Anda di halaman 1dari 17

MANAJEMEN BUSANA INDUSTRI

Materi : Kegiatan Usaha Bidang Busana

DOSEN PENGAMPU :

Ida Ayu Reviena Damasanti, M.Pd.

Nama Kelompok 2 :

Ulfa Sofiani 1815011014


Komang Sutiani 1815011015
Pande Putu Winy Desy Ariani 1815011018
Kadek Wedi Qinardy 1815011027

PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

TEKNOLOGI INDUSTRI

FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

TAHUN AJARAN

2020
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Usaha Bidang Busana


Usaha busana (fashion) dapat didefinisikan sebagai bisnis yang dapat
memberikan keuntungan besar karena sampai kapanpun fashion akan tetap
menjadi kebutuhan banyak orang. Bukan hanya bagi pemilik modal besar saja
namun siapa saja yang memiliki kemauan untuk berkembang juga bisa
menjalankan usaha fashion. 

Sumber : https://www.equipmentfr.com/
Berdasarkan tujuan utamanya usaha dalam bidang fashion sendiri secara
umum dapat dibedakan ke dalam tiga kelompok.yaitu :
1. Usaha komersil yang didirikan dengan tujuan memperoleh laba (profit
oriented). Para pelaku usaha ini sering disebut entrepreneur.
2. Usaha nonkomersil yang didirikan dengan unsur sosial sebagai tujuan
utamanya sehingga menomorsekiankan pencarian laba.
3. Usaha semi komersial yang dalam operasinya mengedepankan aspek
sosial sekaligus mencari laba secara seimbang. 

Sumber : https://www.mariannalanzilli.it/
Bila dibandingkan dengan usaha lainnya, resiko kerugian dari bisnis fashion
ini bisa dibilang masih minim karena peminatnya yang banyak. Selain itu peluang
usaha yang dikembangkan juga masih terbuka lebar baik untuk para pemula
maupun untuk pelaku usaha yang sudah berpengalaman.
2.2 Macam-macam Kegiatan Usaha Bidang Busana

A. Kegiatan Usaha Bidang Busana Untuk Kerja Pada Orang Lain Atau
Institusi Lain
1. Usaha Konveksi

Usaha konveksi dapat


didefinisikan sebagai usaha
bidang busana yang
memproduksi pakaian jadi secara
besar-besaran atau secara massal.
Dalam banyak literatur usaha
konveksi ini disebut dengan
home industri namun apabila
kapasitas produksinya sangat besar usaha busana ini lazimnya disebut dengan
usaha garmen.
Dilihat dari produk yang dihasilkan usaha konveksi ini sebenarnya lebih berfokus
pada busana ready-to-wear (Bahasa Inggris) dan pret-a-porter (bahasa Perancis)
hanya saja ukuran busana yang dibuat tidak berdasarkan pesanan pelanggan,
melainkan menggunakan ukuran yang telah di standarkan.
Ciri paling khas yang membedakan busana wanita dan pria buatan usaha
konveksi dengan jenis busana lainnya yaitu:
1. Busana pria maupun busana wanita yang dibuat di usaha konveksi
biasanya dijahit dalam partai besar oleh pabrik atau industri kecil.
2. Proses pengerjaan dan penyelesaian jahitannya secara keseluruhan
dilakukan dengan menggunakan mesin industri.
3. Setik jahit yang dihasilkan biasanya berjarak panjang dan tampak dari
bagian luar busana.
4. Ongkos jahit usaha konveksi biasanya cenderung lebih murah dan
dapat dijangkau oleh hampir seluruh lapisan masyarakat.
5. Model baju yang dibuat di usaha konveksi biasanya cenderung lebih
simple dan tidak terlalu rumit. Beberapa diantaranya ada kaos, jaket,
celana, kemeja dan pakaian sejenisnya.
6. Produk pakaian hasil usaha konveksi sendiri kualitasnya cukup
beragam ada kualitas tinggi, sedang dan rendah.
7. Ukuran yang digunakan pada usaha konveksi biasanya telah
distandarkan dalam ukuran S, M, L, XL dan lain sebagainya.
Sementara untuk kualitas eksport biasanya menggunakan ukuran
standart Internasional.
8. Usaha konveksi ini biasanya menerima dari berbagai institusi,
organisasi maupun seragam dengan berskala besar.

2. Usaha Sablon
Bisnis sablon kaos menjadi salah peluang usaha berikutnya yang paling
menarik untuk dicoba saat ini, mengingat kaos akan selalu dicari dan dibeli oleh
masyarakat. Dalam menjalankan bisnis sablon kaos target pasarnya pun tidak
terbatas mulai dari konsumen individu, seragam perusahaan, seragam organisasi
maupun kaos distro.

3. Distro
Usaha kaos distro merupakan usaha yang paling cocok digeluti oleh anak
muda. Dengan semakin menjamurnya industri distro di Indonesia bisnis fashion
inipun  menjadi bisnis yang sangat potensial untuk dijadikan sebagai lahan usaha
yang cukup menjanjikan karena permintaan pasarnya cukup besar.
Distribution outlet atau distro sendiri dapat diartikan sebagai toko khusus yang
menjadi perwujudan dari konsep “do it yourself” yaitu suatu konsep untuk
melakukan segala sesuatunya secara sendiri dan mandiri. Jika ditelusuri lebih jauh
lagi distro sebenarnya lahir dan tumbuh dari komunitas yang independen.
Ciri paling khas yang membedakan produk kaos buatan distro dengan jenis
kaos yang lainnya yaitu:
1. Kaos distro diproduksi secara terbatas atau limited edition tidak seperti
kaos biasa yang diproduksi secara massal.
2. Design kaos distro cenderung cenderung lebih unik dan bersifat bukan
dibuat atas permintaan pasar, tapi lebih kepada keinginan desainer.
3. Bahan kaos distro kebanyakan terbuat dari bahan yang berkualitas seperti
misalnya cotton combed.
4. Bahan kaos distro lebih nyaman dipakai, adem, menyerap keringat dan
juga lebih awet meskipun sudah dicuci berkali-kali.
5. Para penjahit kaos distro juga memiliki ciri khas tersendiri dalam menjahit
kaos-kaos produksi mereka.
6. Jika dilihat secara mendetail pada setiap kaos distro pasti terdapat jahitan
rantai pada bagian pundak dan leher sehingga membuat jahitan kaosnya
lebih kuat.
7. Ukuran yang digunakan yaitu ukuran standar S, M, L, XL dan yang
lainnya.

B. Kegiatan Usaha Bidang Busana Untuk Sendiri Dan Orang Lain


Bisnis fashion merupakan salah satu bisnis yang cukup menjanjikan kerena
dunia fashion akan tetap menjadi kebutuhan banyak orang. Bukan hanya untuk
orang yang memiliki modal besar saja siapapun bisa menjalaankan bisnis ini.

Membangun usaha mandiri di bidang fashion pun sangat memungkinkan dan


sangat mudah untuk dijalankan, adapun jenis kegiatan usaha yang dapat dilakukan
secara mandiri didalam bidang busana ialah :
1. Usaha menjahit perseorangan

Usaha ini merupakan usaha menjahit pria dan wanita yang dilakukan
secara individual. Usaha menjahit perorangan ini biasanya dibedakan
menjadi 2 bagian lagi yaitu:

Modiste merupakan istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan


seorang ahli dalam pembuatan busana wanita, dalam artian modiste sendiri
merupakan nama profesi penjahit yang khusus memproduksi busana
waniata sesuai pesanan pelanggan (make to prder)

2. Tailor

Tailor merupakan usaha menjahit perorangan yang biasanya


mengerjakan busana khusus pria. Berdasarkan tipenya busana pria yang
dibuat di tailor sendiri dibedakan menjadi 2 yaitu Hard Tailering yang
merupakan jenis busana tailoring yang dibuat dari bahan yang memiliki
kontruksi tetap dan bersifat kaku, sehingga bentuknya terkesan kuat dan
bersifat maskulin. Dan Soft Tailoring merupakan jenis buasan tailoring
yang di buat dari bahan yang memiliki kontruksi kain tetap dan bersifat
lembut, tidak kaku sehingga bentuknya lebih kuat dan dapat mengikutio
bentuk tubuh.

