Anda di halaman 1dari 6

PRAKTIKUM KE 5

ARUS AIR
A. Tujuan
Mendemonstrasikan bagaimana perbedaan suhu dan kadar garam pada air dapat
menyebabkan arus

B. Alat dan Bahan


1. Bejana
2. Pipet tetes
3. Kotak plastik (bejana plastik)
4. Balok kayu (benda lain untuk memiringkan kotak)
5. Garam dapur (10 g untuk setiap 100 mL)

C. Tabulasi Data
Kegiatan Perlakuan Hasil Keterangan
Pengamatan
1. Menggunakan Variasi Arah Penyebaran Konsentrasi
Konsentrasi Garam (5 gram, = garam =
10 gram, 15, gram) Kecepatan Arus= volume/
ketinggian air
2 Menggunakan Variasi Suhu Arah Penyebaran Konsentrasi
= garam =
Kecepatan Arus= volume/
ketinggian air
3 Menggunakan Perbedaan Arah Penyebaran Konsentrasi
Kemiringan (Gradient) = garam =
Kecepatan Arus= volume/
ketinggian air

D. Analisis Data

Pembahasan

Praktikum ilmu kebumian dengan judul “Arus Air” ini dilakukan pada Minggu, 19
September 2020 di rumah. Kegiatan praktikum arus air ini berisi 3 sub kegiatan, yakni
pendemonstrasian arus air berdasar perbedaan kadar garam (salinitas), perbedaan temperatur,
serta perbedaan daerah kemiringan (gradien kemiringan).

Pada percobaan pertama, bahan yang digunakan berupa air dan larutan garam. Larutan
garam dibuat dengan mencampurkan 100 ml air dan 5 gram, 10 g garam, dan 15 gram. Air yang
di gunakan adalah air dalam suhu kamar sehingga massa jenis (densitas) adalah 1
g/cm3 sedangkan larutan garam memiliki densitas sebesar 1,1 g/cm 3. Hasil ini didapat dari
perhitungan massa per volume, dimana massa merupakan massa campuran (air dan garam)
sebesar 110 g dan volume air sebesar 100 ml. Pada percobaan pertama ini larutan garam diberi
warna merah, tujuannya untuk mengetahui pergerakan larutan garam ketika dituangkan kedalam
air.

Percobaan ke-2, bahan yang digunakan adalah air dingin dan air hangat dengan 100 ml
air mendidih + 0,5 gelas air biasa, 100 ml air mendidih + 1 gelas air biasa, dan 100 ml air
mendidih + 1,5 gelas air biasa. Air dingin yang di gunakan bukan merupakan air yang suhunya
mendekati titik beku akan tetapi air yang berada dalam suhu kamar (air biasa). Dalam percobaan
ini, yang diberi warna adalah air dingin sehingga air dingin yang dituangkan kedalam air hangat.

Percobaan yang ke-3, bahan yang di gunakan adalah air hangat dan air dingin yang diberi
warna. Perbedaan antara percobaan 2 dan 3 adalah pada percobaan ke-3 ini salah satu ujung
wadah diberi peyangga berupa balok kayu sehingga memiliki perbedaan kemiringan (Gradien
kemiringan).

Hasil dari percobaan pertama adalah daerah penuangan tetap bening ketika larutan garam
berwarna di tuangkan ke dalam air. Warna bergerak dari dasar wadah ke atas dan menuju
kesegala arah. Berdasarkan teori, hal ini terjadi karena larutan garam memiliki densitas lebih
rapat dari air biasa sehingga larutan garam bersifat lebih berat. Dalam percobaan ini larutan
garam memiliki densitas 1,1 g/cm3 dan air hanya 1,0 g/cm3. Ketika larutan garam bertemu
dengan air yang tidak memiliki kadar garam (air tawar), larutan garam turun kebagian bawah
(dibawah air) dan pergerakannya vertikal keatas lalu kesegala arah. Pergerakan ini lah yang
disebut dengan arus, dimana terjadi perpindahan massa dari larutan garam ke air untuk mencapai
kesetimbangan. Perpindahan ini mengikuti aturan densitas, dimana massa bergerak dari densitas
tinggi ke densitas yang lebih rendah.
Kecepatan pergerakan warna pada percobaan pertama ini merupakan pergerakan yang
paling lambat dibanding dengan percobaan lainnya. Hal ini terjadi karena perbedaan densitas
yang semakin besar akan menyebabkan proses kesetimbangan berjalan lambat. Massa yang
bergerak dari densitas tinggi ke densitas rendah semakin besar sehingga memerlukan waktu yang
lebih lama (Simon, 2013).

Pada percobaan ke-2, air yang di gunakan adalah air dingin (pada suhu kamar) dan air
hangat. Umumnya ada hubungan tak lansung antara suhu dan densitas karena adanya ganguan
atom-atom dalam molekul air. Ketika air mengalami kenaikan suhu, partikel-partikelnya
bergerak lebih cepat sehingga jarak antar partikelnya menjadi lebih regang. Hal inilah yang
menyebabkan densitasnya mengalami penurunan.

Air dingin pada percobaan ini memiliki densitas yang lebih tinggi dari air hangat, namun
perbedaannya jelas tidak terlalu jauh. Hal ini terbukti ketika penuangan air dingin berwarna
kedalam air hangat, dimana warna langsung menyebar dari titik penuangan kesegala arah. Jika
densitas antara air hangat dan air dingin memiliki jarak yang ekstrim layaknya larutan garam dan
air biasa, maka air dingin akan berada di bawah air hangat dan pergerakannya adalah vertical.
Namun ketika perbedaan densitas tidak berbeda jauh, maka persebaran zat warnanya terjadi
secara horizontal. Pergerakan horizontal ini ditujukan untuk melakukan kesetimbangan, karena
perbedaan densitas tidak terlalu besar maka waktu terjadinya arus tergolong cepat.

Percobaan ke-3 digunakan bahan yang sama dengan percobaan ke-2, sedikit yang
menjadi pembeda yakni pada percobaan ke-3 ini salah satu ujung wadah diberi penyangga
berupa balok kayu. Tujuannya untuk memberi perbedaan ketinggian atau yang serig disebut
sebagai Gradien.

Hasilnya, zat warna pada percobaan ini bergerak turun (mengikuti kemiringan) dengan
sagat cepat. Air yang diberi warna merah adalah air dingin. Sama halnya dengan percobaan-2, air
dingin selalu memiliki densitas yang lebih besar dari air hangat. Hal inilah yang menyebabkan
massa dari air dingin bergerak kedaerah yang paling rendah terlebih dahulu. Air dingin yang
berada di titik terendah dari wadah ditunjukkan dengan mengumpulnya warna di daerah tersebut.
Ketika air dingin yang memiliki densitas lebih tinggi bertemu dengan air hangat maka komponen
massa milik air dingin bergerak menuju air hangat dan hal inilah yang disebut sebagai arus.

Hal ini ditunjukkan dengan hasil observasi lebih lanjut dimana setelah air dingin berada
di daerah terendah mulai bergerak naik mengikuti kemiringan dengan kecepatan yang menurun.
Adanya perbedaan kecepatan setelah penuangan dan hasil observasi lanjutan ini dikarenakan
oleh kontur wadah yang miring (slope). Ketika zat warna menuruni kemiringan, kecepatannya
sangat tinggi. Karenanya, air dingin berwarna bergerak mengikuti arak kemiringan dan
diuntungkan dengan pergerakan kebawahnya yang mengikuti gaya gravitasi.

Sedangkan pada proses naiknya air dingin, kecepatannya menurun karena air dingin
bergerak melawan gradien kemiringan kontur wadahnya. Walaupun melawan kemiringan, massa
dari air dingin tetap menyebar diantara air hangat untuk mencapai kesetimbangan.

Dari praktikum yang telah dilaksanakan diketahui bahwa densitas merupakan kerapatan
massa jenis air. Densitas selalu berhubungan dengan suhu,tekanan dan salinitas. Densitas
bertambah dengan bertambahnya salinitas dan berkurangnya temperatur, kecuali pada temperatur
di bawah densitas maksimum. Densitas berpengaruh terhadap perubahan temperature karena saat
perubahan suhu terjadi, akan terjadi perubahan volume yang mengakibatkan perubahan densitas.
Perubahan temperature yang terjadi merupakan perubahan temperature adiabatic (tanpa
pertukaran energy panas) karena sesungguhnya, perubahan temperature yang terjadi tidak terlalu
signifikan sehingga tidak terjadi pertukaran energy panas.

Percobaan 1,2, dan 3 merupakan manipulasi arus air yang terjadi di laut, atau yang
disebut dengan arus air laut. Hasil dari percobaan ini telah sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa penyebab dari arus air laut salah satunya adalah sirkulasi ‘Thermohalin’. Sirkulasi ini
terjadi karena perbedaan densitas (kerapatan).
Sirkulasi Thermohalin merupakan arus yang disebabkan perbedaan densitas air laut. Di
bawah lapisan pycnocline, air bergerak disepanjang dasar lautan sebagai arus yang lembam
(slugish current). Sirkulasi laut dalam ini benar-benar terisolasi dari arus permukaan oleh lapisan
pycnocline sehinga pergerakannya hanya dipengaruhi oleh adanya perbedaan densitas air laut
atau dengan kata lain dikontrol oleh variabilitas suhu dan salinitas. Sirkulasi laut dalam ini
disebut sebagai arus thermohalin (Thermohalin Current).

Jadi, percobaan 1,2 dan 3 merupakan manipulasi arus dalam yang hanya di pengaruhi


oleh sirkulasi thermohalin saja. Pada arus dalam ini, angin dan pasang surut akibat gaya tarik
bulan dan matahari menjadi tidak berpengaruh.

  

 
TUGAS

1. Manakah yang kerapatannya lebih besar, air segar atau larutan garam? Mengapa
demikian?
Jawab :
Larutan garam memiliki kerapatan yang lebih besar dari air segar, hal ini
dikarenakan salinitas (kadar garam) yang terkandung dalam larutan garam menjadikan
larutannya memiliki zat terlarut. Semakin banyak zat terlarut maka partikel-partikelnya
semakin banyak dan semakin rapat. Densitas berbanding lurus dengan salinitas (kadar
garam).

2. Manakah yang kerapatannya lebih besar, air dingin atau air hangat? Mengapa demikian?
Jawab :
Air dingin memiliki densitas (kerapatan) yang lebih besar dari air hangat. Hal ini
dikarenakan semakin tinggi suhu, maka partikel-partikel penyusun air bergerak semakin
cepat dan jarak antar partikelnya semakin regang.

3. Apa yang terjadi apabila air yang memiliki kerapatan yang berbeda bercampur?
Bagaimana konsep ini diterapkan dalam arus laut dalam?  
Jawab :
Ketika air yang memiliki kerapatan yang berbeda bercampur, akan terjadi
pergerakan komponen massa secara horizontal dan vertikal untuk mencapai
kesetimbangan. Pergerakan massa ini dari densitas tinggi ke densitas rendah. Jika hal ini
berlaku untuk arus dalam yang terisolasi dibawah area pynocline maka arus yang terjadi
hanya dipengaruhi oleh perbedaan densitas saja.
DAFTAR PUSTAKA

Australian Goverment Bureau of Meteorology. 2015. Oceanography. Adelaide: SA.

Gross, M.G. 1990. Oceanography : A View of Earth. Prentice Hall. New Jersey: Inc. Englewood
Cliff.

Hutabarat Sahala, dan Evans, Stewart M. 2008. Penantar Oseanografi. Jakarta: UI Press.

Simon, Adam C. 2003. Geo Science. Great Britain: Merryland University.

Thurman, Harold V. 2005. Essentials of Oseanography 11th Edition. Jakarta: Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai