikatan yang timbul karena undang-undang yang
menyebabkan timbulnya kewajiban warga negara untuk menyetorkan sejumlah dana tertentu
kepada negara. Di mana negara mempunyai kekuatan untuk memaksa dan pajak tersebut
dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan. Hal ini memperlihatkan bahwa pajak yang
dipungut harus berdasarkan undang-undang, sehingga menjamin adanya kepastian hukum, baik
bagi petugas pajak sebagai pengumpul pajak maupun bagi wajib pajak sebagai pembayar pajak.

Fungsi Pajak bagi Negara dan Masyarakat


Pajak memiliki peranan yang signifikan dalam kehidupan bernegara, khususnya pembangunan.
Pajak merupakan sumber pendapatan negara dalam membiayai seluruh pengeluaran yang
dibutuhkan, termasuk pengeluaran untuk pembangunan. Sehingga pajak mempunyai beberapa
fungsi, antara lain:

1. Fungsi Anggaran (Fungsi Budgeter)


Pajak merupakan sumber pemasukan keuangan negara dengan cara mengumpulkan dana atau
uang dari wajib pajak ke kas negara untuk membiayai pembangunan nasional atau pengeluaran
negara lainnya. Sehingga fungsi pajak merupakan sumber pendapatan negara yang memiliki
tujuan menyeimbangkan pengeluaran negara dengan pendapatan negara.

13
2. Fungsi Mengatur (Fungsi Regulasi)
Pajak merupakan alat untuk melaksanakan atau mengatur kebijakan negara dalam lapangan
sosial dan ekonomi. Fungsi mengatur tersebut antara lain:

Pajak dapat digunakan untuk menghambat laju inflasi.


Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mendorong kegiatan ekspor, seperti: pajak ekspor
barang.
Pajak dapat memberikan proteksi atau perlindungan terhadap barang produksi dari dalam negeri,
contohnya: Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Pajak dapat mengatur dan menarik investasi modal yang membantu perekonomian agar semakin
produktif.
3. Fungsi Pemerataan (Pajak Distribusi)
Pajak dapat digunakan untuk menyesuaikan dan menyeimbangkan antara pembagian pendapatan
dengan kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat.

4. Fungsi Stabilisasi
Pajak dapat digunakan untuk menstabilkan kondisi dan keadaan perekonomian, seperti: untuk
mengatasi inflasi, pemerintah menetapkan pajak yang tinggi, sehingga jumlah uang yang beredar
dapat dikurangi. Sedangkan untuk mengatasi kelesuan ekonomi atau deflasi, pemerintah
menurunkan pajak, sehingga jumlah uang yang beredar dapat ditambah dan deflasi dapat di atasi.

Keempat fungsi pajak di atas merupakan fungsi dari pajak yang umum dijumpai di berbagai
negara. Untuk Indonesia saat ini pemerintah lebih menitik beratkan kepada 2 fungsi pajak yang
pertama. Lembaga Pemerintah yang mengelola perpajakan negara di Indonesia adalah Direktorat
Jenderal Pajak (DJP) yang berada di bawah Kementerian Keuangan Republik Indonesia.

Tanggung jawab atas kewajiban membayar pajak berada pada anggota masyarakat sendiri untuk
memenuhi kewajiban tersebut, sesuai dengan sistem self assessment yang dianut dalam Sistem
Perpajakan Indonesia. Direktorat Jenderal Pajak, sesuai fungsinya berkewajiban melakukan
pembinaan, penyuluhan, pelayanan, serta pengawasan kepada masyarakat. Dalam melaksanakan
fungsinya tersebut, Direktorat Jenderal Pajak berusaha sebaik mungkin memberikan pelayanan
kepada masyarakat sesuai visi dan misi Direktorat Jenderal Pajak.

14
Jenis Pajak yang Dipungut Pemerintah dari Masyarakat
Ada beberapa jenis pajak yang dipungut pemerintah dari masyarakat atau wajib pajak, yang
dapat digolongkan berdasarkan sifat, instansi pemungut, objek pajak serta subjek pajak.

