Anda di halaman 1dari 31

TUGAS MATA KULIAH

BAHASA INDONESIA
Disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas individu pada Mata Kuliah
Pendidikan Bahasa Indonesia dengan Dosen Pembimbing :
Rizki Wibawaningrum, S.T., M.T.

Disusun Oleh :
NAUFAL YUDHA KURNIAWAN (20191331051)

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
2019
1. PEMAKAIAN HURUF ABJAD, VOKAL,DAN
KONSONAN
A. Huruf Abjad
Abjad yang digunakan dalam ejaan bahasa Indonesia terdiri atas huruf yang berikut. Nama
tiap huruf disertakan di kolom ketiga.
Contoh :

Huruf Nama

Kapital Kecil

A a a

B b be

C c ce

B. Huruf Vokal
Huruf yang melambangkan vokal dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf a, e, i, o, dan u.

Contoh
Pemakaian
Huruf Vokal dalam Kata

Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

a api padi lusa

e* enak   emas petak   kena sore   tipe

i itu simpan murni

Keterangan:
Untuk keperluan pelafalan kata yang
benar, tanda aksen ( ′ ) dapat digunakan
jika ejaan kata menimbulkan keraguan.

Misalnya:
Anak-anak bermain di teras (téras).
Upacara itu dihadiri pejabat teras Bank
Indonesia.
Kami menonton film seri (séri).
Pertandingan itu berakhir seri.
Di mana kécap itu dibuat?
Coba kecap dulu makanan itu.

C. Huruf Konsonan
Huruf yang melambangkan konsonan dalam bahasa Indonesia terdiri atas huruf-huruf b, c,
d, f, g, h, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, v, w, x, y, dan z.

Huruf Konsonan Contoh Pemakaian dalam Kata

Posisi Awal Posisi Tengah Posisi Akhir

b bahasa sebut adab

c cakap kaca –

d dua ada Abad

2. Persukuan/Pemishan Suku Kata

Setiap suku kata dalam bahasa indonesia ditandai oleh sebuah vokal. Vokal itu dapat diikuti
maupun di dahului oleh konsonan.
1. Bahasa Indonesia mengenal 4 macam pola umum suku kata yaitu :

V : a-kan, a-ku, ma-u, a-du, i-par


VK : an-dal, la-in, in-dah, om-bak
KV : ra-jut, ma-ju, bi-ru, ca-kap
KVK : bantah, lam-bat, ram-but, rim-bun
2. Selain itu Bahasa Indonesia masih memiliki beberapa pola suku kata yang seperti berikut ini :
KKV : pra-ja, su-pra, sas-tra, in-fra
KKVK : blok, prak-tek, trak-tor, trak-tir, skan-dal,
VKK : eks, ons, ohm, eks-por
KVKK : teks, pers
KKVKK : kom-pleks, tri-pleks
KKKV : stra-ta, stra-te-gi, in-stru-men
KKKVK : struk-tur, in-struk-si

3. Cara Pemisahan suku kata pada kata dasar adalah sebagai berikut :
Untuk kata yang di tengahnya ada dua vokal yang berurutan, maka pemisahan tersebut
diilakukan antara kedua vokal itu. Contoh : bu-at, ta-at, sa-at, ni-an, sa-uh, bu-ah.
Untuk kata yang ditengahnya ada konsonan diantara dua vokal, maka pemisahan tersebut
dilakukan sebelum konsonan itu, Contoh : su-kar, za-kat, se-kat, tu-tup, te-pat. Untuk ng, ny,
sy, dan kh yang melambangkan satu konsonan, maka gabungan huruf-huruf itu tidak pernah
diceraikan sehingga pemisahan suku kata dilakukan sebelum atau sesudah pasangan huruf itu.
Contoh : nyo-nya, sya-rat, ang-ka, akh-lak, sa-ngat.
untuk kata yang ditengahnya ada dua konsonan yang berurutan, maka pemisahan tersebut
dilakukan di antara kedua konsonan itu. Contoh : ban-dar, man-tan, man-di, ran-ting.
Untuk kata yang ditengahnya ada tiga konsonan atau lebih, maka pemisahan tersebut
dilakukan diantara konsonan yang pertama (termasuk ng) dengan yang kedua. Contoh : ul-tra,
in-fra, am-bruk, ben-trok, bang-krut.

4. Untuk kata yang mendapatkan imbuhan, termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk
sehingga biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, maka pemisahan suku kata
tersebut dilakukan untuk dipisahkan sebagai satu kesatuan. Contoh : mi-num-an, bel-a-jar,
ham-bat-an, me-lak-sa-na-kan, mem-ban-tu, da-tang-lah.
3. Penulisan Huruf Besar

a) Untuk awal kalimat.

Air di sungai itu sangat jernih.        

b) Untuk nama agama, kitab suci, nama Tuhan, dan kata ganti Tuhan.

Hanya Allah yang bisa menguatkan hati, karena itu memintalah selalu kepada-Nya
agar hati kita tetap dalam kebaikan.

c) Untuk nama gelar kehormatan, gelar keturunan, atau gelar keagamaan yang diikuti
dengan nama orang. Jika gelar tersebut tidak diikuti dengan nama orang,
maka tidak digunakan huruf kapital.

Perempuan bergamis itu adalah istri Haji Shiddiq.


Furqon akan menunaikan ibadah haji tahun ini.

d) Untuk nama jabatan atau pangkat yang diikuti dengan nama orang, instansi, dan
tempat (termasuk untuk pengganti semua itu).

