Anda di halaman 1dari 6

Tugas Resume

Disusun oleh:

Amin Nur Triana 210717090

Dosen Pengampu:

JURUSAN EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
PONOROGO

2020
a. Bisnis di Era Pandemi Covid19

Covid-19 telah menginfeksi 12 juta orang di seluruh dunia dengan proporsi 545.586
orang meninggal dunia dan 6,8 juta dinyatakan sembuh. Virus Corona telah menginfeksi hampir
setiap negara di dunia tanpa memperhatikan kekayaan dan perkembangan negara dan menginvasi
semua sektor kehidupan, diantaranya sektor bisnis, kesehatan ekonomi, dan sosial budaya. Salah
satu negara dengan mitigasi resiko paling baik dalam penangan virus Covid-19 adalah negara
Thailand. Penanganan secara serius dalam menanggulangi wabah tersebut dengan menekankan
mitigasi sejak dini, fokus pada kesehatan serta regulasi yang ketat membuat negara tersebut
dinobatkan sebagai negara terbaik dalam penanganan Covid-19. Era pandemi saat ini banyak dari
perusahaan mengubah strategi bisnis dengan berbagai penyesuaian demi keberlangsungan bisnis
proses perusahaan. Beberapa indikator diantaranya nilai, norma, dan budaya mempengaruhi
model bisnis proses perusahaan.Perubahan metode bisnis proses model masa depan
menggabungkan indikator ketahanan dengan otomatisasi dan efisiensi biaya. Menurut teori TPB
Martin Fishbein dan Ajzen (1980) mengatakan bahwa, dorongan manusia bergerak karena
adanya suatu intention (niat). Niat tersebut berangkat dari keterkaitan antara sikap perilaku,
norma subjektif, dan persepsi kontrol perilaku. Pada era New Normal saat ini menuntut lebih
reaktif, cepat, dan efektif agar berjalan dengan baik.
New Normal adalah suatu bentuk perubahan perilaku diri menjadi lebih disiplin, bersih,
dan menaati protokol kesehatan agar menjadi lebih produktif dan aman dari Covid-19. Ada 5
tahapan menuju era new normal diantaranya tahap reaksi, tahap rencana pengembalian, tahap
kembali awal, tahap peningkatan, dan tahap new normal. Dalam lingkup perusahaan, HR
dianggap memiliki peran penting untuk memimpin organisasi melalui transisi New Normal saat
ini dengan beberapa tantangan mendasar demi keberlangsungan bisnis proses perusahaan. Era
New Normal saat ini menuntut pemimpin perusahaan dan HR lebih mengedepankan kesehatan
dan keamanan karyawan dan menjaga agar karyawan tidak terpapar Covid-19 ditempat kerja.
Pimpinan perusahaan wajib melakukan skrining kesehatan dalam rangka pencegahan dan
terpaparnya virus Covid-19 ditempat kerja. Perlu adanya suatu program yang membuat karyawan
lebih fleksibel bekerja dirumah dan selalu menjaga kesehatan. Perusahaan dituntut tidak hanya
fokus pada profit melainkan lebih berorientasi pada produktivitas karyawan. Demi menjaga
kesehatan para karyawan, perusahaan perlu membuat kebijakan WFH (Work From
Home)/bekerja dari rumah dengan tetap memperhatikan pada produktifitas yang tinggi tanpa
mempengaruhi kinerja.
Pemerintah mempunyai peran yang sangat penting dalam penanganan virus Covid-19.
Dukungan pemerintah dalam penanggulan wabah Covid-19 salah satunya adalah biaya
penanganan Covid-19 untuk menangani sektor kesehatan, perlindungan sosial, dan dukungan
UMKM, dunia usaha, dan sektor pemda. Total biaya penanganan Covid-19 sebesar Rp. 695,20 T
yang terbagi pada masing-masing sektor yakni, sektor kesehatan Rp. 87,55 T, sektor
perlindungan sosial Rp. 203,90 T, insentif usaha Rp. 120,61 T, sektor UMKM Rp. 123,46 T,
pembiayaan korporasi Rp. 53,57 T, dan Sektor K/L & Pemda sebesar Rp. 106.11 T. Pemerintah
dalam hal ini Kementrian Ketenagakerjaan memberikan bantuan 5 skema perlindungan dan
pemulihan pada sektor bisnis dan UMKM di tengah pandemi Covid-19 diantaranya adalah,
skema bantuan sosial yaitu UMKM yang masuk sebagai penerima bantuan sosial dari
pemerintah, skema insentif pajak yaitu dengan pemberian tarif PPh final 0% selama 6 bulan
(April-September 2020), skema relaksasi dan restrukturisasi kredit UMKM yaitu dengan
penundaan angsuran dan subsidi bunga selama 6 bulan, skema perluasan pembiayaan bagi
UMKM yaitu dengan pemberisan stimulus bantuan modal kerja darurat khusus bagi perilaku
UMKM terdampak Covid-19, dan skema pemulihan dan konsolidasi usaha yakni pemerintah
melalui kementrian, lembaga BUMN, dan Pemda bertindak sebagai penyangga dalam ekosistem
UMKM fokus pada pemulihan dan konsolidasi usaha setelah pandemi Covid-19.
b. Resume Insentif Pajak

Dasar hukum terkait pemberian insentif pajak tercantum dalam regulasi PERMENKEU
No 110/PMK.03/2020 tentang insentif pajak untuk wajib pajak bagi terdampak pandemi Corona
Virus Disease 2019 sedangkan regulasi mekanisme dan pelaksanaannya tercantum dalam Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-29/PJ/2020 tentang petunjuk pelaksanaan peraturan
Menteri Keuangan Nomor 110/PMK.03/2020 tentang insentif pajak untuk wajib pajak
terdampak pandemi Corona Virus Disease 2019. Ada 7 point penting yang dijelaskan terkait
fasilitas dari peraturan PMK-44 terkait pandemi Covid-19 yaitu PPh Pasal 21 ditanggung
pemerintah (DTP), PPh final UMKM ditanggung pemerintah (DTP), pembebasan PPh pasal 22
impor, pengurangan angsuran PPh pasal 25 sebesar 50%, dan pengembalian pendahuluan PPN
sebagai PKP beresiko rendah.
Regulasi PERMENKEU No 110/PMK.03/2020 menjelaskan bahwa, kriteria pegawai
yang berhak menerima fasilitas PPh Pasal 21 ditanggung Pemerintah (DTP) adalah menerima
penghasilan dari pemberi kerja yang memiliki klasifikasi lapangan usaha (KLU), telah ditetapkan
sebagai perusahaan KITE, telah mendapatkan izin terkait kawasan berikat, dan telah memiliki
NPWP. Pemberi kerja wajib menyampaikan pemberitahuan melalui aplikasi pajak (DJP Online)
paling lambat tanggal 20 Mei 2020 .Pemberian fasilitas PPh pasal 21 DTP dikecualikan bagi
pegawai yang penghasilannya berasal dari APBN/APBD dan PPh Pasal 21-nya telah ditanggung
pemerintah. Mekanisme perhitungan PPh 21 DTP yaitu pegawai tersebut memang berhak
memperoleh fasilitas tersebut, dihitung berdasarkan PPh pasal 21 terutang sebulan dan besarnya
penghasilan yang diterima pegawai.
Fasilitas PPh Final UMKM (PP23) Ditanggung Pemerintah (DTP) dapat diberikan
dengan syarat memiliki peredaran bruto tertentu dan dikenai PPh final yang terutang atas
penghasilan usaha sebagaimana diatur dalam PP 23 Tahun 2018, memiliki surat keterangan
berdasarkan PMK- 44/PMK.03/2020, dan menyampaikan Laporan realisasi PPh Final DTP
paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya. Penghasilan yg dikenakan PPh Final UMKM (PP23)
Tahun 2018 adalah wajib Pajak orang pribadi, wajib pajak badan berbentuk koperasi,
persekutuan komanditer, firma, atau perseroan terbatas, yang menerima atau memperoleh
penghasilan dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp4.800.000.000,00 dalam 1 Tahun Pajak,
kecuali WP baru terdaftar tahun pajak 2020. Sedangkan penghasilan yg dikenakan PPh Final
UMKM (PP23) Tahun 2018 dikecualikan bagi penghasilan yang diterima atau diperoleh WP
orang pribadi dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, penghasilan yang diterima atau
diperoleh di luar negeri yang pajaknya terutang atau telah dibayar di luar negeri, penghasilan
yang telah dikenai pajak penghasilan yang bersifat final dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan tersendiri, dan penghasilan yang dikecualikan sebagai objek pajak.
Langkah yang dapat dilakukan untuk menikmati fasilitas tersebut adalah wajib pajak
mengajukan surat keterangan melalui aplikasi DJP Online dan harus mengajukan surat
keterangan walaupun telah memiliki surat keterangan sebelum berlakunya PMK-44 serta
diberikan sejak masa April 2020 s.d September 2020.
Fasilitas pembebasan insentif PPh pasal 22 impor diberikan kepada wajib pajak yang
memiliki klasifikasi lapangan usaha (KLU) tertentu yang telah ditetapkan sebagai perusahaan
KITE atau telah mendapatkan izin kawasan berikat serta telah mengajukan permohonan surat
keterangan bebas (SKB). Langkah yang dapat dilakukan untuk menikmati fasilitas tersebut
adalah wajib pajak mengajukan surat keterangan Bebas (SKB) melalui web DJP Online dan
ketentuan pembebasan berlaku sejak tanggal SKB terbit sampai dengan 30 September 2020.
Kewajiban wajib pajak yang akan memanfaatkan fasilitas tersebut yaitu harus menyampaikan
laporan realisasi pembebasan PPh Pasal 22 Impor setiap 3 bulan melalui saluran tertentu pada
laman pajak.go.id dan dilaporkan paling lambat pada periode 20 Juli 2020 (masa pajak April-
Juni 2020) & 20 Oktober 2020 (masa pajak Juli-September 2020).
Fasilitas pengurangan angsuran PPh Pasal 25 sebesar 50% diberikan kepada wajib pajak
yang memiliki klasifikasi lapangan usaha (KLU) tertentu yang telah ditetapkan sebagai
perusahaan KITE atau telah mendapatkan izin terkait kawasan berikat dan telah menyampaikan
pemberitahuan pengurangan sebesar 30% dari angsuran PPh 25 yg seharusnya terutang. Langkah
yang dapat dilakukan untuk menikmati fasilitas tersebut adalah wajib pajak menyampaikan
pemberitahuan pengurangan melalui Web DJP Online (paling lambat tanggal 15 Mei 2020 utk
masa pajak April 2020) dan ketentuan pembebasan berlaku sejak tanggal pemberitahuan
pengurangan sampai dengan Masa Pajak September 2020. Kewajiban yang harus dipenuhi wajib
pajak untuk menikmati fasilitas tersebut adalah melakukan pembayaran Angsuran PPh Pasal 25
setelah dikurangi 30%, menyampaikan Laporan Realisasi Pengurangan Angsuran PPh Pasal 25
setiap 3 bulan melalui saluran tertentu pada WEB pajak.go.id dan disampaikan paling lambat
pada periode 20 Juli 2020 (Masa pajak April-Juni 2020) & 20 Oktober 2020 (Masa pajak Juli-
September 2020).
Fasilitas pengembalian pendahuluan PPN sebagai PKP beresiko rendah diberikan pada
wajib pajak telah memiliki klasifikasi lapangan usaha (KLU) tertentu, telah ditetapkan sebagai
perusahaan KITE atau telah mendapatkan izin terkait kawasan berikat, menyampaikan SPT Masa
PPN lebih bayar restitusi dengan jumlah LB paling banyak 5 miliar rupiah, tidak sedang
dilakukan pemeriksaan bukti permulaan dan/atau penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan, dan tidak dipidana karena melakukan tindak pidana perpajakan dalam jangka 5 tahun
terakhir sebelum SPT Masa PPN disampaikan. Langkah yang dapat dilakukan untuk menikmati
fasilitas tersebut adalah wajib pajak mengaajukan melalui SPT Masa PPN, pembetulan SPT
masa PPN dan permohonan tersendiri masa pajak April 2020 s.d September 2020 yang paling
lambat tanggal 31 Oktober 2020. Ketentuan klasifikasi lapangan usaha wajib pajak SPT
tahunan PPh tahun pajak 2018 normal atau pembetulan yang telah dilaporkan pemberi kerja dan
data yang terdapat dalam administrasi perpajakan (masterfile) bagi wajib pajak yang baru
terdaftar setelah tahun 2018 atau bagi instansi pemerintah. Sedangkan ketentuan peralihannya
yaitu apabila wajib pajak sudah mengajukan pemberitahuan/permohonan tidak perlu mengajukan
kembali dan pelaporan realisasi wajib pajak mengikuti regulasi PMK-44/PMK.03/2020.

Anda mungkin juga menyukai