Anda di halaman 1dari 18

MENGELOLA MERK

“Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pemasaran”

Disusun oleh :

RAHMI HILMAYANI C1C015014

FALDA RISLIA AZIS C1C015036

NADYA SEPTIANI C1C015044

REGHINA AZTI A. C1C015047

RINI ALYU HAMIDA C1C015053

Dosen Pengampu :

Dra. Sri Murni Setyawati, M.M., Ph.D.

KEMENTRIAN RISET DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN AKUNTANSI

2016

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta
taufiq dan hidayahNya, kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Mengelola Merk”.
Kemudian juga kami berterima kasih pada Ibu Dra. Sri Murni Setyawati, M.M., Ph.D. selaku
dosen mata kuliah Manajemen Pemasaran Universitas Jenderal Soedirman yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Mengelola Merk. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami
berharap adanya kritik, saran , dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa
yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Sebelumnya, kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata – kata, baik dalam
penulisan maupun dalam bentuk ejaan. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh
siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat bermanfaat bagi
kami sendiri maupun bagi orang yang membacanya.

Purwokerto, Mei 2016

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………......2
2.1 Pengertian Merek.......................................................................................................2
2.2 Ekuitas Merek.............................................................................................................2
2.3 Membangun Merek yang Kuat....................................................................................5
2.4 Positioning Merek.......................................................................................................6
2.5 Pemilihan Nama Merek...............................................................................................8
2.6 Sponsor Merek............................................................................................................11

BAB III PENUTUP...........................................................................................................12


3.1 Simpulan......................................................................................................................12
3.2 Saran.............................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asal usul merek itu sendiri berpangkal di sekitar abad pertengahan di Eropa, pada
saat perdagangan dengan dunia luar mulai berkembang. Fungsinya semula untuk
menunjukkan asal produk yang bersangkutan. Baru setelah dikenal metode produksi massal
dan dengan jaringan distribusi dan pasar yang lebih luas dan kian rumit, fungsi merek
berkembang menjadi seperti yang dikenal sekarang ini. Merek menjadi salah satu kata yang
sangat populer yang sering digunakan dalam hal mempublikasikan produk baik itu lewat
media massa seperti di surat kabar, majalah, dan tabloid maupun lewat media elektronik
seperti di televisi, radio dan lain-lain. )eiring dengan semakin pesatnya persaingan dalam
dunia perdagangan barang dan  jasa ahkir-akhir ini maka tidak heran jika merek memiliki
peranan yang sangat signifikan untuk dikenali sebagai tanda suatu produk tertentu di kalangan
masyarakat dan juga memilki kekuatan serta manfaat apabila dikelola dengan baik. Merek
bukan lagi kata yang hanya dihubungkan dengan produk atau sekumpulan barang pada era
perdagangan bebas sekarang ini tetapi juga proses dan strategi bisnis. Oleh karena itu,merek
mempunyai nilai atau ekuitas. Dan ekuitas menjadi sangat penting karena nilai tersebut akan
menjadi tolak ukur suatu produk yang ada dipasaran.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah makalah ini adalah
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Merk dan Mengelola Merk ?
1.2.2 Bagaimana cara menilai ekuitas merk ?
1.2.3 Bagaimana cara membangun merk yang kuat ?
1.2.4 Bagaimana mengelola positioning merk?
1.2.5 Bagaimana cara memlih nama merk yang baik?
1.2.6 Apa sajakah yang termasuk sponsor merk?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
1.3.1 Mengetahui dan memahami pengertian merk dan mengelola merk
1.3.2 Memahami cara menilai ekuitas merk
1.3.3 Memahami cara membangun merk yang kuat
1.3.4 Memahami cara mengelola positioning merk
1.3.5 Mengetahui cara memlih nama merk yang baik
1.3.6 Mengetahui Apa saja yang termasuk sponsor merk

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Merek

American Marketing Association mendefinisikan merek sebagai “nama, istilah, tanda,


lambang, atau desain, atau kombinasinya, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasikan barang
atau jasa dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan barang atau jasa
dari salah satu penjual atau kelompok penjual dan mendiferensiasikan merek dari para pesaing.”
Maka merek adalah produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan merek tersebut
dengan beberapa cara dari produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan merek tersebut
dengan beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan
yang sama. Perbedaan ini bisa fungsional, rasional, atau nyata─berhubungan dengan kinerja
produk dari merek. Perbedaan ini bisa juga lebih bersifat simbolis, emosional, atau tidak
nyata─berhubungan dengan apa yang direpresentasikan merek. Saat ini merek memainkan
sejumlah peran penting yang meningkatkan hidup konsumen dan meningkatkan nilai keuangan
perusahaan.