Kegiatan pemberian bantuan pasca gempa kemarin dihadiri juga oleh Pimpinan
Telkom Sumbar, Muskab Muzakkar.

e) Untuk setiap unsur-unsur nama orang dan nama-nama geografis (nama kota, nama


daerah, atau lokasi). Namun demikian, huruf kapital tidak digunakan untuk unsur-
unsur nama orang dan geografis yang dipakai sebagai nama jenis
atau satuan ukuran (seperti volt, jeruk bali), juga tidak untuk nama geografis yang
tidak khas. Sementara, untuk unsur-unsur nama, huruf kapital tidak digunakan untuk
bin, binti, dan alias.

Nama perempuan itu Nedia Puspita.


Pemandangan Gunung Merapi dari Padang Panjang sangat indah.
Dia sangat menyukai berselancar dan mendaki gunung.

f) Untuk nama suku, bangsa, negara, dan bahasa. Namun jika nama tersebut terletak di
tengah kata awalan dan kata akhiran atau sebagai sisipan, maka tidak digunakan huruf
kapital.

Meskipun dia orang Batak, tapi bicaranya kejawa-jawaan. Mungkin karena istrinya
berasal dari Solo, membuatnya jadi terbiasa berlogat Jawa.

g) Untuk nama hari, bulan, tahun, peristiwa sejarah, dan hari khusus publik.

Kedua bayi kembarnya lahir di bulan Mei, bertepatan dengan awal tahun Muharram
saat itu.

h) Untuk nama organisasi, badan atau lembaga, instansi pemerintah, dan dokumen resmi
Negara. Dipakai juga pada kata-kata unsurnya kecuali kata penghubung.

Regulasi itu sudah digodok oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

i) Sebagai huruf pertama pada singkatan nama gelar, pangkat, sapaan.

Apakah kaki Bapak sudah sembuh? (sapaan)


Jika Anda serius, perlihatkan kesungguhan Anda!

j) Untuk setiap kata di judul buku, tulisan, artikel, dan lainnya yang sejenis. Juga
dipakai sebagai huruf pertama semua kata (termasuk semua unsur kata ulang
sempurna) di dalamnya kecuali kata penghubung yang tidak terletak pada posisi awal.

Novel itu berjudul Sampai Tua Sampai Mati.

k) Sebagai huruf pertama petikan langsung.

Dia berkata, “Jika tidak sungguh sayang, tak mungkin perjuangan sejauh ini.”

4. Penulisan Huruf Miring


1. Huruf miring digunakan untuk menuliskan nama buku atau sebuah
kalimat.
Contoh :
 Cerita kasih tak sampai, Siti Nurbaya, novel karya Marah Rusli yang melegenda
 Kitab Sutasoma, yang di karang oleh Empu Tantular, di jadikan sebagai Motto
Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu  Bhinekka Tunggal Ika
 Habis Gelap Terbitlah Terang, adalah buku yang merupakan  kumpulan-
kumpulan surat yang di tulis oleh R.A. Kartini dan di kirimkan kepada teman-
temannya di Eropa
2. Huruf miring di gunakan untuk menegaskan atau mengkhususkan
huruf atau kata dalam sebuah kalimat.
Contoh :
 Huruf a adalah huruf pertama dalam alphabet
 Isilah kolom di bawah ini dengan menggunakan huruf kapital
 Blog ini tidak bermaksud untuk menggurui pembaca, tetapi hanya media sharing
 Dalam kasus investasi bodong kemarin, pasangan suami istri tersebut bukanlah
penipu, tetapi mereka adalah korban yang tertipu
 Peraturan di sekolah tersebut, setiap hari jumat murid dan guru diwajibkan
memakai baju batik
 Di lingkungan rumah sakit tersebut, dilarang merokok
3. Huruf miring digunakan untuk menuliskan daftar pustaka dalam
sebuah karya ilmiah.
Contoh :
 Tampubolon, D.P. 1087. Kemampuan Membaca, Teknik Membaca Efektif dan
Efisien. Bandung
 Keraf, Gorys.1980. Komposisi, Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende:
Nusa Indah
 Witarsa dan Rahmat Ruhyana. 2002. Pendidikan Budi Pekerti 4. bandung:
Ganeca Exact
 Nugraha, Aria. 2015. Mari Belajar Bahasa Indonesia dengan Baik dan Benar.
Bandar Lampung. Pustaka Bintang
 Arcturus. 2011. Kumpulan Dongeng Klasik: Kisah-Kisah Memikat dari seluruh
Dunia. Jakarta: Elex Media
 Bambang Riyanto, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Gajah Mada Press,
Yogyakarta, 1995
4. Huruf miring digunakan untuk menuliskan nama ilmiah dan nama
latin dalam kalimat
Contoh :
 Antigonon adalah nama ilmiah bunga air mata pengantin
 Indonesia pernah mengalami kerja paksa zaman jepang, Romusha
 Semut termasuk kelompok serangga yang merupakan anggota keluarga
dari Artropoda
 Makanan yang mengandung  monosodium glutamat tidak baik untuk kesehatan
5. Huruf miring di gunakan untuk memberi perbedaan atau penanda
dalam kalimat
Contoh :
 Istilah ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang berarti rumah
tangga atau keluarga dan nomos yang berarti peraturan atau hukum
 Huruf a,i,u,e,o, merupakan huruf vokal, sedangkan b,c,d,f,g, dan lainnya
merupakan huruf konsonan
 Kata Pancasila, berasal dari bahasa sansekerta, yang terdiri dari dua kata,
yaitu panca yang berarti lima dan sila yang berarti prinsip atau dasar atau asas
 Bunga desa, baik hati, rendah diri, lapang dada, merupakan beberapa contoh
kata sifat majemuk
6. Huruf miring digunakan menuliskan alamat website atau sebuah
link di dalam kalimat
Contoh :
 Untuk mencari berbagai informasi yang mudah dan cepat, anda dapat mencarinya
di kamus listrik pintar yang bernama www.google.com
 Sekarang bukan lagi zamannya mengirim berita atau informasi melalui surat
kertas apalagi burung merpati, karena sudah ada surat listrik tercepat (kecuali
tidak ada listrik dan koneksi internet), www.yahoomail.com
 Ingin memperluas jaringan pertemanan  yang tanpa di batasi jarak, usia dan
waktu, mari berkunjung di jaringan sosialita, www.facebook.com
 link survei: http://survey.paneland.com/index.php?
7. Huruf miring digunakan untuk menulis kalimat yang dikutip dari
buku, majalah atau pernyataan orang lain
Contoh :

 Kekuasaan seorang presiden ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng


hanya kekuasaan rakyat. Dan di atas segalanya adalah kekuasaan Tuhan Yang
Maha Esa, Ir. Soekarno
 Kesempatan untuk menemukan kekuatan yang lebih baik dalam diri kita muncul
ketika hidup terlihat sangat menantang, Joseph Campbell

 Jika ingin memperoleh ilmu pengetahuan yang tinggi, kita harus menghormati
guru, belajar giat dan sungguh-sungguh, dan terutama berterima kasih atas
bimbingan guru yang tanpa pamrih, Master Cheng Yen

 Hargailah usahamu, hargailah dirimu. Harga diri memunculkan disiplin diri.


Ketika anda memiliki keduanya, itulah kekuatan sesungguhnya, Clint Eastwood

 Kesenangan dalam sebuah pekerjaan membuat kesempurnaan pada hasil yang


dicapai, Aristoteles
8. Penggunaan huruf miring untuk  film
Contoh
 Titanic yang di tulis oleh James Cameron dan Harry Potter, karya JK Rowling
salah satu film terlaris sepanjang masa
 Film kartun si unyil, dengan tokoh pak Raden sangat populer di tahun 1980 an
9. Huruf miring ditulis untuk majalah dan surat kabar
Contoh :
 Majalah Katini dan Femina sangat populer di kalangan wanita
 Bisnis Indonesia, merupakan surat kabar mingguan yang ditunggu para pebisnis
10. Digunakan untuk ungkapan asing 
Contoh :
 Karena menjadi tersangka pemakai narkoba dan obat-obat terlarang, siswa itu
akhirnya di drop out oleh pihak sekolah
 Nugget adalah salah satu jenis makanan fast food yang digemari semua kalangan
Penggunaan huruf miring dalam Bahasa Indonesia sangat penting untuk
menandakan pemahaman tentang kalimat. Ada banyak fungsi dari
penggunaan kata miring dalam sebuah kalimat agar pembaca dapat memahami
betul makna yang terkandung dalam kata yang dicetak miring tersebut.

5.Penulisan Kata Dasar,Kata Ulang,Kata Berimbuhan


dan Gabungan Kata
A. Kata Dasar

kata dasar adalah kata yang belum diberi imbuhan. Dengan kata lain, kata dasar
adalah kata yang menjadi dasar awal pembentukan kata yang lebih besar.
Contohnya adalah makan, duduk, pulang, tinggal, datang, minum, langkah, pindah,
dan lain – lain.

Kata dasar bisa membentuk satu kesatuan kalimat, yaitu:

1. Ular yang mati itu sangat panjang .


2. Aku pergi ke sekolah dengan ayah.
3. Budi datang ke rumahku dengan sangat cepat.
4. Kakak suka makan kue bakpia dari kota Jogjakarta.
5. Ayah sampai di rumah jam 9 malam, ketika aku sedang tidur.

Kalimat – kalimat di atas disusun dari kata – kata dasar

B. Kata Ulang

Kata ulang adalah bentuk kata yang merupakan pengulangan kata dasar.
Pengulangan ini dapat memiliki atau menciptakan arti baru.
Kata ulang terdiri dari beberapa macam, yaitu:

Pengulangan seluruh

Kata ulang ini terdiri dari kata dasar yang diulang secara keseluruhan.

Contoh: buku – buku, anak – anak, ibu – ibu, bapak – bapak, dan lain – lain.

1. Kami mengumpulkan buku – buku untuk anak – anak korban kebanjiran.


2. Ibu – ibu PKK menghadiri acara yang dilaksanakan oleh ibu walikota pada hari
minggu besok.
3. Tanah longsor menimbun rumah – rumah yang ada di kampung Duren pada hari
selasa yang lalu.

Pengulagan sebagian

Kata ulang ini adalah kata ulang yang berasal dari kata dasar yang mengalami
pengulangan hanya pada bagian awal atau akhirnya saja.

Contoh: Tetangga, pepohonan, perumahan, perbukitan, dan lain – lain.

1. Orang itu hidup dengan sangat tertutup tak heran  tetangga mencurigainya.
2. Ketika aku berlibur di desa, aku melihat perbukitan yang sangat indah.
3. Orang itu menebang pepohonan yang ada di atas bukit akibatnya terjadi tanah
longsor.

C. Kata Berimbuhan
Bentuk terikat yang diikuti oleh kata yang berhuruf awal kapital atau singkatan
yang berupa huruf kapital dirangkaikan dengan tanda hubung (-).
Misalnya:
 non-Indonesia
 pan-Afrikanisme
 pro-Barat
 non-ASEAN
 anti-PKI
(2) Bentuk maha yang diikuti kata turunan yang mengacu pada nama atau sifat
Tuhan ditulis terpisah dengan huruf awal kapital.
Misalnya:
 Marilah kita bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih.
 Kita berdoa kepada Tuhan Yang Maha Pengampun.
(3) Bentuk maha yang diikuti kata dasar yang mengacu kepada nama atau sifat
Tuhan, kecuali kata esa, ditulis serangkai.
Misalnya:
 Tuhan Yang Mahakuasa menentukan arah hidup kita.
 Mudah-mudahan Tuhan Yang Maha Esa melindungi kita.
6. Penulisan Angka dan Lambang Bilangan
A. Angka dan Lambang Bilangan
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata. Angka dipakai sebagai
lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau
angka Romawi.
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D
(500), M (1.000), V (5.000), M (1.000.000)

a) Bilangan dalam teks yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf, kecuali jika bilangan itu dipakai secara berurutan seperti dalam
perincian atau paparan.
Misalnya:
Mereka menonton drama itu sampai tiga kali.
Koleksi perpustakaan itu mencapai dua juta buku.
Di antara 72 anggota yang hadir 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang
tidak memberikan suara.
Kendaraan yang dipesan untuk angkutan umum terdiri atas 50 bus, 100 minibus,
dan 250 sedan.

b) Bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf, jika lebih dari dua kata,
susunan kalimat diubah agar bilangan yang tidak dapat ditulis dengan huruf itu
tidak ada pada awal kalimat.
Misalnya:
Lima puluh siswa kelas 6 lulus ujian.
Panitia mengundang 250 orang peserta.
Bukan:
250 orang peserta diundang Panitia dalam seminar itu

c) Angka yang menunjukkan bilangan utuh besar dapat dieja sebagian supaya
lebih mudah dibaca.
Misalnya:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 550 miliar rupiah.
Dia mendapatkan bantuan Rp250 juta rupiah untuk mengembangkan usahanya.
Proyek pemberdayaan ekonomi rakyat itu memerlukan biaya Rp10 triliun.

d) Angka digunakan untuk menyatakan (a) ukuran panjang, berat, luas, dan isi;
(b) satuan waktu; (c) nilai uang; dan (d) jumlah.
Misalnya:
0,5 sentimeter tahun 1928
5 kilogram 17 Agustus 1945
4 meter persegi 1 jam 20 menit
10 liter pukul 15.00
Rp5.000,00 10 persen
US$ 3,50* 27 orang
£5,10* ¥100
2.000 rupiah

Catatan:
(1) Tanda titik pada contoh bertanda bintang (*) merupakan tanda desimal.
(2) Penulisan lambang mata uang, seperti Rp, US$, £, dan ¥ tidak diakhiri dengan
tanda titik dan tidak ada spasi antara lambang itu dan angka yang mengikutinya,
kecuali di dalam tabel.

e) Angka digunakan untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau


kamar.
Misalnya:
Jalan Tanah Abang I No. 15 Jalan Wijaya No. 14 Apartemen No. 5
Hotel Mahameru, Kamar 169

1. Angka digunakan untuk menomori bagian karangan atau ayat kitab suci.
Misalnya:
Bab X, Pasal 5, halaman 252
Surah Yasin: 9
f) Penulisan bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut.
a. Bilangan utuh
Misalnya:
dua belas (12)
tiga puluh (30)
lima ribu (5000)

g) Bilangan pecahan
Misalnya:
setengah (1/2)
seperenam belas (1/16)
tiga perempat (3/4)
dua persepuluh (0,2) atau (2/10)
tiga dua pertiga (3 2/3)
satu persen (1%)
satu permil (1o/oo)

Catatan:
(1) Pada penulisan bilangan pecahan dengan mesin tik, spasi digunakan di antara
bilangan utuh dan bilangan pecahan.
(2) Tanda hubung dapat digunakan dalam penulisan lambang bilangan dengan
huruf yang dapat menimbulkan salah pengertian.
Misalnya:
20 2/3 (dua puluh dua-pertiga)
22/30 (dua-puluh-dua pertiga puluh)
20 15/17 (dua puluh lima-belas pertujuh belas)
150 2/3 (seratus lima puluh dua-pertiga)
152/3 (seratus-lima-puluh-dua pertiga)

h) Penulisan bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara berikut.


Misalnya:
(1) pada awal abad XX (angka Romawai kapital)
dalam kehidupan pada abad ke-20 ini (huruf dan angka Arab)
pada awal abad kedua puluh (huruf)
(2) kantor di tingkat II gedung itu (angka Romawi)
di tingkat ke-2 gedung itu (huruf dan angka Arab)
di tingkat kedua gedung itu (huruf)

i) Penulisan bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara berikut. (Lihat
juga keterangan tentang tanda hubung, huruf A, nomor 5).
Misalnya:
lima lembar uang 1.000-an (lima lembar uang seribuan)
tahun 1950-an (tahun seribu sembilan ratus lima puluhan)
uang 5.000-an (uang lima-ribuan)

Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks (kecuali
di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi).
Misalnya:
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
Rumah itu dijual dengan harga Rp125.000.000,00.

j) Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat.
Misalnya:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp900.500,50 (sembilan ratus ribu lima
ratus rupiah lima puluh sen).
Bukti pembelian barang seharga Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) ke atas harus
dilampirkan pada laporan pertanggungjawaban.
Dia membeli uang dolar Amerika Serikat sebanyak $5,000.00 (lima ribu dolar).

Catatan:
(1) Angka Romawi tidak digunakan untuk menyatakan jumlah.
(2) Angka Romawi digunakan untuk menyatakan penomoran bab (dalam terbitan
atau produk perundang-undangan) dan nomor jalan.
(3) Angka Romawi kecil digunakan untuk penomoran halaman sebelum Bab I
dalam naskah dan buku.
7. Penulisan Tanda Baca :

a) Tanda Titik
1. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Contoh: Saya suka makan nasi.
Apabila dilanjutkan dengan kalimat baru, harus diberi jarak satu ketukan.

2. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.


Contoh:
• Irwan S. Gatot
• George W. Bush
Apabila nama itu ditulis lengkap, tanda titik tidak dipergunakan.
Contoh: Anthony Tumiwa
3. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan.
Contoh:
• Dr. (doktor)
• S.E. (sarjana ekonomi)
• Kol. (kolonel)
• Bpk. (bapak)
4. Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah sangat umum. Pada
singkatan yang terdiri atas tiga huruf atau lebih hanya dipakai satu
tanda titik.
Contoh:
• dll. (dan lain-lain)
• dsb. (dan sebagainya)
• tgl. (tanggal)
• hlm. (halaman)
5. Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu atau jangka waktu.
Contoh:
• Pukul 7.10.12 (pukul 7 lewat 10 menit 12 detik)
• 0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
6. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Contoh: Kota kecil itu berpenduduk 51.156 orang.
7. Tanda titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
tidak menunjukkan jumlah.
Contoh:
• Nama Ivan terdapat pada halaman 1210 dan dicetak tebal.
• Nomor Giro 033983 telah saya berikan kepada Mamat.
list end
8. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di
dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Contoh:
 DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
 SMA (Sekolah Menengah Atas)
 PT (Perseroan Terbatas)
 WHO (World Health Organization)
 UUD (Undang-Undang Dasar)
 SIM (Surat Izin Mengemudi)
 Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
 rapim (rapat pimpinan)

9. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan lambang kimia, satuan ukuran, takaran,
timbangan, dan mata uang.
contoh:
 Cu (tembaga)
 52 cm
 l (liter)
 Rp350,00
10. Tanda titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan, atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
contoh:
 Latar Belakang Pembentukan
 Sistem Acara
 Lihat Pula

b) Tanda Koma
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Contoh: Saya menjual baju, celana, dan topi.
Contoh penggunaan yang salah: Saya membeli udang, kepiting dan ikan.

2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara
yang berikutnya, yang didahului oleh kata seperti, tetapi, dan melainkan.
Contoh: Saya bergabung dengan Wikipedia, tetapi tidak aktif.
3. Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak
kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya.
Contoh:
a) Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
b) Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
4. Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antara kalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi,
lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi.
Contoh:
 Oleh karena itu, kamu harus datang.
 Jadi, saya tidak jadi datang.

5. Tanda koma dipakai di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang
terdapat pada awal kalimat.
contoh:
 O, begitu.
 Wah, bukan main.

6. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam
kalimat.
Contoh: Kata adik, “Saya sedih sekali”.

7. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri
yang ditulis berurutan.
Contoh:
 Medan, 18 Juni 1984
 Medan, Indonesia

8. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam
daftar pustaka.
Contoh: Lanin, Ivan, 1999. Cara Penggunaan Wikipedia. Jilid 5 dan 6. Jakarta: PT
Wikipedia Indonesia.

9. Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.


Contoh: I. Gatot, Bahasa Indonesia untuk Wikipedia. (Bandung: UP Indonesia, 1990),
hlm. 22.
10. Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
contoh: Rinto Jiang, S.E.
11. Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Contoh:
 33,5 m
 Rp10,50

12. Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak
membatasi.
Contoh: pengurus Wikipedia favorit saya, Borgx, pandai sekali.
13. Tanda koma dipakai untuk menghindari salah baca di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat.
Contoh: Dalam pembinaan dan pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh.
Bandingkan dengan: Kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh dalam
pembinaan dan pengembangan bahasa.
14. Tanda koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain yang
mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru.
contoh: “Di mana Rex tinggal?” tanya Stepheen.

c) Tanda Titik Dua


1. Di akhir suatu pernyataan lengkap dimana kalimatnya di ikuti suatu rangkaian atau
penjelasan.
Contoh :
 Menjelang masuk sekolah, kita memerlukan alat tulis : buku, pensil, penghapus,
rautan  dan penggaris.
 Liburan ini, kita harus membuat pilihan antara : malaysia atau singapura.
 Ibu ke supermarket membeli bahan-bahan untuk memasak : gula, garam, miyak
goreng, kecap dan lain-lain.
 Rindang dan Paman ke ladang untuk memanen palawija : kedelai, kacang tanah,
buncis dan jagung.
 Universitas Indonesia mempunyai beberapa fakultas : matematika, kedokteran,
farmasi, teknik, psikologi dan hukum.
2. Sesudah kata atau ungkapan yang membutuhkan penjelasan suatu peristiwa.
Contoh :
 Kepala Desa : H. M. Machfud
 Ketua BPD : Sugianto, SE. MM
 Sekretaris Desa : Reni Aprillia, S.AB
 Bidan Desa : Dwi Gitayanti, S.Keb
 Narasumber : Ruyati
3. Dalam sebuah naskah sesudah kata yang menunjukkan tokoh di dialog/percakapan.
Contoh :
 Gisel: Ra, sebentar lagi kan ada ujian nasional. Kamu sudah siap belum?
 Tiara: Ya siap tidak siap harus siap. Kita jalani saja.
 Gisel: Aku takut kalau nanti aku tidak bisa menjawab.
 Tiara: Makanya kita persiapkan dari sekarang.
 Gisel: Kalau belajar sih sudah. Aku sudah banyak berlatih soal.
 Tiara: Tidak cuma belajar saja, tapi juga persiapan mental. Kamu harus percaya diri
untuk menghadapi ujian nasional.
 Gisel: Iya juga sih. Tapi, bagaimana kalau soalnya susah?
 Tiara: Yang penting kita usaha dulu. Kita berdoa agar kita bisa mengerjakan semua
soal ujian nasional.
 Gisel: Semoga saja begitu.
4. Di antara jilid/nomor dan halaman. 
Contoh :
 Kompas, IX, No : 27/2016:12
 Suara Merdeka, XX, No : 10/2004:11
 Metro, V (2000), 26:7
5. Dalam kitab suci, di antara Surat/bab dan ayatnya.
Contoh :
 Surat Al-Maidah : 20 – 25
 Surat Al – Ikhlas : 1 – 4
 Surat Ar Rohman : 35 – 45
6. Judul dan anak judul suatu artikel/karangan/makalah/karya tulis.
Contoh :
 Kisah Kancil dan Bangau : Majalah Bobo Edisi XV
 Dari Pemburu ke Terapeutik: Antologi Cerpen Nusantara
7. Nama kota dan penerbit dalam daftar pustaka.
Contoh :
 Zuhdi, dkk. 2008. Cara Menulis Buku. Malang: Rena Press.
 Mulyasa. 2009. Menjadi Guru Professional. Bandung : Remaja Rosda
 Iwan, Fajar. 2015. Teknik Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Zaka Publishing
 Baradja, M.F. 1990. Kapita Selecta Pengajaran Bahasa. Malang: Penerbit IKIP
Malang.
 Shodiqin, Ali. 2008. Antropologi Al-Qur’an: Model Dialektika Wahyu & Budaya.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Penggunaan Tanda Titik Dua ternyata tidak hanya dalam kalimat saja, tetapi pada akhir
dari pernyataan, dalam membuat daftar pustaka, dan lainnya. Dengan mempelajari
contoh dan penjelasan di atas, diharapkan kita semakin memahami tentang penggunaan
tanda titik dua yang benar sesuai EYD. Semoga bermanfaat.

d) Tanda Titik Koma


1. Tanda titik koma digunakan sebagai pengganti/pemisah kata penghubung pada bagian
kalimat yang sejenis dan setara.
 Contoh :
 Pagi yang cerah; Ibu memasak di dapur; Ayah membaca Koran; Aku membersihkan
halaman depan; Adik menyiapkan seragamnya yang akan pergi sekolah.
 Hari sudah malam; anak-anak masih membaca buku-buku yang baru dibeli ayahnya;
nenek merajut kain perca dengan benang wol; kakak membuat sebilah bambu untuk
dibuat pagar.
 Minggu yang ditunggu telah tiba; Ayah mengurus tanaman di kebun; Ibu menulis
makalah di ruang kerjanya; Adik membaca di teras depan; Saya sendiri asyik
membuat kue kesukaan saya.
 Hari Sumpah Pemuda diadakan 2 (dua) hari lagi; Pembina Pramuka mempersiapkan
acara perkemahan sabtu minggu; Ketua Osis mempersiapkan pidatonya; Pengurs
OSIS yang lain mempersiapkan sesi acaranya; adik-adik kelas yang terbagi beberapa
kelompok tengah membuat skema acara.
2. Tanda titik koma digunakan untuk mengakhiri rincian pernyataan dalam sebuah kalimat
yang berbentuk frasa/kelompok kata. Dalam hubungan itu, tidak di perlukan kata dan
sebelum rincian terakhir. 
Contoh :
 Syarat-syarat penerimaan karyawati di PT XX;
o berusia min 20 tahun;
o sehat jasmani, tidak buta huruf;
o min berijazah SMP;
o berpengalaman di bidangnya minimal 1 tahun
 Syarat-syarat permohonan pinjaman pendidikan adalah :
o Warga Negara Indonesia;
o Berumur tidak melebihi 45 tahun pada saat memohon;
o Mendapat tawaran ke IPTA/ IPTS dan Politeknik dengan memenuhi syarat
kelayakan masuk yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan Indonesia;
o Kursus yang diikuti oleh pelajar IPTA/ IPTS dan Politeknik mestilah
mendapat kelulusan daripada Kementerian Pendidikan Malaysia dan berdaftar
dengan PTPTN;
o Bagi pelajar yang mempunyai kelayakan berbeda pengesahan perlu diperolehi
daripada jabatan atau agensi sebagaimana dinyatakan di atas;
o Bagi tempo pengkajian saat membuat permohonan, tidak kurang dari satu (1)
tahun;
o Telah mengikuti prosedur di atas; dan
o Telah membuka akun SSPN-i**.
3. Tanda titik koma digunakan untuk memisahkan dua/lebih kalimat setara, jika unsur pada
setiap bagiannya dipisahkan oleh tanda baca dan kata hubung. 
Contoh :
 Ibu membeli buku, pensil, dan tinta; baju, celana, dan kaos; pisang, apel, dan jeruk.
 Agenda rapat ini meliputi pemilihan ketua, sekretaris, dan bendahara; penyusunan
anggaran dasar, anggaran rumah tangga, dan program kerja; pendataan anggota,
dokumentasi, dan aset organisasi.
 Susunan organisasi karang taruna terdiri dari pengurus inti, ketua, wakil ketua,
sekretaris, bendahara; seksi-seksi, seksi kemasyarakatan, seksi kesehatan, seksi
umum, seksi pendidikan, seksi pelaporan.

e) Tanda Titik-Titik (Tanda Elipsis)


Tanda elipsis dipakai untuk menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau kutipan ada bagian
yang dihilangkan.
Misalnya:

 Penyebab kemerosotan ... akan diteliti lebih lanjut.


 Dalam Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bahasa negara ialah ....
 ..., lain lubuk lain ikannya.
Catatan:
(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
(2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat buah)

. Tanda elipsis dipakai untuk menulis ujaran yang tidak selesai dalam dialog.
Misalnya:
 "Menurut saya ... seperti ... bagaimana, Bu?"
 "Jadi, simpulannya ... oh, sudah saatnya istirahat."
Catatan:
(1) Tanda elipsis itu didahului dan diikuti dengan spasi.
(2) Tanda elipsis pada akhir kalimat diikuti oleh tanda titik (jumlah titik empat buah).

f) Tanda Tanya
Tanda Tanya adalah salah satu tanda baca yang digunakan dalam percakapan atau kalimat
sebagai penanda akhir dari suatu pertanyaan. Tanda tanya berfungsi melengkapi kalimat
tanya dengan simbol (?). Tanda tanya umumnya di gunakan pada :

Akhir suatu kalimat tanya.


Bagian suatu kalimat yang di ragukan atau belum dipastikan kebenarannya, dimana tanda
tanya ini dipakai di dalam tanda kurung (?).
Contoh Tanda Tanya

Berikut contoh-contoh tanda tanya yang digunakan dalam kalimat :

 Apa warna baju yang dia pakai kemarin ?


 Apa yang membuatmu selalu bersedih ?
 Apa yang kamu bawa itu ?

g) Tanda Seru
Tanda Seru adalah salah satu tanda baca yang digunakan dalam percakapan atau kalimat
sebagai ungkapan atau pernyataan yang berupa perintah. Tanda seru melengkapi akhir
kalimat perintah dengan simbol (!). Tanda seru ini ditunjukkan dalam bentuk perasaan
kesungguhan, ketidak percayaan, emosi yang kuat dan bersuara dengan nada tinggi.

Contoh Tanda Seru

Berikut contoh-contoh tanda seru yang digunakan dalam kalimat :

 Alangkah mengerikannya peristiwa itu!


 Bersihkan kamar itu sekarang juga!
 Merdeka!

h) Tanda Kurung
1) Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.

Misalnya:

 Dia memperpanjang surat izin mengemudi (SIM).


 Warga baru itu belum memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
 Lokakarya (workshop) itu diadakan di Manado.

2) Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang


bukan bagian utama kalimat.

Misalnya:

 Sajak Tranggono yang berjudul "Ubud" (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis
pada tahun 1962.
 Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar dalam
negeri.

3) Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang keberadaannya
di dalam teks dapat dimunculkan atau dihilangkan.

Misalnya:
 Dia berangkat ke kantor selalu menaiki (bus) Transjakarta.
 Pesepak bola kenamaan itu berasal dari (Kota) Padang.

4) Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau angka yang digunakan
sebagai penanda pemerincian.

Misalnya:

 Faktor produksi menyangkut (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan (c) tenaga kerja.
 Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan
(1) akta kelahiran,
(2) ijazah terakhir, dan
(3) surat keterangan kesehatan.

i) Tanda Hubung
1. Untuk Kalimat yang Memiliki Unsur Kata Ulang
Penggunaan tanda hubung juga biasa digunakan untuk unsur kata ulang. Kata ulang
merupakan jenis kata yang mengalami reduplikasi atau pengulangan kata. Kata ulang
terdiri dari lima jenis, yaitu: dwipurwa (kata ulang sebagian), dwilingga (kata ulang utuh),
dwilingga salin suara (kata ulang berubah bunyi), kata ulang berimbuhan, dan kata ulang
semu. diantara kelimanya, hanya kata ulang dwipurwa yang tidak menggunakan tanda
hubung.

a. Kata Ulang Dwilingga

Kata ulang dwilingga atau lebih umum disebut kata ulang utuh adalah sebuah kata, baik
itu kata dasar maupun berimbuhan, yang mengalami pengulangan kata. Untuk
menghubungkan kata-kata tersebut, maka digunakan tanda hubung (-) ditengah kata-kata
tersebut.

Contoh:

 Debu-debu di rumah ini bertebaran di setiap sudut rumah


 Hari-hari Ahmad selama di sekolah begitu menyenangkan.
 Harapan-harapan tahun kemarin semoga terwujud di tahun yang akan datang.
 Banyak orang-orang yang berkunjung ke tempat wisata itu.
b. Kata Ulang Dwilingga Salin Suara

Kata ulang dwilingga salin suara atau yang umum disebut kata ulang berubah bunyi adalah
pengulangan suatu kata yang dimana salah satunya mengalami perubahan suara entah itu
satu fonem ataupun lebih. Sama seperti kata ulang dwilingga, tanda hubung juga mesti
digunakan guna mempertegas engulangan kata tersebut.

Contoh:

 Dimas masih luntang-lantung mencari pekerjaan.


 Permainan gemilang timnas Indonesia membuat tim lawan kocar-kacir.
 Sedari tadi, Budi mondar-mandir ke kamar mandi.
 Seperti Budi, Joko juga sering bolak-balik ke kamar mandi.
c. Kata Ulang Berimbuhan

Penggunaan tanda hubung juga mesti dilakukan pada kata ulang berimbuhan. Pada kata
ulang ini, kata yang berimbuhan hanya berlaku pada satu kata, entah itu kata yang pertama
atau pun kata yang dibelakang.

Contoh:

 Penyelesaian kasus yang berlarut-larut membuat polisi menangguhkan kasus tersebut.


 Pandu masih terus berangan-angan agar bisa mendapatkan perempuan yang
didambakannya.
 Penampilannya yang angin-anginan membuat dia jarang dimainkan pelatih.
kakak dan adik sedang bermain kejar-kejaran.
d. Kata Ulang Semu

Kata ulang semu adalah kata yang semulanya kata dasar, namun harus diberi tanda hubung
karena kata tersebut ditulis secara berulang.

Contoh:

 Andri adalah laki-laki yang pemalu.


 Dia dilarikan ke rumah sakit akibat tersengat oleh ubur-ubur.
 Ongol-ongol merupakan salah satu jajanan tradisional khas Jawa Barat.
 Karena staminanya yang kuat, Park Ji Sung mendapat julukan sebagai pesepakbola yang
memiliki tiga paru-paru.

2. Untuk Menyambungkan Suku Kata yang Terpenggal Saat Pergantian Baris


Ketika menulis, biasanya ada satu kata yang terpaksa dipenggal karena tidak cukup ditulis
secara utuh dalam satu baris, sehingga suku kata yang pertama ada di baris awal; suku lata
yang kedua berada di baris selanjutnya . Untuk menyambungnya, suku kata awal sebuah
kata mesti diakhiri dengan tanda hubung (-).

Contoh :

 Dari kejauhan, aku lihat mukanya mu-


 rung sekali

 Duh, hari ini aku le-


 lah sekali!

 Apakah hari ini ada tugas da-


 ri ibu guru?

 Warna pelangi terdiri dari merah, jingga, hi-


 jau, kelabu, dan sebagainya.

.3. Untuk Menghubungkan Kata Berimbuhan yang Terpenggal Saat Pergantian Baris
Penggunaan tanda hubung ini kurang lebih sama dengan nomor 2. Hanya saja, yang
dipenggal pada saat pergantian baris adalah kata yang berimbuhan, entah itu berimbuhan
awal, akhir, atau keduanya.

Contoh:

 Dia dan teman-temannya berjalan ber-


 iringan menuju ruang kelas.

 Dengan terbirit-birit dia ber-


 lari melewati kerumunan.

4. Sebagai Penghubung Imbuhan se- dengan Kata yang Diawali Huruf Kapital
Kata berawalan huruf kapital yang mesti disambung dengan imbuhan se- adalah nama-
nama kota, daerah, atau negara.

Contoh:

 Bagiku, dia adalah gadis tercantik se-Yogyakarta!


 Jakarta merupakan kota terpadat se-Indonesia.
 Joni mendapat nilai Ujian Nasional tertinggi se-Jawa Barat.
 Rumahnya memang paling antik se-Jabodetabek.

5. Dipakai Untuk Awalan ke- dan -an saat Digabungkan dengan Angka
Dalam sebuah kalimat, biasanya terdapat penulisan angka yang diberi imbuhan awal ke-
atau imbuhan akhir -an. Agar angka dan imbuhan tersebut terhubung, maka digunakan
tanda hubung untuk menyambungkan keduanya.

Contoh:

 Ia anak ke-3 dari 4 bersaudara.


 Nirvana merupakan band yang terkenal pada periode 90-an.
 Jumlah peserta yang mengikuti seminar ini sekitar 50-an orang.
 Sayangnya, dia hanya menjadi juara ke-2 saja.

6. Menghubungkan Imbuhan Depan dengan Kata-Kata dari Bahasa Asing


Meski beberapa istilah asing sudah diterjemahkan ke bahasa Indonesia, tetap saja masih
banyak yang menulis kata-kata dari bahasa asing. Agar memenuhi syarat EYD, maka kata-
kata asing tersebut mesti dimiringkan dan diberi tanda hubung saat diberi imbuhan.

Contoh:

 Foto tersebut di-upload ke media sosial Instagram.


 Adi sedang meng-install perangkat lunak Corel Draw.
 Saat latihan di lapangan futsal, dia ter-tackle oleh rekannya sendiri.
 Fanpage-nya telah diretas oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.
j) Tanda Pisah

1. Tanda pisah dapat dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat yang
memberi penjelasan di luar bangun kalimat.

Misalnya:

 Kemerdekaan bangsa itu—saya yakin akan tercapai—diperjuangkan oleh bangsa itu


sendiri.
 Keberhasilan itu—kita sependapat—dapat dicapai jika kita mau berusaha keras.

2. Tanda pisah dapat dipakai juga untuk menegaskan adanya keterangan aposisi atau
keterangan yang lain.

Misalnya:

 Soekarno-Hatta—Proklamator Kemerdekaan RI—diabadikan menjadi nama bandar


udara internasional.
 Rangkaian temuan ini—evolusi, teori kenisbian, dan pembelahan atom—telah
mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
 Gerakan Pengutamaan Bahasa Indonesia—amanat Sumpah Pemuda—harus terus
digelorakan.

3. Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan, tanggal, atau tempat yang berarti 'sampai
dengan' atau 'sampai ke'.

Misalnya:

 Tahun 2010—2013
 Tanggal 5—10 April 2013
 Jakarta—Bandung

k) Tanda Petik Tunggal


Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit petikan yang terdapat dalam petikan lain.
Misalnya:

 Tanya dia, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?"


 "Kudengar teriak anakku, 'Ibu, Bapak pulang!', dan rasa letihku lenyap seketika,"ujar
Pak Hamdan.
 "Kita bangga karena lagu 'Indonesia Raya' berkumandang di arena olimpiade itu,"
kata Ketua KONI.
1. Tanda petik tunggal dipakai untuk mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata
atau ungkapan.

l) Tanda Petik Ganda

1. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain.

Misalnya:

 "Merdeka atau mati!" seru Bung Tomo dalam pidatonya.


 "Kerjakan tugas ini sekarang!" perintah atasannya. "Besok akan dibahas dalam rapat."
 Menurut Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
"Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan."

2. Tanda petik dipakai untuk mengapit judul sajak, lagu, film, sinetron, artikel, naskah, atau
bab buku yang dipakai dalam kalimat.

Misalnya:

 Sajak "Pahlawanku" terdapat pada halaman 125 buku itu.


 Marilah kita menyanyikan lagu "Maju Tak Gentar"!
 Film "Ainun dan Habibie" merupakan kisah nyata yang diangkat dari sebuah novel.

3. Tanda petik dipakai untuk mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai arti khusus.
Misalnya:

 "Tetikus" komputer ini sudah tidak berfungsi.


 Dilarang memberikan "amplop" kepada petugas!

Anda mungkin juga menyukai