1. Jenis Pajak Berdasarkan Sifat


Berdasarkan sifatnya, pajak digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu: pajak tidak langsung dan pajak
langsung.

a) Pajak Tidak Langsung (Indirect Tax)

Pajak tidak langsung merupakan pajak yang hanya diberikan kepada wajib pajak bila melakukan
peristiwa atau perbuatan tertentu. Sehingga pajak tidak langsung tidak dapat dipungut secara
berkala, tetapi hanya dapat dipungut bila terjadi peristiwa atau perbuatan tertentu yang
menyebabkan kewajiban membayar pajak. Contohnya: pajak penjualan atas barang mewah, di
mana pajak ini hanya diberikan bila wajib pajak menjual barang mewah.

b) Pajak Langsung (Direct Tax)

Pajak langsung merupakan pajak yang diberikan secara berkala kepada wajib pajak berlandaskan
surat ketetapan pajak yang dibuat kantor pajak. Di dalam surat ketetapan pajak terdapat jumlah
pajak yang harus dibayar wajib pajak. Pajak langsung harus ditanggung seseorang yang terkena
wajib pajak dan tidak dapat dialihkan kepada pihak yang lain. Contohnya: Pajak Bumi dan
Penghasilan (PBB) dan pajak penghasilan.

2. Jenis Pajak Berdasarkan Instansi Pemungut


Berdasarkan instansi pemungutnya, pajak digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu: pajak daerah dan
pajak negara.

15
a) Pajak Daerah (Lokal)

Pajak daerah merupakan pajak yang dipungut pemerintah daerah dan terbatas hanya pada rakyat
daerah itu sendiri, baik yang dipungut Pemda Tingkat II maupun Pemda Tingkat I. Contohnya:
pajak hotel, pajak hiburan, pajak restoran, dan masih banyak lainnya.

b) Pajak Negara (Pusat)

Pajak negara merupakan pajak yang dipungut pemerintah pusat melalui instansi terkait, seperti:
Dirjen Pajak, Dirjen Bea dan Cukai, maupun kantor inspeksi pajak yang tersebar di seluruh
Indonesia. Contohnya: pajak pertambahan nilai, pajak penghasilan, pajak bumi dan bangunan,
dan masih banyak lainnya.

3. Jenis Pajak Berdasarkan Objek Pajak dan Subjek Pajak


Berdasarkan objek dan subjeknya, pajak digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu: pajak objektif dan
pajak subjektif.

a) Pajak Objektif

Pajak objektif adalah pajak yang pengambilannya berdasarkan objeknya. Contohnya: pajak
impor, pajak kendaraan bermotor, bea materai, bea masuk dan masih banyak lainnya.

b) Pajak Subjektif

Pajak subjektif adalah pajak yang pengambilannya berdasarkan subjeknya. Contohnya: pajak
kekayaan dan pajak penghasilan.

Semua pengadministrasian yang berhubungan dengan pajak pusat, dilaksanakan di Kantor


Pelayanan Pajak (KPP), Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP),
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak serta Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak.
Sedangkan pengadministrasian yang berhubungan dengan pajak daerah, dilaksanakan di Kantor
Dinas Pendapatan Daerah atau Kantor Pajak Daerah di bawah Pemerintah Daerah setempat.

16
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pajak merupakan Kewajiban Warga Negara Sedangkan Zakat Tidak


Sebagai warga negara Indonesia yang beragama islam tentunya kita memiliki dua dasar
hukum yang wajib diikuti, yaitu hukum agama (islam) dan hukum positif. Kedua hukum tersebut
memunculkan dualisme pemungutan atas objek yang sama yaitu pemungutan pajak dan zakat.
Pajak adalah pungutan wajib, biasanya berupa uang yang harus dibayar oleh penduduk
sebagai sumbangan wajib kepada negara sehubungan dengan pendapatan, harga beli barang,
harta, dan sebagainya. Pajak ini ditujukan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum,
dan untuk melealisir sebagian tujuan ekonomi, sosial, politik, dan tujuan-tujuan lain yang ingin
dicapai oleh negara.
Sedangkan, zakat merupakan pungutan wajib atas individu yang memiliki harta wajib zakat
yang telah mencapai nishab dan haulnya , dan didistribusikan kepada delapan golongan penerima
zakat
Pajak dan zakat disini memiliki kesamaan yaitu ditujukan untuk kepentingan umum, pajak
diwajibkan oleh negara sedangkan zakat oleh agama.Dan Zakat Wajib hukumnya bagi ummat
Islam. Pajak bukanlah suatu yang diharamkan dalam islam. Islam memandang pajak sebagai
bentuk ketaatan kita kepada ulil amri atau penguasa. Sebagaimana firman Allah dalam Qs. An-
nisa ayat 59: "Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah, Rasul (Muhammad), dan ulil
amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu".
Membayar zakat bagi umat islam ditetapkan sebagai rukun islam, dan telah disebutkan 28
kali didalam Al-Qur'an. Zakat selain merupakan bentuk ketaatan kepada Allah SWT, juga
merupakan bentuk kepedulian terhadap sesama karena dana zakat disalurkan kepada yang
membutuhkan.

4.2 Peran Pajak Dan Zakat Dalam Kehidupan Bermasyarakat


Didalam kebijakan fiskal konvensional pajak berperan penting sebagai sumber utama
pendapatan negara. Dana pajak digunakan untuk mencapai tujuan kebijakan fiskal, yaitu
membiayai pengeluaran pemerintah dan melakukan fungsi pengaturan dalam rangka mencapai
tujuan ekonomi seperti : pertumbuhan ekonomi, penciptaan investasi, dan lapangan kerja.
Prinsip kebijakan fiskal dalam ekonomi islam berbeda dengan kebijakan fiskal konvensional,
kebijakan fiskal dalam islam harus sepenuhnya sesuai dengan prinsip hukum dan nilai-nilai
islam. Disini zakat memainkan peranan penting sebagai salah satu sumber pendapatan negara
yang sesuai dengan syari'at islamiah. Zakat juga merupakan sumber pendapatan negara karena

17
ditujukan semata-mata untuk kepentingan umat yang mana setiap negara memiliki kewajiban
dalam menjamin kesejahteraan rakyatnya.
Bayangkan jika pajak dan zakat membentuk suatu kesatuan sebagai instrumen pendapatan
negara kita. Pajak ditujukan untuk pembangunan infrastruktur masyarakat umum serta untuk
membiayai kepentingan umum lainnya yang ingin dicapai negara, sedangkan zakat diberikan
kepada masyarakat yang memiliki kondisi ekonomi yang kurang memadai. Bukankah hal
tersebut akan memberikan dampak yang positif pada perekonomian negara kita apabila dapat
diterapkan dengan baik oleh pemerintah, serta pastinya didukung oleh partisipasi masyarakat
dalam menjalankan kewajibannya sebagai objek pajak dan zakat.

4.3 Pelaksanaan Zakat Dan Pajak


Pajak dan zakat adalah dalam hal penerimanya. Zakat dibayarkan melalui amil zakat
(lembaga penyalur dan pengelola zakat) maupun dibayarkan langsung kepada 8 golongan orang
yang berhak menerima zakat. Manfaat zakat dapat dirasakan langsung maupun tidak langsung
oleh masyarakat.
Sedangkan pajak negara merupakan kewajiban yang dibayarkan kepada kantor pelayanan
pajak dan lembaga-lembaga lain yang ditunjuk oleh Pemerintah sebagai tempat pembayaran
pajak. Manfaat pajak negara tidak bisa dirasakan langsung oleh masyarakat suatu negara.
Perbedaan yang kedua adalah waktu pembayarannya. Zakat fitrah dibayarkan hanya pada
bulan Ramadhan, lalu zakat harta dibayarkan pada saat telah mencapai nisab dan dimiliki selama
setahun. Sedangkan waktu pembayaran pajak negara adalah satu tahun pembukuan. Misalnya
tenggang waktu pembayaran pajak setiap akhir bulan Maret.
Terakhir, perbedaan yang ketiga adalah benda yang digunakan sebagai alat pembayaran. Pajak
negara umumnya dibayar menggunakan uang tunai. Sementara itu zakat fitrah boleh dibayarkan
dalam bentuk uang tunai maupun bahan makanan pokok seperti beras dan gandum.

4.4 Manfaat Pajak Dan Zakat Dalam Kehidupan Bermasyarakat


Secara lengkap pajak banyak digunakan untuk :

1. Membiayai pengeluaran-pengeluaran negara, seperti: pengeluaran yang bersifat self


liquiditing, contohnya: pengeluaran untuk proyek produktif barang ekspor.
2. Membiayai pengeluaran reproduktif, seperti: pengeluaran yang memberikan keuntungan
ekonomis bagi masyarakat, contohnya: pengeluaran untuk pengairan dan pertanian.
3. Membiayai pengeluaran yang bersifat tidak self liquiditing dan tidak reproduktif,
contohnya: pengeluaran untuk pendirian monumen dan objek rekreasi.
4. Membiayai pengeluaran yang tidak produktif, contohnya: pengeluaran untuk membiayai
pertahanan negara atau perang dan pengeluaran untuk penghematan di masa yang akan datang
yaitu pengeluaran untuk anak yatim piatu.
Jadi dengan taat membayar pajak masyarakat akan mendapatkan manfaat:

18
 Fasilitas umum dan infrastruktur, seperti: jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit
 Pertahanan dan keamanan, seperti: bangunan, senjata, perumahan hingga gaji-gajinya
 Subsidi pangan dan Bahan Bakar Minyak
 Kelestarian Lingkungan hidup dan Budaya
 Dana Pemilu
 Pengembangan Alat transportasi Massa, dan lain-lainnya.
Pajak yang telah disetorkan masyarakat akan digunakan negara untuk kesejahteraan masyarakat,
antara lain: memberi subsidi barang-barang yang dibutuhkan masyarakat dan membayar utang-
utang negara. Selain itu pajak juga digunakan untuk menunjang Usaha Mikro, Kecil, dan
Menengah agar perekonomian dapat terus berkembang.

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, maka pajak
mempunyai beberapa fungsi, antara lain:

1. Fungsi Anggaran (Budgetair), yaitu pajak dijadikan alat untuk memasukkan dana secara
optimal ke kas negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang berlaku, sehingga pajak
berfungsi membiayai seluruh pengeluaran-pengeluaran yang berkaitan dengan proses
pemerintahan. Pajak digunakan untuk pembiayaan rutin, seperti: belanja pegawai, belanja
barang, pemeliharaan, dan lainnya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari
tabungan pemerintah, yaitu penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan
pemerintah tersebut ditingkatkan terus dari tahun ke tahun sesuai kebutuhan pembiayaan
pembangunan yang semakin meningkat.
2. Fungsi Mengatur (Regulerend), yaitu pajak digunakan pemerintah sebagai alat untuk
mencapai tujuan tertentu dan pelengkap dari fungsi anggaran. Pemerintah dapat mengatur
pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Contohnya: dalam rangka penanaman
modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan
pajak. Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk
yang tinggi untuk produk luar negeri.
3. Fungsi Stabilitas, yaitu pajak membuat pemerintah memiliki dana untuk menjalankan
kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga, sehingga inflasi dapat dikendalikan. Hal
tersebut dapat dilakukan dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan
pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
4. Fungsi Retribusi Pendapatan, yaitu pajak digunakan untuk membiayai semua kepentingan
umum. Termasuk untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja,
sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

19
Peranan Zakat Dalam Kehidupan Bermasyarakat

1. Zakat sebagai alternatif penanggulangan kemiskinan

Menurut para ulama, yang menjadi sasaran zakat adalah fakir miskin. Zakat diambil dari orang
kaya dan diberikan kepada orang-orang miskin di antara mereka. Dengan istilah ekonomi, zakat
merupakan tindakan pemindahan kekayaan dari golongan orang kaya kepada golongan yang
tidak punya kekayaan, berarti pengalihan sumber-sumber tertentu yang bersifat ekonomis.
Umpamanya saja seseorang yang menerima zakat bisa mempergunakan untuk memproduksi atau
berkonsumsi. Walaupun zakat pada dasarnya ibadah kepada Allah, bisa juga bersifat ekonomi.
Dengan menggunakan pendekatan ekonomi, zakat dapat berkembang menjadi konsep muamalat
atau kemasyarakatan, yakni konsep tata cara manusia dalam kehidupan bermasyarakat, termasuk
dalam bentuk ekonomi. Apabila kita telusuri turunnya kewajiban zakat, akan dijumpai alasan-
alasan yang kuat untuk menghubungkannya dengan konsep kemasyarakatan, bahkan juga
kenegaraan. Surah at-Taubah ayat 60 secara rinci membeberkan perihal zakat.

2. Zakat sebagai alat untuk memerangi masalah riba.

Siapapun orang yang berkutat dengan riba maka cepat atau lambat, mereka akan mengetahui
bahwa riba itu akan menggerogoti system perekonomian, mungkin di salah satu sisi
menyebabkan riba tersebut menguntungkan namun disisi lain dan pada saat yang sama riba
menyebabkan kehancuran dan penindasan, karena itulah Allah dan rasulNya melaknat ke atas
pihak-pihak yang terlibat dalam proses perlaksanaan riba. Dengan penyediaan modal berarti
tertutuplah pintu sistem pinjaman yang dikenakan riba. Modal daripada zakat itu boleh diberikan
kepada fakir miskin yang berhajat untuk membuka sesuatu pekerjaan yang termampu olehnya,
sama ada sebagai pemberian hangus atau sebagai pinjaman tanpa faedah.

3. Zakat sebagai sistem nilai dalam Islam

Pengelolaan zakat dapat diorientasikan pada nilai-nilai Islam yang lebih luas. Konsep lain yang
terdapat dalam Alquran adalah mengenai 'Aqobahyang dapat diterjemahkan sebagai The great
ascend untuk meminjam istilah ekonomi Robert Heibroner atau pendakian yang tinggi.
Maksudnya ialah upaya mengandung tantangan berat, seperti memerdekakan budak, memberi
makanan di hari kelaparan, memelihara serta menolong anak yatim, menolong fakir miskin yang
dalam kelaparan (lihat surah al-Balad).
Antara konsep 'aqobah birr dan zakat terdapat titik persamaan. Tindakan zakat perlu dilandasi
dengan semangat birr yaitu: kamu tidak akan mendapat nilai kebajikan (birr) sehingga kamu
membelanjakan dari apa yang kamu cintai (Ali-Imran: 29). Demikian pula suatu tindakan
individual atau kolektif (termasuk kebijakan ekonomi) untuk merealisasikan aqobah dapat
dilakukan melalui zakat yang dilandasi oleh motivasi birr. Dengan demikian, zakat mengandung
makna etis sosial yang luas guna menuju sasaran yang jelas.

20
4. Zakat Sebagai Tatanan Kehidupan Sosial

Islam adalah ajaran yang komprehensif yang mengakui hak individu dan hak kolektif masyarakat
secara bersamaan. Sistem Ekonomi Syariah mengakui adanya perbedaan pendapatan
penghasilan) dan kekayaan pada setiap orang dengan syarat bahwa perbedaan tersebut
diakibatkan karena setiap orang mempunyai perbedaan keterampilan, insiatif, usaha, dan resiko.
Namun perbedaan itu tidak boleh menimbulkan kesenjangan yang terlalu dalam antara yang kaya
dengan yang miskin sebab kesenjangan yang terlalu dalam tersebut tidak sesuai dengan syariah
Islam yang menekankan sumber-sumber daya bukan saja karunia Allah, melainkan juga
merupakan suatu amanah. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk mengkonsentrasikan sumber-
sumber daya di tangan segelintir orang.

Syariah Islam sangat menekankan adanya suatu distribusi kekayaan dan pendapatan yang merata
sebagaimana yang tercantum dalam Al Quran Surah Al Hasyr ayat 7, "Jangan sampai terjadi
harta kekayaan itu beredar di kalangan kecil orang-orang kaya." Ini berarti bahwa Islam tidak
menghendaki adanya kecenderungan konsentrasi kekayaan pada sekelompok elite masyarakat..
Pada pokoknya Islam mengajarkan tolong-menolong, membebaskan manusia dari perbudakan
menegakkan yang baik, dan menghalau segala yang buruk dalam kehidupan bermasyarakat.
Zakat sejalan dengan ajaran-ajaran itu, maka dapat dikatakan secara pasti merupakan salah satu
bentuk kongkret bagaimana mencapai nilai-nilai tersebut.
Zakat merupakan komitmen seorang Muslim dalam bidang soiso-ekonomi yang tidak
terhindarkan untuk memenuhi kebutuhan pokok bagi semua orang, tanpa harus meletakkan
beban pada kas negara semata, seperti yang dilakukan oleh sistem sosialisme dan negara
kesejahteraan modern.

5. Zakat Sebagai Landasan Sistem Perekonomian Islam

Zakat adalah landasan sistem perekonomian Islam dan menjadi tulang punggungnya. Karena
sistem perekonomian Islam berdasarkan pengakuan bahwa Allah adalah pemilik asal, maka
hanya Dia yang berhak mengatur masalah pemilikan, hak-hak dan penyaluran serta
pendistribusian harta. Zakat adalah pencerminan dari semua itu. Karena ia merupakan salah satu
hak terpenting yang dijadikan Allah di dalam pemilikan.
Disamping itu, dalam harta yang kita miliki, masih ada hak-hak lain diluar zakat. Dalam sebuah
hadits dikatakan : "Sesungguhnya di dalam harta itu ada hak selain zakat". Tetapi zakat
merupakan hak terpenting di dalam harta. Karena itu ia menjadi penyerahan total kepada Allah
dalam persoalan harta. Sabda Nabi Muhammad SAW: "Zakat adalah bukti (penyerahan)".
Dalam masalah modal, Islam memiliki prinsip-prinsip tertentu, antara lain: Penumpukan dan
pembekuan harta adalah tindakan tidak benar dalam masalah harta. Harta harus dikembangkan

21
dan zakat merupakan pengejawantahan dalam masalah ini. Sebab, modal yang tidak
dikembangkan, pemilik tetap berkewajiban membayar zakat. Berarti dia harus mengurangi
bagian modal itu setiap tahunnya. Akhirnya akan mengakibatkan semakin menipisnya modal.
Misalnya, seorang memiliki uang lima juta rupiah yang tidak dikembangkan. Dia akan
membayar zakat uang tersebut setiap tahunnya sebanyak 2.5 %. Dalam beberapa tahun harta
yang lima juta rupiah tersebut, kecuali nishab, pasti akan habis seluruhnya. Karena itu, pemilik
modal terpaksa harus mengembangkan hartanya bila ingin menjaga modal agar tidak habis.
Sehingga zakatnya dibayar dari keuntungan, bukan dari itu sendiri.
Dengan demikian, sistem zakat menjadikan modal selalu dalam perputaran. Dengan ini pula kita
dapat memahami firman Allah: "Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka (bahwa mereka akan
mendapat) siksa yang pedih (Qs. At Taubah:34)"
Selama infaq di jalan Allah ditunaikan, atau sekurang-kurangnya dengan membayar zakat, maka
penimbunan harta benda itu tidak akan pernah terjadi. Rasulullah SAW bersabda: "Selama kamu
tunaikan zakatnya, maka ia bukan timbunan".
Jadi, tidak mungkin terjadi bersama-sama antara penimbunan dengan zakat. Modal, sebagai
modal yang tidak dikembangkan, tidak memiliki keuntungan. Tetapi, di dalamnya ada hak orang
lain, yaitu penerimaan zakat. Modal, berhak mendapatkaan keuntungan setelah dikembangkan
sebagai imbalan atas kesediaannya menanggung kerugian. Misalnya, dalam satu syarikat
mudharabah (usaha bagi hasil) pemilik modal berhak mendapat keuntungan sebagai imbalan
kesediaan modal tersebut menanggung kerugian, bila terjadi kerugian. Ini menunjukan perbedaan
pokok dalam memandang persoalan harta sebagai modal antara Kapitalisme dan Komunisme di
satu pihak dengan sistem Islam di pihak lain.

5. Zakat sebagai asas sistem fiskal

Zakat merupakan suatu sistem yang cukup lengkap dan mampu merangkumi semua jenis
kegiatan ekonomi dan harta. Ringkasnya ia merupakan asas kepada suatu sistem fiskal yang
lengkap. Hanya jika jumlah zakat yang dikutip itu tidak mencukupi bagi keperluan negara, maka
Islam mengharuskan mencari segala sumber-sumber lain yang tidak bertentangan dengan
syariah.

Implikasi zakat secara langsung terhadap perekonomian dalam suatu  negara, yaitu :
Pertama, zakat mampu meningkatkan permintaan. Pada dasarnya, zakat diambil dari yang kaya
dan diberikan kepada yang miskin. Distribusi zakat kepada golongan fakir miskin sudah tentu
akan dapat menambahkan kemampuan mereka untuk meningkatkan penggunaan (utility) mereka.
Hal ini amat jelas sekali karena, pada dasarnya, golongan fakir miskin tidak mempunyai daya
permintaan yang tinggi. Pendapatan mereka yang rendah itu sudah tentu tidak mencukupi untuk
menampung keperluan hidup mereka. Maka kecenderungan daya beli di kalangan mereka adalah
sangat rendah dibanding dengan kecenderungan daya beli di kalangan orang-orang kaya. Dengan
yang demikian, zakat yang diterima akan membuat mereka meningkatkan penggunaan mereka

22
terutama bagi barang keperluan. Peningkatan kepada permintaan ini sudah tentu boleh
mendorongkan pengeluaran yang lebih terutama bagi barang keperluan.

Zakat merupakan alat yang paling ampuh untuk membantu golongan fakir miskin. Islam,
semenjak awal, telah memberi dorongan yang amat kuat untuk penganutnya memberi perhatian
sewajarnya terhadap golongan fakir dan miskin.Zakat itu sangat diperlukan perlu untuk
pembangunan negara. Negara Brunei Darussalam tidak memberlakukan pajak pendapatan karena
pemerintaha/kerajaan di negara terebut sudah mampu menyediakan anggaran untuk keperluan
negara. Namun jika suatu negara seperti Indonesia yang masih kekurangan maka Pemerintah
boleh mencari sumber-sumber lain yang tidak bertentangan dengan syariah.

6. Zakat dalam pengembangan potensi ekonomi umat.

Agar pelaksanaannya dapat efektif, Yusuf Qardhawi menyatakan bahwa urusan zakat sebaiknya
jangan dikerjakan sendiri oleh muzakki (orang yang mengeluarkan zakat), melainkan dipungut
oleh petugas zakat yang telah ditunjuk oleh negara (dalam konteks Indonesia adalah Badan atau
Lembaga Amil Zakat).
Betapa penting peran dan manfaat zakat sehingga pada masa Rasulullah SAW dan pemimpin
Islam setelahnya tidak menyerahkan urusan zakat kepada kerelaan orang-perorang semata, tetapi
menjadi tanggungjawab pemerintah (lembaga yang ditunjuk oleh negara), baik dalam proses
pemungutan maupun pendistribusian. Oleh karenanya, yang aktif menarik dan mendistribusikan
zakat adalah pejabat yang telah ditunjuk oleh negara. Dalam melaksanakan tugasnya mereka
diberi kewenangan untuk menggunakan “paksaan” seperti yang pernah dilakukan oleh Abu
Bakar r.a. dengan memerangi orang-orang yang enggan mengeluarkan zakat. Pada akhirnya
apabila zakat benar-benar dapat berjalan efektif, diharapkan tercapai sosial safety nets (kepastian
terpenuhinya hak minimal kaum papa) serta berputarnya roda perekonomian umat, mendorong
pemanfatan dana ‘diam’ (idle), mendorong inovasi dan penggunaan IPTEK serta harmonisasi
hubungan si kaya dan si miskin. Sehingga pada akhirnya kehidupan umat yang ideal dengan
sendirinya akan terwujud.

23
BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN

Dalam ajaran Islam, kewajiban utama kaum muslim atas harta adalah zakat. berbeda pendapat
terkait apakah ada kewajiban kaum muslim atas Harta selain zakat. Zakat merupakan harta yang wajib
dikeluarkan oleh muzakki sesuai dengan ketentuan syariah untuk diberikan kepada yang berhak
menerimanya (mustahiq). Zakat memiliki peranan yang sangat strategis dalam upaya
pengentasan kemiskinan atau pembangunan ekonomi.
Pelaksanaan ibadah zakat bila dilakukan secara sistematis dan terorganisasi akan mampu
memberikan efek pengganda yang tidak sedikit terhadap peningkatan pendapatan nasional suatu
negara dikarenakan percepatan sirkulasi uang yang terjadi dalam perekonomian.
Mayoritas fuqaha berpendapat bahwa zakat adalah satu-satunya kewajiban kaum muslim atas
harta. Barang siapa telah menunaikan zakat,maka bersilah hartanya dan bebaslah kewajibanya. Disisi lain
ada selain zakat. Jalan tengah dari dua perbedaan pendapat ini adalah bahwa kewajiban atas harta yang
wajib adalah zakat, namun jika dating kondisi menghendaki adanya keperluan tambahan maka akan ada
kewajiban tambahan lain berupa pajak.
Fungsi pajak dibagi menjadi dua, yaitu; fungsi budgetair atau fungsi finansial dan fungsi
redistribusi pendapatan bagi masyarakat. Secara umum pajak yang berlaku di Indonesia dibagi menjadi
dua yaitu pajak daerah dan pajak pusat. Dan sebagai warga negara wajib hukumnya untuk membayar
pajak.

5.2 SARAN

24

Anda mungkin juga menyukai