Berdasarkan UU merek dagang, penjual diberikan hak ekslusif untuk menggunakan


merek untuk selamanya. Merek berbeda dengan aktiva lain seperti hak paten dan hak cipta yang
mempunyai batas waktu.
Merek lebih dari sekedar simbol. Merek dapat memiliki enam level pengertian :
1.        Atribut : Merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu, misalnya Mercedes mengingatkan
kita akan produk yang dirancang dengan baik, bergengsi tingggi.
2.        Manfaat : atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional, misal :
”mobil ini membuat saya menjadi penting dan dihargai”.
3.        Nilai : merek juga menyatatakan sesutu tentang produsen, jadi mercedes berarti kinerja tinggi,
kemananan, gengsi dll.
4.        Budaya : merek juga mewakili budaya tertentu, misalnya mercedes mewakili budaya Jerman
yang efisien, bermutu tinggi dan terorganisasi.
5.        Kepribadian : merek mencerminkan kepribadian tertentu misal, mercedes mencerminkan
kepribadian pemimpin yang masuk akal.
6.        Pemakai : Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk
tersebut.

2.2 Ekuitas Merek

Ekuitas Merek (brand equity) adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa.
Ekuitas merek dapat tercermin  dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan bertindak dalam

2
hubungannya dengan merek, dan juga harga, pangsa pasar, dan profitabilitas yang diberikan
merek bagi perusahaan.

Prinsip dari model ekuitas merek berbasis-pelanggan adalah bahwa kekuatan merek terletak pada
apa yang dilihat, dibaca, didengar, dipelajari, dipikirkan, dan dirasakan pelanggan tentang merek
sepanjang waktu.

Ekuitas merek berbasis-pelanggan (customer-based brand equity) adalah pengaruh diferensial


yang dimiliki pengetahuan merek atas repons konsumen terhadap pemasaran merek tersebut.

Pertama, ekuitas merek timbul akibat perbedaan respons konsumen. Jika tidak ada perbedaan,
maka pada intinya produk nama merek merupakan suatu komoditas atau versi generik dari
produk. Persaingan kemungkinan timbul dalam hal harga.

Kedua, perbedaan respons adalah akibat pengetahuan konsumen tentang merek. Pengetahuan
merek (brand knowledge) terdiri dari semua pikiran, perasaan, citra, pengalaman, keyakinan, dan
lain-lain yang berhubungan dengan merek. Secara khusus, merek harus menciptakan asosiasi
merek yang kuat, menyenangkan, dan unik dengan pelanggan, seperti yang dilakukan
Volvo(keamanan), Hallmark(perhatian), dan Harley-Davidson(petualangan).

Ketiga, respons diferensial dari konsumen yang membentuk ekuitas merek tercermin dalam
persepsi, preferensi, dan perilaku yang berhubungan dengan semua aspek pemasaran merek.
Merek yang lebih kuat menghasilkan pendapatan yang lebih besar.

Karena itu, tantangan bagi pemasar dalam membangun merek yang kuat adalah memastikan
bahwa pelanggan memiliki jenis pengalaman yang tepat dengan produk, jasa, dan program
pemasaran mereka untuk menciptakan pengetahuan merek yang diinginkan.

Ekuitas Merek sebagai Jembatan

Konsumen akan memutuskan berdasarkan apa yang mereka pikirkan dan rasakan tentang merek,
ke mana (dan bagaimana) mereka pikir merek itu seharusnya dipersepsikan dan berkenan (atau
tidak) akan segala bentuk tindakan atau program pemasaran.

Janji merek (brand promise) adalah visi pemasar tentang seperti apa merek seharusnya dan apa
yang harus dilakukan merek untuk konsumen. Pada akhirnya, nilai dan prospek masa depan
merek sebenarnya terletak pada konsumen, pengetahuan mereka tentang merek, dan
kemungkinan respons mereka terhadap kegiatan pemasaran sebagai hasil dari pengetahuan ini.
Memahami pengetahuan merek konsumen─ semua hal yang terhubung dengan merek yang
bersangkutan dalam pikiran konsumen─ sangat penting karena merupakan dasar ekuitas merek.

Douglas Holt dari Oxford University percaya bahwa agar perusahaan dapat membangun merek
pemimpin dan menjadi ikon, mereka harus membangun pengetahuan budaya, menetapkan
strategi menurut prinsip penetapan merek budaya, serta mempekerjakan dan melatih ahli budaya.

3
 

Model Ekuitas Merek

Meskipun pemasar berpandangan serupa mengenai prinsip penetapan merek dasar, sejumlah
model ekuitas merek menawarkan beberapa perspektif berbeda. Berikut adalah empat dari
model-model yang sudah banyak diterima.

PENILAI ASET MEREK Menurut  model ekuitas merek yang disebut penilai aset merek(Brand
Asset Valuator─BAV) ada lima komponen kunci dari ekuitas merek, yaitu:

 Diferensiasi (Differentiation) mengukur tingkat sejauh di mana merek dianggap berbeda


dari merek lain.
 Energi (Energy) mengukur arti momentum merek.
 Relevansi (Relevance) mengukur cakupan daya tarik merek.
 Harga diri(Esteem) mengukur seberapa baik merek dihargai dan dihormati.
 Pengetahuan (Knowledge) mengukur kadar keakraban dan keintiman konsumen dengan
merek.

Diferensiasi, Energi, dan relefansi digabungkan untuk menentukan Kekuatan Merek yang
Menggerakkan. Ketiga pilar ini menunjukkan nilai masa depan merek. Harga Diri dan
Pengetahuan bersama-sama menciptakan Reputasi Merek, yang lebih merupakan “kartu laporan”
tentang kinerja masa lalu.

BRANDZ Konnsultan riset pemasaran Millward Brown dan WPP mengembangkan model
kekuatan merek BRANDZ, di mana pada intinya terdapat piramid BrandDynamics. Menurut
model ini, pembangunan merek mengikuti sederet langkah yang berurutan, masing-masing
bergantung pada keberhasilan pencapaian langkah sebelumnya.

MODEL AAKER David Aaker memandang ekuitas merek sebagai kesadaran merek (brand
awareness), loyalitas merek, dan asosiasi merek yang bersama-sama menambah atau mengurangi
nilai yang diberikan sebuah produk atau jasa. Menurut Aaker, manajemen merek dimulai dengan
mengembangkan identitas merek─ sekumpulan asosiasi merek yang unik yang mewakili tujuan
dan janji merek kepada pelanggan, sebuah citra merek yang aspirasional.

MODEL RESONANSI MEREK Model resonansi merek juga memandang pembangunan merek
sebagai sederet langkah yang menapak naik, dari bawah ke atas: (1) memastikan
teridentifikasinya merek oleh pelanggan dan memastikan asosiasi merek dalam pikiran
pelanggan dengan satu kelas produk atau kebutuhan pelanggan tertentu; (2) memastikan
tertanamnya arti merek secara total dalam pikiran pelanggan dengan mengaitkan sejumlah
asosiasi merek yang nyata dan tidak nyata secara strategis; (3) mendapatkan respons pelanggan
yang tepat dalam hubungannya dengan penilaian dan perasaan terkait dengan merek; dan (4)
mengubah respons merek untuk menciptakan hubungan loyalitas yang intens dan aktif antara
pelanggan dan merek.

4
2.3 Membangun Merek yang Kuat

1. Aaker
Dalam bukunya, Buillding strong brand (1996), Aaker mengatakan bahwa merek yang kuat
adalah yang memiliki posisi kuat. Pembentukan posisi yang kuat dimulai dengan menganalisis
situasi untuk mengetahui posisi merek-merek pesaing dan posisi merek saat ini (merek yang
sudah diluncurkan). Setelah itu perusahaan perlu merancang identitas merek, yaitu posisi merek
yang diinginkan, dan kemudian mengkomunikasikannya melalui proses brand positioning.
Hasilnya adalah posisi merek.
2. Davis
Davis juga sepakat dengan Aaker, malah dalam bukunya yang berjudul Brand Asset
Management (2001), Aaker memberi restu dan berbagai pujian kepada Davis. Tetapi langkah
Davis sedikit berbeda karena menurutnya sebelum melakukan analisis situasi, kita harus
mengetahi visi merek terlebih dulu, yakni sasaran yang diperoleh melalui pembuatan merek.
Setelah posisi merek tersebut, yang merupakan tahap akhir dari konsep Aaker tentang
pembentukan merek yang kuat, Davis merasa perlu melakukan evaluasi merek sebagai tahap
akhir.
3. Knapp
Knapp mengatakan bahwa merek bukan bukan sekedar nama besar (bila merek sudah terkenal),
merek adalah cara hidup; didalamnya terdapat keinginan, janji dan komitmen yang harus
dipenuhi perusahaan. Karena itu Knapp memberikan lima strtegi untuk membentuk merek yang
kuat, yaitu:
1. lakukan penilaian merek. Ini kira-kira sama dengan evaluasi posisi merek pada analisis situasi
Aaker. Merek perlu dipandang sebagai subjek, bukan hanya objek. Untuk itu perlu diketahui
faktor-faktor asosiasi yang melekat pada merek sebagai subjek.
2. Mengembangkan janji merek, yaitu harapan tentang bagaimana merek bekerja sebagai
konsumen. Atau nilai apa yang terdapat pada merek, sebagaimana pada tahap identifikasi merek
ala Aaker. Dengan sendirinya, kalau sudah berjanji, merek akan berusaha menepatinya.
3. Menciptakan blueprint merek. Ini sama dengan identitas merek (brand identity) dalam konsep
Aaker dan arsitektur merek (brand architecture) dalam konsep Davis.
4. Membudayakan merek, yang berarti perlu keterikatan emosional agar konsumen loyal
terhadap merek. Caranya dengan memberikan manfaat-manfaat yang menimbulkan sentuhan
emosional. Misalnya, dealer mobil memberikan hadiah ulang tahun atau bingkisan Hari Raya
kepada para pelanggannya.
5. Meningkatkan keuntungan merek. Merek yang kuat tidaklah berguna kalau perusahaan tidak
memperoleh keuntuntungan. Oleh karena itu, merek perlu dimanfaatkan seoptimal mungkin.

B. Berikut merupakan informasi mengenai lima strategi merk menurut Kotler (2000):

1. Lakukan perluasan lini. Perluasan lini dapat dilakukan para pelaku usaha dengan cara
menambahkan varian baru pada produk mereka. Hal ini sengaja dilakukan untuk memperluas 
target pasar yang mereka bidik dan menguatkan merek tersebut di kalangan masyarakat luas.

5
Salah satu produk yang telah menggunakan strategi ini adalah produk  sampo Sunsilk. Mereka
sengaja mengeluarkan beragam varian produk sampo sesuai dengan jenis rambut konsumennya,
seperti sampo untuk rambut rontok, rambut berketombe, rambut kering, rambut berminyak, dan
lain sebagainya. Selain itu, merk laptop Fujitsu meluncurkan koleksi Lifebook Series terbaru
dengan varian lini produk antara lain S2110, C1320, dan P1510. Tidak ketinggalan
2. Perluasan merek (Brand Extension). Strategi ini sering dilakukan beberapa perusahaan besar
untuk menguasai pasar. Mereka memanfaatkan merek yang sudah dikenal banyak orang, untuk
mengeluarkan produk baru guna menjangkau pangsa pasar yang lebih luas. Lihat saja merek
lifebuoy yang dulunya dikenal masyarakat sebagai merek sabun, sekarang mulai melebarkan
sayapnya dengan meluncurkan produk handwash (sabun cuci tangan), serta sampo untuk
memperluas merek produknya di pasaran.
3. Gunakan strategi multi-merek. Selain menambahkan varian baru pada produk Anda, salah satu
strategi pemasaran lainnya yang bisa digunakan yaitu menggunakan tambahan merek untuk
kategori produk yang sama. Strategi ini dilakukan para pengusaha untuk menarik minat
konsumen dari berbagai kalangan. Contohnya saja seperti perusahaan Indofood yang sengaja
meluncurkan merek Indomie, Supermi, serta Sarimi untuk membidik target pasar yang berbeda.
Sehingga tidak heran, jika sampai saat ini Indofood berhasil menjadi market leader untuk
kategori produk mie instan. Selain itu, PT. Unilever Indonesia tbk memiliki 3 macam merk untuk
kategori produk sabun mandi yaitu Lux, Lifebouy, Dove
4. Luncurkan merek baru. Jika sebuah perusahaan meluncurkan sebuah produk baru dalam
kategori baru, namun tidak memungkinkan untuk menggunakan merek yang sudah ada. Maka
tidak ada salahnya jika mereka menawarkan sebuah merek baru bagi produk yang akan mereka
luncurkan. Cara ini telah dilakukan oleh Unilever dalam mengembangkan kategori produknya,
seperti mengeluarkan merek Pepsodent untuk kategori produk pasta gigi, Blue Band untuk merek
margarine, serta masih banyak lagi merek lainnya untuk kategori yang berbeda. Selain itu, PT
Coca-Cola Indonesia Tbk meluncurkan merk Freshtea untuk produk baru minuman produk
perusahaan yaitu the dalam kemasan botol dengan aroma bunga melati.
5.  Gunakan merek bersama. Yang dimaksud dengan merek bersama yaitu menggabungkan dua
atau lebih merek yang sudah terkenal dalam sebuah penawaran. Strategi ini telah dijalankan oleh
Aqua-Danone dalam memasarkan produknya.

2.4 Positioning Merek

positioning (penetapan posisi) adalah cara yang dilakukan oleh marketer untuk membangun citra
atau identitas di benak konsumen untuk produk, merk atau lembaga tertentu. Positioning adalah
membangun persepsi relatif satu produk dibanding produk lain. Karena penikmat produk adalah
pasar, maka yang perlu dibangun adalah persepsi pasar. Reposisi produk sangat ditentukan dari
sudut pandang mana konsumen melihat citra produk kita, apabila kita menerapkan family
branding dalam mengembangkan produk, maka keseluruhan citra perusahaan akan sangat
mempengaruhi citra produk.oleh karena itu, Positioning merek yang baik membantu memandu
strategi pemasaran dengan cara memperjelas esensi merek, tujuan apa yang dapat diraih
pelanggan dengan bantuan merek, dan bagaimana menjalankannya secara unik.

6
Re-positioning merupakan kegiatan yang melibatkan penggantian identitas produk , jalinan
kompetitor yang ada dan mengubah citra yang ada di benak konsumen.

De-positioning merupakan kegiatan untuk mengganti jalinan kompetitor, tujuannya adalah untuk
mengganti segmen pasar dan kegiatan ini mengharuskan pemilik merk untuk mengubah citra
produk yang ada di benak konsumen. Contoh paling nyata adalah dalam industri otomotif,
Yamaha melakukan de-positioning untuk produk Vega R nya dari segmen menengah ke segmen
ekonomis, sebagai pesaing langsung produk murah dari china, produk supra fit dari honda dan
Smash dari suzuki.

Strategi Positioning Produk

Kemampuan untuk mengidentifikasi peluang positioning merupakan ujian yang berat bagi
seorang marketer. Keberhasilan satu positioning biasanya berakar pada berapa lama produk
tersebut mempunyai keunggulan bersaing. Beberapa hal mendasar dalam membangun strategi
positioning satu produk antara lain :

 Positioning pada fitur spesifikasi produk


 Positioning pada spesifikasi penggunaan produk
 Positioning pada frekuensi penggunaan produk
 Positioning pada alasan mengapa memilih produk tersebut dibanding pesaing
 Positioning melawan produk pesaing
 Positioning dengan melakukan pemisahan kelas produk
 Positioning dengan menggunakan simbol budaya/kultur

Proses Positioning Produk

Pada umumnya, proses postioning produk melibatkan :

 Mendefinisikan ke segmen pasar mana produk tersebut akan disaingkan


 Mengidentifikasikan dimensi atribut dan kemasan untuk menentukan seberapa besar
pasar
 Mengumpulkan informasi dari konsumen tentang persepsi mereka tehadap produk dan
produk pesaing
 Mengukur seberapa jauh persepsi konsumen terhadap produk
 Mengukur seberapa besar pasar produk pesaing
 Mengukur kombinasi target pasar untuk menentukan variabel marketing dalam
melakukan marketing mix
 Menguji ketepatan antara
o Daya saing produk kita dengan produk pesaing
o Posisi produk kita dalam persaingan
o Posisi vektor idela dalam marketing mix

 Positioning produk

7
Proses positioning untuk barang dan jasa sama saja, meskipun jasa tidak memiliki wujud fisik,
namun prosesnya sama. Hanya saja karena jasa tidak memiliki visualisasi yang jelas, maka
sebelum membangun positioning, kita harus bertanya kepada konsumen nilai tambah apa yang
mereka inginkan dari layanan kita, mengapa mereka akan memilih jasa orang lain dibanding jasa
kita ? dan apakah ada karakteristik khusus yang membedakan layanan kita dibanding perusahaan
lain ?

Menuliskan nilai pembeda dari sudut pandang konsumen merupakan tahap awal proses
positioning kita. Ujikan kepada orang yang belum mengenal apa yang kita lakukan dan apa yang
kita jual, kemudian perhatikan ekspresi wajah merekan dan bagaiman mereka merespon kita.
Pada saat mereka ingin tahu lebih banyak tentang produk kita karena mereka tertarik dengan
prolog kita, maka kita sdah berada di jalur yang tepat.

Konsep Positioning

Secara umum, ada tiga tipe konsep postioning :

 Functional positions

o Pemecahan masalah
o Menyediakan manfaat bagi konsumen
o Memperoleh persepsi yang menyenangkan dari investor

 Symbolic positions

o Peningkatan citra diri


o Identifikasi diri
o Rasa ikut memiliki dan tingkat penghargaan lingkungan terhadap perusahaan
o Membangun pengaruh yang cukup kuat dalam segmen pasar tertentu

 Experiential positions

o Mampu menstimulasi sensor motorik


o Mampu menstimulasi sensor kognitif

2.5 Pemilihan Nama Merek

Produsen dan perusahaan jasa yang menggunakan jasa yang menggunakan merek untuk
produknya harus memilih nama merek mana yang akan digunakan. Tersedia empat strategi :

1. Nama masing – masing : Kebijakan ini diikuti General Mills (Bisquick, Gold Medal, Betty
Crocker, Nature Valley). Keuntungan utama strategi nama masing – masing adalah bahwa
perusahaan tersebut tidak mengaitkan reputasinya dengan reputasi produk itu. Jika produk

8
tersebut gagal dan tampaknya memiliki mutu yang rendah, nama atau citra perusahaan tadi tidak
akan rusak. Produsen jam – jam yang bermutu tinggi, seperti Seiko, dapat memperkenalkan lini
jam tangan yang bermutu lebih rendah (yang disebut pulsar) tanpa melunturkan nama Seiko.
Strategi ini memungkinkan perusahaan tersebut mencari nama terbaik untuk masing – masing
produk baru.

2. Nama kelompok bersama : Kebijakan ini diikuti Heinz dan General Electric. Nama kelompok
bersam juga mempunyai keuntungan. Biaya pengembangan akan berkurang karena tidak
dibutuhkan riset “nama” atau pengeluaran iklan besar – besaran untuk menciptakan pengakuan
nama merek. Lagipula, penjualan produk baru tersebut mungkin akan kuat jika nama
produsennya ternyata baik. Sup Campbell memperkenalkan sup baru dengan nama mereknya
yang sangat sederhana dan langsung memperoleh pengakuan.

3. Nama kelompok terpisah untuk semua produk : Kebijakan ini diikuti Sears (Kenmore untuk
perlengkapan rumah tangga, Craftsman untuk perkakas, Homart untuk instalasi rum atau ah
utama). Jika perusahaan menghasilkan produk – produk yang agak berbeda, tidak dianjurkan
menggunakan satu nama kelompok bersama. Swift dan Company mengembangkan nama
kelompok terpisah untuk produk daging (Premium) dan pupuknya (Vigoro). Ketika Mead
Johnson mengembangkan suplemen makanan untuk menaikkan berat badan, perusahaan tersebut
menciptakan nama kelompok yang baru, Nutriment, guna menghindari pencampuradukkan
dengan produk – produk penurunan berat badannya, Metrecal. Perusahaan – perusahaan sering
menemukan nama kelompok yang berbeda untuk lini mutu yang berbeda dalam kelas produk
yang sama.

4. Nama perusahaan yang digabung dengan nama masing – masing produk : Kebijakan ini
diikuti Kellogg (Kellogg’s Rice Krispies, Kellogg’s Raisin Bran, dan Kellogg’s Corn Flakes) dan
juga Honda, GE, dan Hewlett-Packard. Nama perusahaan tersebut melegitimasikan dan nama
masing – masing mengindividualisasikan produk baru tersebut.

Begitu sudah menentukan strategi nama mereknya, suatu perusahaan akan menghadapi tugas
untuk memilih nama – nama merek tertentu. Perusahaan tersebut dapat memilih nama orang,
(Honda, Estee Lauder), tempat (American Airlines, Kentucky Fried chicken,), mutu (Safeway,
Duracell), gaya hidup (Weight Watchers, Healthy Choice), atau nama buatan(Exxon, Kodak)
diinginkan untuk nama merek adalah yang berikut.

- Merek tersebut seharusnya meyatakan sesuatu tentang manfaat produk itu : Misalnya
Beautyrest, Craftsman, Accutron.
- Merek tersebut seharusnya menyatakan kategori produk atau jasa itu : Ticketron,
Newsweek.
- Merek tersebut seharusnya menyatakan mutu yang konkret dan “perumpamaan yang
tinggi’. Misalnya : Sunkist, Spic, Span, Firebird.

9
- Merek tersebut seharusnya mudah dieja, dikenali, dan diingat : Nama yang singkat akan
membantu. Misalnya Tide, Crest, Puffs.
- Merek tersebut seharusnya jelas : Misalnya : Mustang, Kodak, Exxon.
- Merek tersebut seharusnya tidak mengandung makna yang jelek di negara dan dalam
bahasa lain : Misalnya : Nova adalah nama yang jelek untuk mobil yang akan dijual di
negara – negara yang berbahasa Spanyol; dalam bahasa Spanyol, kata itu berarti “tidak
jalan.’
Biasanya, perusahaan - perusahaan memilih nama merek dengan mengajukan daftar nama –
nama yang memungkinkan, memperdebatkan manfaatnya, menghilangkan sebagian besar,
mengujinya dengan konsumen sasaran, dan menetapkan pilihan akhir. Dewasa ini, banyak
perusahaan menyewa perusahaan riset pemasaran untuk mengembangkan nama dan mengujinya.
Perusahaan – perusahaan ini menggunakan pertemuan – pertemuan tukar pikiran manusia dan
banyak basis data computer, menyusunnya berdasarkan asosiasi, bunyi, dan sifat – sifat lainnya.
Prosedur riset nama meliputi pengujian asosiasi (Citra apa yang muncul dalam pikiran?),
pengujian pembelajaran (Seberapa mudah nama tersebut diucapkan?), pengujian daya ingat
(Seberapa baik nama tersebut diingat?), dan pengujian preferensi (Nama mana saja yang lebih
disukai?). tentu saja, perusahaan tersebut juga harus melakukan pencarian melalui basis data
lainnya untuk memastikan agar nama yang dipilih belum terdaftar. Namun, seluruh proses
tersebut tidak murah. Salah satu di antara spesialis yang paling terkenal dalam ‘permainan nama”
ini adalah NameLab, Inc. yang berkantor pusat di San Fransisco, yang upah rata – ratanya
berjumlah $90.000. Namelab menghasilkan nama – nama merek seperti Acura, Compaq, dan
CompUSA.
Banyak perusahaan berjuang untuk membangun nama merek unik yang akhirnya akan erat
disamakan dengan kategori produk tersebut. Contohnya adalah Kleenex, Kitty Litter, Levis, Jell-
O, Popsicle, Scotch Tape, Xerox, dan Fiberglass. Pada tahun 1994, Federal Express secara resmi
menyingkat identitas pemasarannya menjadi FedEx, suatu istilah yang menjadi sinonim dengan
“pengiriman satu malam”. Namun, pengidentikkan nama merek dengan kategori produk
mungkin akan mengancam hak eksklusif perusahaan tersebut atas nama itu. Cellophane dan
gandum sobek sekarang berada dalam domain public dan dapat digunakan setiap produsen.
Mengingat pesatnya pertumbuhan pasar global, perusahaan – perusahaan seharusnya
memilih nama merek yang berterima secara global. Salah satu hal yang disukai Compaq dengan
nama Presariu untuk lini computer rumahnya adalah bahwa nama tersebut mengingatkan makna
serupa dalam berbagai bahasa yang dipengaruhi bahasa latin. Dalam bahasa Prancis, Spanyol,
Latin, atau Portugal, Presario mempunyai asosiasi yang sama atau mirip sebagaimana terdapat
dalam bahasa Inggris. Kata tersebut membuat orang langsung berpikir tentang “impresario,”
guru sihir yang menggemparkan dan fantasi produksi panggung. Perusahaan – perusahaan juga
sebaiknya tidak mengubah nama yang dimiliki seseorang di negara lain. Contohnya, Anheuser-
Busch tidak dapat menggunakan nama “Budweiser” di Jerman.

10
2.6 Sponsor Merek

Kecenderungan yang terjadi saat ini adalah meningkatkan strategico- branding  atau yang
disebut juga dengan kerjasama branding Co-branding terjadi apabila dua merek terkenal atau
lebih digabung dalam satu penawaran.TujuanCo-Branding adalah agar merek yang satu dapat
memperkuat merekyang lain sehingga dapat menarik minat para konsumen. Apabilaco-branding
dilakukan dalam bentuk kemasan bersama, maka setiap merektersebutmemiliki harapan dapat
menjangkau konsumen baru dengan mengkaitkannyadengan merek lain. Contoh: Air minum
dalam kemasan Aqua melakukan co- branding dengan Danone.Strategi apapun yang akan
dilakukan oleh suatu perusahaan untukmenguatkan merek yang dimilikinya sangat tergantung
pada positioning-nya dipasar. Untuk itu Positioning merek tersebut harus dievaluasi secara
terusmenerus ditnega-tengah persaingan yang semakin ketat, sehingga perusahaandapat
melakukan repositioning. Repositioning dapat terjadi karena setiap saatselera konsumen sealu
berubah. Preferensi konsumen terus berubah seiringdengan meningkatkannya kebutuhan dan
keinginan
Metode analisis yang dapat digunakan untuk analisis merek antara lain metodestatistic seperti:
1.Tabulasi Silang (Cross Tabulation)
Metode statistic ini dipergunakan untuk menentukan hubungan atau asosiasiantara 3 variabel
kategori yang diteliti, yaitu tingkat pemakaian, tingkatpengalaman dan tingkat keseringan
pindah. Untuk menguji apakah hubungantersbut signifikan atau tidak, teknik chi square
digunakan. Sedabfkan untukmengetahui kekkuatan hubungan, koefisien Cramer (V) digunakan.
2.Analisi Faktor (faktor anlisis)
Analisis ini digunakan untuk menentukan faktor-faktor yang mempengaruhikonsumen dalam
membeli suatu produk. Selain itu, analisis faktor juga dapatberfungsi sebagai alat uji validitas
internal dari alat ukur yang digunakan