3. Usaha sablon

Membangun usaha penyablonan sanagt bagus mengingat pada zaman


kaos sablon selalu dicari dan diminati oleh masyarakat. Dalam usaha
sablon tempat pasarnya tidak terbatas hanya perindividu saja melainkan
kantor, seragam kantor dan baju distro.

4. Reseller produk fashion

Usaha ini sangat mudah dilakukan oleh seseorang dengan cara


membeli dan menjual kembali suatu barang atau jasa dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan besar.

5. Usaha butik
Butik dapat didefinisikan sebagai sebuah toko pakaian yang
menyediakan berbagai macam model busana yang memiliki kualitas cukup
tinggi. Selain menjual pakaian siap pakai di tempat ini biasanya tersedia
pula berbagai macam aksesoris termasuk di dalamnya sandal, tas, sepatu,
ikat pinggang, manset, hairpiece dan dasi.

6. Pendidikan busana
Pendidikan di bidang busana merupakan usaha yang tidak berkaiatan
langsung dengan pembuatan busana karena bergerak dalam bidang jasa
pendidikan. Sebab pendidikan busana sendiri lebih fokus pada pelataihan
sumber daya manusia untuk mmenyiapakan tenaga terlatih yang dapat
bekerja pada bidang usaha.

Kegiatan Usaha Busana Untuk orang lain yaitu.

1. Konveksi

Konveksi merupakan salah satu jenis usaha busana yang secara besar-
besaran atau massal. Atau disebut juga dengan home industri. Dan apabila
produksinya sangat besar disebut juga dengan usaha garmen. Adapun
istilah garmen itu sendriri berarti pakaian jadi. Seseorang yang membuka
konveksi dapat memberikan peluang kerja bagi orang-orang yang pandai
dalam menjait bisa bergabung bekerja di perusahaan yang berjenis
konveksi.

C. Kegiatan Usaha Bidang Busana Untuk Pekerja Berbasis Rumah

D. Kegiatan Usaha Bidang Busana Untuk Usaha Sendiri


Bisnis sandang (fashion) saat ini sangat menjanjikan. Terlebih lagi pemerintah
melalui Kementerian Perdagangan pada tahun 2008 mencanangkan industri
kreatif dimana fesyen ditetapkan sebagai salah satu dari 14 sub sektor industri
kreatif. Tercatat, terdapat sekitar 1500 gerai distro yang dikelola kaum muda yang
tersebar di berbagai kota Indonesia. Belum lagi butik dengan para desainernya
yang dapat meraup hingga jutaan rupiah per bulannya. Namun demikian, masih
ada banyak bisnis bidang fesyen lainnya. Untuk membantu kita dalam mencari
bisnis bidang fesyen ini, dapat membagi bisnis fesyen tersebut kedalam kategori
produk yang dihasilkan berikut.
1. Produk yang dihasilkan
a. Barang
Bisnis fesyen yang menghasilkan barang (berupa pakaian jadi) antara
lain butik, garmen dan konveksi. Namun dalam hal ini perlu adanya
sedikit penekanan bahwa garmen dan konveksi yang termasuk penghasil
barang adalah garmen dan konveksi yang memproduksi pakaian jadi
untukpasokan dan kemudian dipasarkan (make to supply), dan bukan
garmen yang memproduksi pakaian jadi karena adanya pesanan (make to
order). Jika memproduksi berdasar pesanan maka secara hakiki, garmen
dan konveksi memiliki bisnis proses yang sama dengan modiste dan tailor.
b. Jasa
1) Jasa produksi busana seperti butik, garmen, konveksi, atelier, houte
couture, modiste, dan tailor.
2) Jasa perdagangan seperti butik, distro (distribution outlet), factory outlet
(FO), department store, dan toko fesyen on line.
3) Jasa perancangan seperti butik, dan desainer.
4) Jasa peminjaman fesyen seperti wardrobe.

