Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KANA’WAAHWATUHA
Makalah ini di ajukan sebagai tugas terstuktur
Pada mata kuliah B.Arab
Dosen Pengampu:
Muhammad Ridwan Fauzi,S.Hum.,M.Pd.

Disusun Oleh:
Nisa Aqila
Susanti

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM(A)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM SYAMSUL’ULUM
SUKABUMI
2020
KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah menciptakan hati
manusia dengan fitrah yang baik. Shalawat serta salaam semoga senantiasa
tercurah limpahkan kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad Saw,
kepada keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umat yang mengikutinya
hingga akhir zaman.

Alhamdulillah akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada


waktunya. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah
Kebudayaan Islam. Makalah ini dapat terselesaikan dengan baik berkat
bantuan dan dukungan pihak-pihak internal maupun eksternal.

Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena


itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya bagi para mahasiswa.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Sukabumi, 13 maret 2020

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang.............................................................................................1
B.Rumusan Masalah........................................................................................1
C.Tujuan..........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Kaana.........................................................................................2
B.Kaana dan Saudara-saudaranya...................................................................2
C.Macam-macam Kaana dan Saudaranya.......................................................3
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan..................................................................................................5
B.Saran............................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

 A. Latar Belakang 
     Ilmu nahwu merupakan salah satu ilmu alat yang bisa memahamkan kita
dalam berbahasa arab serta memahami al-Quran dan Hadits yang menjadi
pedoman umat islam di dunia. Serta dapat memahamkan kita dalam mengkaji
kitab-kitab karangan para ulama pada zaman dahulu maupun sekarang. Ilmu
nahwu dan shorof kalau kita ibaratkan bagaikan perahu dan dayung yang kita
gunakan untuk menuju ke sebuah pulau yang indah. Tanpa dayung dan perahu
tersebut kita tidak akan dapat menuju ke sebuah pulau tersebut, sama halnya
apabila kita tidak tahu tentang ilmu alat (nahwu dan shorof) kita tidak akan bisa
memahami al-Quran dan Hadits secara baik dan benar. Maka dari itu ilmu alat
mempunyai peran yang sangat penting sekali bagi kita semua sebagai media untuk
memahamkan kita mempelajari konteks arab. Dalam makalah ini akan dijelaskan
sebagian kecil dari ilmu nahwu, yaitu tentang Kaana dan Saudara-saudaranya.
 B. Rumusan Masalah
 1. Apakah pengertian Kaana dan Akhwatnya? 
 2. Bagaimana penggunaan Kaana dan Saudara-saudaranya?
 3. Bagaimanakah pengertian Kaana Taam dan Kaana Naqhis? 
 C. Tujuan Penulisan Makalah 
 1. Dapat mengetahui pengertian Kaana dan Akhwatnya
 2. Dapat mengetahui penggunaan Kaana dan Saudara-saudaranya
 3. Dapat mengetahui pengertian Kaana Taam dan Kaana Naqhis

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kaana
   Kaana dan Saudaranya berfungsi merafa’kan mubtada yang sekaligus
sebagai isim kaana dan menashabkan khabar yang sekaligus menjadi khabar
kaana. 
Contoh : ‫( َكانَ ُم َّح َّم ٌد َجا لِسًا‬Muhammad duduk) 
B. Kaana dan Saudara-saudaranya
 ‫ار‬
َ ‫ص‬َ ‫ض َحى َوظَ َّل َوبَاتَ َو‬ ْ َ‫صبَ َح َوا‬
ْ َ‫س َوا‬ َ ‫ب ا ْل َخبَ َر َو ِهى َكانَ اَ ْم‬ ُ ‫ص‬ِ ‫سم َوتَ ْن‬ ِ ‫اخ َوا تُ َها فَاِنَّ َها ت َْرفَ ُعاِال‬
َ ‫فَا َ َما َكانَ َو‬
‫صبِ ُح‬ْ ُ‫صبَ َح ي‬ َ َ ‫س َو َمازاَ َل َو َما ْنفَكَ َو َما فَتِ َئ َو َما بَ ِر َح َو َمادَا َم َو َما ـ‬
ْ َ‫صرَّفَ ِم ْن َها نَ ْح ُو َكانَ َويَك ُونُ َو ُكنْ َوا‬ َ ‫َولَ ْي‬
ْ َ‫صا َو َما أ‬
َ‫شبَهَ َذلِك‬ َ ‫صبِ ْح تَقُو ُل كاَنَ زَ ْي ُد قَا ئِ ًماولَ ْي‬
ً ‫س َع ْم ٌر َوشَا ِخ‬ ْ َ‫ َوا‬. 
Adapun kaana dan saudara-saudaranya berfungsi merafa’kan isimnya dan
َ ‫( اَ ْم‬Waktu sore), ‫بَ َح‬L‫ص‬
menashabkan khabarnya, yaitu : َ‫ان‬LL‫( َك‬adalah/keadaan), ‫س‬ ْ َ‫ا‬
(waktu pagi), ‫( اَضْ َحى‬waktu dhuha), ‫( ظَ َّل‬waktu siang hari), َ‫( بَات‬waktu malam hari),
‫صار‬
َ (menjadikan), ‫ْس‬ َ ‫( لَي‬meniadakan) ‫ر َح‬L َ َ‫( َو َمازاَ َل َو َما ْنف‬tidak terputus-
ِ Lَ‫ا ب‬LL‫ا فَتِ َئ َو َم‬LL‫ك َو َم‬
putus), ‫ادَا َم‬LL‫( َم‬tetap dan terus menerus), dan lafazh-lafazh yang bisa di tashrif
darinya, misalnya: ‫ َواَصْ بِحْ َكانَ َويَك ُونُ َو ُك ْن َواَصْ بَ َح يُصْ بِ ُح‬contoh: ‫( كاَنَ َز ْي ُد قَا ئِ ًما‬adalah Zaid
َ ‫( لَي‬tiadalah Amr menampakan diri). 
berdiri) dan ‫ْس َع ْم ٌر َو َشا ِخصًا‬
Adapun saudara-saudara Kaana antara lain : 
Menggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada siang hari. Siang hari zaid
puasa ‫صائِ ًما ظَ َّل‬
َ ‫ َز ْي ٌد‬Menggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada malam
hari. Malam hari zaid sahur ‫ بَاتَ زَ ْي ٌد َسا ِهرًا‬Menggambarkan hal yang diberitakan itu
terjadi pada waktu dhuha. Waktu dhuha zaid pergi ‫ اَضْ َحى َز ْي ٌد َذا ِهبًا‬Menggambarkan
hal yang diberitakan itu terjadi pada waktu subuh.
‫اَصْ بَ َح ْالبَرْ ُد َش ِد ْيدًا‬ 
Waktu shubuh dingin sekali
Menggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada sore hari. Sore hari
ِ ‫ اَ ْم َسى َز ْي ٌد َر‬Menggambarkan hal yang diberitakan itu terjadi pada
zaid pulang ‫اجعًا‬
siang hari.
Zaid menjadi orang yang alim ‫صا َر زَ ْي ٌد َعاِل ًما‬ 
َ
Bermakna bukan atau tidak Zaid bukan dokter ‫ْس زَ ْي ٌد طَبِ ْيبًا‬
َ ‫لَي‬ 

2
Bermakna senantiasa atau masih Zaid masih berdiri ‫َما َزا َل َز ْي ٌد قَائِ ًما‬
َ ‫ َمابَ ِر َح زَ ْي ٌد‬ 
Bermakna senantiasa atau masih Zaid masih puasa ‫صائِ ًما‬
Bermakna senantiasa atau masih Zaid masih di mesjid ‫ َمافَتِ َئ َز ْي ٌد فِى ْال َمس ِْج ِد‬ 
Bermakna senantiasa atau masih Zaid masih bermuqim ‫ َمابَ ِر َح زَ ْي ٌد ُمقِ ْي ًما‬ 
Bermakna tetap dan terus menerus. 
ِ ‫اَ ْع ِط َما ُد ْمتَ ُم‬ 
Berilah selagi kamu masih tetap memperoleh dirham ‫ص ْيبًا ِدرْ هَ َما‬
C. Macam-macam Kaana dan Saudaranya
   Kaana dan saudaranya semuanya adalah kalimah fi’il dan dapat dibedakan
menjadi tiga macam : 
1. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi, mudhari, dan amar, yaitu : ,‫ ظَ َل‬,‫صا َر‬
َ
َ‫ َكان‬,‫ اَصْ بً َح‬,‫ اَ ْم َسا‬, َ‫بَا ت‬.
2. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi dan mudhari, yaitu : ‫ َو َما‬. َ‫ َما ْنفَك‬, ‫َمازاَ َل‬
‫ َما بَ ِر َح‬,‫فَتِ َئ‬.
َ ‫ لَي‬, dan ‫ َو َمادَا َم‬ 
3. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi saja ‫ْس‬
Kaana apabila mudhari; dan i’robnya jazm maka harf nun-nya boleh di
buang. 
Contoh : ‫ك ظَا لِ ًما‬
ُ َ‫الَ تَ ُك ْن ظَا لِ ًما الَ ت‬ 
Khabar kaana dan saudaranya sering ditambah dengan harf jat ba’ ( ‫) ْالبَا ُء‬. 
Ada lagi fi’il yang fungsinya sama dengan kaana dan saudaranya, antara lain :
a. Fi’il muqarobah, yaitu fi’il yang menunjukan dekat atau hampir terjadinya
َ LL‫ اَوْ َش‬Contoh : ‫رًا‬L ‫وْ نَ ُك ْف‬LL‫ ُر أَ ْن يَ ُك‬L ‫ا َد الفَ ْق‬LL‫( َك‬hampir saja
khabar, seperti ‫اد‬LL‫ َك‬dan ‫ك‬
kekafiran merubah kekufuran) ‫( َواَوْ َش ْكتَ ال َحرْ بُ أَ ْن تَ ْنتَهى‬Perang Hampir Selesai) 
b. Af’alur raja’, yaitu fi’il yang menunjukkan harapan akan terjadinya khabar,
fi’il ini antara lain: ‫َس‬ ُ ْ‫ َح َرى ال ُم َعلِّ ُم أَ ْن يَح‬ ‫( َج َرى‬mudah-mudahan bapak
َ ‫ ع‬dan ‫ َر‬L‫ض‬
guru segera datang) 
c. Af’ alus syuru’, yatu fi’il yang menunjukkan dimulainya pekerjaan 
Contoh:  
‫س‬َ ْ‫َب ال َد ر‬ َ ‫( َج َع َل التَ ِم ُذ يَ ْكت‬Pelajar itu mulai menulis pelajaran)
  َ‫( اَخَ َذ ُم َح َّم ٌد يَ ْق َرأٌالقُرْ أن‬Muhammad mulai membaca Al-Qur’an) 

3
   Kaana dan saudaranya yang mempunyai isim dan khabar seperti
pembahasan tersebut di atas, disebut fi’il naqis. Akan tetapi kaana dan saudaranya
َ ‫ لَي‬,‫ا فَتِئ‬LL‫ َم‬. ‫ ) َمازاَ َل‬yang tidak mempunyai isim dan khabar, dan hanya
kecuali (‫ْس‬
memiliki fai’l, maka dalam hal ini disebut fi’il tam, 
ْ ‫ْث يَ ُكوْ نُ ُذوْ ِع‬
 ‫أل ِم‬ ُ ‫( َسأ َ ْدهَبُ ِألَى َحي‬saya akan pergi ke mana saja tempat yang ada orang
yang mempunyai ilmu) 

4
BAB III
PENUTUP

 A. Kesimpulan 
   Kaana dan saudaranya berfungsi merafa’kan mubtada yang sekaligus
sebagai isim kaana dan menashabkan khabar yang sekaligus menjadi khabar
kaana. Kaana dan saudaranya semuanya adalah kalimah fi’il dan dapat dibedakan
menjadi tiga macam:
1. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi, mudhari, dan amar, yaitu : ,‫ ظَ َل‬,‫صا َر‬
َ
َ‫ َكان‬,‫ اَصْ بً َح‬,‫ اَ ْم َسا‬, َ‫ بَا ت‬.
2. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi dan mudhari, yaitu : ‫ َو َما‬. َ‫ َما ْنفَك‬, ‫َمازاَ َل‬
6 ‫ َما بَ ِر َح‬,‫فَتِ َئ‬. 
َ ‫ لَي‬, dan ‫ َو َمادَا َم‬ 
3. Fi’il-fi’il yang mempunyai bentuk madhi saja ‫ْس‬
Kaana dan saudaranya yang mempunyai isim dan khabar disebut fi’il
َ ‫ لَي‬,‫ َما فَتِئ‬. ‫ ) َمازاَ َل‬yang tidak
naqis. Akan tetapi kaana dan saudaranya kecuali ( ‫ْس‬
mempunyai isim dan khabar, dan hanya memiliki fai’l, maka dalam hal ini disebut
fi’il tam, 
B. Saran 
    Dengan mempelajari pembahasan kaana wa akhowatuhu, semoga kita
dapat mengaplikasikan berbahasa arab yang baik dan benar, 

5
6
DAFTAR PUSTAKA
Sukamto Imanuddin, Akhmad Munawari, (2007) Tata Bahasa Arab Sistematis,
Yogyakarta: Nurma Media Idea
Anwar, Moch, (1972T) tarjamah Matan Alfiyah, Bandung: Alma’arif

Anda mungkin juga menyukai