Anda di halaman 1dari 16

Nama : Rizqiatul Fitria

NIM : P27820119039
Kelas : Tingkat 2 Reguler A

Konsep Sterilisasi

Mikroorganisme merupakan patogen yang dapat menyebabkan bahaya dan kerusakan.


Hali ini terlihat dari kemampuannya dalam menginfeksi manusia, hewan maupun tanaman.
Mikroorganisme ini dapat menimbulkan penyakit yang berkisar dari infeksi ringan sampai
kepada kematian. Oleh sebab itu prosedur pengendalian pertumbuhan dan kontaminasi oleh
mikroba merupakan suatu keharusan. Pengendalian yang dimaksud yaitu segala kegiatan yang
dapat menghambat, membasmi atau menyingkarkan mikroorganisme.

● Tujuan Utama dalam pengendalian mikroorganisme yaitu:


1. Mencegah terjadinya penyebaran penyakit dan infeksi.
2. Membasmi mikroorganisme yang berada pada inang yang terinfeksi.
3. Mencegah pembusukan dan perusakan bahan yang disebabkan oleh mikroorganisme.

Mikroorganisme dapat disingkarkan, dihambat atau dibunuh dengan sarana atau


proses fisik, ataupun bahan kimia. Tersedia berbagai teknik dan sarana yang bekerja menurut
berbagai cara dimana memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
● Sarana fisik dapat diartikan sebagai keadaan atau sifat fisik yang menyebabkan suatu
perubahan, misalkan suhu, tekanan, radiasi dan penyaringan (filter).
● Proses fisik adalah suatu prosedur yang mengakibatkan perubahan. Misalkan prosedur
sterilisasi, pembakaran dan sanitasi.
● Bahan kimia adalah suatu substansi (padat, cait atau gas) yang dicirikan oleh komposisi
molekul yang pasti dan akan menyebabkna terjadinya reaksi. Misalkan senyawa folik,
alkohol, klor dan iodium.

Beberapa istilah khusus yang sering digunakan untuk sarana dan proses pengendalian
mikroba ini. Penggunaan istilah – istilah ini penting dalam pemberiaan etiket pada obat –
obatan serta bahan kima yng digunakan dalam mikroorganisme. Berikut istilah –istilah yang
di maksud antara lain:
a. Biosida merupakan istilah umum yang menggambarkan agen khemis/agen kimiawi,
biasanya boardspektrum dalam minginaktivasi mikroorganisme.
b. Sterilisasi merupakan proses fisika atau kimia yang secara lengkap dapat merusak atau
memberhentikan semua kehidupan mikroba termasuk spora.
c. Desinfektan adalah suatu bahan yang biasanya berupa zat kimiawi yang dapat mematikan
sel vegetatif yang terdapat pada permukaan benda mati namun, tidak menjamin dapat
mematikan bentuk – bentuk spora mikroorganisme penyebab penyakit.
d. Septik, dicirikan dengan terdapatnya patogen dalam jaringan hidup.
e. Antiseptik merupakan suatu substansi yang melawan atau mencegah pertumbuhan infeksi
atau mikroorganisme dalam maupun di atas jaringan hidup dengan cara menghancurkan
atau menghambat pertumbuhan serta aktivitasnya.
f. Aseptik dikarakteristikkan dengan hilangnya mikroba patogen.
g. Bahan sanitasi adalah suatu bahan yang dapat mengurangi populasi mikroorganisme
sampai batas yang diaanggap aman menurut persyaratan kesehatan masyarakat.
h. Bakteriostatis merupakan istilah spesifik yang berhubungan dengan kegunaannya yaitu
suatu bosida yang dapat menghambat multiplikasi bakteri yang dipatkan berdasarkan
penghilangan agen.
i. Bahan antimikrobial, diartikan bahan yang mengganggu pertumbuhan mikroorgnisme
dan metabolisme mikroba. Beberapa bahan antimikrobial digunakan secara khusus untuk
mengobati infeksi yang dimaksud dengan bahan terapeutik.

Keadaan yang Mempengaruhi Kerja Antimikrobial

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi penghambatan mikroorganisme oleh bahan atau
proses antimikrobial. Hal –hal tersebut harus dipertimbangkan keefektifannya dalam
penerapan metode pengendalian. Faktor – faktor tersebut antara lain:
1. Konsentrasi atau intensitas zat antimikrobial.
Semakin tinggi konsentrasi zat antimikrobial maka makin cepat sel – sel yang akan
terbunuh. Misalkan fenol dengan konsentrasi 4, 25 gr/L dalam waktu kurang lebih 10 jam
akan membunuh sel dengan jumlah yang sama dengan fenol yang berkonsenrasi 6, 04
gr/L dalam waktu kurang lebih 1,5 jam.
2. Jumlah mikroorganisme.
Dibutuhkan waktu yang lebih lama dalam membunuh populasi. Sehingga apabila jumlah
selnya banyak maka perlakukan harus diberikan waktu yang lebih lama supaya kita cukup
yakin bahwa semua sel tersebut mati.
3. Suhu.
Kenaikan suhu yang sedang secara besar dapat menaikkan keefektifan suatu desinfektan
atau bahan antimikrobial lain. Keadaan ini dapat diterangkan dengan adanya fakta bahwa
zat kimia merusak mikroorganisme melalui reaksi kimia dan laju reaksi kimia dipercepat
dengan meningkatkan suhu.
4. Spesies mikroorganisme.
Spesies mikroorganisme menunjukkan kerentangan yang berbeda-beda terhadap sarana
fisik dan bahan kimia. Misalkan, pada spesies pembentuk spora, sel vegetatifnya lebih
mudah dibunuh dari pada sporanya. Spora bakteri adalah paling resisten dalam hal
kemampuan untuk bertahan hidup pada keadaan fisik dan kimiawi yang kurang baik.
5. Adanya bahan Organik
Adanya bahan organik asing dapat menurunkan dengan nyata keefektifat zat kimia
anitimikrobial dengan cara menginaktifkan bahan – bahan tersebut atau melindungi
mikroorganisme adanya. Sebagai contoh penggabungan desinfektan dengan bahan organik
menghasilkan suatu endapan sehingga desinfektan tidak mungkin lagi mengikat
mikroorganisme.
6. Keasaman atau Kebasahan (pH).
Mikroorganisme yang terdapat pada keadaan lingkungan dengan pH asam dapat dibasmi
dengan mudah dan dalam waktu singkat pada suhu yang lebih rendah dibandingkan
dengan mikroorganisme yang sama dilingkungan basa.

Cara Kerja Zat Antimikrobial (Mode Aksi)

Berbagai proses serta substansi banyak digunakan sebagai sarana antimikrobial yang bekerja
menurut berbagai cara. Suatu sel hidup yang normal memiliki struktur atau bagian antara lain
sejumlah enzim, membran sitoplastik, ribosom dan lain sebagainya. Dimana kerusakan pada
salah satu bagian tersebut dapat mengawali terjadinya perubahan yang menuju kepada
kematian sel.

Mode Aksi Agen Antimikrobial dengan Cara:

1. Gangguan membran atau dinding sel


Membran sel berbentuk sebagi barier selektif, membiarkan beberapa larutan lewat dan
menolak yang lain. Beberapa senyawa secara aktif dipindahkan melalui membran
menjadi satu dengan sel. Membran juga merupakan tempat dimana enzim dilibatkan
dalam biosintesis komponen selaput sel. Substansi yang terkontaminasi pada permukaan
sel kemungkinan akan merubah fisik dan kimiawi membran yang sebenarnya, mencegah
fungsi normalnya dan membunuh atau menghambat kerja sel. Dinding sel yang akan
bertindak sebagai suatu struktur Corseting, melindungi sel dari lisis osmotik. Sehingga
agen yang merusak dinding atau menghalangi sintesis normalnya mungkin akan
menyebabkan lisis sel.
2. Merubah permeabilitas sel
Membran sitoplasma akan mempertahankan bahan – bahan tertentu dala sel serta
mengatur aliran kelua masuknya bahan – bahan lain serta memelihara integitas komponen
seluler. Kerusakan pada membran sel ini mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel
atau matinya sel.
3. Denaturasi molekul protein dan asam nukleat
Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya suatu molekul protein dan asam
nukleat pada keadaan alamiahnya. Mendenatuasikan protein dan asam nukleat ini dapat
merusak sel tanpa dapat diperbaiki. Suhu dan konsentrasi tinggi pada beberapa zat kimia
dapat menyebabkan koagulasi (denaturasi) ireversibel (tidak dapat balik) komponen –
komponen seluler vital ini.
4. Menghambat Kerja Enzim
Setiap enzim yang terdapat dalam sel merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu
penghambat. Banyak zat kimia dapat mengganggu reaksi biokimia. Penghambatan ini
dapat mengakibatkan terganggunya metobolisme atau matinya sel,
5. Menghambat Sintesis Asam Nukleat dan Protein
DNA dan RNA serta protein memegang peran sangat penting dalam kehidupan sel. Hal
ini berarti gangguan apapun yang terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat –zat
tertentu dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel.

Seleksi Sarana atau Teknik Antimikrobial

Tidak ada satupun teknik atau sarana antimikrobial yang terbaik bagi semua penerapan
praktis. Misalkan suatu zat kimia atau proses cocok untuk pengendalian mikroorganisme
dalam suatu produk pangan, namun hal ini belum tentu cocok digunakan untuk bahan biologis
yang menginfeksikan pasien. Begitu pula suatu zat yang cocok untuk permukaan benda mati
besar kemungkinan tidak cocok untuk diberikan pada kulit manusia. Setiap keadaan harus
dipertimbangkan dari sudut hasil yang dikehendaki serta sarana atau metode yang akan
mencapai hasil ini dengan baik.
Mikroorganisme dapat disingkirkan, dihambat atau dibunuh dengan saran atau proses
fisik, atau bahan kimia. Proses atau sarana mana yang digunakan bergantung pada banyak
faktor dan hanya dapat ditentukan setelah diadakannya evaluasi terhadapa keadaan khusus
yang bersangkutan.

Pengendalian Mikroorganisme dengan Sarana Fisik


1. Pembersihan Fisik
● Pencucian
Mencuci atau menggosok dengan sabun merupakan cara fisik untuk
menghilangkan mikroorganisme pada permukaan. Penggosokan akan melepaskan
kotoran dari benda dan kulit serta tangan karena mekanisme pergeseran. Sabun
yang digunakan untuk menghilangkan minyak yang ada pada permukaan yang
dapat mengikat bakteri atau mikroorganisme lainny apada pemukaan. Sehingga
ketika lapisan tersebut terlepas maka mikroorganismenya pun terbilas oleh air
mengalir. Pengguanaan pembersihan ini dianjurkan dilakukan untuk tangan, kulit
dan benda-benda. Namun pembersihan ini memiliki keterbatasan hanya untuk
mensanitasi dan mengurangi flora mikroba.
● Ultrasonik
Gelombang suara berfrekuensi tinggi digunakan untuk memecahkan sel
mikroba serta membersihkan (menghilangkan) mikroba dari peralatan dan pada
teknik – teknik khusus pada pembedahan dan diagnosis. Sehubungan dengan
pengendalian mikroorganisme yang lebih utama adalah adanya fenomena Kavitasi
yaitu tenaga yang terbangkitkan dari perjalanan gelombang ultrasonik melalui
suatu cairan hingga terbentuk sujumlah besar gelombang kecil, yang setelah
mencapai ukuran tertentu menjadi sangat kempis sehingga tenaga yang
dibangkitkan akan dapat menghilangkan debu atau partikel – partikel termasuk
mikroorganisme dari permukaan benda yang diletakkan dalam cairan tersebut.
Efisien untuk membersihkan bahan organik dari peralatan dibandingkan dengan
penyikatan secara mekanis. Efektif untuk dekontaminasi perlatan pembersih yang
halus. Tidak efektif bila digunakan sendiri, prosedur tambahan dapat
meningkatkan keefektifannya.
2. Panas Kering dan Panas Basah
● Panas Kering
a. Sterilisasi dengan udara panas kering digunakan untuk mensterilisasikan
bahan – bahan yang tak tembus uap seperti minyak, kaca, peralatan tajam,
logam. Bisa menggunakan inkubator atau oven yang suhunya dapat diatur.
Keterbatasannya merusak bahan – bahan yang tidak tahan suhu tinggi dalam
waktu lama.
b. Pembakaran, untuk pemusnahan bahan – bahan yang telah tercemar yang tidak
dapat digunakan kembali. Namun penggunaan penerapan sarana fisik ini
memiliki keterbatasan yaitu ukuran pembakar harus cukup besar untuk dapat
membakar muatan terbesar dengan segera dan sempurna serta dapat
menyebabkan polusi udara.
● Panas Basah atau Panas Lembab
a. Uap bertekanan. Panas dalam bentuk uap jenuh bertekanan adalah sarana
paling praktis serta dapat diandalkan untuk sterilisasi. Uap bertekanan
menyediakan suhu jauh diatas titik didih. Di samping itu memiliki beberapa
keuntungan antara lain pemanasan dapat berlangsung dengan cepat,
mempunyai daya tembus, dan menghasilkan kelembapan yang tinggi dimana
kesemuanya tersebut mempermudah proses koagulasi protein sel – sel
mikroba.
Alat yang menggunakan prinsip ini misalnya Autoklaf. Merupakan alat yang
tekanannya dapat diatur. Pada alat ini bukanlah tekanan uap yang mematikan
mikroorganisme akan tetapi suhu tinggi yang dihasilkan oleh tekanan uap
tersebut. Pada umumnya tidak selalu Autoklaf dijalankan pada tekanan kira –
kira 1 sampai 2 atm pada suhu 110 – 120 derajat celcius. Waktu yang
diperlukan untuk sentralisasi tergantung pada sifat bahan yang
disentralisasikan, tipe wadah dan volume bahan. Hal ini digunakan untuk
mensterilkan alat, sprei, nampan perabot dan pengobatan, tabung, sarung
tangan, karet penghisap, kultur biakan, media serta cairan lainnya. Tidak
efektif terhadap organisme yang ada dalam bahan kedap uap. Tidak dapat
digunakan untuk bahan – bahan yang peka panas.
b. Air mendidih. Sel – sel vegetatif mikroorganisme akan terbunuh dalam waktu
10 menit dalam air mendidih, namun beberapa spora bakteri dapat bertahan
dalam kondisi seperti ini selama berjam – jam. Merebus peralatan di dalam air
mendidih selama beberapa waktu yang singkat lebih memungkinkan untuk
desinfeksi daripada sterilisasi. Karena itu air mendidih tidak dapat diandalkan
untuk sterilisasi bila perlakuan hanya diberikan 1 kali. Untuk sanitasi
perlengkapan tidur, pakaian dan peralatan makan.
c. Sterilisasi Bertingkat. Beberapa zat kimia tidak dapat dipanaskan pada suhu
diatas 100°C tanpa menjadi rusak, akan tetapi jika bahan – bahan tersebut
dapat menahan suhu uap bebas (100°C), maka akan bisa disterilkan dengan
sterilisasi bertahap. Dalam proses ini bahan akan dipanaskan pada suhu 100°C
selama beberapa waktu tertentu secara berturut – turut dengan diselingi periode
inkubasi diantaranya. Spora – spora yang resisten tersebut akan berubah
menjadi sel – sel vegetatif pada masa inkubasi tersebut sehingga pada
pemanasan berikutnya sel –sel vegetatif yang terbentuk akan dapat dibunuh.
Jenis Sterilisasi Bertingkat yaitu Tyndalisasi dan Pasteurisasi terutama
dilakukan pada industri – industri makanan/minuman kaleng, botol, bungkus,
dan lain – lain.
3. Radiasi
Beberapa macam radiasi dapat bersifat letal (mematikan) terhadap sel – sel mikroba dan
juga sel – sel organisme lain. Radiasi macam ini meliputi bagian dari spektrum
elektromagnetik seperti radiasi ultraviolet, gama, dan sinar X dan sinar – sinar katode
(elektron berkecepatan tinggi). Keterbatasan metode ini adalah mahal dan membutuhkan
fasilitas khusus bagi penanganannya.
● Spektrum Elektromagnetik
a. Sinar Ultraviolet. Panjang gelombang sekitar 265 nm memiliki efesiensi
bakterisidal tertinggi. Pada batas – batas tertentu sinar matahari memiliki kapasitas
mikrobisidal naun terbatas karena gelombang sinar ultra vioolet tersaring oleh
atmosfer bumi (ozon, awan) san polutan atmosfer (asap) sehingga panjang
glombangnya menjadi pendek.
Tersedia dalam bentuk lampu yang memancarkan sinar ultraviolet. Lampu jenis ini
banyak digunakan untuk mengurangi mikroorganisme di kamar – kamar operasi di
Rumah Skit, di ruang aseptik untuk pengisian obat di industri farmasi, industri –
industri pangan dan lain sebagainya. Mengendalikan infeksi asal udara,
mendesinfeksi permukaan suatu benda yang secara langsung terkenai sinar
ultraviolet. Keterbatasan pengendalian ini yaitu harus bisa diserap agar efektif
(tidak dapat menembus kaca transparan atau benda – benda tembus cahaya,
menyebabkan iritasi pada mata dan kulit, daya tembus rendah).
b. Sinar X, bersifat mematikan bagi mikroorgnisme dan bentuk – bentuk kehidupan
yang lebih tinggi. Memiliki energi dan daya tembus yang lebih tinggi dari pada
Sinar Ultraviolet sehingga kurang praktis digunakan sebagai metode rutin untuk
pengendalian mikroba karena sangat menyulitkan bagi usaha perlindungan
terhadap si pemakai selain itu, Sinar X tidak bisa digunakan secara efisien karena
membutuhkan fasilitas-fasilitas khusus bagi penggunaannya dan biayanya mahal.
c. Radiasi gama, sama dengan sinar X akan tetapi panjang gelombangnya lebih
pendek sehingga energinya pun lebih tinggi. Karena adanya daya tembus serta
efek mikrobisidal yang tinggi serta lebih efesien dibandingkan dengan sinar X,
maka jenis sinar ini lebih sering digunakan dalam mensterilisasikan bahan – bahan
yang tebal serta besar seperti kemasan peralatan medis atau bahan makanan.
● Sinar Katode
Sinar katode merupakan berkas elektron yang kuat serta berkecepatan tinggi, bersifat
mikrosidal serta memiliki pengaruh lain terhadap bahan – bahan biologis maupun
nonbiologis. Digunakan untuk mensterilisasikan peralatan bedah, obat dan benda –
benda lain. Keuntungannya benda dapat disterilkan pada suhu kamar dalam keadaan
terbungkus. Radiasi berkas elektron sinar katode ini memiliki daya tembus terbatas,
akan tetapi sterilisasi dapat dicapai dalam waktu singkat.
4. Filtrasi
beberapa bahan khususnya fluida biologis seperti serum hewan, larutan substansi seperti
enzim, serta beberapa vitamin atau antibiotik bersifat termolabil, yang artinya mudah
rusak oleh panas. Demikian pula sarana fisik seperti radiasi tidak praktis untuk bahan-
bahan tersebut. Maka pilihan untuk mensterilkan adalah dengan filtrasi. Jenis jenis-jenis
antar:
1. Filter bakteriologis atau filter membran, sering dimanfaatkan oleh para mikrobiologi
awan di laboratorium atau industri untuk mensterilkan bahan-bahan fluida, digunakan
dalam prosedur prosedur mikrobiologis untuk mengidentifikasi dan menghitung
jumlah mikroorganisme dalam suatu contoh air serta bahan laiN.
2. Filter udara: HEPA (High Efficiency Particulate Air Filter) untuk menyaring udara
berisikan partikel. Digunakan di dalam ruang transfer mikrobiologis untuk mencegah
kontaminasi pada area isolasi sehingga infeksi tidak tersebar, ruang-ruang untuk
merakit peralatan elektronik miniatur untuk mencegah kontaminasi oleh partikel-
partikel kecil bahkan partikel sekecil bakteri pun bisa mengakibatkan turunnya bahkan
rusaknya daya guna alat-alat tersebut. Keterbatasan penggunaan penerapan
pengendalian mikroba ini yaitu biaya yang mahal.
3. Masker, digunakan sebagai pelindung mulut dan hidung. Sering digunakan oleh
sarana-sarana kesehatan dan orang umum.
Pengendalian mikroorganisme dengan zat kimia.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih bahan antimikrobial kimiawi:
1. Sifat bahan yang akan diberi perlakuan.
Suatu zat kimia yang digunakan untuk mendesinfeksi perabotan terkontaminasi
mungkin tidak baik bila digunakan untuk kulit Karena akan merusak sel-sel jaringan
kulit. Dengan demikian maka kita harus memilih yang serasi dengan bahan yang akan
dikenainya.
2. Tipe mikroorganisme
Tidak semua mikroorganisme sama rentannya terhadap sifat menghambat atau
mematikannya suatu zat kimia. Karena itu harus dipilih zat yang telah diketahui
keefektifannya. Misalkan spora lebih resisten dari pada sel-sel vegetatif. Bakteri gram
positif dan negatif memiliki kerentanan yang berbeda seperti E. coly atau gram negatif
jauh lebih resisten terhadap desinfektan kationik daripada Staphylococcus aureus atau
gram-positif. Galur-galur yang berbeda dari spesies yang sama juga memiliki
kerentanan berbeda terhadap suatu zat antimicrobial tertentu.
3. Keadaan lingkungan
Suhu, Ph, waktu, konsentrasi, dan adanya bahan organik asing kemungkinan turut
mempengaruhi laju dan efisiensi penghancuran mikroba. Berhasilnya penggunaan
suatu bahan antimikrobial harus dipahami pengaruh kondisi - kondisi tersebut
terhadap bahan yang dimaksud sehingga bahan tersebut dapat dipergunakan dalam
keadaan yang paling menguntungkan.
Beberapa antimikrobial kimiawi (agen kimiawi) atau biosida yang bisa digunakan
antara lain:
● Alkohol
Etil alkohol, isopropil alkohol, dan n-propanol menunjukkan aktivitas mikrobia yang
cepat dengan spektrum luas yang melawan bakteri vegetatif virus dan jamur tetapi
bukan polisi dan titik aktivitasnya optimal jika mereka diencerkan dengan 60 sampai
90% air.
● Aldehid
Glutaraldehid digunakan untuk desinfeksi temperatur rendah serta sterilisasi
endoscopy dan peralatan operasi titik normalnya digunakan sebagai cairan 2% untuk
mencapai aktivitas sporisidal. formaldehid merupakan bakterisidal, sporisidal dan
virusidal.
● Biguanid
Chlorheksidin secara luas digunakan untuk produk pencuci tangan dan mulut sebagai
desinfektan dan bahan pengawet. Mikrobakteria merupakan resisten yang tinggi.
● Bisphenol
Cara luas digunakan untuk sabun antiseptik dan pencuci tangan. Umumnya merupakan
spektrum luas tetapi memiliki aktivitas yang kecil terhadap Pseudomonas Aeruginosa
dan jamur. Triklosan dan heksaklorofen merupakan bakterisidal dan sporastatik
● Agen pelepas halogen
Tipe yang paling penting dari agen pelepas halogen adalah sodium hypoklorite, klorin
dioksida dan sodium diklorososianurat, yang merupakan agen pengoksida yang
merusak aktivitas protein seluler. Asam hipoklorit adalah senyawa aktif yang
responsible untuk efek bakterisidal dan virusidal senyawa ini. Pada konsentrasi tinggi
senyawa ini adalah sporasidal. Iodin adalah bakterisidal, fungsidal, tuberkulosidal,
virusidal dan sporosidal yang cepat. Iodovor (misalnya povidon-iodine) merupakan
iodin komplek dan agen atau pembawa solubilizing yang bertindak sebagai reservoir
I2.
● Derivatif logam berat
Silver sulfadiazine merupakan kombinasi dua agen antibakteri, AG + dan sulfadiozine
memiliki spektrum aktivitas yang luas. Terikat pada komponen sel seperti DNA dan
mungkin Responsible untuk kepentingan inhibitorinya.
● Peroksigen
Hidrogen peroksida memiliki aktivitas spektrum luas terhadap virus, bakteri, virus,
bakteri, jamur dan spora bakteri titik aktivitas memerlukan konsentrasi yang lebih
tinggi ( 10 - 20%) H202 dan waktu kontak yang lebih lama.
● Fenol
Fenol dan beberapa senyawa fenolik mempunyai kegunaan sebagai antiseptik,
desinfektan dan bahan pengawet.
● Senyawa ammunium quaternary
Memiliki dua bagian struktur molekul, satu bagian kelompok penolak air dan lain
kelompok penarik air. Deterjen kationik, ditunjukkan oleh senyawa ammunium
quaternary (QACs) merupakan antiseptik dan desinfektan yang berguna, banyak
digunakan untuk berbagai macam kepentingan klinis (Misal: dan infeksi pra operasi
pada kulit yang sehat) sama baiknya untuk pembersihan permukaan yang keras.
QACs merupakan sporostatik mereka menghambat pertumbuhan spora tetapi bukan
pada proses yang sebenarnya. Juga merupakan mikrobakteriostatik dan memiliki efek
pada selubung lipid tetapi tidak pada virus tanpa selubung lipid.
● Vapor - phase sterilants
Peralatan medis dan operasi yang sangat sensitif terhadap panas dapat disterilkan
secara efektif dengan Vapor - phase sterilants menggunakan etileneoksida,
formaldehid, hidrogen peroksida atau asam parasetik.
Cara Sterelisasi
Sejak penyakit dikenal di masyarakat sangat diperlukan pengawasan terhadap
mikroorganisme patologi. Berbagai substansi - substansi dicoba untuk memilih yang paling
tepat guna untuk menghilangkan pencemaran jasad renik yang ada pada benda hidup maupun
benda mati. Anti mikroba merupakan agen yang membunuh mikroorganisme atau
menghentikan pertumbuhannya. anti mikroba memiliki efektifitas dan penggunaan dengan
tujuan yang berbeda. Beikut contoh dari antimikroba:
1. Antisepsis
Antisepsis merupakan cara mencegah pertumbuhan atau aktivitas mikroorganisme
dengan menghambat atau membunuh terhadap jaringan hidup seperti permukaan kulit
atau membran mukosa. Zat kimia yang digunakan dalam pencegahan pertumbuhan
mikroorganisme tersebut disebut dengan antiseptik.
2. Disinfeksi
Disinfeksi adalah membunuh organisme patogen A kecuali spora kuman dengan cara
fisik atau kimia yang dilakukan terhadap benda mati titik zat kimia yang biasanya
digunakan disebut dengan antisepsis
3. Sterilisasi
Tiap proses sterilisasi baik kimia atau fisik mampu membunuh semua bentuk makhluk
hidup terutama mikroorganisme atau(vegetatif/spora)
4. Cide (sid)
Bakterisid, virusid, sporosid menunjukkan bahwa salah satu zat kimia yang mampu
membunuh mikroorganisme seperti bakteri, virus ataupun spora.
5. Statik
Bakteriostatik, fungistatik atau zat kimia yang berakhiran statik menunjukkan bahwa
salah satu jenis zat kimia yang dapat mencegah pertumbuhan organisme tetapi tidak
membunuh sporanya.
Sejarah (History)
● Penduduk bangsa Arab dalam mencegah infeksi mereka melakukannya dengan cara
membakar luka dengan logam yang membara. Namun dengan cara tersebut timbul
komplikasi berupa luka parut seumur hidup.
● Ambroise Pare merupakan salah satu dokter Perancis ahli bedah yang paling terkenal
dari zaman Renaisans Eropa. Pada saat Pare masuk militer, ahli bedah merawat luka
tembak dengan minyak mendidih karena luka tersebut yakini beracun. Pada suatu
kesempatan, ketika persediaan minyak pari habis, ia merawat luka dengan campuran
kuning telur minyak mawar dan terpentin. Dia menemukan bahwa luka yang dia rawat
dengan campuran ini sembuh lebih baik daripada yang dirawat dengan minyak
mendidih karena kuning telur merupakan anti bakteri yang mengandung enzim
lisosom.
Konsep Antisepsis:

● Ignatz Semmelweis (1816 - 1865) adalah seorang dokter Hongaria berketurunan


Jerman. Ia dikenal sebagai pelopor prosedur antiseptik. Ia telah dijuluki sebagai
"penyelamat ibu-ibu" karena ia telah menemukan bahwa kemungkinan terjadinya
demam puerperal dapat dikurangi secara drastis dengan melakukan desinfeksi tangan
di klinik obstetri. Demam puerperal sering terjadi di rumah sakit pada pertengahan
abad ke-19 dan sering kali berakibat fatal. Semmelweis mengusulkan agar dokter
mencuci tangan dengan larutan kapur yang terklorinasi. Usulan ini dikemukakan pada
tahun 1847 saat ia bekerja di Klinik Obstetri Pertama Rumah Sakit Umum Wina
karena di situ tingkat kematian di bangsal dokter tiga kali lebih tinggi daripada tingkat
kematian di bangsal bidan. Walaupun telah menerbitkan hasil yang menunjukkan
bahwa disinfeksi tangan mengurangi tingkat kematian hingga di bawah 1%,
pengamatan Semmelweis bertentangan dengan pendapat medis yang diterima pada
saat itu, sehingga komunitas kedokteran menolak gagasan ini.
● Joseph Lister ialah dokter bedah Inggris yang terkenal atas gagasannya mengenai
sterilisasi yang dilaksanakan sebelum operasi pembedahan, terilhami dari karya
terdahulu dari Ignaz Semmelweis. Tidak sampai setelah membaca temuan Louis
Pasteur , Joseph Lister memperkenalkan penggunaan asam karbolat sebagai antiseptik,
dan dengan demikian, mengurangi tingkat infeksi bedah.Sampai sekarang inovasi baru
terus bermunculan karena tidak ada cara sterilisasi yang ideal. Bahan kimia yang ideal
adalah bahan yang mampu membunuh organisme yang ada dalam waktu yang singkat
tanpa merusak bahan yang didesinfeksikan.
Faktor penentu efektivitas desinfektan kimiawi antara lain:
1. Space (rongga)
Dalam mendesinfeksi butuh ruang yang cukup antara seluruh permukaan alat kontak
yang di desinfeksi dengan dengan desinfektan. Desinfeksi tidak mungkin terjadi
kecuali larutan memiliki kontak langsung dan menyeluruh dengan semua permukaan,
sehingga diperlukan pembersih dan perendam total (singkirkan gelembung udara).
2. Germisida
Zat kimia untuk desinfektan sebaiknya bersifat membunuh.
3. Rentang kerja
Tidak semua desinfektan kimiawi menghancurkan jenis mikroorganisme yang sama.
Sehingga perlu diperhatikan patogen yang dijumpainya.
4. Ventilasi
Solusi untuk membunuh spora kuman yang bersifat mudah menguap yaitu dengan
memperhatikan ventilasinya.
5. Hindari netralisasi
Desinfeksi akan lebih efisien apabila dihindari dari netralisasi seperti air sadah,
plastik, karet, zat sisa organik dan banyak deterjen lainnya yang dapat menurunkan
efektivitas desinfektan kimiawi.
6. Waktu
Lamanya desinfeksi harus tepat dan alat jangan diangkat sebelum waktunya.
7. Kecepatan kerja
Kecepatan kerja sangat variatif, sebagian lebih cepat dibandingkan dengan yang
lainnya misalnya alkohol dan hipoklorit kerjanya sangat cepat dibandingkan
Glutaraldehid yang cara kerjanya cukup lambat.
8. Stabilitas
Larutan bisa rusak seiring dengan berjalannya waktu maka perlu periksa waktu
kadaluarsa dari zat kimia tersebut.
9. Hand Lotion
Sangat penting merawat tangan setelah berkontak dengan disinfektan atau
menggunakan sarung tangan.
10. Pengenceran
Dalam mengencerkan zat kimia harus sesuai dengan yang dianjurkan dan selalu dibuat
larutan baru. Pengeruhan dan pengendapan harus diganti dengan yang baru.
Konsentrasi larutan yang dibuat dibawah kekuatan yang dianjurkan kurang efektif,
sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi mengakibatkan pemborosan dan belum tentu
efektif, misal alkohol 200% untuk desinfeksi itu terlalu cepat menguap sehingga
menyebabkan pemborosan.
11. Biaya
Pemakaian yang tidak benar akan mengakibatkan pemborosan dan inefisiensi
inefisiensi. Misal: klorheksidin terlalu sempit untuk desinfektan lingkungan.
Antimikroba kimia
Merupakan suatu substansi (padat, cair dan gas) yang dicirikan oleh komposisi molekuler
yang pasti akan menyebabkan reaksi. Bahan antimikroba kimiadibedakan menjadi antiseptik
dan desinfektan.
Jenis - Jenis Bahan Antiseptik dan Desinfektan:
1. Antiseptik Kimia
Antiseptik kimia pada umumnya berupa isopropil alkohol sebesar 70% hingga 90%.
biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap. Pemilihan jenisnya tergantung
kebutuhan. Beberapa senyawa biasanya memiliki sifat cerita tipe atau mengganggu
namun pada faktanya kepekaan terhadap kulit semuanya bervariasi.
2. Alkohol
Alkohol merupakan bahan yang paling efektif dan diandalkan untuk digunakan sebagai
desinfeksi dan sterilisasi. Alkohol dapat menyebabkan terjadinya denaturasi protein
hingga mengalami dehidrasi pelarut lemak pada bakteri. Protein merupakan salah satu
penyusun dari bakteri dan berperan penting Dalam sel. sehingga apabila protein di
dalam sel mengalami denaturasi akan menyebabkan membran sel menjadi rusak dan
enzim inaktif hingga terjadi kematian terhadap bakteri.
Jenis alkohol yang bisa digunakan yaitu metanol, etanol, isopropilalkohol. Semakin
tinggi berat molekul maka daya bakterisida semakin meningkat. Namun jenis alkohol
yang banyak digunakan yaitu isopropil alkohol. Konsentrasi 70 sampai 80% isopropil
alkohol dalam air akan membunuh sel vegetatif tanpa sporanya dalam waktu 10 menit.
Alkohol bisa digunakan untuk desinfektan kulit dengan cara sendiri atau kombinasi.
Desinfektan kulit dengan hapusan cepat ini tidak dapat mensterilkan, namun hanya
mengurangi jumlah populasi dan mengurangi infeksi. Alkohol apabila digunakan pada
kulit akan cepat menguap, meninggalkan permukaan kering dan kurang menempuh
serat organik. Selain itu alkohol bisa dimasukkan ke dalam semprotan atau spray,
dimasukkan dalam kapas hapusan atau alkohol swab dan handrub (kombinasi dengan
emolien).
3. Halogen
Bahan desinfektan dan antiseptik senyawa ini meliputi senyawa klorin dan iodium, baik
organik maupun anorganik. bahan ini akan mengoksidasi protein yang menyebabkan
membran sel rusak dan enzim inaktif hingga terjadi pembunuhan terhadap bakteri.
a. Yodium
solusi yodium yang berada dalam air atau alkohol sangat aseptik terhadap kulit dan
bisa digunakan sebelum pembedahan Selain itu yodium sangat efektif untuk protozoa.
Konsentrasi yang tepat tidak akan mengganggu kulit. Akan tetapi, Tincture yodii (obat
antiseptik) dapat menyebabkan iritasi lokal ataupun kadang alergi.
b. klorin
Senyawa klorin yang paling aktif adalah asam hipoklorit. Mekanisme kerjanya
adalah menghambat oksidasi glukosa dalam sel mikroorganisme dengan cara
menghambat enzim-enzim yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat. Kelebihan
dari disinfektan ini adalah mudah digunakan, dan jenis mikroorganisme yang dapat
dibunuh dengan senyawa ini juga cukup luas, meliputi bakteri gram positif dan bakteri
gram negatif. Kelemahan dari disinfektan berbahan dasar klorin adalah dapat
menyebabkan korosi pada pH rendah (suasana asam), meskipun sebenarnya pH rendah
diperlukan untuk mencapai efektivitas optimum disinfektan ini. Klorin juga cepat
terinaktivasi jika terpapar senyawa organik tertentu
Di rumah sakit klorin digunakan sebagai desinfeksi ruangan, permukaan dan
alat non bedah. hipoklorit menghancurkan berbagai mikroorganisme dan efektif
terhadap virus hepatitis B dan HIV ( darah dan cairan tubuh: satu, 0%, pemakaian
lingkungan umum 0,01 persen). untuk merendam instrumen dan handskun diperlukan
larutan klorin 0,5% selama 10 sampai 15 menit.
Cara membuat larutan klorin:
Untuk membuat larutan klorin, yang pertama harus dilakukan adalah menentukan dulu
jenis konsentratnya.
Ada dua macam klorin:
1) Sediaan cairan “ Bayclin atau Sunclin” 5%
rumus: (Konsentrasi yang tersedia : Konsentrasi yang diinginkan) - 1
: (5:0,5) - 1 = 9
Artinya setiap 9 bagian air ditambahkan 1 bagian bayclin.
2) Sediaan bubuk kaporit 60%
Rumus: (Konsentrasi yang diinginkan : Konsentrasi yang tersedia) x 1000
: (0,5 : 60) x 1000 = 8,3 gr/liter
Untuk memudahkan, kita menggunakan “ sendok bebek”
1 Sendok Bebek = 25 gr
Jadi setiap satu sendok bebek ditambahkan tidak 3 liter air.
4. Fenol
Fenol merupakan bahan antibakteri yang cukup kuat dalam konsentrasi 1-2% dalam
air, umumnya dikenal dengan lisol dan kreolin. Fenol dapat diperoleh melalui distilasi
produk minyak bumi tertentu. Fenol bersifat toksik, stabil, tahan lama, berbau tidak
sedap, dan dapat menyebabkan iritasi, Mekanisme kerja senyawa ini adalah dengan
penghancuran dinding sel dan presipitasi (pengendapan) protein sel dari
mikroorganisme sehingga terjadi koagulasi dan kegagalan fungsi pada mikroorganisme
tersebut.
Fenol atau asam karbolat atau benzenol adalah zat kristal tak berwarna yang memiliki
bau khas. Rumus kimianya adalah C6H5OH dan strukturnya memiliki gugus hidroksil (-
OH) yang berikatan dengan cincin fenil. Fenol dan kresol memiliki kestabilan dalam
larutan, tidak mudah mengalami netralisasi, murah, menghancurkan berbagai
mikroorganisme (tidak virus ataupun spora). Paling cocok sebagai desinfektan
lingkungan. Heksaklorofen yang ditambahkan dengan sabun dapat dijadikan sebagai
desinfektan kulit. Caranya sangat efektif tetapi kerjanya lambat.
5. Peroksida
Hidrogen peroksida merupakan senyawa oksidator kuat yang dapat merusak dinding
virus dan mampu merusak material di dalamnya. Hidrogen peroksida adalah senyawa
kimia dengan rumus H2O2. Dalam bentuk murninya, ia berupa cairan bening berwarna
biru pucat, sedikit lebih kental daripada air. Hidrogen peroksida adalah peroksida paling
sederhana (senyawa dengan ikatan tunggal oksigen–oksigen). H2O2 digunakan sebagai
oksidator, zat pemutih, dan antiseptik. Hidrogen peroksida pekat, atau peroksida uji
tinggi, adalah spesies oksigen reaktif dan telah digunakan sebagai propelan roket. Sifat
kimianya didominasi oleh ketidakstabilan ikatan peroksidanya.
Ion logam pada sitoplasma sel selama pembentukan O2 di bentuk pula radikal
superoksida. Senyawa ini bereaksi dengan muatan negatif dalam protein yang
menyebab menyebabkan aktifnya enzim penting Mikroorganisme yang menyebabkan
bakteri menjadi mati. pada konsentrasi 0,3 - 6,0% dipakai untuk desinfeksi sedangkan
6,0 - 25% untuk sterilisasi. larutan 3% untuk mencuci dan mendesinfeksi luka karena
kuman Anaerob peka terhadap O2.
6. Klorheksidin
Klorheksidin adalah obat antiseptik untuk melawan infeksi akibat bakteri. Obat ini
tersedia dalam bermacam bentuk yaitu salep, larutan, dan obat kumur. Klorheksidin
efektif mengatasi berbagai manifestasi peradangan, seperti tonsilitis, radang
tenggorokan, stomatitis, dan radang gusi (gingivitis). Klorheksidin juga digunakan
untuk membersihkan luka pada kulit, sebelum prosedur operasi, dan sebelum
melakukan penyuntikan di daerah kulit.
Efek samping penggunaan klorheksidin adalah iritasi kulit (bila digunakan untuk
membersihkan luka), perubahan warna pada gigi, pembentukan tartar, dan reaksi alergi.
7. Aldehid
Jenis bahan ini dapat mengakibatkan denaturasi protein yang yang menyebabkan
bakteri menjadi mati larutan formaldehid 20% dalam alkohol 65 - 70% akan menjadi
steril apabila Alat direndam selama 18 jam. namun proses ini meninggalkan residu dan
alat harus dibilas sebelum digunakan.
Glutaraldehid menjadi efektif apabila ph-nya 7,5 atau lebih. Larutan 2% glutaraldehide
(cidex) digunakan sebagai dekontaminasi barang mahal dan presisi (alat serat optik).
Glutaraldehide (cidex) Dapat rusak oleh panas atau zat kimia yang lebih korosif.
8. Zat Warna
Beberapa zat warna memiliki sifat bakteriostatik yaitu menghambat pertumbuhan
mikroorganisme. Derivat akridin dan zat warna Ros anilin digunakan untuk mengobati
inferksi traktus urinarius. Derivat metil dari zat warna Ros anilin berwarna ungu kristal
yang berfungsi sebagai bakteriostatik bagi kuman gram positif, mengobati kondisi dan
vaginitis karena trichomonas. Daya kerja ini biasanya selektif terhadap bakteri gram
positif, walaupun beberapa khamir dan jamur telah dihambat atau dimatikan,
bergantung pada konsentrasi zat pewarna tersebut. Diperkirakan zat pewarna itu
berkombinasi dengan protein ataumengganggu mekanisme reproduksi sel. Selain violet
Kristal (bentuk kasar, violet gentian), zat pewarna lain yang digunakan
sebagaibakteriostatis adalah hijau malakhit dan hijau cemerlang.
9. Deterjen
Struktur yang berikatan dalam deterjen yaitu Air dengan molekul organik non polar
yang membentuk menjadi senyawa organik. Struktur yang berikatan memiliki dua ujung
yang berbeda yaitu ujung hidrofilik (sukar air) dan ujung hidrofobik (sukar lemak). Cara
deterjen dalam membunuh bakteri yaitu dengan merusak membran sitoplasma.
Komposisi deterjen antara lain surfaktan, builder, filler dan aditif.
10. Logam Berat
Garam dari beberapa logam berat seperti air raksa dan perak dalam jumlah yang kecil
saja dapat membunuh bakteri, yang disebut oligodinamik. Hal ini mudah sekali
ditunjukkan dengan suatu eksperimen. Namun garam dari logam berat itumudah
merusak kulit, makan alat-alat yang terbuat dari logam dan lagipula mahalharganya.
Meskipun demikian, orang masih biasa menggunakan merkuroklorida (sublimat)
sebagai desinfektan. Hanya untuk tubuh manusia lazimnya kita pakai merkurokrom,
metafen atau mertiolat.
11. Gas
Gas yang digunakan untuk mendesain vektor atau sterilisasi yaitu ETO
(Oksida Etilen). Gas ini akan membunuh sel eksplosif dan larut dalam air. Untuk
sterilisasi menggunakan gas ini membutuhkan kelarutan 12%, suhu 30 derajat Celcius
dan dalam waktu 12 jam. Kelemahan menggunakan bahan ini yaitu prosedur kerjanya
lambat, memakan waktu yang lama dan mahal. Sedangkan kelebihannya antara lain
mudah menebus plastik dan packing. Biasanya gas ini digunakan untuk mensterilkan
alat optik, kateter, komponen heath lung machine, arterila hearth valves, bantal kasur
dan spatu.
Jika formalin ( larutan formaldehid 37% dalam air) dipanaskan maka akan
melepaskan uap formaldehid sehingga dan infektan lebih efektif. Hal ini dilakukan
untuk mensterilkan alat dan bahan yang tercemar dengan spora atau mycobacterium TB.
Beta- propiolactone (BPL) cairan digunakan untuk mensterilkan vaksin dan jaringan,
BPL uap sebagai pensteril kuat, serta BPL uap relatif non Toxic BPL cair bersifat
karsinogenik.
Aturan penggunaan antimikroba kimia:
Menurut Department of Health Guidelines for The Control of Substances Hazardous to
Health aturan saat penggunaan antimikroba kimia antara lain:
1. Pemakaian Goggle, apron plastik, dan sarung tangan karet nitril.
2. Lingkungan kerja dengan ventilasi baik untuk menghindari penumpukan toksin dan
dianjurkan sistem penyedot.
3. Wadah selalu ditutup.
Kebijakan desinfektan di rumah sakit:
1. Deterjen untuk tujuan kebersihan umum
2. Fenolat digunakan untuk pemakaian lingkungan yang berat
3. Hipoklorit untuk situasi dimana dimungkinkan terjadinya pencemaran oleh darah
atau cairan tubuh.
4. Isopropanol 70% untuk membersihkan peralatan klinis yang secara fisik bersih.
5. Glutaraldehid untuk endoskop dan peralatan presisi lain.
Pengendalian fisik
Thermall Kill yaitu membunuh kuman dengan panas. Kelebihannya mudah, dipercaya,
relatif tidak mahal. Jenis - jenis Terminologi:
a. Thermal death point
Suhu dimana suatu suspensi organisme telah disterilkan dan setelah pemaparan selama
10’.
b. Thermal seath time
Waktu yang diperlukan bagi semua tertentu untuk mensterilkan suatu suspensi
organisme.
c. D value
Waktu yang diperlukan untuk membunuh 90% dari organisme dalam suatu suspensi
pada suatu suhu tertentu.
d. Z value
Jumlah derajat kenaikan suhu yang diperlukan untuk menurunkan D Value sampai
menjadi sepersepuluh nilai semula.
misalkan: spora basilus megaterium mempunyai D100 derajat Celcius = 1 menit,
dan D95 derajat Celcius = 10 menit, maka Z Value nya adalah 5, karena untuk
menurunkan D Value menjadi 1/10 (10 menit menjadi 1 menit), diperlukan kenaikan
suhu 5 derajat Celcius (95 - 100 derajat celcius)
Ada beberapa cara untuk mengendalikan jumlah mikroorganisme dengan proses fisik
antara lain sebagai berikut:
1. Pemanasan basah
Cara ini sangat efektif dalam Tindakan sterilisasi. proses ini mengakibatkan
terjadinya denaturasi protein terutama enzim dan membran sel sehingga terjadinya
perubahan kondisi fisik dari lemak sel yang dapat membunuh sel bakteri. salah
satu metode yang menggunakan pemanasan basah antara lain:
a. Otoklaf
Metode ini menggunakan up ayat disertai dengan tekanan dan mampu
menahan tekanan > 1 atm. dengan tekanan 1,5 ATM dan suhu 121 derajat
Celcius dengan waktu 10 sampai 12 menit dapat membuat semua
membentuk hidup dan sporanya mati.
b. Boiling
Pemanasan dengan cara merebus bahan yang akan disterilkan pada suhu
100 derajat Celcius selama 10 sampai 15 menit. Boiling dapat membunuh
sel vegetatif bakteri yang patogen maupun non patogen. Namun spora dan
beberapa virus masih dapat hidup. Biasanya dilakukan pada alat-alat
kedokteran gigi, alat suntik, pipet dan lain-lain
c. Pasteurisasi
proses pembusukan mikroba patogen dengan suhu terkendali berdasarkan
waktu kematian termal bagi tipe patogen yang paling resisten untuk
dibasmi. Dalam proses pasteurisasi yang terbunuh hanyalah bakteri
patogen dan bakteri penyebab kebusukan namun tidak pada bakteri
lainnya. pasteurisasi biasanya dilakukan untuk suhu, rum, anggur dan
makanan asam lainnya. Suhu pemanasan adalah 65 derajat Celsius selama
30 menit. Contoh: Mycobacterium Tuberkulosis mati pada suhu 10 derajat
Celcius. Clostridium Botulinum mati pada 100 derajat Celcius dalam
waktu 4 sampai 20 menit. Cara ini lebih menguntungkan karena
perubahan rasa lebih kecil, membunuh mikroorganisme tahan panas lebih
baik, waktu lebih cepat sehingga untuk sterilisasi produksi makanan lebih
menguntungkan.
2. Pemanasan kering
Metode ini dalam membunuh bakteri dilakukan dengan cara mengoksidasi
komponen sel bakteri. Metode yang dilakukan yaitu:
a. Incineration
Incineration merupakan pembakaran sterilisasi dengan panas tinggi diatas 1000
derajat Celcius. Menghancurkan bahan infektif berbahaya misalnya jarum
sampel, material kultur bangkai binatang percobaan, perban luka dan
sebagainya sehingga bahan dan wadahnya hancur jadi abu.

b. Hot air sterilization


Cara sterilisasi dengan menggunakan udara panas kering titik metode ini
menggunakan alat berupa oven dimana didalam udaranya dipanaskan dengan
suhu 160 derajat Celcius hingga 180 derajat Celcius dengan waktu selama 1-
2/2 - 4 jam. Bentuk vegetatif bakteri akan terbunuh pada suhu 100 derajat
Celcius selama 60 menit spora jamur pada suhu 115 derajat Celcius dan spora
bakteri pada suhu 120 - 160 derajat Celcius. metode ini dilakukan untuk
mensterilkan alat-alat gelas, bahan minyak, kristal atau tepung yang rusak
dengan uap, dan alat logam yang korosif bila menggunakan uap. Metode ini
kurang cocok untuk mensterilkan plastik, kain atau kertas.
3. Radiasi
Radiasi ionisasi digunakan untuk mensterilkan alat-alat berupa bahan plastic
seperti kateter, plastic spuit injeksi, atau sarung tangan sebelum digunakan.
Contoh radiasi ionisasi adalah metode pada penggunaan microwave yaitu dengan
menggunakan panjang gelombang pendek dan sinar gamma high energy. Panjang
gelombang pembunuh: 220 - 290 nm, namun yang paling efektif yaitu 253,7 nm.
4. Filtrasi
Metode yang dilakukan dengan cara mengalirkan gas atau cairan kepada suatu
bahan penyaring yang memiliki pori cukup kecil untuk menahan organisme
dengan ukuran tertentu. Ringan menjadi tercemar namun cairan atau gas yang
melaluinya menjadi steril. Metode ini dilengkapi oleh alat tertentu yang bisa
mengabsorpsi. Pada umumnya filtrasi ini tidak dapat menahan virus hanya bisa
mensterilkan substansi yang peka terhadap panas misalkan serum, solusi enzim,
toksin kuman, ekstrak sel dan lain-lain.
Filtrasi ini dapat menyaring cairan dan menyaring udara. Berikut alat untuk
menyaring cairan:
a. Saringan Seitz (Penyaring dari asbestos)
b. Saringan Berkefeld (penyaring dari tanah diatome)
c. Saringan Chamberland (penyaring dari perselen)
d. Fritted Glass Filter (penyaring dari serbuk gelas)
Sedangkan alat untuk menyaring udara yaitu:
a. Kapas, Digunakan untuk menjaga alat yang sudah steril agar tidak tercemar
seperti tabung dan labu. meskipun mudah tembus udara namun bisa menahan
mikroorganisme karena kuman tidak bisa masuk apabila kapas dalam keadaan
kering.
b. HEPA (High Efficiency Particulate Air Filter), menyaring udara berisikan
partikel.
c. Lminar Flow Bench, digunakan untuk pembenihan. apabila sudah kadaluarsa
maka harus ganti yang baru.

Obat Antimikroba
Obat yang memiliki kemampuan mempengaruhi banyaknya jenis mikroba. Jenis obat
antimikroba ada 2, antara lain:
1. Spektrum Luas
Mempengaruhi bakteri positif dan gram negatif serta beberapa jenis mikroba lainnya
misalnya kloramfenikol, ampisilin, tetrasiklin dan sulfonamid. Penggunaan
antimikroba berspektrum luas yang kurang tepat dapat menyebabkan superinfeksi.
Superinfeksi merupakan keadaan dimana mikroba flora normal tumbuh berlebihan dan
menjadi patogen oportunistik. Contohnya yaitu superinfeksi oleh Candida albicans,
karena fungi ini tidak sensitif terhadap antibiotika.
2. Spektrum Sempit
Mempengaruhi beberapa jenis mikroba misalnya penisilin G hanya efektif terhadap
bakteri gram positif.
Sifat obat antimikroba yang baik antara lain:
1. Menghambat atau membunuh patogen tanpa merusak hospes.
2. Bersifat bakterisidal dan bukan bakteri Static.
3. Tidak menyebabkan resistensi pada kuman.
4. Berspektrum luas.
5. Tidak bersifat anorganik atau tidak menimbulkan efek samping bila digunakan dalam
jangka waktu yang lama.
6. Tetap aktif dalam plasma cairan tubuh atau eksudat.
7. Ldi dalam air dan stabil.
8. Kadar bakterisidal di dalam tubuh cepat tercapai dan bertahan untuk waktu lama.

Anda mungkin juga menyukai