2. Bisnis proses dominan yang dijalankan


a. Produksi fesyen seperti butik, garmen, konveksi, atelier, houte couture,
modiste, dan tailor.
b. Pemasaran fesyen seperti distributor dan agen fesyen.
c. Perdagangan seperti butik, distro (distribution outlet), factory outlet
(FO), department store, dan toko fesyen on line.
d. Konsultasi seperti konsultan mode, dan desainer.
Kegiatan bisnis fashion yang telah disebutkan satu persatu tersebut dapat
dijadikan peluang untuk berbisnis usaha sendiri. Salah satunya membuka usaha
butik, butik merupakan gerai perbelanjaan kecil, terutama yang mengkhususkan
diri dalam item busana yang fashionable yang dapat mencakup pakaian, aksesori
dan perhiasan. Saat ini butik telah dijadikan tempat untuk menjajakan item busana
yang tidak hanya elit namun juga item busana untuk pasar masyarakat
kebanyakan, baik untuk produk massal maupun niche product ataupun busana
yang diproduksi dalam jumlah kecil dengan harga yang sangat tinggi. Inilah, yang
disebut sebagai manufaktur butik.
Sebagaimana distro yang mengalami kemajuan dan peningkatan baik
dalam kuantitas maupun kualitas, butikpun juga demikian. Di kota-kota besar
bahkan kota kecil bermunculan butik-butik. Namun kemunculan butik di
Indonesia ini tidak seluruhnya mempunyai konsep yang sama dengan butik pada
awal kemunculannya tahun 1960-an yang dipelopori Mary Quant. Butik pada
masa-masa awal sebagaimana Mary Quant Bazaar merupakan bisnis fesyen yang
meliputi bisnis proses merancang, memroduksi, serta menjual item fesyen yang
unik. Jadi, butik tidak sekedar menjual iten fesyen saja. Item fesyen yang
dijualpun unik karena sang disainer hanya akan menjual di butiknya saja dan tidak
ke butik lainnya apalagi ke distro dan departemen store. Sehingga item fesyen
yang dijual menjadi unik dan berkarakter khas dari butik dan disainernya.
Konsep ini masih berjalan hingga kini di negara asal tumbuh dan
berkembangnya butik serta di negara-negara maju lainnya. Konsep butik
sebagaimana yang ada di negara asalnya tersebut bukan berarti tidak ada di
Indonesia. Tentu di Indonesia ada butik sebagaimana tersebut, terutama yang
dimiliki oleh disainer. Namun banyak pula butik yang sekedar mempunyai satu
bisnis proses saja yaitu perdagangan. Aktivitas butik ini hanya meliputi
pengadaan item fesyen (pembelian/kulakan) untuk kemudian dijual kembali
dengan mengambil keuntungan tertentu. Konsekuensinya adalah item fashion
yang dijual bukanlah item yang unik dan berkarakter, bahkan dapat terjadi yang
dijual adalah item fashion pasaran. Konsep butik yang terakhir ini bukan tidak
boleh, tentu boleh dan sah-sah saja dalam dunia bisnis namun yang perlu
ditekankan adalah butik ini memiliki konsep yang berbeda dari butik yang
sesungguhnya.
A. Mengelola Bisnis Butik
Dalam mengelola bisnis butik banyak hal yang perlu diperhatikan, adapun
aspek-aspek dasar dalam memulai mengelola bisnis butik, sebagai berikut :
1. Lokasi Bisnis
Lokasi bisnis menurut banyak orang merupakan faktor terpenting dalam
bisnis. Hal ini dapat dimaklumi karena dengan letak bisnis yang strategis
maka dapat memasarkan dengan relatif baik pula. Tetapi sejatinya penentuan
suatu lokasi bisnis tidak hanya sekedar faktor pemasaran saja, karena lokasi
