BAHASA INDONESIA
Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas individu pada Mata Kuliah
Pendidikan Bahasa Indonesia dengan Dosen Pembimbing :
Rizki Wibawaningrum, S.T., M.T.
Disusun Oleh :
NAUFAL YUDHA KURNIAWAN (20191331051)
Huruf Nama
Kapital Kecil
A a a
B b be
C c ce
B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.
Contoh
Pemakaian
Huruf Vokal dalam Kata
Keterangan:
Untuk keperluan pelafalan kata yang
benar, tanda aksen ( ′ ) dapat digunakan
jika ejaan kata menimbulkan keraguan.
Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (téras).
Upacara itu dihadiri pejabat teras Bank
Indonesia.
Kami menonton film seri (séri).
Pertandingan itu berakhir seri.
Di mana kécap itu dibuat?
Coba kecap dulu makanan itu.
C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c,
d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.
c cakap kaca –
Setiap suku kata dalam bahasa indonesia ditandai oleh sebuah vokal. Vokal itu dapat diikuti
maupun di dahului oleh konsonan.
1. Bahasa Indonesia mengenal 4 macam pola umum suku kata yaitu :
3. Cara Pemisahan suku kata pada kata dasar adalah sebagai berikut :
Untuk kata yang di tengahnya ada dua vokal yang berurutan, maka pemisahan tersebut
diilakukan antara kedua vokal itu. Contoh : bu-at, ta-at, sa-at, ni-an, sa-uh, bu-ah.
Untuk kata yang ditengahnya ada konsonan diantara dua vokal, maka pemisahan tersebut
dilakukan sebelum konsonan itu, Contoh : su-kar, za-kat, se-kat, tu-tup, te-pat. Untuk ng, ny,
sy, dan kh yang melambangkan satu konsonan, maka gabungan huruf-huruf itu tidak pernah
diceraikan sehingga pemisahan suku kata dilakukan sebelum atau sesudah pasangan huruf itu.
Contoh : nyo-nya, sya-rat, ang-ka, akh-lak, sa-ngat.
untuk kata yang ditengahnya ada dua konsonan yang berurutan, maka pemisahan tersebut
dilakukan di antara kedua konsonan itu. Contoh : ban-dar, man-tan, man-di, ran-ting.
Untuk kata yang ditengahnya ada tiga konsonan atau lebih, maka pemisahan tersebut
dilakukan diantara konsonan yang pertama (termasuk ng) dengan yang kedua. Contoh : ul-tra,
in-fra, am-bruk, ben-trok, bang-krut.
4. Untuk kata yang mendapatkan imbuhan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk
sehingga biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, maka pemisahan suku kata
tersebut dilakukan untuk dipisahkan sebagai satu kesatuan. Contoh : mi-num-an, bel-a-jar,
ham-bat-an, me-lak-sa-na-kan, mem-ban-tu, da-tang-lah.
3. Penulisan Huruf Besar
b) Untuk nama agama, kitab suci, nama Tuhan, dan kata ganti Tuhan.
Hanya Allah yang bisa menguatkan hati, karena itu memintalah selalu kepada-Nya
agar hati kita tetap dalam kebaikan.
c) Untuk nama gelar kehormatan, gelar keturunan, atau gelar keagamaan yang diikuti
dengan nama orang. Jika gelar tersebut tidak diikuti dengan nama orang,
maka tidak digunakan huruf kapital.
d) Untuk nama jabatan atau pangkat yang diikuti dengan nama orang, instansi, dan
tempat (termasuk untuk pengganti semua itu).
Kegiatan pemberian bantuan pasca gempa kemarin dihadiri juga oleh Pimpinan
Telkom Sumbar, Muskab Muzakkar.
f) Untuk nama suku, bangsa, negara, dan bahasa. Namun jika nama tersebut terletak di
tengah kata awalan dan kata akhiran atau sebagai sisipan, maka tidak digunakan huruf
kapital.
Meskipun dia orang Batak, tapi bicaranya kejawa-jawaan. Mungkin karena istrinya
berasal dari Solo, membuatnya jadi terbiasa berlogat Jawa.
Kedua bayi kembarnya lahir di bulan Mei, bertepatan dengan awal tahun Muharram
saat itu.
h) Untuk nama organisasi, badan atau lembaga, instansi pemerintah, dan dokumen resmi
Negara. Dipakai juga pada kata-kata unsurnya kecuali kata penghubung.
j) Untuk setiap kata di judul buku, tulisan, artikel, dan lainnya yang sejenis. Juga
dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang
sempurna) di dalamnya kecuali kata penghubung yang tidak terletak pada posisi awal.
Dia berkata, “Jika tidak sungguh sayang, tak mungkin perjuangan sejauh ini.”
Jika ingin memperoleh ilmu pengetahuan yang tinggi, kita harus menghormati
guru, belajar giat dan sungguh-sungguh, dan terutama berterima kasih atas
bimbingan guru yang tanpa pamrih, Master Cheng Yen
kata dasar adalah kata yang belum diberi imbuhan. Dengan kata lain, kata dasar
adalah kata yang menjadi dasar awal pembentukan kata yang lebih besar.
Contohnya adalah makan, duduk, pulang, tinggal, datang, minum, langkah, pindah,
dan lain – lain.
B. Kata Ulang
Kata ulang adalah bentuk kata yang merupakan pengulangan kata dasar.
Pengulangan ini dapat memiliki atau menciptakan arti baru.
Kata ulang terdiri dari beberapa macam, yaitu:
Pengulangan seluruh
Kata ulang ini terdiri dari kata dasar yang diulang secara keseluruhan.
Contoh: buku – buku, anak – anak, ibu – ibu, bapak – bapak, dan lain – lain.
Pengulagan sebagian
Kata ulang ini adalah kata ulang yang berasal dari kata dasar yang mengalami
pengulangan hanya pada bagian awal atau akhirnya saja.
1. Orang itu hidup dengan sangat tertutup tak heran tetangga mencurigainya.
2. Ketika aku berlibur di desa, aku melihat perbukitan yang sangat indah.
3. Orang itu menebang pepohonan yang ada di atas bukit akibatnya terjadi tanah
longsor.
C. Kata Berimbuhan
Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau singkatan
yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Misalnya:
non-Indonesia
pan-Afrikanisme
pro-Barat
non-ASEAN
anti-PKI
(2) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat
Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
(3) Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat
Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai.
Misalnya:
Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
6. Penulisan Angka dan Lambang Bilangan
A. Angka dan Lambang Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai
lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau
angka Romawi.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D
(500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)
a) Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam
perincian atau paparan.
Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang
tidak memberikan suara.
Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus,
dan 250 sedan.
b) Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata,
susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu
tidak ada pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian.
Panitia mengundang 250 orang peserta.
Bukan:
250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu
c) Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya
lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.
d) Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi;
(b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah.
Misalnya:
0,5 sentimeter tahun 1928
5 kilogram 17 Agustus 1945
4 meter persegi 1 jam 20 menit
10 liter pukul 15.00
Rp5.000,00 10 persen
US$ 3,50* 27 orang
£5,10* ¥100
2.000 rupiah
Catatan:
(1) Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda desimal.
(2) Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, £, dan ¥ tidak diakhiri dengan
tanda titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya,
kecuali di dalam tabel.
1. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
f) Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan utuh
Misalnya:
dua belas (12)
tiga puluh (30)
lima ribu (5000)
g) Bilangan pecahan
Misalnya:
setengah (1/2)
seperenam belas (1/16)
tiga perempat (3/4)
dua persepuluh (0,2) atau (2/10)
tiga dua pertiga (3 2/3)
satu persen (1%)
satu permil (1o/oo)
Catatan:
(1) Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di antara
bilangan utuh dan bilangan pecahan.
(2) Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan dengan
huruf yang dapat menimbulkan salah pengertian.
Misalnya:
20 2/3 (dua puluh dua-pertiga)
22/30 (dua-puluh-dua pertiga puluh)
20 15/17 (dua puluh lima-belas pertujuh belas)
150 2/3 (seratus lima puluh dua-pertiga)
152/3 (seratus-lima-puluh-dua pertiga)
i) Penulisan bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara berikut. (Lihat
juga keterangan tentang tanda hubung, huruf A, nomor 5).
Misalnya:
lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
uang 5.000-an (uang lima-ribuan)
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali
di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi).
Misalnya:
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00.
j) Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima
ratus rupiah lima puluh sen).
Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus
dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
Dia membeli uang dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00 (lima ribu dolar).
Catatan:
(1) Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah.
(2) Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran bab (dalam terbitan
atau produk perundang-undangan) dan nomor jalan.
(3) Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman sebelum Bab I
dalam naskah dan buku.
7. Penulisan Tanda Baca :
a) Tanda Titik
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh: Saya suka makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.
9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang.
contoh:
Cu (tembaga)
52 cm
l (liter)
Rp350,00
10. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
contoh:
Latar Belakang Pembentukan
Sistem Acara
Lihat Pula
b) Tanda Koma
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi.
Contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan.
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
Contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak
kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
a) Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
b) Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi,
lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh:
Oleh karena itu, kamu harus datang.
Jadi, saya tidak jadi datang.
5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang
terdapat pada awal kalimat.
contoh:
O, begitu.
Wah, bukan main.
6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Contoh: Kata adik, “Saya sedih sekali”.
7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri
yang ditulis berurutan.
Contoh:
Medan, 18 Juni 1984
Medan, Indonesia
8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
Contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT
Wikipedia Indonesia.
12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.
13. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat.
Contoh: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh.
Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam
pembinaan dan pengembangan bahasa.
14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru.
contoh: “Di mana Rex tinggal?” tanya Stepheen.
. Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.
Misalnya:
"Menurut saya ... seperti ... bagaimana, Bu?"
"Jadi, simpulannya ... oh, sudah saatnya istirahat."
Catatan:
(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
(2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).
f) Tanda Tanya
Tanda Tanya adalah salah satu tanda baca yang digunakan dalam percakapan atau kalimat
sebagai penanda akhir dari suatu pertanyaan. Tanda tanya berfungsi melengkapi kalimat
tanya dengan simbol (?). Tanda tanya umumnya di gunakan pada :
g) Tanda Seru
Tanda Seru adalah salah satu tanda baca yang digunakan dalam percakapan atau kalimat
sebagai ungkapan atau pernyataan yang berupa perintah. Tanda seru melengkapi akhir
kalimat perintah dengan simbol (!). Tanda seru ini ditunjukkan dalam bentuk perasaan
kesungguhan, ketidak percayaan, emosi yang kuat dan bersuara dengan nada tinggi.
h) Tanda Kurung
1) Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Misalnya:
Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis
pada tahun 1962.
Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam
negeri.
3) Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya
di dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan.
Misalnya:
Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Transjakarta.
Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.
4) Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan
sebagai penanda pemerincian.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
(1) akta kelahiran,
(2) ijazah terakhir, dan
(3) surat keterangan kesehatan.
i) Tanda Hubung
1. Untuk Kalimat yang Memiliki Unsur Kata Ulang
Penggunaan tanda hubung juga biasa digunakan untuk unsur kata ulang. Kata ulang
merupakan jenis kata yang mengalami reduplikasi atau pengulangan kata. Kata ulang
terdiri dari lima jenis, yaitu: dwipurwa (kata ulang sebagian), dwilingga (kata ulang utuh),
dwilingga salin suara (kata ulang berubah bunyi), kata ulang berimbuhan, dan kata ulang
semu. diantara kelimanya, hanya kata ulang dwipurwa yang tidak menggunakan tanda
hubung.
Kata ulang dwilingga atau lebih umum disebut kata ulang utuh adalah sebuah kata, baik
itu kata dasar maupun berimbuhan, yang mengalami pengulangan kata. Untuk
menghubungkan kata-kata tersebut, maka digunakan tanda hubung (-) ditengah kata-kata
tersebut.
Contoh:
Kata ulang dwilingga salin suara atau yang umum disebut kata ulang berubah bunyi adalah
pengulangan suatu kata yang dimana salah satunya mengalami perubahan suara entah itu
satu fonem ataupun lebih. Sama seperti kata ulang dwilingga, tanda hubung juga mesti
digunakan guna mempertegas engulangan kata tersebut.
Contoh:
Penggunaan tanda hubung juga mesti dilakukan pada kata ulang berimbuhan. Pada kata
ulang ini, kata yang berimbuhan hanya berlaku pada satu kata, entah itu kata yang pertama
atau pun kata yang dibelakang.
Contoh:
Kata ulang semu adalah kata yang semulanya kata dasar, namun harus diberi tanda hubung
karena kata tersebut ditulis secara berulang.
Contoh:
Contoh :
.3. Untuk Menghubungkan Kata Berimbuhan yang Terpenggal Saat Pergantian Baris
Penggunaan tanda hubung ini kurang lebih sama dengan nomor 2. Hanya saja, yang
dipenggal pada saat pergantian baris adalah kata yang berimbuhan, entah itu berimbuhan
awal, akhir, atau keduanya.
Contoh:
4. Sebagai Penghubung Imbuhan se- dengan Kata yang Diawali Huruf Kapital
Kata berawalan huruf kapital yang mesti disambung dengan imbuhan se- adalah nama-
nama kota, daerah, atau negara.
Contoh:
5. Dipakai Untuk Awalan ke- dan -an saat Digabungkan dengan Angka
Dalam sebuah kalimat, biasanya terdapat penulisan angka yang diberi imbuhan awal ke-
atau imbuhan akhir -an. Agar angka dan imbuhan tersebut terhubung, maka digunakan
tanda hubung untuk menyambungkan keduanya.
Contoh:
Contoh:
1. Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
2. Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain.
Misalnya:
3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti 'sampai
dengan' atau 'sampai ke'.
Misalnya:
Tahun 2010—2013
Tanggal 5—10 April 2013
Jakarta—Bandung
1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain.
Misalnya:
2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau
bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Misalnya: