Anda di halaman 1dari 8

ESSAY

REAKSI FUSI BERBANTUKAN REAKSI FISI SEBAGAI PEMBANGKIT


LISTRIK NASIONAL

Disusun Oleh :

Faizhal Dimas Leksono

TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2018
kelistrikan merupakan bagian vital dari suatu negara. Meskipun memiliki
peran penting, pembangunan sektor ini di Indonesia relatif masih terbelakang.
Akibatnya, tingkat ketersediaan tenaga listrik relatif masih terbatas dibandingkan
dengan tingkat kebutuhannya. Misalnya, sampai dengan akhir tahun 2011, tingkat
elektrifikasi Indonesia baru mencapai 71,2%, lebih rendah di bandingkan dengan
beberapa negara ASEAN, seperti Singapura (100%) ataupun Malaysia dan Brunei
(85%). Ini berarti bahwa secara nasional 30 ada sekitar 28,8% masyarakat yang
sama sekali belum memiliki akses untuk menikmati tenaga listrik. Di wilayah
timur Indonesia, bahkan banyak daerah yang tingkat elektrifikasinya masih jauh
di bawah 50%, seperti NTT dengan tingkat elektrifikasi baru mencapai 34,5%
Dengan berbagai masalah dalam bidang kelistrikan pemerintah telah
berupaya mencari solusi untuk mengatasi masalah listrik tersebut. Proyek
pemerintah dalam mengatasi ketersediaan listrik adalah membangun proyek
35000 MW. Berdasarkan data PLN dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik (RUPTL) 2017-2026, pembangunan proyek listrik tahun ini mencapai 35
ribu Mega Watt (MW). Proyek ini tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Wilayah Jawa-Bali mendapatkan porsi pembangunan terbesar yakni mencapai 21
ribu MW. Sedangkan kapasitas paling kecil berada di wilayah Papua sebesar 969
MW. Proyek-proyek tersebut akan melalui beberapa tahapan, yakni perencanaan,
pengadaan, kontrak, konstruksi, dan terakhir operasi. Nantinya, porsi pembangkit
berbahan bakar batubara akan naik tipis menjadi 50,4 persen dari posisi
sebelumnya 50,3 persen dari total energi di Tanah.
Dalam proyek 35000 MW bahan bakar fosil digunakan secara besar
besaran tetapi berdasarkan rasio cadangan produksi sumber energi fosil, potensi
pemanfaatan batubara merupakan yang paling tinggi, yaitu sekitar 75 tahun lagi
akan habis, sedangkan potensi gas masih dapat bertahan sampai hampir 33 tahun
lagi. Minyak merupakan sumber energi fosil yang potensinya paling kecil, yaitu
masih dapat dimanfaatkan hanya sekitar 12 tahun lagi, bila tidak ditemukan
cadangan baru.
Telah disebutkan bahwa bahan bakar fosil akan habis dalam beberapa
tahun kedepan tetapi kenyataannya pembangkit listrik yang mendominasi adalah
pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Uap yang dimanfaatkan oleh PLTU
dihasilkan melalui pembakaran oleh bahan bakar fosil seperti batubara dan
minyak bumi. Tentu saja pembakaran tersebut juga akan menghasilkan polusi
baik air maupun udara. Pembakaran menggunakan bahan bakar fosil
membutuhkan bahan baku yang cukup besar unutk menghasilkan energi yang
besar pula. PLTU merupakan industri yang paling banyak menggunakan batubara.
Tercatat dari seluruh konsumsi batubara dalam negeri pada 2016 sebesar 90,78
juta ton, sebanyak 69,00 juta ton atau 76% di antaranya digunakan oleh PLTU,
baik milik perusahaan negara (PLN) maupun yang dikelola swasta, yaitu
Indonesia Power Producer (IPP). Saat ini ada 10 PLTU dengan total kapasitas
sebesar 7.550 MW. Hal tersebut akan mengarah kepada eksploitasi sumber daya
alam karena penggunaan bahan bakar fosil yang berlebihan.
Eksploitasi yang disebabkan oleh Pembangkit Listrik Tenaga Uap
(PLTU) akan mengarah kepada kerusakan alam, maka diperlukan adanya solusi
untuk mencari pembangkit listrik yang lebih efektif dan berdampak lebih baik.
Solusinya adalah dengan menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
(PLTN). Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) energi fusi diharapkan
menjadi solusi yang sangat tepat untuk menjawab segala permasalaan tenantang
energi dimasa depan. Energi yang dihasilkan oleh rekasi fusi lebih besar
dibanding reaksi fisi dan lebih bersih. Memanfaatkan reaksi fusi sebagai
pembangkit listrik dapat mengurangi polusi udara, tidak menyebabkan eksploitasi
sumber daya alam, dan tidak menghasilkan limbah radioaktif sehingga lebih
ramah lingkungan.
Tujuan penulisan ini adalah mengusung konsep reaksi fusi sebagai
sumber energi dan mengidentifikasi energi yang dihasilkan melalui reaksi fusi dan
energi yang dihasilkan oleh bahan bakar fosil
Reaksi fusi adalah reaksi penggabugan dua inti atom yang ringan
menjadi inti atom yang lebih berat yang disertai pelepasan energi yang sangat
besar. Reaksi fusi menggunakan dua inti bermuatan positif sehingga muncul gaya
tolak menolak antar dua partikel. Ledakan fusi pertama yang terjadi di Bumi
terjadi pada tahun 1952 saat uji coba bom termonuklir oleh US. Sejak saat itu
banyak negara berlomba lomba untuk dapat memanfaatkan reaksi fusi sebagai
sumber energi seperi yang terjadi di matahari. hingga saat ini Negara yang sudah
membangun reaktor fusi adalah Amerika Serikat, China, Jepang, Jerman, Swedia,
dan Rusia. Dalam buku yang berjudul Fundamentals in Nuclear Physics: From
Nuclear Structure to Cosmology, terdapat 3 elemen penting dalam reaktor fusi.
1. Plasma terbatas yang mengandung ion bermuatan positif (umumnya 2H dan 3H)
dan elektron untuk menjaga netralitas.
2. Injektor energi untuk membuat dan mempertahankan suhu tinggi.
3. Mekanisme pemulihan energi yang mengumpulkan energi dari pelepasan fusi
yang dihasilkan neutron dan foton termal.
Plasma yang terbentuk merupakan masalah dalam mendapatkan rekasi
fusi karena suhunya yang sangat tinggi. Reaksi fusi menggabungkan dua inti
bermuatan positif sehingga muncul gaya tolak menolak antar dua partikel.
Diperlukan energi unutk melawan gaya tolak coloumb tersebut. Energi yang
dilepaskan saat fisi dapat digunakan untuk melawan gaya tolak coloumb. Energi
fisi yang dihasilkan dari penembakan uranium oleh neutron sekitar 4.8 MeV .
Konversi energi menjadi suhu di hubungkan oleh konstanta Boltzmann yang
besarnya 8,6 x 10-5 eVK-1. Untuk energi 4,8 MeV akan menghasilkan suhu sebesar
5,6 x 1010 K. Suhu ini lebih tinggi dari suhu inti bintang yaitu sekitar 108 K
sehingga memungkinkan untuk terjadinya reaksi fusi. Dengan suhu yang melebihi
suhu inti sebuah bintang tidak mungkin ada material yang mampu menahan panas
tersebut, sehingga diperlukan cara supaya reaksi dapat berjalan tanpa harus
menyentuh dinding reaktor. Suhu yang sangat tinggi menyebabkan gas berubah
menjadi plasma panas. Plasma secara singkat adalah gas yang terionisasi sehingga
elektronnya terlepas dan memiliki inti bermuatan positif dan elektron bebas.
Muatan negatif elektron dan muatan positif nukleus lah yang menyebabkan
plasma dipengaruhi medan magnet. Supaya plasma tidak melakukan kontak
dengan dinding reaktor adalah dengan menahannya menggunakan kurungan
magnet (Magnetic confinement). Dengan adanya plasma panas akan
meningkatnya energi kinetik partikel sehingga reaksi fusi dapat berjalan.
Konsep pembangkit listrik dengan reaksi fusi menggunakan dua inti
ringan deuterium dan tritium sama seperti PLTU yang menggunakan uap untuk
menggerakkan turbin namun bedanya terdapat di bahan bakar reaktornya. Reaktor
berisi pellet uranium yang nantinya akan digunakan sebagai pemanas. Didalam
reaktor diinjeksikan gas deuterium dan gas tritium. Untuk menghasilkan 1 GW
maka dibutuhkan 100kg 2H (Deuterium) dan 150kg 3H (Tritium). Densitas
deuterium adalah 0,180 Kgm-3 maka volume yang dibutuhkan untuk mendapat
100 kg deuterium adalah 555,56 m3. Densitas tritium adalah 0,2705 Kgm-3 maka
volume yang dibutuhkan untuk mendapat 150 Kg tritium adalah 554,53 m3.
Ketika uranium pellet ditembak oleh neutron maka akan terpecah menjadi dua inti
yang lebih ringan dan melepaskan energi. Energi yang dilepaskan akan
meningkatkan suhu, peningkatan suhu yang ekstrim akan mengubah gas menjadi
plasma panas. Plasma panas ini akan meningkatkan energi kinetik dari deuterium
dan tritium sehingga dapat melawan gaya tolak coloumb yang terjadi.
Penggabungan atau fusi dari deuterium dan tritium akan menghasilkan energi
panas pada plasma. Plasma ditahan di dalam reaktor menggunakan kurungan
magnet (Magnetic confinement). Kurungan ini berfungsi untuk menahan plasma
supaya tidak menyentuh dinding reaktor. Plasma yang terkurung dalam reaktor
dilewatkan oleh cairan pendingin cairan pendingin ini akan berubah menjadi uap
panas bertekanan yang akan menggerakan turbin, gerakan turbin menggerakkan
generator dan menghasilkan listrik.
Pengelolaan limbah nuklir dari reaktor nuklir fisi merupakan masalah
yang sering diperdebatkan kelompok anti nuklir. Limbah radioaktif harus
dikucilkan selama 10.000 tahun sebelum semua radioaktifnya terurai ke
tingkattingkat yang aman. Menurut kelompok tersebut, beberapa limbah akan
terus radioaktif sampai ratusan ribu tahun. Kenyataannya, banyak ilmuwan yakin
bahwa pemecahan-pemecahan teknis yang layak itu ada. Sengketa untuk
mengelola limbah radioaktif ini mempertentangkan ilmuwan yang ingin
“memecahkan” masalah itu, melawan ilmuwan yang bertekad membuktikan
bahwa masalah itu tidak terpecahkan. Akan tetapi pengelolaan limbah radioaktif
yang berbahaya ini sudah dapat diatasi dengan banyak metode yang mutakhir.
Kebanyakan departemen energi nuklir di beberapa negara berusaha mengemas
limbah atau zat bekas pakai, yakni butir-butir uranium, logam-logam berat, dan
bahan-bahan bekas teknologi tinggi lainnya ke dalam suatu dinding beton atau
timbal untuk mencegah percampuran limbah dengan air, lalu menguburnya dalam
lubang-lubang yang dibuat berlapis-lapis dan bebatuan jauh di bawah tanah.
Dimasa yang akan datang penggunaan reaksi fusi sebagai sumber energi
akan benar benar menggantikan bahan bakar fosil yang selama ini kita gunakan.
Gagasan yang saat ini adalah memanfaatkan reaksi fusi berbantukan reaksi fisi.
Reaksi fisi menggunakan isotop fisil uranium-235 masih menghasilkan limbah
radioaktif. Kondisi ini dapat dijadikan gagasan baru dimasa depan untuk
memanfaatkan limbah radioaktif menjadi energi. Pemanfaatan limbah radioaktf
menjadi energi dapat dijadikan solusi untuk masa depan jika reaksi fusi dan fisi
tidak dapat dimanfaatkan lagi.
Pembangkit listrik menggunakan reaksi fusi bukan hal yang mudah untuk
dilakukan namun bukan juga hal yang mustahil. Supaya proyek pembangkit listik
energi fusi dapat direalisasikan dibutuhkan peran aktif dari pihak-pihak berikut :
1. Multi-stakeholder
Sebagai pemangku kebijakan dan pengambil keputusan, peran
pemerintah sangatlah vital. Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral perlu
menyusun rencana strategis dalam konsep pemangkit listrik menggunakan
reaksi fusi. Diperlukan juga bantuan dari lembaga-lembaga nuklir seperti
BATAN, BAPETEN, dan lain sebagainya untuk mengawal terlaksananya
program dengan baik.
2. Pakar Teknologi
Perancangan pembangkit listrik menggunakan reaksi fusi pengganti
bahan bakar fosil bukan lah suatu hal yang mudah untuk dilakukan. Merancang
reaktor fusi bukan hanya sekedar mendesain namun juga memikirkan
perawatan dan hal-hal tak terduga yang mungkin terjadi pada reaktor tersebut.
Maka dari itu dibutuhkan orang orang yang ahli dibidangnya masing masing
sehigga setiap permasalahan yang terjadi dapat ditangani dengan tepat
sehingga tidak menimbulkan masalah pada reaktor.
3. Investor
Mendirikan reaktor fusi sebagai pembangkit listrik memerlukan
teknologi canggih dengan biaya yang tidak sedikit sehingga diperluakan
adanya investor supaya proyek pembangkit listrik menggunakan reaksi fusi
dapat berjalan dengan lancar tanpa adanya hambatan biaya.
Proyek pembangkit listrik energi fusi juga perlu langkah yang jelas
supaya dapat berjalan dengan lancar. Pembangkit listirk tenaga fusi nantinya dapat
menjadi solusi terhadap bahan bakar fosil yang semakin menipis kesediaannya.
Berikut adalah langkah langkah implementasi proyek pembangkit listrik
menggunakan reaksi fusi :
1. Analisis masalah dalam pembangunan proyek pembangkit listrik menggunakan
rekasi fusi
2. Penyusunan gagasan dan strategi berjangka panjang untuk proyek pembangkit
listrik menggunakan rekasi fusi dibuat
3. Penyusunan tim yang independen di setiap bidangnya masing-masing untuk
melaksanakan program
4. Penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP) Tata Kelola oleh tim terpilih
5. Pengajuan Proyek dan Diplomasi kepada Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral
6. Pembangunan Proyek pembangkit listrik menggunakan reaksi fusi sebagai
solusi untuk menggantikan bahan bakar fosil dengan menggunakan bantuan
reaktor fisi
7. Peresmian dan sosialisasi pembangkit listrik menggunakan rekasi fusi sebagai
pengganti bahan bakar fosil kepada masyarakat
8. Sosialisasi dan pemakaian pembangkit listrik menggunakan rekasi fusi ke
perusahan-perusahaan
Pembangkit listrik dengan menggunakan bahan bakar fosil dinilai terlalu
mencemari lingkungan karena emisi yang dikeluarkannya. Emisi yang
dikeluarkan dapat menyebabkan efek rumah kaca dan hujan asam. solusi unutuk
mengatasi masalah tersebut adalah membangun pembangit listrik menggunakan
reaksi fusi berbantukan reaksi fisi. Energi yang dihasilkan reaksi fusi dapat
dingunakan untuk menggantikan bahan bakar fosil yang digunakan selama ini.
Dengan adanya pembangkit listrik yang menggunakan reaksi fusi
memiliki banyak kelebihan salah satunya adalah tidak menghasilkan gas
berbahaya seperti gas efek rumah kaca dan hujan asam. Hasil rekasi fusi adalah
helium, gas inert yang tidak berbahaya. Unsur yang digunakan untuk rekasi fusi
tersedia banyak di alam sehingga tidak menimbulkan eksploitasi sumberaya alam.
Dampak yang diperoleh dari penggunaan pembangkit listrik ini adalah mulai
berkurangnya konsentrasi CO2. Dampak lain yang diperoleh dari penggunaan
reaksi fusi sebagai pembangit listrik adalah dinding reaktor yang digunakan untuk
mengurung plasma menjadi radioaktif karena dihujani oleh pertikel bermuatan
seperti neutron. Namun dampak ini tidak terlalu berbahaya karena meluruh dalam
waktu yang cepat sehingga tidak mencemari lingkungan.

Anda mungkin juga menyukai