Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

“KARAKTERISTIK PERAWAT MUSLIM DI ERA DIGITAL”


Makalah ini disusun sebagai tugas Mata Kuliah Ibadah, Akhlak dan Muamalah

Disusun Oleh :
Kelompok 6
1B
1. Ayu Fitriyah
2. Imroatun Azizah
3. Mochamad Ramadhan
4. Popi Ayu Ningsih
5. Shinta Sofea Chazali

AKADEMI KEPERAWATAN MUHAMMADIYAH CIREBON


Jalan Walet No.21 Kedawung, Cirebon, Jawa Barat 45153 Telp. (0231) 201942
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Penyusunan
makalah ini dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Ibadah, Akhlak dan Muamalah.
Dalam proses penyusunan makalah ini tak lepas dari bantuan dan arahan dari
berbagai pihak. Untuk itu penyusun ucapkan banyak terima kasih atas segala partisipasinya
dalam makalah ini.
Meski demikian, penyusun menyadari masih banyak sekali kekurangan dan
kekeliruan di dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tanda baca, tata bahasa maupun
isi. Sehingga penyusun secara terbuka menerima segala kritik dan saran positif dari
pembaca.
Demikian apa yang bisa penyusun sampaikan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca umumnya dan untuk penyusun sendiri khususnya.

Cirebon, 7 Juni 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan.......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................3
A. Hakekat Hidup dan Kerja..............................................................................................3
B. Rahmat Allah Terhadap Orang yang Bekerja................................................................4
C. Akhlak Dalam Bekerja...................................................................................................5
D. Keharusan Profesionalisme Dalam Bekerja..................................................................6
BAB III PENUTUP..............................................................................................................8
A. Kesimpulan.................................................................................................................8
B. Saran............................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap manusia memerlukan harta untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Salah satunya melalui bekerja manusia akan berusaha memperoleh harta
kekayaan. Karena tanpa berusaha manusia tidak akan mendapatkan apa-apa.
Perbedaan dalam rezeki ada keterangannya dalam surat An-Nahl : 71 yang
mengatakan bahwa allah melebihkan sebagian kamu terhadap sebagian yang
lain tentang rezeki. Sebenarnya kekayaan dengan segala bentuknya, baik
material maupun spiritual merupakan keutamaan dan mempunyai nilai lebih
dibandingkan dengan kemiskinan meskipun demikian, kekayaan bukanlah
segala – galanya bukan tujuan akhir dari kehidupan muslim.
Kekayaan hanyalah alat untuk memakmurkan bumi. Oleh karena itu Al
Quran mencela orang – orang yang hanya menumpuk harta kekayaan tetapi
tidak peduli dengan nasib orang lain (Al-Quran 104 : 1-9). Dalam syariat islam,
kekayaan islam dipandang amat penting untuk dapat menjalankan ketentuan
-ketentuannya, dan paling tidak ada dua rukun islam yang mensyaratkan
kemampuan ekonomi yang cukup, yaitu untuk melaksanakan kewajiban zakat
dan haji.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yang akan
dibahas yaitu :
1. Apa hakekat hidup dan kerja?
2. Bagaimana rahmat Allah terhadap orang yang rajin bekerja?
3. Apa akhlak dalam bekerja?
4. Bagaimana keharusan profesionalisme dalam bekerja?

C. Tujuan Pembahasan
Tujuan pembahasan makalah ini yaitu :
1. Untuk mengetahui hakekat hidup dan kerja.
2. Untuk mengetahui rahmat Allah terhadap orang yang rajin bekerja.

1
3. Untuk mengetahui akhlak dalam bekerja.
4. Untuk mengetahui keharusan profesionalisme dalam bekerja.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hakekat Hidup dan Kerja


Dalam diri manusia terdapat apa yang disebut dengan nafs sebagai potensi
yang membawa kepada kehidupan. Dalam pandangan Al-Qur’an , nafs
diciptakan Allah dalam keadaan sempurna untuk berfungsi menampung serta
mendorong manusia berbuat kebaikan dan keburukan. Allah swt. Katakana
dalam surat al-Syams ayat 7-8 “Demi Nafs serta penyempurnaan ciptaan-Nya,
Allah mengilhamkan kepadanya kejahatan dan ketaqwaan” . Allah
mengilhamkan, berarti memberi potensi agar manusia melalui nafs  dapat
menangkap ma’na baik dan buruk, serta dapat mendorongnya untuk melakukan
kebaikan dan keburukan.Meskipun nafs berpotensi positif  dan negative ,
namun diperoleh pula isyarat bahwa pada hakekatnya potensi positif manusia
lebih kuat dari pada potensi negatifnya hanya saja daya tarik keburukan lebih
kuat dari daya tarik kebaikan. Untuk itu manusia dituntut agar memelihara
kesucian nafsnya.
Firman Allah dalam surat al-Syams ayay 9-10 ”Sungguh beruntunglah
orang-orang yang menyucikannya dan merugilah orang-orang yang
mengotorinya”. Kecendrungan nafs lebih kuat untuk kebaikan dipahami dari
isyarat ayat, misalnya  terdapat dalam surat al-Baqarah ayat 286 “  Allah  tidak
membebani seseorang ,tertapi  sesuai dengan kesanggupan nya.  Nafs
memperoleh ganjaran dari apa yang diusahakannya, dan memperoleh siksa dari
apa yang diusahakannya”. Selain nafs, dalam diri manusia juga terdapat qalb
yang sering diterjemahkan hati. Seperti dikemukakan di atas, bahwa nafs ada
dalam diri manusia, qalb pun demikian , hanya saja qalb yang merupakan
wadah dipahami dalam arti alat, sebagaimana firman Allah dalam surat al-
A’raf ayat 179 “Mereka mempunyai qalb, tetapi tidak digunakan untuk
memahami”. Selain kata qalb,dalam al-qur’an juga terdapat kata fu’ad, seperti
dalam firman-Nya dalam surat al-Nahl “Allah mengeluarkan kamu dari perut
ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu maka Dia memberimu (alat)

3
pendengaran, (alat) penglihatan serta hati, agar kamu
bersyukur (mempergunakannya memperoleh pengetahuan)”. Kemudian
manusia juga memiliki ruh, sebagaimana firman-Nya dalam surat al-Isra’ ayat
85 “Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah Ruh adalah urusan
Tuhanku, kamu tidak diberi ilmu kecuali sedikit”. Ada yang berpendapat,
bahwa ruh itu sama dengan nyawa,  tetapi apa bedanya manusia dengan orang
utan, monyet dan binatang yang lain?. Dalam surat al-mu’minun dijelaskan
bawa dengan ditiupkannya ruh, maka menjadilah makhluk ini khalq akhar
(makhluk yang unik), yang berbeda dengan makhluk lain. Karena manusia
memiliki ruh lah ia mudah menerima wahyu dari Allah swt. Mempelajari
wahyu dikatakan santapan rohani, bukan santapan nyawa. Manusia berpotensi
mendapatkan  hidayah Karena mempunyai roh.Selain memiliki nafs, qalb, dan
ruh manusia juga memiliki ‘aql. Kata ‘aql dalam al-qur’an menggunakan
bentuk kata kerja masa kini dan lampau. Dari segi bahasa, kata ini dapat
diartikan tali pengikat, penghalang. ‘Aql merupakan sesuatu yang mengikat
atau menghalangi seseorang terjerumus dalam kesalahan atau berbuat dosa.
Allah berfirman dalam surat al-An’am ayat 151 “ …dan janganlah kamu
mendekati perbuatan keji, baik yang nampak atau tersembunyi, dan janganlah
kamu membunuh jiwa yang diharamkan  Allah kecuali demi kebenaran, itulah
wasiat Allah kepadamu agar kamu ber’aqal (dapat memahaminya)”.
Menurut Hamka, dalam bukunya Falsafah Hidup, Islam  sangat
memuliakan ‘aql, maka dari itu Islam adalah agama yang menjunjung tinggi
‘aql. Orang yang dapat menempatkan dirinya merasa terikat pada aturan-aturan
Allah dalam firman-firman-Nya, maka itulah sebenarnya orang-orang yang
ber’aqal.  Seorang muslim dalam aktifitas kehidupnya dapat menggunakan
‘aqalnya jauh dari perbuatan keji, ruhnya banyak berisikan wahyu Allah,
hatinya jadi tentram sehingga dirinya terkendali kejalan yang diredhai Allah,
terhindar dari langkah-langkah syetan yang buruk   Demikianlah hakekat hidup
manusia dengan berbagai potensi yang terdapat dalam dirinya untuk
melaksanakan pekerjaan.

4
B. Rahmat Allah Terhadap Orang yang Bekerja
Umar bin Khattab khalifah ke dua setelah Abu bakar siddiq berkata “aku
benci orang berpangku tangan, tanpa ada aktifitas kerja, baik kerja untuk dunia
atau untuk kepentingan di akherat kelak”. Dalam hal ini khalifah umar sangat
menghargai dan menyenangi orang yang rajin bekerja dan beraktifitas.
Sebagai muslim yang ta’at, Umar selalu mendorong umat Islam untuk
memiliki semangat bekerja dan beramal, serta menjauhkan diri dari sifat
malas. Rasulullah bersabda “Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari lemah
pendirian, sifat malas, penakut, kikir, hilangnya kesadaran, terlilit utang dan
dikendalikan orang lain. Dan akau berlindung kepada-Mu dari siksa kubur,
dan dari fitnah (ketika hidup dan mati)” (H.R Bukhari dan Muslim).
Orang muslim yang akan berhasil dalam hidupnya adalah kemampuannya
meninggalkan perbuatan yang melahirkan kemalasan/tidak produktif dan
digantinya dengan amalan yang bermanfa’at. Sabda Rasulullah  saw. Dari Abu
hurairah  “Sebaik-baik Islamnya seseorang adalah meninggalkan perbuatan
yang tidak bermanfa’at” (HR. Tarmizi). Bekerja bagi seorang muslim adalah
dalam rangka mendapatkan rezki yang halal dan  memberikan manfa’at yang
sebesar-besarnya bagi masyarakat sebagai ibadahnya kepada Allah swt. Dalam
pandangan Islam bekerja merukapan bagian dari ibadah, maka aplikasi dan
implementasinya perlu diikat dan dilandasi oleh akhlak/etika, yang senantiasa
disebut etika profesi. Etika/akhlaq yangmencerminkan sifat terpuji, yaitu
Shiddiq, istiqamah, futhanah, amanah dan tablig. Dari uraian diatas, dapat
difahami, bahwa seorang muslim yang akan mendapat kasih sayang dari Allah
swt.  Adalah  apabila orang itu jauh dari sifat malas, senang melakukan
kegiatan-kegiatan yang bermanfa’at, rajin bekerja, tidak menyia-nyiakan
waktu, menyadari bahwa semua aktifitas yang dilakukan adalah dalam rangka
beribadah kepada Allah swt.

C. Akhlak Dalam Bekerja


Seorang muslim dalam bekerja selalu berhati-hati dan terbuka pikirannya
kepada keindahan ciptaan Allah. Dia menyadari bahwa Allah lah yang
mengontrol  segala urusan dunia dan kehidupan manusia. Dia mengenal tanda-
tanda kekuasaan-Nya, senantiasa berzikir dan tawakal kepada-Nya.

5
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya
malam dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang bertawakal
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi (sambil berkata) : Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau ciptakan semua
ini  dengan sia-sia, maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari api neraka”
(Ali Imran ayat 190-191)
Dalam bekerja dia tulus dan patuh kepada Allah dalam keadaan
bagaimanapun, tidak boleh melampai batas, selalu ta’at mengikuti bimbingan
Allah meskipun tidak sesuai dengan keinginannya. Dia bertanggung jawab
menjalankan kewajiban pekerjaan yang telah ditetapkan untuknya. Bila ia
mendapatkan kendala, segera mencari penyebabnya dan siap memikul semua
konsekuensinya. Dia memahami sabda Rasul Saw.  “Betapa indahnya  urusan
orang Islam. Seluruh urusan (kerjanya) adalah baik bagi dirinya. Jika ia
mengalami kemudahan, ia bersyukur, dan yang demikian itu baik bagi dirinya,
jika ia mengalami kesulitan , ia menghadapinya dengan sabar dan tabah, dan
itupun juga baikbagi dirinya” (HR. Bukhari).
Akhlak seorang muslim dalam bekerja menemukan kemudahan selalu
bersyukur, ketika menghadapi kesulitan dia tabah dan sabar. Mudah dan sulit
baginya sama, karena semua itu adalah untuk menguji kekuatan imannya.
Pada saatnya ia mendapatkan kesalahan dalam bekerja, menyimpang dari
ketentuan Allah dan Rasul-Nya, ia segera bertobat, segera ingat akan
Tuhannya, menghentikan segala kesalahannya dan memohon ampun atas
kekeliruannya.
“Sesungguhnya  orang-orang yang bertaqwa bila dalam dirinya timbul
perasaan was-was dari setan, mereka segera ingat kepada Allah. Maka waktu
itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya” (al-A’raf :201).

D. Keharusan Profesionalisme Dalam Bekerja

Profesonal  berarti berkualitas, bermutu dan ahli dalam satu bidang


pekerjan yang menjadi profesinya. Suatu pekerjaan yang dilaksanakan oleh
seseorang yang memang ahlinya, tentu akan mendapatkan hasil yang bermutu
dan baik. Sebaliknya suatu pekerjaan yang dilaksanakan oleh seseorang yang

6
bukan profesinya, akan mendapatkan hasil yang tidak bermutu dan bahkan
akan berantakan. Sabda Rasul Saw.  “Bila menyerahkan suatu urusan kepada
yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran”. Menurut sabda Rasul ini,
seseorang dalam bekerja, apapun pekerjaannya, kalau ingin mengharpkan hasil
yang berkualitas dan baik, maka dia harus profeisinal / ahli dalam pekerjaan
yang menjadi tanggung jawabnya itu.
Ahli dalam bekerja berarti  menguasai ilmu pengetahuan yang
berhubungan lansung dengan pekerjannya. Contohnya, seorang pekerja yang
bekerja dalam dunia pertanian, tentu dia harus berilmu tentang tanaman,
pemupukan, pengiran dan lain-lain. Dia harus mengerti, memahami dan
menghayati secara mendalam segala yang menjadi tugas dan kewajibannya
dalam pertanian. Sifat kreatifitas dan kemampuan melakukan berbagai macam
inovasi yang bermanfa’at tentang pertanian akan muncul dalam dirinya.
Tentunya kreatif dan inovatif hanya mungkin akan dimiliki manakala
seseorang selalu berusaha untuk menambah berbagai ilmu pengetahuan,
peraturan, dan informasi yang berhubungan dengan pekerjaan apapun bentuk
pekerjanya. Sebagai seorang guru (pengejar) dituntut harus ahli dalam ilmu
keguruan, jangan setengah-setengah, tapi belajar, terus belajar tentang profesi
keguruan  sampai akhir hayatnya.
Firman Allah dalam al-Baqarah : 208  ”Hai orang yang beriman, masuklah
kamu kedalam kedamaian /Islam secara menyeluruh, dan janganlah kamu ikuti
langkah-langkah setan, karena setan itu adalah musuhmu yang nyata”.
Tersirat dalam ayat ini, bahwa aktifitas  apapun yang dilakukan menuntut
pelakunya untuk  berilmu  secara mendalam dan menyeluruh (kaffah)seuai
dengan profesinya.
Orang beriman diminta untuk memasukkan totalitas dirinya  kedalam
wadah islam secara menyeluruh, sehingga semua kegiatannya berada dalam
wadah islam /kedamaian. Ia damai dengan dirinya, keluarganya, seluruh
manusia, binatang, tumbuh tumbuhan dan alam raya semuanya. Wadah islam
secara menyeluruh yang dimaksud juga penguasaan ilmu islam secara
menyeluruh sehingga mampu melaksanakan aktifitas islam dengan berkualitas
dan bermutu.

7
8
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kerja adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan manusia baik
kebutuhan fisik, psikologis, maupun sosial. Selain itu, kerja adalah
aktivitas yang mendapat dukunga sosial dan individu itu sendiri. Manusia
diwajibkan untuk berusaha, bukan menunggu karena allah tidak
menurunkan harta benda, iptek dan kekuasaan dari langit melainkan
manusia harus mengusahakannya sendiri. Manusia harus menyadari betapa
pentingnya kemandirian ekonomi bagi setiap muslim.
Akhlak seorang muslim dalam bekerja menemukan kemudahan selalu
bersyukur, ketika menghadapi kesulitan dia tabah dan sabar. Mudah dan
sulit baginya sama, karena semua itu adalah untuk menguji kekuatan
imannya. Pada saatnya ia mendapatkan kesalahan dalam bekerja,
menyimpang dari ketentuan Allah dan Rasul-Nya, ia segera bertobat,
segera ingat akan Tuhannya, menghentikan segala kesalahannya dan
memohon ampun atas kekeliruannya.

B. Saran
Menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini penyusun masih jauh
dari kata sempurna, kedepan nya penyusun akan lebih fokus dan detail
dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber yang lebih
banyak dan tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Semoga makalah ini
dapat menambah pengetahuan bagi pembaca dan tentunya dapat
bermanfaat bagi kita semua.

9
DAFTAR PUSTAKA

Novia, Yandi. 2014. Materi 11 : Islam dan Persoalan Hidup dan Kerja. Tersedia:
https://www.bloggerkalteng.id/p/aql-merupakan-sesuatu-yang-mengikat.html
[7 Juni 2019]
Safitri, Rini. 2016. Islam dan persoalan kehidupan dan pekerjaan. Tersedia :
https://rinisafitri1206.blogspot.com/2016/05/islam-dan-persoalan-kehidupan-
dan.html. [7 Juni 2019]

10

Anda mungkin juga menyukai