Anda di halaman 1dari 6

”STRATEGI AUDIT KESELURUHAN”

OLEH:
KELOMPOK 7

 Ni Kadek Candra Dwiyanti 1802622010147/ 16


 Ni Luh Putu Cantka Dewi 1802622010152/ 21
 Si Luh Putu Aryani Pradnya Dewi 1802622010160/ 29

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2020
PEMBAHASAN

1. Delapan Tahapan Dalam Perencanaan Audit

Terdapat delapan tahapan dalam perencanaan audit yaitu

1) Penerimaan klien dan pembuatan rencana audit awal


2) Memperoleh pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien
3) Menilai risiko bisnis klien
4) Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
5) Menetapkan materialitas dan menilai risiko yang dapat diterima dan risiko pengendalian
6) Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian, Mengumpulkan
informasi untuk menilai risiko kecurangan
7) Menyusun strategi audit keseluruhan dan program audit
8) Respons terhadap prosedur penilaian resiko

7 Tahapan pertama digunakan guna memenuhi kewajiban auditor untuk melaksanakan prosedur
penilaian risiko. Tahapan ke-8, merupakan respons atas ketujuh tahapan sebelumnya (respons
terhadap prosedur penilaian risiko).

2. Jenis-Jenis Pengujian dalam Prosedur Audit Lebih Lanjut


a. Prosedur untuk Memperoleh Pemahaman atas Internal Control
Auditor harus memahami efektivitas aspek rancangan dan operasional dari pengendalian
intern. Lima jenis prosedur audit yang berhubungan dengan pemahaman auditor
terhadap pengendalian intern yaitu: Memperbaharui dan mengevaluasi pengalaman
auditor terdahulu, Meminta keterangan dari personil klien, Membaca manual sistem dan
kebijakan klien.
b. Menguji dokumen Tests of Controls (Uji Pengendalian)
Pengujian pengandalian adalah prosedur audit yang digunakan untuk menentukan
efektivitas kebijakan dan operasi pengendalian intern atau prosedur pengendalian yang
diterapkan untuk menilai control risk (risiko pengendalian) Pengujian tersebut meliputi
jenis prosedur audit sebagai berikut : Meminta keterangan dari personil klien, Menguji
dokumen, arsip, dan laporan, Mengamati aktivitas yang terkait dengan pengendalian, dan
Melaksanakan kembali prosedur klien.
c. Substantive Test of Trans actions (Uji Substantif atas Transaksi)
Pengujian substantif (Substantive Test) adalah perosedur yang digunakan untuk menguji
kekeliruan atau ketidakberesan dalam bentuk uang yang langsung mempengaruhi
kebenaran saldo laporan keuangan. Tujuan pengujian substantive atas transaksi adalah
untuk menentukan apakah transaksi akuntansi klien telah diotorisasi dengan pantas,
dicatat dan diiktisarkan dalam jurnal dengan benar dan diposting ke buku besar dan buku
tambahan dengan benar.
d. Analitycal Procedure (Prosedur Analitis)
Prosedur analitis meliputi perbandingan dari jumlah yang tercatat dengan dengan angka
tertentu yang dikembangkan oleh auditor. Tujuan utama dari prosedur analitis dalam
tahap perencanaan ini adalah : Menunjukkan kemungkinan adanya salah saji dalam
laporan keuangan, Mengurangi pengujian audit yang lebih rinci, dan Detail Test of
Balances (Pengujian Terinci atas Saldo).

3. Pemilihan Jenis Pengujian yang Akan Dilakukan

Biasanya auditor menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan audit atas
laporan keuangan, namun beberapa jenis pengujian mendapatkan penekanan yang lebih
dibandingkan dengan yang lain, bergantung pada kondisi. Beberapa faktor yang mempengaruhi
pilihan auditor terhadap jenis pengujian yang dipilih, termasuk ketersediaan kedelapan bukti,
biaya relatif untuk setiap pengujian, efektivitas pengendalian internal serta risiko bawaan.

4. Dampak Teknologi Informasi Pada Pengujian Audit

Standar auditing member pedoman pada auditor yang mengaudit entitas yang mengirim,
memproses, menyimpan, atau mengakses transaksi dalam jumlah yang signifikan secara
elektronik. Bukti tentang dilakukannya pengendalian otomatis seperti misalnya perbandingan
antara order penjualan yang akan diterbitkan dengan batas kredit pelanggan dengan
menggunakan computer juga bisa hanya berbentuk elektronik. Standar mengakui apabila
terdapat banyak bukti audit dalam bentuk elektronik, tidaklah praktis atau memungkinkan untuk
mengurangi resiko deteksi pada suatu tingkat bisa diterima hanya dengan melakukan pengujian
substantive.

5. Kombinasi Bukti

Pemilihan jenis pengujian mana yang akan digunakan dan seberapa luas hal itu dilakukan
bisa sangat bervariasi antara audit yang satu dengan yang lainnya untuk tingkat efektivitas
pengendalian dan resiko inheren yang berbeda. Bahkan pada suatu audit tertentu, variasi bisa
terjadi antara siklus yang satu dengan yang lainnya. Untuk memperoleh bukti yang cukup
sebagai respon atas resiko yang diidentifikasi melalui prosedur penilaian resiko, auditor
melakukan kombinasi pada keempat pengujian audit lainnya. Kombinasi ini biasa disebut
sebagai kombinasi bukti.

6. Perancangan Program Audit

Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian resiko untuk menentukan penekanan


yang tepat pada keempat jenis pengujian lainnya, prosedur audit yang spesifik harus dirancang
untuk setiap pengujian. Prosedur-prosedur audit tersebut selanjutnya digabungkan sehingga
menjadi suatu program audit. Dalam kebanyakan audit, biasanya auditor in-charge mengajukan
usulan kombinasi bukti kepada manajer audit. Setelah kombinasi bukti disetujui, auditor in-
charge menyusun program audit atau memodifikasi program yang ada agar dapat memenuhi
semua tujuan audit, dengan mempertimbangkan berbagai hal seperti misalnya materialitas,
kombinasi bukti, resiko inheren, dan resiko pengendalian. Auditor in-charge biasanya juga harus
mendapat persetujuan dari manajer sebelum melaksanakan prosedur audit atau mendelegasikan
pelaksanaan prosedur audit kepada asisten.
KESIMPULAN

Dapat kita simpulkan bahwa dalam delapan tahapan perencanaan audit terdapat delapan
tahapan dalam perencanaan audit yaitu Penerimaan klien dan pembuatan rencana audit awal,
Memperoleh pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien, Menilai risiko bisnis klien,
Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan, Menetapkan materialitas dan menilai risiko yang
dapat diterima dan risiko pengendalian, Memahami pengendalian internal dan menilai risiko
pengendalian, Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan, dan Menyusun
strategi audit keseluruhan dan program audit.

Jenis-Jenis Pengujian dalam Prosedur Audit Lebih Lanjut pertama yaitu a. Prosedur
untuk Memperoleh Pemahaman atas Internal Control, b. Menguji dokumen Tests of Controls
(Uji Pengendalian), c. Substantive Test of Trans actions (Uji Substantif atas Transaksi),
Analitycal Procedure (Prosedur Analitis).

Biasanya auditor menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan audit atas
laporan keuangan, namun beberapa jenis pengujian mendapatkan penekanan yang lebih
dibandingkan dengan yang lain, bergantung pada kondisi. Standar auditing member pedoman
pada auditor yang mengaudit entitas yang mengirim, memproses, menyimpan, atau mengakses
transaksi dalam jumlah yang signifikan secara elektronik.

Pemilihan jenis pengujian mana yang akan digunakan dan seberapa luas hal itu dilakukan
bisa sangat bervariasi antara audit yang satu dengan yang lainnya untuk tingkat efektivitas
pengendalian dan resiko inheren yang berbeda. Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian
resiko untuk menentukan penekanan yang tepat pada keempat jenis pengujian lainnya, prosedur
audit yang spesifik harus dirancang untuk setiap pengujian. Prosedur-prosedur audit tersebut
selanjutnya digabungkan sehingga menjadi suatu program audit.
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, Al. Haryono. 2014. AUDITING (Pengauditan Berbasis ISA) Edisi II . Yogyakarta:
Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

https://www.coursehero.com/file/16140178/BAB-10-STRATEGI-AUDIT-KESELURUHAN-
DAN-PROGRAM-AUDIT-OLEH-KELOMPOK-2/

Anda mungkin juga menyukai