Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MANAJEMEN PEMASARAN

MENGEMBANGKAN PROGRAM DAN STRATEGI PENETAPAN


HARGA (2)

Disusun oleh:
Karoma Ridho Fathulloh C1C014082
Ani Faturrohmah C1C015007
Ike Ria Amalia C1C015009
Novi Yani C1C015034
Estri Mufridatul Hikmah C1C015072

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN AKUNTANSI
2016
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Harga adalah salah satu unsur bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan;
unsur-unsur lainnya menghasilkan biaya. Harga barangkali adalah unsur program
pemasaran yang paling mudah disesuaikan, dimana ciri-ciri produk, saluran, bahkan
promosi membutuhkan lebih banyak waktu. Harga juga mengkomunikasikan posisi
nilai yang dimaksudkan perusahaan tersebut kepada pasar tentang produk atau
merknya. Sebuah produk yang dirancang dan dipasarkan dengan baik dapat
menentukan premium harga dan mendapatkan laba besar.

Keputusan penetapan harga jelas rumit dan sulit. Pemasar harus memperhitungkan
banyak faktor dalam mengambil keputusan penetapan harga—perusahaan, pelanggan,
persaingan, dan lingkungan pemasaran. Keputusan penetapan harga harus konsisten
dengan strategi pemasaran perusahaan dan pasar sasarannya serta penentuan posisi
merk.

2. Rumusan Masalah
A. Bagaimana perusahaan menyesuaikan harga?
B. Bagaimana perusahaan memulai dan menanggapi perubahan harga?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Menyesuaikan Harga

Perusahaan biasanya tidak menetapkan hanya satu harga untuk produknya melainkan
bervariasi, struktur penetapan harga yang dilakukan oleh perusahaan dipengaruhi oleh
permintaan dan biaya geografis, tuntutan segmen pasar, waktu pembelian, tingkat
pemesanan, frekuensi pengiriman, jaminan, kontrak perbaikan dan factor-faktor lainnya.
Berikut adalah beberapa bentuk penyesuainan harga yang dapat dilakukan oleh
perusahaan.

A. Penetapan harga geografis (Tunai, Imbal Dagang, dan Barter)


Dalam hal ini perusahaan harus memutuskan bagaimana cara menetapkan
harga produknya untuk pelanggan yang berbeda di lokasi dan negara yang berbeda.
Salah satu contoh perusahaan yang melakukan strategi ini adalah Procter &
Gamble (P&G). Pada tahun 2003 P&G mengembangkan suatu prakarsa penetapan
harga bertingkat untuk membantu bersaing dengan merek-merek lokal China
karena 2/3 penduduk China berpenghasilan kurang dari $25 per bulan. P&G
memperkenalkan kantong Tide Clean White 320 gram dengan harga 23 sen,
dibanding 33 sen untuk 350 gram Tide Tripicle Action, versi Clean tidak
menawarkan manfaat seperti penghilang noda atau bau, namun harganya lebih
rendah dan menurut P&G berkinerja melebihi merek lain dengan level harga yang
sama. Penetapan harga geografis dapat terwujud dalam beberapa hal berikut:
a. Barter yaitu pertukaran barang secara langsung, tanpa uang dan tanpa
keterlibatan pihak ketiga. Pada tahun 1933, Eminence SA, salah satu produsen
pakaian utama Prancis melakukan perjanjian selama lima tahun untuk barter
pakaian dalam dan pakaian olahraga yang diproduksi di AS senilai $25 juta
dengan pelanggan di Eropa Timur, dengan imbalan berbagai jenis barang dan
jasa, termasuk transportasi global dan ruang iklan dalam majalah-majalah
Eropa Timur.
b. Kesepakatan kompensasi. Penjual menerima sekian persen pembayaran
dalam bentuk tunai dan sisanya dalam bentuk produk. Produsen pesawat
terbang Inggris menjual pesawat ke Brazil dengan memperoleh 70% tunai dan
sisanya kopi.
c. Persetujuan beli kembali. Penjual menjual pabrik, peralatan, atau teknologi
kepada negara lain dan setuju menerima produk yang dihasilkan dengan
peralatan yang dipasok tersebut sebagai sebagian pembayaran. Suatu
perusahaan kimia AS membangun pabrik untuk perusahaan India dan
menerima sebagian pembayaran dalam bentuk tunai dan sisanya dalam bentuk
bahan kimia yang diproduksi pabrik tersebut.
d. Imbal beli. Penjual menerima pembayaran penuh dalam bentuk tunai, tetapi
setuju menggunakan sebagian besar uang tersebut di negara tadi dalam kurun
waktu yang ditetapkan. Misalnya PepsiCo menjual sirup kolanya ke Rusia
dengan memperoleh rubel dan setuju membeli vodka Rusia dengan harga
tertentu untuk dijual di Amerika Serikat.

B. Diskon dan Potongan Harga


Kebayakan produsen akan menyesuaikan daftar harganya dengan memberikan
diskon dan potongan harga (discount and allowance) untuk pembayaran yang lebih
cepat, pembelian dalam jumlah besar, dan pembelian di luar musim. Penetapan
harga diskon telah menjadi modus operandi dari sejumlah perusahaan yang
mencengangkan pada penawaran produk baik barang maupun jasa. Beberapa
kategori produk cenderung merusak diri sendiri karena selalu diobral. Tenaga
penjual khususnya, cepat memberikan diskon untuk menutup penjualan , tetapi
berita dari mulut ke mulut cepat beredar bahwa harga produk perusahaan tersebut
‘lunak’ dan diskon pun menjadi sesuatu yang lumrah. Diskon merusak persepsi
nilai tawaran suatu produk. Berikut adalah macam-macam diskon yang biasa
diterapkan oleh perusahaan.
a. Diskon tunai yaitu penurunan harga bagi pembeli yang segera membayar
tagihan. Contoh yang lazim adalah 2/10 n 30, yang berarti bahwa
pembayarannya akan jatuh tempo dalam 30 hari dan bahwa pembeli tersebut
dapat mengurangkan 2% dengan membayar tagihan tersebut dalam waktu 10
hari.
b. Diskon kuantitas merupakan penurunan harga bagi orang yang membeli
dalam jumlah besar. Contoh yang lazim yaitu $10 per unit dibawah 100 unit,
9$ per unit untuk 100 unit atau lebih. Diskon kuantitas harus ditawarkan sama
untuk semua pelanggan dan tidak boleh melebihi penghematan biaya yang
diperoleh penjual. Diskon tersebut dapat ditawarkan untuk masing-masing
pesanan yang dilakukan atau untuk jumlah yang dipesan selama kurun waktu
tertentu.
c. Diskon fungsional, diskon ini disebut juga diskon dagang (trade discount)
yaitu diskon yang ditawarkan produsen kepada anggota-anggota saluran
perdagangan jika mereka melakukan fungsi tertentu seperti menjual,
menyimpan, atau melakukan pencatatan. Produsen harus menawarkan diskon
fungsional yang sama dalam masing-masing saluran.
d. Diskon musim, yaitu penurunan harga untuk orang yang embeli barang dan
jasa di luar musim. Hotel, motel, dan perusahaan penerbangan menawarkan
diskon musim pada masa-masa penjualan yang lambat.
e. Potongan harga adalah pembayaran ekstra yang yang dirancang untuk
memperoleh partisipasi penjual ulang (reseller) dalam program khusus.
Potongan harga tukar tambah (trade in allowance) diberikan kepada orang yang
mengembalikan barang lama ketika membeli barang yang baru. Potongan
harga promosi (promotional allowance) memberikan kepada penyalur imbalan
karena berperan serta dalam program pengiklanan dan dukungan penjualan.

C. Penetapan Harga Promosi


Perusahaan-perusahaan dapat menggunakan beberapa teknik penetapan
harga untuk merangsang pembelian awal:
a. Penetapan harga pemimpin rugi ( loss-leader pricing). Pasar swalayan dan
toko serba ada sering menurunkan harga untuk merk-merk yang sangat terkenal
untuk merangsang lalu lintas penjualan selanjutnya. Hal ini akan berhasil jika
pendapatan dari penjualan selanjutnya dapat menutupi margin yang lebih
rendah dari barang-barang pemimpin-rugi tersebut. Produsen merek pemimpin-
rugi biasanya akan merasa keberatan karena praktik ini dapat melunturkan citra
merek tersebut dan juga mendatangkan keluhan dari pengecer yang
mengenakan harga biasa. Produsen telah mencoba mencegah perantara
melakukan penetapan harga pemimpin-rugi dengan melobi pemberlakuan
undang-undang yang mempertahankan harga eceran, tetapi undang-undang ini
telah dicabut.
b. Penetapan harga peristiwa khusus (special event pricing). Penjual akan
menetapkan harga khusus pada musim-musim tertentu untuk menarik banyak
pelanggan. Setiap bulan agustus berlangsung penjualan kembali-ke-sekolah.
c. Rabat tunai (cash rebate). Perusahaan-perusahaan mobil dan perusahaan-
perusahaan produk produsen dalam suatu kurun waktu ynag telah ditentukan.
Rabat dapat membantu menghabiskan persediaan tanpa memotong harga biasa
yang telah ditetapkan.
d. Pembiayaan bunga rendah (law interest financing). Alih-alih menurunkan
harganya, perusahaan tersebut dapat menawarkan pembiayaan bunga rendah
kepada pelanggannya. Produsen mobil telah mengumumkan pembiayaan tanpa
bunga guna menarik pelanggan.
e. Masa pembayaran yang lebih lama (longer payment terms). Penjual,
khususnya bank hipotik dan perusahaan mobil, memeperpanjang pinjaman
untuk periode yang lebih lama dan dengan demikian menurunkan cicilan
bulanan. Konsumen sering tidak begitu mencemaskan biaya (yaitu suku bunga)
pinjaman dan lebih mencemaskan apakah mereka mampu membayar cicilan
bulanannya.
f. Garansi dan kontrak perbaikan (warranty and service contract).
Perusahaan-perusahaan dapat meningkatkan penjualan dengan menambahkan
garansi atau kontrak perbaikan gratis atau berbiaya rendah.
g. Diskon psikologis (psychological discounting). Strategi ini melibatkan
penetapan harga yang pura-pura ditinggikan dan kemudian menawarkan
produk tersebut dengan penghematan yang lumayan besar, misalnya “dulu
$359, kini $299.” Taktik-taktik diskon yang tidak sah ditentang Biro Komisi
Perdagangan dan Usaha yang lebih baik Federal AS (Federal Trade
Commission ane Better Bussines Bureaus). Diskon dari harga normal adalah
bentuk sah penetapan harga promosi.
h. Strategi penetapan harga promosi sering merupakan permainan kalah menang
kalau strategi tersebut berhasil pesaing kan menirunya dan strategi itu
kehilangan efektifitasnya. Jika strategi tersebut tidak berhasil, perusahaan
membuang-buang uang yang mestinya dapat digunakan untuk alat pemasaran
lainnya, seperti meningkatkan mutu produk dan layanan atau memperkokoh
citra produk melalui iklan.
D. Penetapan Harga Diskriminatif

Diskriminasi harga (price discrimination) terjadi apabila suatu perusahaan menjual


produk atau jasa dengan dua harga atau lebih yang tidak mencerminkan perbedaan
biaya secara proporsional. Dalam diskriminasi harga tingkat pertama, penjual tersebut
mengenakan harga terpisah untuk masing-masing pelanggan bergantung pada
intensitas permintaannya. Dalam diskriminasi harga tingkat kedua, penjual tersebut
mengenakan harga yang lebih murah kepada pembeli yang membeli dengan jumlah
yang lebih besar. Dalam diskriminasi harga tingkat ketiga, penjual tersebut
mengenakan harga yang berbeda kepada kelompok pembeli yang berbeda, antara lain
sebagai berikut:

a. Penetapan harga segmen—pelanggan (customer—segment pricing).


Kelompok pelanggan yang berbeda dikenakan harga yang berbeda untuk
produk atau jasa yang sama.
b. Penetapan harga bentuk—produk (product—form pricing).
Versi produk yang berbeda dikenakan harga yang berbeda, tetapi tidak
sebanding dengan masing-masing biayanya.
c. Penetapan harga citra (image product).
Beberapa perusahaan menetapkan harga produk yang sama dengan dua tingkat
yang berbeda berdasarkan perbedaan citra.
d. Penetapan harga saluran (channel pricing).
e. Penetapan harga lokasi (location pricing).
Produk yang sama dikenakan harga yang berbeda di lokasi yang berbeda
sekalipun biaya sama untuk menawarkannya di masing-masing lokasi.
f. Penetapan harga waktu (time pricing).
Harga dibedakan menurut musim, hari, atau jam.

