Analisa Manajemen Strategik, Studi Kasus : PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk.
Profil Perusahaan
Garuda Indonesia adalah maskapai penerbangan Indonesia yang berkonsep sebagai full service
airline (maskapai dengan pelayanan penuh). Saat ini Garuda Indonesia mengoperasikan 82
armada untuk melayani 33 rute domestik dan 18 rute internasional termasuk Asia (Regional Asia
Tenggara, Timur Tengah, China, Jepang dan Korea Selatan), Australia serta Eropa (Belanda).
Untuk meningkatkan pelayanan, Garuda Indonesia telah meluncurkan layanan baru yang disebut
“Garuda Indonesia Experience”. Layanan baru ini menawarkan konsep yang mencerminkan
keramahan asli Indonesia dalam segala aspek. Untuk mendukung layanan ini, semua armada
baru dilengkapi dengan interior paling mutakhir, yang dilengkapi LCD TV layar sentuh
individual di seluruh kelas eksekutif dan ekonomi. Selain itu, penumpang juga dimanjakan
dengan Audio and Video on Demand (AVOD), yaitu sistem hiburan yang menawarkan berbagai
pilihan film atau lagu, sesuai pilihan masing-masing penumpang.
Berbagai penghargaan pun telah diterima oleh Garuda Indonesia sebagai bukti dari
keunggulannya. Pada tahun 2010, Skytrax menobatkan Garuda Indonesia sebagai “Four Star
Airline” dan sebagai “The World’s Most Best Improved Airline”. Selanjutnya pada Juli 2012,
Garuda Indonesia mendapatkan penghargaan sebagai “World’s Best Regional Airline” dan
“Maskapai Regional Terbaik di Dunia”. Sebuah lembaga konsultasi penerbangan bernama
Centre for Asia Aviation (CAPA), yang berpusat di Sydney, juga memberikan penghargaan
kepada Garuda Indonesia sebagai “Maskapai yang Paling Mengubah Haluan Tahun Ini”, pada
tahun 2010. Sedangkan Roy Morgan, lembaga peneliti independen di Australia, juga
memberikan penghargaan kepada Garuda Indonesia sebagai “The Best International Airline”
pada bulan Januari, Februari dan Juli 2012.
Garuda Indonesia memang telah berhasil mengubah haluannya, sehingga terhindar dari
kegagalan di masa krisis dan meraih kesuksesan pada era 2006 hingga 2010. Setelah melalui
masa-masa sulit, kini Garuda Indonesia melanjutkan kesuksesan dengan menjalankan program 5
tahun ekspansi secara agresif. Program ini dikenal dengan nama ‘Quantum Leap’. Program ini
diharapkan akan membawa perusahaan menjadi lebih besar lagi, dengan jaringan yang lebih luas
dan diiringi dengan kualitas pelayanan yang semakin baik.
Saat ini Garuda Indonesia memiliki tiga hub di Indonesia. Pertama adalah hub bisnis yang berada
di Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta. Kedua adalah hub di daerah pariwisata yang berada di
Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali. Kemudian untuk meningkatkan frekuensi penerbangan ke
bagian timur Indonesia, Garuda Indonesia juga memiliki hub di Bandara Sultan Hasanuddin,
Makassar, Sulawesi Selatan.
Terlepas dari bisnis utamanya sebagai maskapai penerbangan, Garuda Indonesia juga memiliki
unit bisnis (Strategic Business Unit/SBU) dan anak perusahaan. Unit bisnis Garuda Indonesia
adalah Garuda Cargo dan Garuda Medical Center. Sedangkan anak perusahaan Garuda Indonesia
adalah PT Citilink Indonesia, yaitu maskapai tarif rendah (Low Cost Carrier), PT Aerowisata
(hotel, transportasi darat, agen perjalanan dan katering), PT Abacus Distribution System
Indonesia (penyedia layanan sistem pemesanan tiket), PT Aero System Indonesia/Asyst
(penyedia layanan teknologi informasi untuk industri pariwisawata dan transportasi) dan PT
Garuda Maintenance Facility (GMF AeroAsia), yaitu perusahaan yang bergerak di bidang
perawatan pesawat, perbaikan, dan overhaul.
Pada bulan Februari 2011, Garuda Indonesia telah menjadi Perusahaan Publik dan terdaftar di
Bursa Efek Indonesia. Tahun 2014 Garuda akan bergabung dengan aliansi penerbangan
SkyTeam. Pada 2012, Garuda Indonesia mendapat penghargaan Best International Airline di
antara maskapai-maskapai kelas dunia lainnya dengan 91 persen penumpang menyatakan sangat
puas dengan pelayanan maskapai ini. Garuda juga merupakan sponsor SEA Games 2011 dan
telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan Liverpool FCInggris.
Sejarah
Nama “Garuda” diberikan oleh Presiden Soekarno di mana nama tersebut diambil dari sajak
Belanda yang ditulis oleh penyair terkenal pada masa itu, Noto Soeroto; “Ik ben Garuda,
Vishnoe’s vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog bovine uw einladen”, yang artinya, “Saya
Garuda, burung Vishnu yang melebarkan sayapnya tinggi di atas kepulauan Anda”.
Pada tanggal 25 Desember 1949, wakil dari KLM yang juga teman Presiden Soekarno, Dr.
Konijnenburg, menghadap dan melapor kepada Presiden di Yogyakarta bahwa KLM
Interinsulair Bedrijf akan diserahkan kepada pemerintah sesuai dengan hasil Konferensi Meja
Bundar (KMB) dan meminta kepada beliau memberi nama bagi perusahaan tersebut karena
pesawat yang akan membawanya dari Yogyakarta ke Jakarta nanti akan dicat sesuai nama itu.
Menanggapi hal tersebut, Presiden Soekarno menjawab dengan mengutip satu baris dari sebuah
sajak bahasa Belanda gubahan pujangga terkenal, Raden Mas Noto Soeroto di zaman kolonial, Ik
ben Garuda, Vishnoe’s vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog boven uw eilanden (“Aku adalah
Garuda, burung milik Wisnu yang membentangkan sayapnya menjulang tinggi diatas
kepulauanmu”)
Maka pada tanggal 28 Desember 1949, terjadi penerbangan yang bersejarah yaitu pesawat DC-3
dengan registrasi PK-DPD milik KLM Interinsulair terbang membawa Presiden Soekarno dari
Yogyakarta ke Kemayoran – Jakarta untuk pelantikannya sebagai Presiden Republik Indonesia
Serikat (RIS) dengan logo baru, Garuda Indonesian Airways, nama yang diberikan Presiden
Soekarno kepada perusahaan penerbangan pertama ini.
Pesawat
Pada tanggal 26 Januari 1949 dianggap sebagai hari jadi Garuda Indonesia. Pada saat itu nama
maskapai adalah Indonesian Airways.
Pesawat pertama mereka bernama Seulawah atau Gunung Emas, yang diambil dari nama gunung
terkenal di Aceh. Dana untuk membeli pesawat ini didapatkan dari sumbangan rakyat Aceh,
pesawat tersebut dibeli seharga 120,000 Dollar Malaya yang sama dengan 20 kg emas. Maskapai
ini tetap mendukung Indonesia sampai revolusi terhadap Belanda berakhir. Garuda Indonesia
mendapatkan konsesi monopoli penerbangan dari Pemerintah Republik Indonesia pada tahun
1950 dari Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij, perusahaan penerbangan
nasional Hindia Belanda. Garuda pada awalnya adalah hasil joint venture antara Pemerintah
Indonesia dengan maskapai Belanda, Koninklijke Luchtvaart Maatschappij (KLM). Pada
awalnya, Pemerintah Indonesia memiliki 51% saham dan selama 10 tahun pertama, perusahaan
ini dikelola oleh KLM. Karena paksaan nasionalis, KLM menjual sebagian dari sahamnya pada
tahun 1953 ke pemerintah Indonesia.
Pemerintah Burma banyak menolong maskapai ini pada masa awal maskapai ini. Oleh karena
itu, pada saat maskapai ini diresmikan sebagai perusahaan pada 31 Maret 1950, Garuda
menyumbangkan sebuah pesawat DC-3 kepada Pemerintah Burma. Pada mulanya, Garuda
memiliki 27 pesawat terbang, staf terdidik, bandara dan jadwal penerbangan, sebagai kelanjutan
dari KNILM. Ini sangat berbeda dengan perusahaan-perusahaan pionir lainnya di Asia.
Dengan pesawat ini pula Garuda kemudian membuka penerbangan antarbenua dari Jakarta
ke Amsterdam melewati Kolombo, Bombay, Roma, dan Praha. Di tahun 1966, Garuda kembali
memperkuat armada jetnya dengan mendatangkan sebuah pesawat jet baru, yaitu Douglas DC-8.
Sementara, pada akhir tahun 1960-an, Garuda membeli sejumlah pesawat turboprop baru, Fokker
F27. Pesawat ini datang secara bertahap mulai tahun 1969 hingga 1970 dan dioperasikan untuk
penerbangan domestik.
Pada tahun 1970-an Garuda Indonesia membeli beberapa jenis narrow-body jet
yaitu McDonnell-Douglas DC-9 dan Fokker F28 serta pesawat jenis turboprop Fokker
F27 (sebagai sarana transisi para pilot dan kru pendukung ke F28 yang bermesin turbojet) untuk
penerbangan domestik. Pada 1973, maskapai ini mulai membeli pesawat badan lebar McDonnell
Douglas DC-10-30 untuk penerbangan internasional jarak jauh, seperti ke Eropa,
sementara Douglas DC-8 digunakan untuk penerbangan ke Asia dan Australia, dan akhirnya
dipensiunkan sekitar akhir 1970-an.
Tahun 2000-sekarang : Penurunan reputasi, pelarangan Uni Eropa, dan awal kebangkitan
Memasuki tahun 2000an, maskapai ini membentuk anak perusahaan bernama Citilink, yang
menyediakan penerbangan biaya murah dari Surabaya ke kota-kota lain di Indonesia. Namun,
Garuda masih saja bermasalah, selain menghadapi masalah keuangan (Pada awal hingga
pertengahan 2000an, maskapai ini selalu mengalami kerugian), Beberapa peristiwa internasional
(juga di Indonesia) juga memperburuk kinerja Garuda, seperti Serangan 11 September
2001, Bom Bali I dan Bom Bali II, wabah SARS, danBencana Tsunami Aceh 26 Desember
2004.
Pada tanggal 11 Februari 2011. Garuda memulai IPO sebagai langkah awal menuju bursa saham.
Pemerintah menyatakan bahwa harga saham Garuda adalah Rp.750 per saham dan mengurangi
penawaran saham dari 9,362 milyar lembar ke 6,3 milyar lembar saham. Garuda Indonesia
memutuskan mencatatkan diri di Bursa Efek Indonesia.
Pada 27 April 2012, CT Corp melalui PT Trans Airways membeli 10.9% saham Garuda
Indonesia di harga Rp.620 per lembar dengan total sebesar Rp.1,53 triliun. Harga ini lebih
rendah dari harga terendah yaitu Rp.395 per lembar, tapi masih dibawah harga IPO sebesar
Rp.750 per lembar.
Logo
Perusahaan
Sejarah Garuda Indonesia sebagai bagian dari sejarah industri penerbangan komersial di
Indonesia dimulai ketika bangsa yang muda ini berjuang untuk kemerdekaannya.
Penerbangan komersial pertama dari Calcutta ke Rangoon dilakukan pada 26 Januari 1949,
dengan pesawat Douglas DC-3 Dakota bernomor “RI 001” yang bernama “Indonesian Airways”.
Di tahun yang sama, pada 28 Desember 1949, pesawat DC-3 lain yang terdaftar sebagai “PK-
DPD” dengan logo “Garuda Indonesian Airways” terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk
menjemput Presiden Soekarno. Ini adalah penerbangan pertama yang dilakukan atas nama
Garuda Indonesian Airways.
Setahun kemudian, pada 1950, Garuda Indonesia resmi terdaftar sebagai Perusahaan Negara.
Pada periode tersebut, perusahaan ini mengoperasikan armada yang terdiri dari 38 pesawat,
termasuk 22 DC-3, 8 Catalina flying boat, dan 8 Convair 240. Armada ini terus bertambah, dan
Garuda Indonesia melakukan penerbangan pertamanya ke Mekkah ketika membawa jemaah haji
Indonesia pada 1956. Rute penerbangan oleh Garuda Indonesia ke negara-negara Eropa dimulai
pada 1965 dengan Amsterdam sebagai tujuan akhirnya.
Selama tahun 80-an, Garuda Indonesia melakukan restrukturisasi berskala besar untuk operasi
dan armadanya. Pada masa inilah perusahaan ini mulai mengembangkan program pelatihan yang
komprehensif untuk staf serta awak kabinnya, sekaligus mendirikan fasilitas pelatihan di Jakarta
Barat yang dinamai Garuda Indonesia Training Center. Perusahaan ini juga membangun sebuah
Pusat Pemeliharaan Pesawat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Di awal era 90-an, Garuda Indonesia mengembangkan strategi jangka panjang yang
diaplikasikan hingga tahun 2000. Perusahaan ini terus mengembangkan armadanya dan Garuda
Indonesia pun masuk dalam jajaran 30 maskapai terbesar di dunia.
Di samping inisiatif di pengembangan bisnis, tim manajemen baru mengelola perusahaan ini
pada awal 2005, dan rencana-rencana baru diformulasikan untuk masa depan Garuda Indonesia.
Manajemen baru Garuda Indonesia melakukan evaluasi ulang yang komprehensif dan
restrukturisasi keseluruhan di perusahaan ini. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi
operasional, mendapatkan stabilitias keuangan yang melibatkan usaha-usaha di restrukturisasi
utang termasuk kewajiban penyewaan (leasing liabilities) dari European Export Credit Agency
(ECA), peningkatan kesadaran di antara karyawan tentang pentingnya pelayanan bagi para
penumpang, dan, yang paling penting, menghidupkan kembali dan merevitalisasi semangat
Garuda Indonesia. Kesuksesan program restrukturisasi utang dalam perusahaan ini membuka
jalan bagi Garuda Indonesia untuk menawarkan sahamnya ke publik (Go Public) pada 2011.
Visi Perusahaan
Menjadi perusahaan penerbangan yang handal dengan menawarkan layanan yang berkualitas
kepada masyarakat dunia menggunakan keramahan Indonesia.
Misi Perusahaan
Melaksanakan usaha jasa angkutan udara yang memberikan kepuasan kepada pengguna
jasa yang terpadu dengan industri lainnya melalui pengelolaan secara profesional dan
didukung oleh sumber daya manusia yang mempunyai kompetensi tinggi.
Menghasilkan keuntungan dengan jaringan domestik yang kuat untuk terus meningkatkan
pangsa pasar domestik dan internasional bagi usahawan, perorangan, wisatawan dan
kargo termasuk penerbangan borongan.
Memiliki bisnis unit yang mendukung produk inti untuk meningkatkan keuntungan serta
menghasilkan pendapatan tambahan dari usaha unit pendukung tersebut.
Sasaran Perusahaan
Penghargaan (Budaya)
Garuda Indonesia dinobatkan sebagai “The World’s Best Regional Airline” dari SkyTrax,
lembaga pemeringkat maskapai independen yang berkantor di London, pada hari Kamis, 12 Juli
2012 di ajang “Farnborough Airshow” di London.
CEO Skytrax Edward Plaisted menyerahkan penghargaan “The World’s Best Regional Airline”
langsung kepada Presiden & CEO Garuda Indonesia Emirsyah Satar. Untuk melengkapi
penghargaan “The World’s Best Regional Airline” tersebut, Garuda juga dinobatkan sebagai
“The Best Regional Airline in Asia”.
“The World’s Best Regional Airline” diberikan kepada Garuda berdasarkan survey kepuasan
pelanggan global yang diadakan oleh SkyTrax dengan melibatkan 18 juta penumpang dari 100
negara yang berbeda dari bulan Juli 2011 hingga Juni 2012.
Presiden & CEO Garuda Indonesia Emirsyah Satar mengatakan bahwa baik “The World’s Best
Regional Airline” maupun “The Best Regional Airline in Asia” merupakan hasil kerja keras dari
seluruh karyawan Garuda.
CEO SkyTrax Edward Plaisted menyampaikan ucapan selamat kepada pencapaian Garuda
Indonesia tersebut. “Jelas terlihat bahwa program transformasi Garuda diterapkan dengan baik di
segala aspek. Kedua penghargaan ini merupakan pengakuan yang sebenar-benarnya bagi produk
dan pelayanan yang diberikan Garuda Indonesia bagi pelanggannya,” tambah Edward Plaisted.
PENGHARGAAN AKSI UNTUK BUMI 2013 KATEGORI BISNIS, by WWF Indonesia &
komunitas EARTH HOUR Indonesia
Penghargaan atas parisipasi SBU Garuda Cargo dalam mensukseskan pelaksanaan Sistem
Nasional Single Window (NSW) Airportnet Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta
untuk mendukung Indonesia Nasional Single Window (INSW), Oleh Menteri Perhubungan
RI
INDONESIA INHOUSE MAGAZINE AWARD 2013 Gold Winner – The Best of State
Owned Enterprise Inhouse Magazine (InMA) 2013 Award for VIEW Edi8on No.3/2012 Internal
Magazine of Garuda Indonesia
ASIA PACIFIC AIRLINE FOOD AWARDS 2012 The Best Long-haul Airline Food Top 5
Short-haul Airline Food, by Skyscanner
STEVIE AWARDS 2012 Bronze Stevie Winner Best Annual Report (Print) Awarded, by
International Business Awards
GALAXY AWARDS 2012 Silver for Annual Reports: Transportation Bronze for Copywriting:
Annual Reports – Asia Honors for Design: Covers – Annual Reports – artistic illustrations
Awarded, by Mercomm
THE BEST INTERNATIONAL AIRLINE JULY 2012 Awarded, by Roy Morgan
“Special Achievement Award: The Most Engaging Annual Report (Platinum) Worldwide”
THE BEST BUMN MARKETERS 2012 AWARDS Gold Winner: Strategic Marketing Silver
Winner: Tactical Marketing Silver Winner: Special Award Awarded, by BUMN Track Magazine
“Best for Shareholder’s Rights and Equitable Treatment in Indonesia – 3rd place”
“Best for Responsibilities of Management and The Board of Directors in Indonesia – 3rd place”
INDONESIA MOST ADMIRED COMPANIES 2011 “The Best 20 Most Admired Companies
in Indonesia” Awarded by Fortune Indonesia.
Bisnis jasa pada dasarnya merupakan suatu bisnis yang tidak berwujud, yang dapat memenuhi
kebutuhan dan keinginan konsumen. Salah satu bisnis jasa adalah bisnis penerbangan.
Komponen utama bisnis penerbangan adalah maskapai penerbangan atau airlines. Maskapai
penerbangan adalah sebuah organisasi yang menyediakan jasa penerbangan bagi penumpang
atau barang. Perusahaan maskapai tersebut menyewa atau memiliki pesawat terbang untuk
menyediakan jasa transportasi. Airlines juga dapat membentuk kerja sama atau aliansi dengan
maskapai lainnya unutk memperkuat cakupan jalur penerbangannya melalui konsep hub dan
spoke.
Dalam bisnis jasa terdapat 7 komponen marketing mix atau sering disebut dengan istilah bauran
pemasaran. Kotler (2000) berpendapat bahwa bauran pemasaran adalah seperangkat alat
pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan dalam pasar sasaran. Pada
umumnya, dalam pemasaran terdapat empat prinsip dasar bauran pemasaran (marketing mix)
yang terdiri 4 P, yaitu produk (product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion).
Sedangkan dalam pemasaran layanan jasa dikenal dengan sebutan 7 P, di mana 3 P berikutnya
adalah proses (process), orang (people), dan bukti fisik (physical evidence).
Tujuh bauran pemasaran pada bisnis jasa penerbangan dijelaskan sebagai berikut;
Product (Produk), yaitu merupakan barang atau jasa yang dihasilkan untuk digunakan
oleh konsumen guna memenuhi kebutuhan dan memberikan kepuasannya. Hal-hal yang
tergolong produk dalam bisnis jasa penerbangan antara-lain : Pesawat yang besar dan
moderen, Mengutamakan keselamatan penerbangan, Makanan dan snack yang
berkualitas, Pelayanan bagasi yang handal dan terpercaya, Tempat duduk di dalam
pesawat yang nyaman dan tidak sempit, Pilihan jadual penerbangan, Program Frequent
Flyer yang menarik;
Price (Harga), Komponen harga merupakan satu-satunya unsur bauran pemasaran yang
memberikan pendapatan bagi perusahaan, sedangkan ketiga unsur lainnya (produk,
saluran distribusi, dan promosi) adalah penyebab timbulnya cost/biaya. Hal-hal yang
tergolong sebagai saluran distribusi dalam bisnis jasa penerbangan antara-lain : Harga
yang murah, Tarif batas atas, Tarif batas bawah, Harga yang sesuai kualitas penerbangan,
Harga murah tetapi dengan pelayanan minim, Paket potongan /diskon harga; Harga
Group,
Place (Tempat atau Saluran Distribusi), Peranan saluran distribusi adalah sebagai
kegiatan pemasaran yang berusaha untuk mempermudah penyampaian barang dan jasa
dari perusahaan ke konsumen. Hal-hal yang tergolong sebagai saluran distribusi dalam
bisnis jasa penerbangan antara-lain : Pemesanan tiket yang mudah melalui call center,
Kemudahan online booking (Web/SMS), Kemudahan menjangkau Agen/Kantor
Penjualan, Kemudahan dalam pembayaran E-ticketing;
Promotion (Promosi), yaitu Promosi adalah arus informasi atau persuasi satu arah yang
dibuat untuk mengarahkan seseorang kepada tindakan yang menciptakan pertukaran
dalam pemasaran. Hal-hal yang tergolong sebagai promosi dalam bisnis jasa penerbangan
antara-lain : Pemberian kemudahan fasilitas pada Frequent Flyer; Kemudahan akan
informasi penerbangan/iklan yang ditampilkan, Adanya undian berhadiah dalam
penerbangan, Adanya iklan di TV.
People (Orang), maksudnya adalah jasa sebagian besar diberikan oleh orang, sehingga
seleksi, pelatihan dan motivasi pegawai dapat membuat perbedaan besar dalam kepuasan
pelanggan. Idealnya, pegawai harus memperhatikan kompetensi, sikap memperhatikan,
responsif, inisiatif, kemampuan memecahkan masalah dan niat baik. Hal-hal yang
tergolong sebagai People dalam bisnis jasa penerbangan antara-lain : Sikap karyawan
penjualan yang ramah, Sikap karyawan yang profesional, Asistensi petugas sebelum
keberangkatan, Tanggapan karyawan terhadap keluhan; Keramahan pilot dan pramugari.
Physical Evidence, Kualitas jasa dapat ditunjukkan melalui bukti fisik dan penyajian.
Jadi suatu bisnis penerbangan akan mengembangkan suatu penampilan dan gaya yang
dapat diamati dalam menangani pelanggannya, sehingga dapat menyampaikan nilai yang
diharapkan bagi konsumen, baik itu kebersihan, kecepatan atau manfaat lainnya. Hal-hal
yang tergolong sebagai Physical Evidence dalam bisnis jasa penerbangan antara-lain :
Kantor perwakilan yang bersih dan nyaman, Agen penjualan yang bersih dan nyaman,
Pesawat yang bersih dan indah, Logo perusahaan yang menarik;
Proces (Proses), merupakan sistem organisasi adalah elemen yang tidak terlihat tetapi
mendukung bisnis jasa tersebut. Hal-hal yang tergolong sebagai Proses dalam bisnis jasa
penerbangan antara-lain : Proses check-in dan boarding yang mudah, Jadual
keberangkatan dan kedatangan yang tepat waktu, Proses pengambilan bagasi yang cepat.
Struktur organisasi merupakan elemen penting untuk menjalankan aktivitas perusahaan yang
menggambarkan hubungan wewenang dan tanggung jawab bagi setiap karyawan yang ada dalam
perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas, maka seluruh aktivitas perusahaan
dapat dilaksanakan dengan baik dan mengarah pada tujuan yang telah ditetapkan oleh
perusahaan. Selain itu, untuk mencapai tujuan dasar kerja sama yang mempunyai bentuk dan
susunan yang jelas dalam tiap-tiap tugasnya serta menegaskan hubungan antara satu sama lain.
Garuda Indonesia adalah suatu badan usaha milik negara yang bergerak dalam bidang
penyediaan jasa transportasi udara dan jasa-jasa lain yang terkait. Sebagai BUMN, Garuda juga
mempunyai tanggung jawab lain, yaitu sebagai agen pembangunan dengan tujuan membantu
Indonesia untuk tinggal landas, dan sebagai wakil/duta rakyat Indonesia, dimanapun Garuda
berada.
Sehubungan dengan itu ada beberapa tanggung jawab lain yang diemban Garuda Indonesia yaitu :
1. Mengelola penerimaan kas atas penjualan tiket pesawat dan pengiriman kargo.
2. Melayani pelanggan yang membeli tiket pesawat dan memberikan informasi mengenai
penerbangan, termasuk pengaduan.
3. Menyiapkan, memeriksa dan menyerahkan kelengkapan dokumen kargo, seperti Surat
Muatan Udara (SMU) atau Air Way Bill (AWB) yang akan diserahkan kepada
customer/agen.
4. Menerima arsip dokumen SMU dan AWB dari pusat atas barang yang sudah terkirim
untuk dicocokan dengan catatan yang ada di perusahaan dan dibuat laporan penjualannya.
5. Membuat laporan keuangan atas penjualan tiket dan kargo setiap bulan serta langsung di
kirim ke pusat.
Batik Air merupakan salah satu maskapai penerbangan Indonesia yang memulai beroperasi pada
Mei 2013. Maskapai ini merupakan salah satu maskapai berlayanan penuh persembahan Lion
Air Group.
Batik Air berencana untuk membasiskan pesawatnya di Manado, sebuah kota di Pulau Sulawesi,
Indonesia. Baik Air, direncanakan akan bersaing dengan maskapai berlayanan penuh seperti
Garuda Indonesia.
Penerbangan perdana Batik Air dilakukan pada 3 Mei 2013 dengan penerbangan dari Jakarta
menuju Manado. Penerbangan ini berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta Jakarta pada jam
10.00 WIB dan tiba di Bandara Sam Ratulangi Manado pada jam 14.00 WITA. Dengan hadirnya
Batik Air, persaingan bisnis penerbangan akan semakin ketat.
“Kita juga memperbanyak tiketing office, peningkatan lounge dan terminal khusus Garuda di
berbagai bandara,” ujarnya dikutip dari merdeka.com, Rabu (2-1-2013) Untuk pelayanan dalam
penerbangan, lanjutnya, Garuda mencoba untuk meningkatkan kualitas pelayanan dengan
menyediakan berbagai menu makan khas Indonesia. Sarana hiburan pendukung seperti audio dan
video juga dibenahi.
“Kita juga akan membuka layanan first class dengan chef onboard,” tuturnya. Dalam rangka
meningkatkan pelayanan mobilisasi, Garuda akan mendatangkan 24 pesawat baru termasuk tipe
B 777-300ER. Selain itu perseroan juga bekerjasama dengan beberapa maskapai internasional
seperti Singapura, China atau Turkish Airlines.
“Ini supaya jaringan penerbangan kita semakin luas,” imbuhnya. Sebelumnya, pada tahun 2013
nanti setidaknya ada 2 maskapai baru pesaing Garuda Indonesia yang bergerak dalam
penerbangan pelayanan penuh dan eksekutif, terbang di langit Indonesia. Salah satu maskapai
tersebut adalah Batik Air. Maskapai ini adalah milik PT Lion Mentari Airlines. Batik Air
ditargetkan akan beroperasi pada Maret 2013.
Maskapai kedua yang akan ikut meramaikan penerbangan Indonesia adalah Nam Air. Nam Air
adalah anak usaha PT Sriwijaya Air yang akan bergerak dalam bisnis penerbangan layanan
penuh (full service) berjadwal. Menurut Presiden Direktur Sriwijaya Air Chandra Lie, Nam Air
merupakan unit bisnis strategis untuk melayani rute domestik tertentu.
Nam Air ditargetkan mulai beroperasi pada 2013. Maskapai ini mengoperasikan rencananya
akan mengoperasikan 20 pesawat buatan Embraer asal Brasil seharga USD 20 juta per unit untuk
melayani rute domestik. (Redaksi/merdeka.com).
Analisis SWOT
Analisis SWOT ini akan mengidentifikasikan faktor internal dan eksternal perusahaan sehingga
dapat diketahui potensi-potensi yang mampu dikembangkan Garuda dimasa yang akan datang
dan mengatasi kekurangan-kekurangan yang dimiliki.
Dari sisi internal akan dilihat kekuatan atau kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan PT.
Garuda Indonesia (Persero). Tbk itu sendiri. Sedangkan dari sisi eksternal, akan dilihat peluang
dan ancaman dari luar perusahaan. Setelah mengidentifikasi faktor-faktor tersebut, dilakukan
perumusan terhadap strategi dengan menggunakan diagram SWOT.
Hasil dari analisis tersebut akan dilihat apakah strategi-strategi yang dilakukan PT. Garuda
Indonesia (Persero), Tbk dapat mengatasi kelemahan dan ancaman dengan kekuatan dan peluang
yang dimiliki. Sehingga, akan diambil kesimpulan mengenai kinerja Garuda yang menjadi
penilaian bisnis untuk investor dalam mengambil keputusan investasi.
Adanya faktor teknis dan flight operations seperti keterbatasan jumlah cockpit dan cabin
crew sehingga menyebabkan keterlambatan penerbangan;
Tingginya tingkat hutang lancar yang diakibatkan adanya peningkatan dalam jumlah
kewajiban pada akun-akun lancar seperti hutang usaha dan biaya yang masih harus
dibayar;
Garuda sangat bergantung kepada sistem otomatisasi dalam menjalankan bisnis sehingga
apabila terjadi kesalahan sistem, proses bisnis perusahaan akan terganggu;
Perseroan memiliki atau tetap memiliki defisit pada modal kerja pada masa yang akan
datang;
Biaya operasional yang tinggi menyebabkan harga tiket pesawat lebih tinggi
dibandingkan dengan maskapai penerbangan lainnya;
Adanya faktor fasilitas bandara merupakan faktor yang tidak dapat dikontrol yang
menghambat ketepatan waktu penerbangan (On Time Performance/OTP), seperti
landasan pacu/runway yang terbatas;
Sumber utama pasokan bahan bakar pesawat Garuda Indonesia berasal dari Pertamina,
sehingga harga bahan bakar pesawat, persediaan bahan bakar sangat tergantung dengan
Pertamina.
Adanya bencana alam seperti letusan gunung merapi, wabah penyakit dsb yang dapat
mengakibatkan penurunan permintaan;
Adanya peningkatan kapasitas, penurunan harga tiket dan semakin banyaknya rute
penerbangan baru yang dibuka oleh maskapai penerbangan lain;
Maskapai asing yang melakukan penetrasi pasar ke Indonesia untuk mengimbangi
penurunan penumpang internasional akibat adanya krisis global;