Anda di halaman 1dari 2

.

Penyiaran berita/informasi yang tidak memenuhi kode etik jurnalistik


Penyalahgunaan kebebasan pers yang pertama adalah penyiaran yang tidak sesuai dengan kode
etik jurnalistik. Penyiaran yang seperti ini merupakan penyalahgunaan yang paling sering
dilakukan oleh wartawan atau pengelola media massa yang belum profesional. Dampak dari
penyiaran yang tidak sesuai dengan kode etik jurnalistik adalah dapat merugikan pihak-pihak
tertentu, sebagai contoh adalah kesalahan penyebutan nama tersangka dan kuran jelasnya
penjelasan atau gambar suatu peristiwa. 

2. Peradilan oleh Pers (Tria By Press)


Pemberitahuan terus menerus pada satu pihak, sedangkan pihak lain yang tidak terlibat tidak
diberitakan akan menghasilkan berita yang tidak seimbang. Tentu saja secara tidak langsung
seseorang merasa diadili oleh pers karena pemberitaan yang tidak seimbang tersebut. Hal ini juga
bisa melanggar asas praduga tak bersalah.

Baca : Sejarah perkembangan pers di Indonesia

3. Membentuk opini yang menyesatkan


Penyalahgunaan kebebasan pers yang ketiga adalah menyiarkan berita yang dapat membentuk
opini yang menyesatkan. Penyalahgunaan ini juga dapat merugikan salah satu pihak, pasalnya
berita tersebut menyesatkan dan membuat opini negatif terhadap orang atau kelompok tertentu.
Biasanya berita yang seperti ini banyak ditemukan pada saat adanya pemilu, baik itu pada saat
pilpres atau pileg (pilihan legislatif). 

Opini yang menyesatkan ini bisa terbentuk karena berita yang diinformasikan kurang jelas, serta
tingkat pemahaman masing masing orang berbeda beda. Sehingga dapat membuat opini atau
pendapat yang salah dan tidak sesuai dengan fakta yang ada. 

4. Bentuk tulisan/siaran bebas yang bersifat provokatif 


Penyalahgunaan kebebasan pers yang keempat adalah bentuk tulisan yang provokatif, maksunya
adalah media memberitakan sesuatu yang dapat memprovokasi untuk melakukan sesuatu seperti
konflik atau yang lainnya. Penyalahgunaan ini dapat juga dikatakan dengan media yang
memberitakan informasi yang berbau pengaruh akan meinmbulkan keterlibatan pihak lain dan
memicu emosi pihak lain tersebut yang sebenarnya tidak terlibat dalam suatu peristiwa. 

5. Pelanggaran terhadap ketentuan Undang undang Hukum Pidana

Sanksi penyalahgunaan penyampaian informasi dan komunikasi, antara terdapat dalam KUHP,
misalnya :
1. Delik Penghinaan Presiden dan Wakil Presiden (137 KUHP)

2. Delik Penyebar Kebencian (154 KUHP)


3. Delik Penghinaan Agama (156 a KUHP)
4. Delik Kesusilaan/Pornografi (282 KUHP)

6. Iklan yang menipu/melanggar hukum dll


Penyalahgunaan pers yang ke-enam adalah iklan yang menipu. Umumnya iklan yang dimuat di
pers Indonesia harus bersifat membangung, bermanfaat, dan tidak membohongi publik. Iklan juga
harus bebas dari hal hal yang berbau por-nografi, tidak melanggar hukum dan lain sebagainya.
Dan berikut ini adalah unsur unsur iklan yang dapat membuat penyalahgunaan pers :
 Bersifat menipu atau tidak jujur, menyesatkan, merugikan salah satu pihak, baik moral
maupun material atau kepentingan umum
 Iklan yang melanggar hukum, mengganggu kepentingan umum atau yang dapat
menyinggung rasa susila yang bersifat pornografi atau vulgar
 Iklan yang dapat merusak pergaulan masyarakat yang dapat menimbulkan efek psikologis
yang merusak kepribadian bangsa, serta yang merusak nama baik dan martabat seseorang.
 Iklan yang dapat merusak kepentingan nasional secara moral, material, dan spiritual atau
kepentingan lain yang berlawanan dengan asas pancasila
 Iklan yang bertentangan dengan kode profesi golongan lain

http://www.kitapunya.net/2015/12/bentuk-bentuk-penyalahgunaan-kebebasan-pers.html

Anda mungkin juga menyukai