Beberapa bentuk diskriminasi harga (dimana penjual menawarkan jenis harga yang
berbeda kepada orang yang berbeda dalam kelompok dagang yang sama) dianggap
melanggar hukum. Namun, diskriminasi harga dibenarkan jika penjual tersebut dapat
membuktikan bahwa biayanya berbeda ketika menjual volume yang berbeda atau
mutu yang berbeda untuk produk yang sama kepada pengecer yang berbeda.
Agar diskriminasi harga berhasil, harus ada syarat-syarat tertentu. Pertama, pasar
tersebut harus dapat di segmentasikan dan segmen-segmen ini harus menunjukkan
intensitas permintaan yang berbeda. Kedua, anggota-anggota segmen denga harga
yang lebih rendah harus tidak dapat menjual kembali produk tersebut kepada segmen
dengan harga yang lebih tinggi. Ketiga, pesaing harus tidak dapat menjual dengan
harga yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan tersebut di segmen yang
harganya lebih tinggi. Keempat, biaya untuk membagi segmen dan menertibkan pasar
tersebut tidak boleh melebihi pendapatan tambahan yang diperoleh dari diskriminasi
harga. Kelima, praktik tersebut tidak boleh menimbulkan kemarahan dan niat buruk
pelanggan. Keenam, bentuk diskriminasi harga tertentu tidak boleh melanggar hukum.

2. Memulai dan Menanggapi Perubahan Harga


A. Memulai Penurunan Harga
Beberapa keadaan bisa menyebabkan perusahaan menurunkan harga. Salah
satunya adalah kapasitas pabrik berlebih: Perusahaan membutuhkan bisnis tambahan
dan tidak dapat menghasilkannya melalui peningkatan usaha penjualan, perbaikan
produk, atau usaha lain. Kadang-kadang perusahaan mulai melakukan penurunan
harga dalam usahanya mendominasi pasar melalui biaya murah. Perusahaan dapat
memulai dengan menurunkan biaya yang lebih rendah dari pesaingnya, atau mulai
melakukan penurunan harga dengan harapan mendapatkan pangsa pasar dan
menurunkan biayanya.
Meskipun demikian, penurunan harga untuk mempertahankan pelanggan atau
mengalahkan pesaing sering mendorong pelanggan menuntut konsesi harga dan
melatih wiraniaga untuk menawarkannya. Strategi penurunan harga bias menyebabkan
kemungkinan jebakan lainnya :
a. Jebakan kualitas rendah. Konsumen mengasumsikan kualitas yang rendah.
b. Jebakan pangsa pasar yang rentan. Harga murah membeli pangsa pasar tetapi
bukan loyalitas pasar. Pelanggan yang sama akan beralih ke perusahaan harga
murah lainya yang datang.
c. Jebakan saku tipis. Pesaing harga tinggi menadingi harga murah teetapi
mempunyai kekuatan bertahan yang lebih lama karena memiliki cadangan kas
yang lebih banyak.
d. Jebakan perang harga. Pesaing merespons dengan menurunkan harga mereka
lebih lanjut, memicu perang harga.
Pelanggan sering menanyakan motivasi dibalik perubahan harga. Mereka mungkin
mengasumsikan produk itu akan digantikan dengan model baru; produk itu cacat dan
tidak terjual dengan baik; perusahaan berada dalam masalah keuangan; harga akan
turun lebih jauh; atau kualitas berkurang. Perusahaan harus mengamati atribusi ini
dengan seksama.

B. Memulai Kenaikan Harga

Peningkatan harga yang berhasil dapat dapat menghasilkan laba yang cukup besar.
Misalnya, jika marjin laba perusahaan adalah 3% penjualan, peningkatan harga 1%
akan meningkatkan laba sebesar 33% jika volume penjualan tidak terpengaruh. Situasi
ini diilustrasikan dalam table berikut,

Sebelum Sesudah
Harga $10 $10 (kenaikan harga 1%)
Unit terjual 100 100
Pendapatan $1.000 $1.010
Biaya -970 -970
Laba $30 $40 (peningkatan laba
33%)

Asumsinya ialah bahwa perusahaan mengenakan harga $10 dan menjual 100 unit
dan mengeluarkan biaya $970, menghasilkan laba $30, atau 3% dari penjualan.
Dengan menaikan harga sebesar 10 sen (kenaikan harga 1%) maka laba terdorong
sebesar sebesar 33%, dengan mengasumsikan volume penjualan tetap sama.

Keadaan utama yang mendorong kenaikan harga adalah Inflasi biaya. Kenaikan


biaya yang tak sesuai dengan keuntungan produktivitas membuat marjin laba
menurun dan membuat perusahaan melakukan melakukan kenaikan harga secara
regular. Perusahaan sering menaikan harga merejka melebihi peningkatan biaya,
untuk mengantisipasi inflasi lebihlanjut atau pengendalian harga pemerintah, dalam
praktik disebut penetapan harga antisipatif (anticipatory pricing).

Factor lain yang menyebabkan kenaikan harga adalah kelebihan permintaan.


Ketika perusahaan tidak dapat memasok semua pelanggannya, perusahaan dapat
menaikan harganya, mengurangi pasokan ke pelanggan, atau keduanya. Harga dapat
dinaikan dengan cara-cara berikut , masing-masing mempunyai dampak yang berbeda
terhadap pembeli.
a. Penatapan harga kutipan tertunda (delayed quotation).  Perusahaan tidak
menetapkan harga akhir sampai produk selesai diantarkan. Penetapan harga ini
umumdalam indutri dengan waktu jeda (lead time) produksi yang panjang,
konstrksi industry dan peralatan berat.
b. Klausa peningkatan harga (escalator clause). Perusahaan mengharuskan
pelanggan membayar harga saat ini dan semua atau sebagian kenaikan inflasi
yang terjadi sebelum pengiriman. Klausa peningkatan harga mendasarkan
kenaikan harga pada beberapa indeks harga tertentu. Klausa ini ditemukan
dalam kontrak proyek-proyek industry besar, seperti konstruksi pesawat dan
pembangunan jembatan.
c. Penguraian. Perusahaan mempertahankan harganya tetapi menghilangkan atau
menetapkan harga secara terpisah untuk satu elemen atau lebih yang menjadi
bagian penawaran sebelumnya, seperti pengiriman atau instalasi gratis.
Perusahaan mobil kadang-kadang menambahkan rem anti0lock dan kantong
udara disisi penumpang sebagai tambahan pelengkap kendaraan mereka.
d. Pengurangan diskon. Perusahaan menginstroksikan wiraniagana untuk tidak
menawarkan diskon tunai normal dan diskon kuantitas.

C. Reaksi terhadap Perubahan Harga


a. Reaksi Pelanggan

Pelanggan sering mempertanyakan motivasi dibalik perubahan harga. Suatu


penurunan harga dapat ditafsirkan dengan berbagai cara yang berbeda : barang
tersebut akan digantikan dengan model baru; barang tersebut cacat dan tidak begitu
laku; perusahaan tersebut berada dalam kesulitan keuangan; harganya akan turun
lebih jauh; mutunya telah dikurangi. Kenaikan harga, yang biasanya akan
menghambat penjualan, mungkin membawa beberapa arti positif bagi pelanggan:
Barang tersebut “laris” dan melambangkan nilai yang sangat baik.

b. Reaksi Pesaing

Pesaing kemungkinan akan bereaksi jika jumlah perusahaan hanya sedikit,


produknya homogen, dan pembeli memiliki pengetahuan yang sangat lengkap.
Reaksi pesaing dapat menjadi masalah khusus bila mereka memiliki proposisi nilai
yang kuat.
Perusahaan dapat mengantisipasi reaksi-reaksi pesaing antara lain dengan cara
menganggap bahwa pesaing tersebut bereaksi dengan cara tertentu terhadap
perubahan harga, cara lainnya adalah menganggap bahwa pesaing tersebut
menerima masing-masing perubahan harga sebagai tantangan baru dan bereaksi
sesuai dengan kepentingannya sendiri pada saat itu.

D. Menanggapi Perubahan Harga Pesaing


Dalam pasar yang bercirikan homogenitas produk yang tinggi, perusahaan tersebut
seharusnya mencari cara untuk meningkatkan produknya yang ditambahkan
tersebut. Sedangkan dalam pasar produk yang tidak homogen, suatu perusahaan
memiliki keleluasaan yang lebih besar.
Pemimpin-pemimpin pasar sering menghadapi penurunan harga yang agresif oleh
perusahaan-perusahaan kecil yang mencoba membangun pangsa pasar. Pemimpin-
pemimpin merk juga menghadapi merk-merk toko pribadi yang lebih murah.
Pemimpin merk tersebut dapat menanggapi perubahan harga pesain dengan
beberapa cara antara lain:
a. Mempertahankan harga.
b. Mempertahankan harga dan menambah nilai.
c. Menurunkan harga.
d. Menaikkan harga dan meningkatkan mutu.
e. Menurunkan lini penyerang berharga murah.

Bagan 1 Program Reaksi Pasar untuk Menanggapi Penurunan Harga Pesaing

Apakah pesaing sudah Tidak Pertahankan harga kita


menurunkan harganya? pada tingkat sekarang;
tetap amati harga pesaing.

Ya
Tidak

Apakah harga tersebut Berapa banyak harganya


Apakah mungkin hal itu
mungkin mengakibatkan diturunkan?
merupakan penurunan
kerugian yang lumayan
Ya harga untuk selamanya?
besar bagi penjualan kita? Ya

Dibawah 2%.
Sebesar 2-4%. Turunkan Diatas 4% . Turunkan
Selipkanlah kupon diskon
harga sebesar potongan harga sampai menyamai
untuk pembelian
harga pesaing tersebut. harga pesaing.
berikutnya.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Setelah menetapkan harga, perusahaan akan melakukan penyesuaian harga.


Ada beberapa strategi penyesuaian harga antara lain, (1) penetapan harga geografis
(geographical pricing) yang dapat terwujud dalam tunai, kesepakatan kompensasi,
persetujuan beli kembali dan barter, (2) diskon dan potongan harga (price discount
and allowances) yang terdiri dari diskon tunai, diskon kuantitas, diskon fungsional,
diskon musim dan potongan harga, (3) penetapan harga promosi (promotional
pricing) yang dapat merangsang pembelian awal dengan menggunakan teknik
antara lain, penetapan harga pemimpin-rugi, penetapan harga peristiwa khusus,
rabat tunai, pembiayaan bunga rendah, masa pembayaran yang lebih lama, garansi
dan kontrak perbaikan serta diskon psikologis, (4) penetapan harga diskriminatif
(discriminatory pricing) yang terbagi menjadi tiga tingkatan yang dimana pada
masing-masing tingkat memiliki ketentuan tersendiri dan (5) penetapan harga
bauran produk (product-mix pricing).

Perusahaan sering menghadapi situasi yang mengharuskan mereka untuk


menurunkan atau menaikkan harga. Kadang-kadang perusahaan mulai melakukan
penurunan harga dalam usahanya mendominasi pasar melalui biaya
murah. Meskipun demikian, penurunan harga untuk mempertahankan pelanggan
atau mengalahkan pesaing sering mendorong pelanggan menuntut konsesi harga
dan melatih wiraniaga untuk menawarkannya. Strategi penurunan harga bisa
menyebabkan kemungkinan jebakan lainnya, yaitu Jebakan kualitas rendah,
Jebakan pangsa pasar yang rentan, Jebakan saku tipis, Jebakan perang harga.

Keberhasilan perusahaan dalam menaikkan harga dapat meningkatkan laba


yang cukup besar. Faktor yang menyebabkan kenaikan harga antara lain adalah
inflasi biaya dan kelebihan permintaan. Masing-masing memiliki dampak yang
berbeda terhadap pembeli.
Setiap perubahan harga dapat memancing tanggapan/reaksi dari pelanggan,
pesaing, distributor, pemasok, bahkan pemerintah. Dalam menanggapi perubahan
harga pemilik merk dapat melakukan beberapa cara, antara lain (1)
mempertahankan harga; (2) mempertahankan harga dan menambah nilai; (3)
menurunkan harga; (4) menaikkan harga dan meningkatkan mutu; dan (5)
meluncurkan lini penyerang berharga murah.
DAFTAR PUSTAKA

Kotler, P., & Keller, K. L. (2009). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Indeks Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai