Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Analisa Situasi
Bagi setiap perempuan fase kehidupan yaitu kehamilan merupakan
peristiwa yang bermakna dan mengesankan. Dalam proses kehamilan secara
fisiologis terjadi beberapa perubahan pada hampir seluruh organ maternal.
Perubahan endokrinologis, fisiologis, dan anatomis yang menyertai kehamilan
menimbulkan resiko terhadap kesehatan perempuan yang tidak memiliki
masalah kesehatan sebelum masa kehamilan sehingga membahayakan
kesehatan dan keselamatan ibu dan bayinya. Dampak yang mungkin dapat
terjadi yaitu keguguran, kehamilan premature, gawat janin dan keracunan
dalam kehamilan (Setyaningsih,dkk.2016)
Hal tersebut memberikan kontribusi besar terhadap AKI (Angka
Kematian Ibu). Menurut Kemenkes RI (2014) AKI merupakan angka yang
menunjukkan banyaknya wanita yang meninggal dunia akibat kematian
terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganan selama kehamilan,
melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) per 100.000
kelahiran hidup. Data WHO tahun 2015 menunjukkan bahwa 830 wanita
meninggal yang kaitannya dengan kehamilan dan persalinan. Di Indonesia
AKI masih melebihi target dari SDGs (AKI dibawah 70 per 100.000 kelahiran
hidup) yaitu 309/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Berdasarkan data
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur tahun 2013, Angka Kematian Ibu
(AKI) di Provinsi Jawa Timur mencapai 97,39 per 100.000 kelahiran hidup.
Pada tahun yang sama kabupaten Banyuwangi memiliki angka kematian ibu
melebihi angka porvinsi yaitu > 97,39 per 100.000 kelahiran hidup (Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2014).
Faktor penyebab kematian ibu salah satunya adalah 4T (terlalu muda,
usia kurang dari 20 tahun; terlalu sering melahirkan dimana jarak kehamilan
kurang dari 2 tahun; terlalu banyak; dan terlambat mengenali tanda bahaya
kehamilan). Kemunculan tanda bahaya kehamilan memiliki ciri khas pada tiap

1
semesternya, pada trimester pertama diantaranya mual-muntah berlebih,
anemia, demam tinggi. Trimester kedua yang mungkin sering terjadi ialah
perdarahan pervaginam, nyeri hebat, janin kurang pergerakkannya. Trimester
ketiga dapat terjadi peningkatan tekanan darah, pembengkakan pada wajah,
kaki, tangan, keluar air ketuban sebelum waktunya, perdarahan pervaginam
(Wenas, dkk. 2014).
Menurunkan kematian ibu dapat dilakukan dengan upaya preventif
dan promotif yang dilakukan secara konsisten dan terus menerus pada semua
unsur masyarakat. Di level masyarakat salah satunya dapat melibatkan kader
posyandu. Kader memiliki berbagai peran diantaranya kader sebagai
penghubung antara masyarakat dengan petugas kesehatan, kader sebagai
orang yang pertama kali mengidentifikasi masalah kesehatan didaerahnya,
kader sebagai perpanjangan tangan petugas kesehatan yang tidak dapat
mengkover kebutuhan dan informasi kesehatan kepada masyarakat, serta
kader bertugas mengadvokasi masyakarakat. Kader yang berkaitan dengan
program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) berperan aktif dalam perencananaan,
pelaksanaan evaluasi, pencatatan dan pelaporan yang tercakup pada Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (Lestari, dkk. 2016)
Dalam menjalankan tugasnya kader seharusnya memiliki pengetahuan
yang cukup mengenai kesehatan ibu hamil meliputi tanda awal kehamilan,
adaptasi perubahan kehamilan, tanda bahaya kehamilan, cara mengatasi
keluhan kehamilan, tanda awal persalinan, adaptasi perubahan pasca
persalinan beserta perawatannya, dan masih banyak lagi. Harapan besar
terhadap kader dalam memberdayakan masyarakat, kader seharusnya
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup mengenai kesehatan ibu
hamil. Hal tersebut dapat dilakukan dengan memberikan edukasi dan
pelatihan yang konsisten sehingga dapat dipergunakan untuk kader itu sendiri
maupun lingkungan disekitarnya.

2
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu perlu adanya
kerjasama berbagai lini sektoral. Dalam hal ini dapat melibatkan kader-kader
posyandu. Kader posyandu berperan sebagai penghubung antara masyarakat
dengan petugas kesehatan dan orang yang pertama kali mengidentifikasi
masalah kesehatan didaerahnya. Untuk memaksimalkan peran kader, kader
harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yan baik mengenai ibu hamil
dan kondisi kehamilannya.
Berdasarkan persamalahan diatas, perlu adanya solusi untuk
meningkatkan pemahaman kader posyandu. Untuk itu pengabdi mengadakan
kegaiatan penyuluhan sebagai sarana menambah pengetahuan kader-kader
posyandu mengenai tanda bahaya kehamilan.

C. Tujuan Kegaiatan
1. Menjelaskan tentang kehamilan, tanda gejala kehamilan
2. Menjelaskan cara mengenali tanda bahaya kehamilan

D. Manfaat Kegiatan
Setelah mengetahui tentang kehamilan dan tanda bahaya yang
mungkin dialami ibu hamil diharapkan para kader posyandu memiliki
pengetahun dan pemahaman yang baik sehingga ibu hamil mendapat
pertolongan yang cepat dan tepat.

3
BAB II
A. Sasaran
Sasaran kegiatan Optimalisasi Pengetahuan Kader Posyandu Tentang
Tanda Bahaya Kehamilan adalah kader psoyandu Wilayah Kerja Puskesmas
Kebaman. Kegiatan dilaksanakan bertempat di rumah kader posyandu dengan
jumlah sasaran yaitu 13 orang. Adapun yang menjadi intruktur dan
narasumber dalam kegiatan ini adalah dosen Prodi Keperawatan Universitas
Bakti Indonesia.

B. Metode Kegiatan
Untuk memecahkan masalah yang sudah diidentifikasi dan dirumuskan
tersebut di atas Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian
masyarakat ini penyuluhan berupa ceramah dan diskusi interaktif untuk
menggali tingkat pengetahuan dan pemahaman kader mengenai materi yang
disampaikan.

C. Langkah-Langkah Kegiatan
Adapun langkah-langkah kegiatan yang dilakukan adalah
1. Ceramah tentang teori kehamilan dan tanda bahaya kehamilan
2. Memberikan contoh-contoh gejala abnormal pada kehamilan dengan
menggunakan media visualisasi.

D. Faktor Pendukung dan Penghambat


Berdasarkan evaluasi pelaksanaan dan hasil kegiatan dapat
diidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan
program pengabdian pada masyarakat ini.
1. Faktor Pendukung

4
- Kader – kader posyandu sangat mendukung dan antusias mengikuti
kegiatan penyuluhan.
- Dukungan Kepala Puskesmas dalam kegiatan pengabdiam ini.
2. Faktor Penghambat
- Kemampuan kader dalam menerima informasi dan menganalisa
beragam.
- Faktor penghambat disebabkan oleh waktu pelaksanaan yang terbatas
dan tidak dilakukan secara periodik

5
BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN
A. Hasil Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan Pengabdian Masyarakat dengan judul “Optimalisasi Penngetahuan
Kader Posyandu Tentang Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kebaman Banyuwangi” telah dilaksanakan pada tanggal 20
November sampai dengan 7 Desember 2019.
Pengabdian masyarakat ini dilakukan melalui penyuluhan atau pendidikan
kesehatan dengan metode ceramah kemudian dilanjutkan dengan diskusi
secara interaktif antara narasumber dengan kader. Hasil kegiatan pelaksanaan
pendidikan kesehatan atau penyuluhan kader posyandu diikiuti oleh 13 kader
posyandu yang dilaksanakan di rumah kader.
Pokok bahasan atau materi yang disampaikan pada kegiatan penyuluhan
mengenai :
1. Kehamilan;
2. Tanda dan gejala kehamilan;
3. Perubahan fisiologis pada kehamilan;
4. Tanda-tanda bahaya kehamilan.
Pada sesi tanya jawab ada beberapa pertanyaan yang diajukan peserta, antara
lain:

1. Kapan saat yang baik melakukan pemeriksaan kehamilan,


2. Apa yang harus dilakukan jika terjadi gejala-gejala yang tidak biasa pada
saat hamil,
3. Apa yang bisa dilakukan ibu hamil untuk menjaga kehamilannya tetap
sehat.

6
Dalam kegiatan pelatihan diberikan beberapa contoh gambar atau visualisasi
masalah-masalah yang sering terjadi pada kehamilan untuk memudahkan
kader dalam menyerap informasi yang diberikan oleh pemateri.

B. Pembahasan Kegiatan
Untuk mengidentifikasi tingkat pengetahuan kader dilakukan pre-test
dan post-test. Pre-test bertujuan untuk mengetahui pengetahuan sebelum
diberi pendidikan kesehatan, sedangkan post-test diberikan untuk menilai
sejauh mana penerimaan materi yang disampaikan oleh narasumber. Hasil
yang diperoleh dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah terjadi
peningkatan pengetahuan kader tentang kehamilan dan tanda bahaya
kehamilan. Hasil dari pre-test 10 kader posyandu memiliki pengetahuan
kurang dan 3 kader memiliki pengetahuan yang cukup tentang tanda gejala
bahaya kehamilan. Kemudian, hasil post-test didapatkan 3 kader yang
sebelumnya memiliki pengetahuan yang cukup, memiliki tingkat pengetahuan
sangat baik dan 10 kader memiliki tingkat pengetahuan baik tentang tanda
gejala bahaya kehamilan.
Perbedaan pre-test dan post-test diatas menunjukkan bahwa dengan
pendidikan kesehatan atau penyuluhan dapat berdampak pada peningkatan
pengetahuan kader tentang kehamilan dan bahaya kehamilan.
Pengoptimalisasi pengetahuan kader posyandu tentang bahaya kehamilan
terbukti dapat dilakukan dengan metode pendidikan kesehatan atau
penyuluhan. Pendidikan kesehatan merupakan usaha dalam menyampaikan
pesan kesehatan kepada indivudu, kelompok atau masyarakat sehingga
masyarakat dapat memperoleh pengetahuan dan agar perilaku mengarah ke
kondisi yang kondusif terhadap kesehatan. Merujuk pada teori yang
dikemukakan oleh Notoatmodjo “pengetahuan”, pengetahuan merupakan
suatu hasil yang didapatkan dari proses penginderaan terhadap objek. Proses
penginderaan terjadi melalui indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa

7
dan kulit. Dari pengetahuan yang didapat akan terbentuk tindakan seseorang
(behavior change).
Dari kegiatan pengabdian masyarakat ini kader mendapatkan manfaat
dan pengetahuan. Hal tersebut ditunjukkan oleh respon yang positif dan
antusias selama proses kegiatan ini serta hasilnya seluruh kader mengalami
peningkatan pengetahuan berkaitan dengan tanda bahaya kehamilan
ditunjukkan dari hasil pre-test dan post-test. Dari kegiatan pengabdian
masyarakat ini, fase selanjutnya kader posyandu tidak hanya memperoleh
pengetahuan tentang konsep teori tanda bahaya kehamilan tetapi juga
berdampak pada perubahan perilaku dan kemampuan dalam mengenali gejala
atau tanda bahaya kehamilan, mampu mendeteksi tanda bahaya kehamilan
dan mendampingi ibu selama proses kehamilan. Seringkali tanda bahaya
kehamilan kemuculannya bersifat mendadak dan tidak dapat diperkirakan
sebelumnya dan faktor ketidaktahuan tentang tanda bahaya kehamilan
menjadi faktor resiko yang berkaitan dengan kematian ibu. Jika tanda bahaya
kehamilan dapat dikenali sejak dini maka kematian ibu dapat dihindari dan
angka kematian ibu dapat menurun.

8
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pengabdian msyarakat ini dapat disimpulkan terjadi
peningkatan pengetahuan kader posyandu tentang bahaya kehamilan.
Peningkatan pengetahuan diharapkan dapat berbanding lurus dengan
perubahan perilaku kader dalam pendampingan ibu hamil dan peningkatan
kemampuan dalam mengenali dan mendeteksi tanda bahaya kehamilan
sehingga ibu dan bayi dapat terjamin derajat kesehatannya.

B. Saran
1. Program pengabdian ini diharapkan dapat ditindaklanjuti di tempat lain
pada tahun berikutnya untuk mencegah peningkatan komplikasi kehamilan
serta meningkatkan derajat kesehatan ibu dan janin.
2. Diperlukan keberlanjutan kegiatan pengabdian masyarakat dengan materi
yang terbaru mengenai kehamilan.
3. Laporan ini sebagai sumber referensi bagi pengabdi yang berminat
melakukan kegiatan dengan topik yang sama.

9
LAMPIRAN
KEGIATAN PENYULUHAN KEPADA PARA KADER POSYANDU

10
LAMPIRAN
KEGIATAN PENYULUHAN KEPADA PARA KADER POSYANDU

11

Anda mungkin juga menyukai