11
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Merek adalah produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan merek tersebut dengan
beberapa cara dari produk atau jasa yang dimensinya mendiferensiasikan merek tersebut dengan
beberapa cara dari produk atau jasa lainnya yang dirancang untuk memuaskan kebutuhan yang
sama.

Ekuitas Merek (brand equity) adalah nilai tambah yang diberikan pada produk dan jasa.
Ekuitas merek dapat tercermin  dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan bertindak dalam
hubungannya dengan merek, dan juga harga, pangsa pasar, dan profitabilitas yang diberikan
merek bagi perusahaan.

Prinsip dari model ekuitas merek berbasis-pelanggan adalah bahwa kekuatan merek terletak
pada apa yang dilihat, dibaca, didengar, dipelajari, dipikirkan, dan dirasakan pelanggan tentang
merek sepanjang waktu.

Aaker mengatakan bahwa merek yang kuat adalah yang memiliki posisi kuat. Pembentukan
posisi yang kuat dimulai dengan menganalisis situasi untuk mengetahui posisi merek-merek
pesaing dan posisi merek saat ini (merek yang sudah diluncurkan). Setelah itu perusahaan perlu
merancang identitas merek, yaitu posisi merek yang diinginkan, dan kemudian
mengkomunikasikannya melalui proses brand positioning. Hasilnya adalah posisi merek.

Ada tiga cara untuk membangun merek yang kuat, yaitu dengan positioning merek.
positioning (penetapan posisi) adalah cara yang dilakukan oleh marketer untuk membangun citra
atau identitas di benak konsumen untuk produk, merk atau lembaga tertentu. Positioning adalah
membangun persepsi relatif satu produk dibanding produk lain. Karena penikmat produk adalah
pasar, maka yang perlu dibangun adalah persepsi pasar. Kemudian dengan pemilihan nama
merek. Produsen dan perusahaan jasa yang menggunakan jasa yang menggunakan merek untuk
produknya harus memilih nama merek mana yang akan digunakan. Tersedia empat strategi yaitu
nama masing – masing, nama kelompok bersama, nama kelompok terpisah untuk semua produk,
dan nama perusahaan yang digabung dengan nama masing – masing produk. Kemudian yang
terakhir adalah sponsor merek dengan co – branding. Co-branding terjadi apabila dua merek
terkenal atau lebih digabung dalam satu penawaran.TujuanCo-Branding adalah agar merek yang
satu dapat memperkuat merekyang lain sehingga dapat menarik minat para konsumen.

12
3.2 Saran
 Dengan adanya makalah ini kami berharap dapat membantu untuk memperoleh informasi
mengenai Mengelola Merek.
Demikianlah isi pembahasan dari makalah ini,  namun sebagai manusia yang tidak
sempurna kami menyadari bahwa ada banyak kesalahan-kesalahan serta kekurangan-kekurangan
yang terdapat didalamnya baik dalam dari segi isi, pengetikan, dan kesalahan-kesalahan lain
yang terjadi, untuk itu beribu ma’af kami harapkan, kiranya bisa dimaklumi.
Namun demikian, segala masukkan, tanggapan, saran serta kritikkan yang bersifat
membangun sangat kami harapkan untuk perbaikkan dimasa depan. Terima kasih..!

13
DAFTAR PUSTAKA

Kotler,Philip.2005.Manajemen Pemasaran jilid II.Jakarta:Indeks

https://aryaprasetyatjoe.wordpress.com/2011/07/19/tugas-rangkuman-materi-sdm-bab-9-
menciptakan-ekuitas-merek/

http://mynameisekabayu.blogspot.co.id/2012/10/merk-strategi-merk-ekuitas-merk-dan.html

http://pemasaranlanjutan.blogspot.co.id/2012/06/bab-9-membangun-merk-yang-kuat.html

https://sulajadech.wordpress.com/2011/06/13/makalah-tentang-merk/

http://syaifullachmad.blogspot.co.id/2014/12/brand-building-membangun-merek.html

https://www.academia.edu/8466583/BAB_12_13_pemasaran_kotler

https://www.academia.edu/5342817/BAB_9_MENCIPTAKAN_EKUITAS_MERK

14
xiii

Anda mungkin juga menyukai