bisnis ini sangat mempengaruhi biaya operasi/produksi, harga jual, bahkan
juga kemampuan perusahaan untuk mempunyai daya saing yang tinggi. Oleh
karenanya pertimbangan dalam pemilihan lokasi bisnis dipengaruhi oleh
beberapa faktor.
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi
tersebut dapat dibagi dalam faktor primer dan faktor sekunder. Faktor primer
adalah suatu faktor yang harus dipenuhi, apabila tidak dipenuhi maka proses
operasi/produksi tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Sedangkan
daktor sekunder adalah faktor yang sebaiknya ada, jika tidak dipenuhi maka
masih dapat diatasi meskipun disertai dengan tambahan biaya (Subagyo, 2000:
54). Berikut ini adalah berbagai faktor yang perlu diperimbangkan dalam
perancangan lokasi suatu bisnis.
1. Kedekatan dengan pasar (konsumen)
Konsumen merupakan pembeli atau pemakai produk (baik
barang/jasa) yang dihasilkan oleh produsen atau yang dijual oleh
pedagang. Bisnis yang lokasinya didekatkan dengan konsumen karena
mempunyai pertimbangan berikut:
a. karena mempunyai efisiensi dan efektifitas pemasaran,
b. karena lebih mudah mengetahui adanya perubahan selera konsumen,
c. karena untuk mengurangi resiko kerusakan dalam distribusi,
d. karena barang yang tidak tahan lama,
e. karena biaya distribusi barang yang sangat mahal.
Bisnis fesyen yang menjadikan faktor kedekatan dengan pasar
(konsumen) ini sebagai faktor primer pada umumnya berbentuk jasa
seperti bisnis butik, distro, factory outlet, modiste, tailor, dan loundry.
Jadi, kriteria strategis disini adalah kedekatan dengan pasar.
2. Kedekatan dengan sumber bahan baku
Suatu bisnis yang tidak mempunyai jaminan persediaan bahan baku
yang baik sebaiknya diletakkan dengan sumber bahan baku. Dengan
mendekatkan lokasi bisnis dengan sumber bahan baku maka perusahaan
juga dapat memperpendek jalur pengadaan, mengurangi hambatan dan
resiko, menekan biaya pengadaan bahan baku, serta apabila bersaing
dengan perusahaan lain maka dapat meminimalkan persediaan bahan baku
karena lokasi yang dekat dengan sumber bahan baku. Bisnis fesyen yang
menjadikan faktor ketersediaan dan kedekatan bahan baku ini sebagai
faktor primer seperti butik. Jadi, kriteria strategis disini adalah kedekatan
dengan bahan baku.
3. Ketersediaan tenaga kerja
Tenaga kerja dapat dibedakan menjadi dua kategori tenaga kerja yaitu
tenaga kerja terdidik (skilled labour) dan tenaga kerja tidak terdidik (unskilled
labour). Kedua kategori tenaga kerja tersebut mempunyai karakteristik dan
sifat yang berbeda sehingga berbeda pula pengaruhnya terhadap perancangan
lokasi bisnis. Bisnis fesyen yang menjadikan faktor ketersediaan tenaga kerja
ini sebagai faktor primer adalah butik karena butik memerlukan tenaga kerja
terdidik dalam jumlah yang sangat besar. Jadi, kriteria strategis disini adalah
ketersediaan tenaga kerja.
4. Keunggulan relatif lannya
Dalam perancangan lokasi bisnis perlu juga kiranya memperhatikan
beberapa keunggulan relatif lainnya seperti ketersediaan listrik, air, sarana
telekomunikasi, sarana transportasi, lingkungan masyarakat, peraturan
pemerintah, dan fasilitas pengelolaan limbah. Setiap bisnis fesyen seyogyanya
mempertimbangkan keunggulan relatif ini untuk mendukung salah satu atau
lebih dari faktor primer yang dipilih.

2. Aspek Teknik Bisnis Butik


Proses ditetapkannya suatu ide produk menjadi produk biasanya melalui
beberapa tahap, yaitu: penemuan ide, seleksi, pembuatan rancang bangun awal,
pembuatan model/sampel/prototype, pengujian (testing), pembuatan rangcang
bangun terakhir, dan pembuatan produk (produksi).
a. Penentuan ide produk:
Untuk mencari ide produk dapat dibantu dengan melakukan pendekatan
terhadap aspek-aspek berikut;
a) Berdasarkan dorongan pasar: keputusan produsen untuk
menentukan jenis produk didasarkan pada kebutuhan
konsumen/pemakai. Sementara pertimbangan aspek teknis dan
produksi sangat sedikit.
b) Berdasarkan dorongan teknologi: penentuan jenis produk usaha
ditentukan oleh kapasitas perusahaan dalam menghasilkan produk
(barang/jasa). Sedangkan aspek pertimbangan pasar kurang
berpengaruh.
c) Berdasarkan koordinasi antar fungsi: pemilihan macam produk
yang dihasilkan berdasarkan pada koordinasi antar fungsi, seperti
bagian produksi, pemasaran, keuangan, dan lainnya.
b. Seleksi ide produk:
Seleksi ide produk dapat dilakukan dengan melakukan evaluasi atas
segi pemasaran, teknis, serta keuangan. Dari segi pasar, dievaluasi apakah
pasar menghendaki produk atau tidak, berapa kemampuan daya pasar
produk tersebut dalam pasar. Dari segi tekni, apakah perusahaan dapat
memproduksi ide produk tersebut. Termasuk didalamnya kemampuan
dalam pengadaan bahan, tenaga kerja serta mesin dan alatnya. Dari segi
keuangan, apakah produk yang dihasilkan dapat mendatangkan keuntungan
atau tidak.
c. Pembuatan disain atau rancang bangun awal:
Disain produk ini harus mempertimbangkan aspek tujuan, fungsi serta
bentuk barang. Tujuan barang adalah untuk mendapat suatu manfaat yang
diperlukan pemakainya. Apabila produk tidak memiliki manfaat yang
cukup, maka tujuan pembuatan produk belum tercapai. Fungsi barang
terdapat dua hal, yaitu fungsi utama yang tidak dapat ditiadakan karena
akan meniadakan manfaat dari produk tersebut, dan fungsi sekunder yang
merupakan kegunaan produk yang melengkapi fungsi utamanya. Bentuk
produk ini meliputi style, seni dan keindahan tampilan.
d. Pembuatan model/sampel/prototype:
Sampel merupakan produk yang dibuat untuk percobaan sebelum
produyk tersebut dibuat secara besar-besaran, kemudian diuji untuk dicari
kelebihan dan kelemahannya.
e. Pengujian (testing):
Tahap ini adalah fase pengujian terhadap sampel yang dibuat, diuji
segala kelebihan dan kekurangannya. Apabila hasil pengujian menunjukkan
sampel memenuhi syarat maka dapat dilanjutkan dengan pembuatan disain
akhir. Apabila belum memenuhi persyaratan maka dapat dilakukan
perbaikan, atau penolakan jika memang tidak memenuhi syarat sama
sekali.
f. Pembuatan disain terakhir:
Pembuatan disain terakhir ditujukan untuk menyempurnakan disain
sesuai dengan hasil uji yang telah dilakukan.
g. Tahap implementasi:
Tahap ini mencoba memulai proses produksi sambil dilihat masa
depan pemasarannya. Hal ini diperlukan karena meskipun suatu produk
telah lolos dari berbagai tahap penyaringan di awal, namun belum tentu
dapat berhasil diproduksi secara menguntungkan. Karenanya perlu dilihat
reaksi konsumen, kemantapan dipasar, dan masa depannya.

Berdasarkan segala jenis aspek untuk membangun usaha sendiri, salah satunya
butik. Butik memiliki ciri khas yang merupakan sebuah toko pakaian eksklusif
yang menjual pakaian modern berikut segala kelengkapannya (terutama untuk
wanita), tentunya sesuai dengan mode mutakhir. Pakaian di butik dikerjakan
dengan tangan atau mesin halus. Sementara ukurannya disesuaikan denga orang
tertentu. Bisa juga menggunakan ukuran standard mode. Jenis bisnis ini biasanya
didirikan oleh desainer sebagai tempat untuk menjual produk rancangannya,
sehingga style tidak sama dengan yang ada di pasaran.Tidak hanya itu, butik juga
menjual segala kelengkapan, seperti handbag, sepatu, aksesoris, dan masih banyak
lagi lainnya. Soal harga memang relatif lebih mahal, mengingat dijahit halus
dengan tangan dan dirancang sendiri oleh desainer.

E. Kegiatan Usaha Bidang Busana Untuk Usaha Kelompok


1. Atelier
Atelier berasal dari bahasa Perancis yang berarti tempat kerja, bengkel,
atau workshop (dalam bahasa Inggris). Atelier dalam istilah busana diartikan
dengan rumah mode atau tempat untuk mengolah mode pakaian. Atelier ini
disamping menerima jahitan perseorangan juga menerima order dalam jumlah
besar (konveksi) dan menjual busana jadi sehingga sangat bagus di kerjakan
secara berkelompok .Pengelolaan usaha pada atelier lebih luas dibanding dengan
modiste dan tailor baik dari segi peralatan, staf pegawai, maupun
organisasi. Atelier ini menghasilkan busana madya atau tingkat menengah.

F. Kegiatan Usaha Bidang Busana Untuk Usaha Besar

G. Kegiatan Usaha Bidang Busana Untuk Kegiatan Social


Kegiatan sosial adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang/kelompok
untuk menyalurkan kepeduliannya. Banyak sekali bentuk kegiatan sosial yang
dapat disalurkan melalui beragam jenis kepedulian atau bantuan yang dapat
dilakukan, salah satunya dibidang busana. Para pembisnis usaha dibidang busana
dapat melakukan kegiatan sosialnya, diantaranya :
1. Jasa Menjahit
Para pembisnis yang memiliki usaha berupa jasa menjahit dapat
menyalurkan kepeduliannya melalui kegiatan sosial yaitu pembuatan masker
untuk masyarakat sekitar hingga menyumbangkan pembuatan busana APD
bagi perawat pasien di Rumah Sakit yang membutuhkan. Dimasa pandemi ini
banyak sekali kegiatan sosial bagi pembisnis jasa menjahit untuk membantu
sekitar karena bisnis ini mampu membuat berbagai macam jenis busana untuk
keperluan sosial.
2. Clothing Store (Butik, Distro, dll)
Bagi yang memiliki usaha clothing store tersebut dapat juga melakukan
kegiatan sosial walau berbeda dengan para pembisnis jasa menjahit. Para
pengusaha dibidang ini dapat memanfaatkan busana/produk yang dijualnya
untuk menyalurkan kepedulian sosialnya dengan cara sebagian harga
terjualnya produk busana (semisal 7%/pcs) disumbangkan berupa dana ke
tempat-tempat sosial, seperti; panti asuhan, tempat belajar, dsb. Sehingga
selain penjualan produk tetap berjalan, kegiatan sosial juga dapat
terealisasikan.
3. Konsultan Design, Enterpreanur, Pendidik Busana, dll
Bagi sesorang yang mempunyai profesi dibidang busana tersebut dapat
juga melakukan kegiatan sosialnya, yaitu dengan ikut disalah satu kegiatan
sosial yang berkaitan dengan dunia tata busana serta ikut andil dalamnya. Para
profesi tersebut dapat menyumbangkan sedikit ilmu bagi orang-orang yang
tertarik dalam fashion namun tidak mampu dalam menempuh pendidikannya.
Jadi, sebagai orang yang berpengaruh mereka mampu menyalurkan ide-ide
busana hingga bisnis yang mampu mereka jalani secara dasar.
Kegiatan sosial ini selain dapat dijadikan kegiatan untuk membantu
sesama serta penyaluran kepedulian terhadap sosial juga dapat sebagai
kegiatan promosi suatu brand busana para pengusaha. Karena didalam
kegiatan sosial terdapat banyak orang-orang yang berpartisipisi sehingga
mereka dapat mendengar atau melihat brand para pengusaha yang ikut dalam
kegiatan sosial atau penyelenggara kegiatan sosial tersebut.
Berdasarkan jenis-jenis bidang usaha busana yang dapat digunakan untuk
kegiatan sosial ini mempunyai sistem kerja, diantaranya :
1. Harus memiliki sebuah usaha, baik itu jasa menjahit, clothing store
maupun konsultan design.
2. Mengajak kerjasama antar brand usaha busana untuk kegiatan sosial, agar
kegiatan ini mampu berjalan dengan hasil yang maksimal. Jika sebagai
konsultan busana, bisa memanfaatkan kegiatan sosial yang berhubungan
tentang tata busana sebagai pemateri pada kegiatan tersebut.
3. Mempunyai target kegiatan, tentukan bantuan yang disalurkan dan sesuai
dengan bidang busana.
4. Menyalurkan bantuan yang sudah direncanakan.
Dari sistem kerja tersebut dapat kita ketahui ciri khas kegiatan bidang usaha
butik untuk kegiatan sosial, yaitu menyalurkan bantuan sosial dengan tujuan yang
positif. Kegiatan ini mempunyai tujuan selain tujuan utama, yaitu tujuan lainnya
sebagai ajang promosi untuk memperkenalkan brand/jasa kepada masyarakat
sekitar.

BAB III PENUTUP


DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai